Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

SISTEM MUKHABARAH TERHADAP PEMBAGIAN HASIL PADA LAHAN PERTANIAN DITINJAU DARI SEGI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1960 DI KECAMATAN PITU RIASE KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG Nigrah MS, Agustina; Sohrah; Suriyadi
Iqtishaduna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah Volume 5 Nomor 4 Juli 2024
Publisher : Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Uin Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/iqtishaduna.vi.39708

Abstract

Abstrak Dalam hukum Islam sendiri terdapat 3 jenis bentuk kerja sama perjanjian bagi hasil pada lahan pertanian, antara lain “Musaqah”, “Muzara’ah”, “Mukhabarah”. Selain hukum Islam, dalam perundang-undangan-pun pemerintah sudah mengatur peraturan tentang pertanahan tentang Perjanjian Bagi Hasil dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960. Peran undang-undang tersebut bertujuan agar pembagian hasil tanah yang dilakukan oleh pihak yang terikat dalam perjanjian dapat terlaksana atas dasar adil, serta terjamin pula kedudukan hukum yang layak bagi petani penggarap. Isu utama yang diangkat dalam penelitian ini yaitu bagaimana praktik perjanjian bagi hasil di Kecamatan Pitu Riase jika dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 serta pandangan hukum Islam terhadap kerja sama tersebut. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang dilakukan dengan turun langsung ke lapangan (Field Research). Data yang diperoleh berasal dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa kegiatan bagi hasil yang dilakukan oleh masyarakat di desa Bila Riase, Kecamatan Pitu Riase, Kabupaten Sidenreng Rappang merupakan sistem bagi hasil yang memiliki kemiripan dengan sistem mukhabarah. Dan dalam pandangan hukum Islam sendiri memperbolehkan praktik kerja sama tersebut. Selama yang dilakukan masih dalam syariat hukum Islam yang ditetapkan. Masyarakat Bila Riase melakukan perjanjian masih dalam bentuk lisan, bertentangan dengan yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil bahwa setiap perjanjian dilakukan dalam bentuk tertulis dan dilaporkan kepada pemerintah desa setempat. Implikasi dari penelitian ini, yaitu pemerintah desa setempat harus memberikan perhatian lebih dalam membina masyarakat untuk tidak acuh pada ketentuan hukum yang berlaku. Kata Kunci : Bagi Hasil, Mukhabarah, UU No.2 Tahun 1960, Hukum Islam.   Abstract In Islamic law itself there are 3 types of cooperation agreements for production sharing on agricultural land, including "Musaqah", "Muzara'ah", "Mukhabarah". In addition to Islamic law, the government has also regulated regulations regarding land regarding Production Sharing Agreements in Law Number 2 of 1960. The role of the law is to ensure that the distribution of land proceeds carried out by parties bound in the agreement can be carried out on fair basis, as well as guaranteed proper legal status for sharecroppers. The main issue raised in this study is how the practice of profit-sharing agreements in Pitu Riase Subdistrict is related to Law Number 2 of 1960 and the views of Islamic law on this cooperation. This research is a type of qualitative research conducted by going directly to the field (Field Research). The data obtained comes from observations, interviews, and documentation. Based on the results of the research conducted, it shows that the profit-sharing activities carried out by the community in Bila Riase Village, Pitu Riase District, Sidenreng Rappang Regency are profit-sharing systems that have similarities to the mukhabarah system. And in view of Islamic law itself allows the practice of such cooperation. As long as what is done is still within the stipulated Islamic law. Community If Riase makes an agreement still in oral form, contrary to what has been stipulated in Law Number 2 of 1960 concerning Production Sharing Agreements that every agreement is made in written form and reported to the local village government. The implication of this research is that the local village government must pay more attention to fostering the community not to be indifferent to applicable legal provisions. Keywords: Profit Sharing, Mukhabarah, Law No. 2 of 1960, Islamic Law.
SUMBER TAFSIR AL-MA‘ṠUR DAN AL-RA’YU SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KARYA TAFSIR KONTEMPORER Saleng, Ahmad Dani; Abubakar, Achmad; Sohrah
TAFAKKUR : Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol. 4 No. 01 (2023): TAFAKKUR: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Ar-Rahman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62359/tafakkur.v4i01.147

Abstract

This study seeks to provide an explanation of the sources of al-ma’ṡur and al-ra'yu in an interpretation as well as to analyze the influence of these two sources on contemporary exegetical works. This research is a literature study using content analysis techniques in processing the data obtained. The results of this study are that the source of al-ma’ṡur is a source of interpretation based on history, while the source of al-ra'yu is based on thought. The form of interpretation with the source of al-ma’ṡur can be in the form of interpretation of verses from the Koran, hadith, the opinion of friends and tabi'in, while the form of interpretation with the source of al-ra'yu is in the form of interpretation of verses based on the results of the mufasir's thoughts by relying on various aspects and point of view. The source of al-ra'yu is more widely used in contemporary works than the source of al-ma’ṡur. This is because the source of al-ra'yu is considered by contemporary interpreters to be very suitable for producing interpretations of verses that are in accordance with the times.
MAKNA AL-NABĪ AL-UMMĪ PERSPEKTIF MUFASIR INDONESIA : (Penafsiran Bisri Mustofa dan Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an RI terhadap QS. Al-‘Arāf/7:157-158) Panggih Widodo; Achmad Abubakar; Sohrah; Ahmad Dani
Al-Fath Vol 17 No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v17i1.8211

Abstract

This study discusses the interpretation of the meaning of al-nabī al-ummī in QS al-A'rāf/7: 157-158 according to Bisri Mustofa and the Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an RI and is a literature study using primary and secondary data. The result of the research is that al-nabī al-ummī which is attributed to the Prophet Muhammad found in QS al-A'rāf/7: 157-158. Bisri Mustofa interpreted that the Prophet Muhammad could not read and write and also meant that he was clean from sin. Meanwhile, the Tim Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an RI interpreted that the Prophet Muhammad not good at reading and writing. There are several similarities and differences in the interpretation of each of these figures in terms of the diversity of meanings of the sentence al-nabī al-ummī, the attribution of these characteristics to him, and the level of ability of the Prophet Muhammad in terms of reading and writing. The purpose of this research is to find out the interpretation of some Indonesian interpreters about the meaning of al-nabī al-ummī.
Konsep Kesehatan Jiwa dalam Al-Qur’an (Suatu Kajian Tafsir Tematik) Muajizat; M, M. Galib; Sohrah
Jurnal Diskursus Islam Vol 12 No 2 (2024): August
Publisher : Program Pascasarjana, UIN Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/jdi.v12i2.52870

Abstract

Tesis ini merupakan penelitian terhadap konsep kesehatan jiwa dalam al-Qur’an dengan mengangkat dua term pembahasan seputar نَفْسٌ dan طَمَنَ. Latar belakang masalah dalam tesis ini setidaknya ada dua poin yang melatarbelakangi peneliti mengangkat tema ini sebagai judul penelitian, yaitu: pertama, secara umum kajian tentang kesehatan jiwa belum mendapat perhatian yang lebih dalam bidang ilmu tafsir yang menghubungkannya dengan ilmu jiwa dan ilmu sosial, kedua, secara khusus dengan melihat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata berdampak pada pola hidup masyarakat serba kompleks yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan terhadap nilai-nilai kehidupan dikarenakan tidak adanya solusi yang dijadikan konsep sekaligus pedoman oleh manusia saat kecenderungan jiwanya mengajak kepada suatu keburukan sehingga pada akhirnya berujung kepada aktivitas bunuh diri. Permasalahan pokok yang terdapat dalam penelitian tesis ini adalah bagaimana konsep kesehatan jiwa dalam al-Qur’an? Yang peneliti jabarkan kepada beberapa sub masalah, yaitu: Bagaimana Pola Kecenderungan Jiwa dalam al-Qur’an? Bagaimana Langkah-langkah dalam Membentuk Kepribadian Jiwa Qur’ani? Bagaimana Urgensi Menciptakan Kesehatan Jiwa dalam al-Qur’an? Dari rumusan masalah tersebut diharapkan agar penelitian ini bertujuan dapat mengetahui secara mendalam konsep kesehatan jiwa dalam al-Qur´an yang dijadikan sebagai bahan informasi penting bagi pemerhati kajian tafsir sekaligus sebagai bahan bacaan atau referensi pustaka pada berbagai lembaga keilmuan di bidang tafsir dan dapat menjadi rujukan bagi kaum intelektual maupun masyarakat serta mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga nuansa interaksi sosial dapat terwujud secara aman, damai serta hidup dalam nuansa qur´ani Penulis menggunakan metode tafsir tematik melalui tiga pendekatan dalam penelitian ini, yaitu pendekatan ilmu tafsir, ilmu jiwa atau psikologi dan ilmu sosial atau sosiologis menggunakan beberapa teknik interpretasi, di antaranya: teknik interpretasi qur’ani, sunnah, linguistik, sistemis dan interpretasi kultural. Penelitian ini tergolong library research berjenis kualitatif, di mana keseluruhannya merujuk pada literatur yang bersumber dari bahan tertulis seperti buku, jurnal, artikel dan dokumen yang bersifat riset kepustakaan. Hasil dari penelitian tesis ini setelah melihat dari teori ilmu tafsir, psikologi dan sosiologis kemudian menghubungkannya dengan term-term kesehatan jiwa dalam al-Qur’an maka ditemukan kesimpulan yaitu, pertama, pola kecenderungan jiwa manusia terbagi tiga, antara lain al-nafs al-amma>rah, al-nafs al-lawwa>mah dan al-nafs al-mut}mainnah, kedua, langkah-langkah dalam membentuk kepribadian jiwa qur’ani ada lima cara, antara lain: mengecek berita atau informasi, membumikan al-Qur’an di dalam kehidupan, muh}a>sabah al-nafs atau introspeksi diri, bersyukur sebagai tolok ukur kebahagiaan serta isti’a>z|ah atau memohon perlindungan, pemeliharaan dan penjagaan dari Allah, ketiga, urgensi menciptakan kesehatan jiwa dalam al-Qur’an menghadirkan banyak kemaslahatan yang terwakili dengan tiga macam manfaat, antara lain: memperbaharui iman di dalam hati, memiliki semangat yang tinggi dan senantiasa berzikir dengan mengingat Allah swt.
EKSISTENSI PEKERJA PEREMPUAN SEBAGAI BENTUK KESETARAAN GENDER DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN Rofiqah Al Munawwarah; Kamal; Halimah Basri; Sohrah
EDU RESEARCH Vol 5 No 3 (2024): EDU RESEARCH
Publisher : IICLS (Indonesian Institute for Corporate Learning and Studies)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47827/jer.v5i3.400

Abstract

Kesetaraan gender merupakan isu yang sering menjadi topik bahasan ketenagakerjaan di Indonesia. Salah satu Isu yang paling banyak dibahas jika dikaitkan dengan perempuan adalah banyaknya perempuan yang bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang eksistensi pekerja perempuan sebagai bentuk keseteraan gender dalam perspektif al-Qur'an. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kepusatakaan yang mengambil data-data primer maupun sekunder yang bersumber dari data kepustakaan seperti buku-buku, jurnal penelitian terbaru maupun prosiding. Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologis dan hermeneutik. Setelah data terkumpul, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode tematik (maudhu'iy). Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa: 1) Perbedaan gender sesungguhnya tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender (gender inequalities), 2) Laki-laki dan perempuan mempunyai kesempatan dalam menuntut ilmu dan mengamalkan apa yang mereka ketahui, hal ini berarti selama perempuan mampu dalam melakukan sebuah pekerjaan, sekalipun pekerjaan tersebut umumnya dikerjakan oleh laki-laki maka hal tersebut bukanlah larangan dan menyalahi aturan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah banyak sekali ayat-ayat yang dijadikan bahan rujukan ketika membahas tentang kesetaraan gender yang umumnya digugat oleh kaum feminis. Ayat-ayat tersebut banyak ditafsirkan yang sampai pada kesimpulan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki strata yang sama. Sama-sama memiliki kesempatan dalam menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu tersebut, demikian pula untuk pekerjaan yang dipilih oleh perempuan sekalipun pekerjaan tersebut bersifat maskulin yang umumnya dikerjakan oleh laki-laki maka hal tersebut wajar dan sah-sah saja dalam Islam. Adapun saran dari peneliti bagi para perempuan yang bekerja adalah tetap memperhatikan kodratnya sebagai wanita terlebih dahulu. Bagaimanapun, kodrat perempuan adalah mengandung, melahirkan, dan menyusui anak, sehingga sebaiknya para perempuan pekerja membuat skala prioritas dengan mengutamakan keluarga bagi yang telah berkeluarga.
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD RAHN PADA PEGADAIAN SYARIAH CABANG HASANUDDIN GOWA Adhayanti, A Nurzafira; Sohrah; Muhammad Anis
Iqtishaduna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah Vol 6 No 2 (2025): Januari
Publisher : Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Uin Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/iqtishaduna.vi.39194

Abstract

Abstrak Pokok permasalahan penelitian ini adalah Bagaimana Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Akad Rahn pada Pegadaian Syariah di Kantor Pegadaian Syariah Cabang Gowa. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif lapangan, yaitu jenis penelitian yang menggambarkan secara kualitatif mengenai objek yang dibicarakan sesuai kenyataan yang terdapat dalam masyarakat. Penelitian ini, menggambarkan tentang analisi prinsip ekonomi islam terhadap operasional produk investasi emas pada Pegadaian Syariah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam Tinjauan Hukum Islam, Penerapan Akad Rahn dapat dikatakan tidak bertentangan dengan Hukum Islam. Berdasarkan analisis peneliti, akad Rahn di Pegadaian Syariah Cabang Hasanuddin tidak melanggar aturan dari hukum Islam dan syariat Islam itu sendiri. Semua kegiatan masih berada dalam koridor syariat Islam. Secara garis besar, Pegadaian Syariah Cabang Hasanuddin Gowa menawarkan dua kategori produk, yaitu gadai dan non-gadai. Pada produk gadai, hanya terdapat satu produk yang disebut Gadai Rahn, sedangkan pada produk non-gadai terdapat Ar-rum haji dan Amanah. Pada produk gadai Rahn, Pegadaian Syariah Cabang Hasanuddin Gowa hanya menawarkan satu jenis transaksi, yaitu gadai Rahn semata. Pegadaian Syariah, tidak ada penerapan bunga. Biaya-biaya yang dikenakan di Pegadaian Syariah meliputi biaya pemeliharaan barang (mu'nah), biaya penitipan, biaya pemeliharaan, biaya penjagaan, dan biaya penaksiran. Implikasi penelitian ini Proses penerapan akad Rahn sebaiknya difasilitasi dan tidak terlalu rumit. Penting bagi Pegadaian Syariah Cabang Hasanuddin Gowa untuk menjelaskan secara rinci akad yang diterapkan, agar tidak terjadi ketidakjelasan dan memudahkan masyarakat dalam memahami proses selanjutnya, hal tersebut di rumuskan menjadi karya ilmiah dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penerapan Akad Rahn Pada Pegadaian Syariah Cabang Hasanuddin Gowa.   Kata Kunci: Rahn, Jaminan, Arrum Haji   Abstract The main problem of this research is how to review Islamic law on the implementation of the Rahn Contract in Sharia Pawnshops in the Gowa Branch of Sharia Pawnshops. This research uses a type of field qualitative research, which is a type of research that describes qualitatively the object being discussed according to the reality that exists in society. This study describes the analysis of Islamic economic principles on the operation of gold investment products at Islamic Pawnshops. The results of the study show that in a review of Islamic law, it can be said that the application of the Rahn contract does not conflict with Islamic law. Based on the researcher's analysis, the Rahn contract at the Hasanuddin Branch Sharia Pawnshop does not violate the rules of Islamic law and Islamic law itself. All activities are still within the corridors of Islamic law. Broadly speaking, the Hasanuddin Gowa branch of Sharia Pawnshops offers two product categories, namely pawning and non-pawning. For pawn products, there is only one product called Pawn Rahn, while for non-pawn products there are Ar-rum haji and Amanah. For Rahn's pawn products, Hasanuddin Gowa Branch Syariah Pawnshop only offers one type of transaction, namely Rahn's pawn alone. Sharia Pawnshops, no interest is applied. The fees charged at Pegadaian Syariah include goods maintenance costs (mu'nah), safekeeping fees, maintenance fees, guard fees, and appraisal fees. Implications of this research The process of implementing the Rahn contract should be facilitated and not too complicated. It is important for the Hasanuddin Gowa Branch Sharia Pawnshop to explain in detail the contracts that are applied, so that there is no ambiguity and make it easier for the public to understand the next process, this is formulated into a scientific work entitled "Review of Islamic Law on the Application of Rahn Contracts at Hasanuddin Gowa Branch Sharia Pawnshops .   Keywords: Rahn, Assurance, Arrum Haji.
Perspektif Al-Qur'an tentang Hak dan Kewajiban Suami Istri sebagai Upaya Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga Sapinah; Achmad Abubakar; Sohrah
Jurnal Al-Qadau: Peradilan dan Hukum Keluarga Islam Vol 11 No 2 (2024): December
Publisher : Jurusan Hukum Acara Peradilan dan Kekeluargaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/al-qadau.v11i2.53091

Abstract

This study aims to analyse the Qur'anic verses related to the rights and obligations of husband and wife, as well as explore ways to contextualise these verses in an effort to prevent domestic violence (KDRT) in the modern era. This research uses a qualitative approach with the type of library research. The data used is secondary data, which includes the Qur'an, Hadith, books, and articles relevant to the topic of discussion. The results of the analysis show that the Qur'an emphasises the principles of love (mawaddah wa rahmah), good treatment of spouses, equality in husband and wife relations, and responsibility as a family leader, which are the foundation for the creation of a harmonious household. These principles serve as a theological foundation in the prevention of domestic violence. A correct understanding of Qur'anic verses can be an effective solution to domestic violence, especially in highly religious societies such as Indonesia. This study recommends the education of Qur'anic values in premarital programmes, strengthening the role of religious institutions, and formulating policies based on Islamic principles as an effort to prevent domestic violence. This approach is expected to create harmonious families and a society free from violence in accordance with Qur'anic values.
AKAD MURABAHAH DAN RELEVANSINYA DENGAN TAFSIR AL-QUR’AN SURAH AL-BAQARAH AYAT 275 Akbar; Achmad Abubakar; Sohrah
El-Iqthisadi Vol 7 No 1 (2025): Juni
Publisher : Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Uin Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/el-iqthisady.vi.56274

Abstract

Abstrak Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Akad murabahah dan relevensinya dengan tafsir Al-qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 275 Tentang Jual Beli, Karenanya begitu penting Allah membicarakan tentang jual beli dan kedudukannya. Analisa-analisa para mufassir sangat beragam. Kenyataan praktik di lapangan tentang jual beli dan riba tidak sepi dibicarakan sepanjang zaman dan relevansinya dengan akad murabahah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif dengan studi tafsir teks-teks Al-Qur'an yang relevan, Sumber utama dalam kajian ini adalah kitab-kitab tafsir dengan tujuan hendak mengetahui jual beli menurut para mufasir. Hasil temuan ini adalah bahwa Allah menginginkan jual beli benar-benar halal, terhindar dari praktik riba, transaksi akad murabahah, dan penanggungan resiko sepihak sehingga di dalam praktik jual beli terbangun prinsip kutauhidan, kemanusiaan, keadilan dan kedamaian. Kata Kunci: Jual Beli, Murabahah, Al-Qur’an Abstract The purpose of this research is to find out the murabaha account and its relevance to the interpretation of the Qur'an Surah Al-Baqarah Verse 275 about buying and selling, therefore it is so important that Allah talks about buying and selling and its position. The analyses of the mufassirs are very diverse. The reality of the practice in the field about buying and selling and usury is not quiet discussed throughout the ages and its relevance to the murabaha contract. The method used in this research is a descriptive qualitative approach with a study of the interpretation of relevant Qur'anic texts. The main source in this study is the books of interpretation with the aim of knowing buying and selling according to the mufasirs. The result of this finding is that Allah wants buying and selling to be truly halal, avoiding usury practices, murabaha contract transactions, and unilateral risk bearing so that in the practice of buying and selling the principles of kutauhidan, humanity, justice and peace are built. Keywords: Buying and Selling, Murabahah, Al-Qur'an
The Practice of Qur'anic and Tafsir Integration in Thesis Writing: Challenges and Patterns at Biology Education Department UIN Alauddin Makassar Emir Surya Kautsar; Sohrah; Alwiyah, Umni; Jabbar, Asniati
EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan Vol. 23 No. 1 (2025): EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan Keagamaan
Publisher : Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32729/edukasi.v23i1.1942

Abstract

ntegrating Islamic science and natural science is a significant challenge in Islamic higher education in Indonesia. This research aims to analyse the implementation of this integration in thesis writing and its impact on the development of Islam-based science at Alauddin State Islamic University Makassar. This qualitative study, which includes data quantification, combines field research and literature review frameworks with a case study approach. Data were collected through thesis document analysis, supported by interviews and questionnaires. Content analysis was used to evaluate the extent to which verses of the Qur'an and their interpretations are integrated with biological studies in a relevant and scientific manner. The results indicate that the majority of students' theses incorporate the Qur'an and its exegesis as a theological foundation, particularly in topics such as ecology, environmental preservation, and biodiversity. However, the implementation of this integration faces several challenges, including a lack of tafsir literature relevant to biological themes and limited student understanding of scientific interpretation methods. Despite these challenges, the integration positively impacts students by strengthening their spiritual values and fostering Islamic-based ecological awareness. The implications of this research highlight the need for developing more systematic scientific integration modules, providing training in scientific interpretation methods for lecturers and students, and strengthening collaboration between science (Biology) and interpretation. These efforts aim to produce integrated scientific works that are academically relevant and contribute to society.
IMPLEMENTASI FATWA MUI TERHADAP WISATA SYARIAH TELAGA BIRU PARK DI KABUPATEN WAJO Alfiah, Dhiya; Sohrah; Andi Intan Cahyani
Iqtishaduna: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah Vol 6 No 4 (2025): Juli
Publisher : Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum Uin Alauddin Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/iqtishaduna.v6i4.55210

Abstract

Abstrak Berwisata adalah salah satu aktivitas manusia untuk yang dianjurkan agama islam sebagai penghilang rasa jenuh, menambah pengetahuan, dan bersenang-senang. Islam adalah. MUI telah mengeluarkan fatwa No. 108/DSN-MUI/x/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah, salah satu wisata syariah yang ada di Indonesia tepatnya di Kabupaten Wajo bernama Wisata Syariah Tellaga Biru Park. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Sistem Pelayanan dan Pengelolaan yang diterapkan Wisata Syariah Telaga Biru Park di Kabupaten Wajo, Untuk  dan mengetahui pendapat pengurus MUI tentang keberadaan Wisata Syariah Telaga Biru Park di Kabupaten Wajo, dan untuk mengetahui implementasi Fatwa MUI Nomor: 108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Syariah Berdasarkan Prinsip Syariah terhadap Wisata Syariah Telaga Biru Park di Kabupaten Wajo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif atau penelitian lapangan (field research). Data yang dikumpulkan menggunakan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. menunjukkan bahwa 1). Mekanisme pengelolaan dilakukan oleh pengurus pondok pesantren dan masyarakat sekitar, dan pelayanan wisata syariah telaga biru park dilaksanakan dengan baik dengan fasilitas yang memadai. 2). Praktik di wisata syariah telaga biru park belum sepenuhnya menerapkan Fatwa DSN DSNMUI No: 108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah. Hal ini dapat dilihat dari belum ada fasilitas pembatas kolam pemisah kolam laki-laki dan perempuan yang tertutup sehingga lekukan tubuh yang disebabkan menempelnya pakaian pada tubuh saat berenang bisa terlihat oleh lawan jenis, dan masih ada pengunjung laki-laki yang suka kekolam perempuan saat pengawas kolam lengah begitu juga sebaliknya. 3). Pihak MUI Wajo tidak keberatan dan jutsru mengapresiasi wisata syariah telaga biru park selama tetap menjaga norma agama, namun belum ada peninjauan secara resmi dari lembaga MUI Wajo ke wisata syariah telaga biru park. Kata Kunci: Wisata Syariah, Fatwa MUI, Telaga Biru Park   Abstract Traveling is one of the human activities recommended by the Islamic religion to relieve boredom, increase knowledge and have fun. Islam is. MUI has issued fatwa no. 108/DSN-MUI/x/2016 concerning Guidelines for Organizing Tourism Based on Sharia Principles, one of the sharia tourism in Indonesia, precisely in Wajo Regency, is called Tellaga Biru Park Sharia Tourism. The purpose of this research is to find out the Service and Management System implemented by Telaga Biru Park Sharia Tourism in Wajo Regency, to find out the opinion of MUI administrators regarding the existence of Telaga Biru Park Sharia Tourism in Wajo Regency, and to find out the implementation of MUI Fatwa Number: 108/DSN- MUI/X/2016 concerning Guidelines for Implementing Sharia Tourism Based on Sharia Principles for Telaga Biru Park Sharia Tourism in Wajo Regency. This research is qualitative research or field research (field research). Data collected used data collection methods through observation, interviews and documentation. shows that 1). The management mechanism is carried out by the boarding school administrators and the surrounding community, and Telaga Biru Park sharia tourism services are carried out well with adequate facilities. 2). Practices in Telaga Biru Park sharia tourism have not fully implemented DSN MUI Fatwa No: 108/DSN-MUI/X/2016 concerning Guidelines for Organizing Tourism Based on Sharia Principles. This can be seen from the fact that there are no closed pool dividing facilities separating men's and women's pools so that the curves of the body caused by clothing sticking to the body when swimming can be seen by the opposite sex, and there are still male visitors who like to go into the women's pool when the pool supervisor careless and vice versa. 3). The Wajo MUI does not mind and actually appreciates the Telaga Biru Park sharia tourism as long as it maintains religious norms, however there has been no official review from the Wajo MUI institution regarding the Telaga Biru Park sharia tourism. Keywords: Sharia Tourism, MUI Fatwa, Telaga Biru Park