Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Keadilan, Gender dan Keluarga Hans Lura
KINAA: Jurnal Teologi Vol 4 No 2 (2019)
Publisher : Publikasi dan UKI Press UKI Toraja.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.102 KB) | DOI: 10.0302/kinaa.v4i2.1048

Abstract

Keadilan menurut John Rawls dalam tulisannya A Theory of Justice, diakui oleh Okin memberi pengaruh yang kuat dalam setiap diskursus dan gagasan teori moral dan politik kontemporer. Namun Okin menganggap Rawls itu ambigu dalam berbicara tentang keadilan sebab ia mengabaikan isu-isu gender dalam teorinya. Okin, menganggap teori keadilan Rawls belum memperhatikan perempuan, gender dan keluarga. Karena itu, artikel ini hendak menjelajahi pemikiran Okin tentang kritik konstruktifnya terhadap pemikiran Rawls untuk menegaskan bahwa keadilan itu adalah sesuatu yang wajar bagi semua, termasuk bagi perempuan, gender dan kjeluarga. Tujuan penulisan artikel ini yaitu menggiatkan usaha mengembangkan diskursus tentang konsep keadilan yang dikemukakan Rawls, lalu memberikan catatan kritis untuk memberikan gagasan konstruksi baru tentang keadilan yang lebih inklusif kepada masyarakat secara umum, khususnya kepada perempuan, gender dan keluarga. Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif library research. Metode ini menekankan kepada kemampuan mendeskripsikan fenomena yang ada tentang konsep keadilan, kemudian menganalisanya dalam dialektikan pandangan Rawls dan beberapa ahli lain dikomparasi dengan gagasan Okin, sehingga hakikat tentang keadilan untuk siapa bisa ditemukan. Artikel ini menghasilkan kritik Okin terhadap konsep Rawls dan Walzer tentang keadilan dianggap kurang memadai. Rawlsian memang menghargai pernikahan, peran orang tua, tanggungjawab dosmestik lainnya dan pernikahan. Tetapi belum mencakup aspek-aspek kehidupan sosial lainnya, misalnya tempat kerja dan sekolah mempengaruhi hubungan antara pria, perempuan dan anakanak. Walzer menganggap bahwa ketidakadilan pada sebuah bidang kehidupan tidak mempengaruhi bidang kehidupan lainnya. Tetapi bagi Okin harus ada proteksi terhadap pribadi terutama perempuan dalam sebuah rumah tangga untuk mencegah ketidakadilan.
Pluralisme Agama: Sebuah Kajian Terhadap Pemikiran John Hick Hans Lura
KINAA: Jurnal Teologi Vol 5 No 1 (2020)
Publisher : Publikasi dan UKI Press UKI Toraja.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.817 KB) | DOI: 10.0302/kinaa.v5i1.1049

Abstract

Pluralitas merupakan fakta sosial. Pluralitas merupakan sunatullah yang tidak bisa ditolak oleh manusia, manusia hanya bisa bersikap menerima karena merupakan kehendak sang Pencipta. Itulah sebabnya kehidupan manusia di bumi plural baik secara suku, agama, ras dan golongan (SARA). Masalahnya adalahbagimana manusia memahami, memaknai, menerima dan menghargai kehidupan pluralitas itu sebagai realitas hidup yang merangkai perbedaan menjadi pelangi kehidupan. Ibarat pelangi, pluralitas agama amat sangat bisa berkontribusi bagi terwujudnya harmoni sosial manusia di dunia ini. Karena itu ada banyak orang berkontribusi memberikan pemikiran dan gagasan cemerlang tentang pluralisme agama. Salah satu teolog dan pemikir Inggris yang sangat cemerlang mengembangkan gagasan pluralisme agama adalah John Hick. Karena itulah saya tertarik mengulas pemikiran John Hick dalam artikel ini. Tujuan penulisan artikel ini yaitu menggiatkan usaha mengembangkan wacana pluralisme agama agar dapat dikenalkan kepada masyarakat secara umum, sehingga orang bisa mengembangkan sikap inklusif terhadap pluralismeagama dan mau menghormati pluralitas agama. Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif library research. Metode ini menekankan kepada kemampuan mendeskripsikan fenomena yang ada, kemudian menganalisanya berdasarkan berbagai gagasan John Hick tentang pluralism agama. Sekilas hasil artikel ini yaitu Hick merupakan salah satu tokoh yang koncern pada isu teologi global dan pluralisme agama. Hick mengajak melakukan transformasi paradigma teologi yaitu: menjadikan TUHAN (yang disebut: The Real) sebagai pusat konsep percakapan, bukan konsep agama, karena tak satupun manusia yang bertemu dengan Tuhan.
Dengan Iman Meretas Pengharapan Dalam Penderitaan Dan Implikasinya Dalam Menghadapi Covid-19 Hans Lura; Hengki Wijaya
Jurnal Ilmu Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Theologia Jaffray

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25278/jitpk.v3i1.529

Abstract

AbstrakPandemi COVID-19 memaksa manusia di dunia ini entah secara pribadi, keluarga atau komunitas luas untuk hidup dalam ekstra luar biasa memproteksi kesehatan. Gereja pun dipaksa untuk memberikan pandangan dan kajian teologis tentang pandemi COVID-19. Metode yang digunakan penulisan ini yaitu metode kualitatif dengan menekankan pendekatan analitis argumentatif, reflektif naratif dan deskriptif terhadap fenomena penderitaan dan pandemi COVID-19. Tujuan tulisan ini yaitu memberi kajian reflektif teologis terhadap fenomena penderitaan dan pandemi COVID-19, serta menyatakan tanggung jawab orang percaya dalam rangka mengedukasi masyarakat menghadapi penderitaan dan pandemi COVID-19. Hasil kajian ini yaitu dari perspektif iman Kristen, penderitaan atau bencana memiliki makna transendental. Hal itu terkuak dalam jalan penderitaan, kematian dan kebangkitan Yesus, ketika Dia berkata “sudah selesai” (Yohanes 19:30). Sehingga dengan iman kepada Yesus Kristus orang percaya bisa meretas pengharapan dalam penderitaan atau bencana, termasuk pandemi COVID-19. Meneladani Kristus menjalani penderitaan akan membuat orang bertumbuh lebih kuat dan memiliki spiritualitas yang baru.AbstractCOVID-19 pandemic forced people in this world, whether personally, with family or in the broader community, to live in extraordinary health protection. The Church was forced to provide theological views and studies on the COVID-19 pandemic. This study aimed to provide a reflective theological survey of the phenomenon of suffering and the COVID-19 pandemic and express the responsibility of believers to educate the community in facing misery and the COVID-19 pandemic. The method used in this study was a qualitative method that emphasises an argumentative, narrative and descriptive-analytical approach to the suffering phenomenon and COVID-19 pandemic. From the perspective of the Christian faith, suffering or disaster has transcendental meaning. It was revealed in Jesus' journey of suffering, death, and resurrection when He said, "It is finished" (John 19:30). So that with faith in Jesus Christ, believers can hack hope in suffering or disaster, including the COVID-19 pandemic. Following Christ’s example of suffering will make people grow better, stronger, and have a new spirituality.
BIMBINGAN DAN KONSELING KRISTEN DITENGAH PANDEMI COVID-19 Hans Lura; YONATHAN MANGOLO; IRENE HENDRIKA RAMOPOLY
Abdimas Toddopuli: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2022): Desember 2022
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/atjpm.v4i1.2044

Abstract

Program Kemitraan Masyarakat (PKM) bermitra dengan kelompok ibu-ibu PWGT ( Persatuan wanita Gereja Toraja ) Jemaat tallunglipu sebagai salah satu kelompok bentukan organisasi kewanitaan Gereja Toraja sebagai Mitra yang bergerak di bidang Kerohanian, dengan kegiatan dibidang Kerohanian dan bidang sosial kemasyarakatan. Tujuan dari PKM ini untuk menyelesaikan Permasalahan yang dihadapi PWGT berupa kecemasan yang dirasakan oleh anggota PWGT selama pandemi Covid-19. Solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi terkait tingkat kecemasan dalam masyarakat yakni mengadakan Bimbingan dan konseling rohani Agama Kristen. Bimbingan dan konseling rohani Agama Kristen ini merupakan salah satu strategi yang dimaksudkan untuk membekali anggota PWGT. Dengan adanya bimbingan dan konseling rohani kristen ini diharapkan akan menjadi motivasi serta penguatan mental bagi para anggota PWGT dalam menghadapi pandemic Covid 19 yang masih berlangsung. Metode dalam melaksanakan PKM ini adalah: (1) sosialisasi program dan penyuluhan dengan menghadirkan anggota PWGT sebagai Mitra dan Pengurus Jemaat; (2) identifikasi masalah peserta bimbingan dan (3) Konseling kristen. Adapun hasil atau Luaran mitra yang dihasilkan pada program ini adalah Terciptanya penguatan mental dan spiritual berdasarkan nilai nilai kristiani bagi PWGT (Persekutuan Wanita Gereja Toraja) di jemaat Tallunglipu dalam menghadapi dampak Covid-19.
DIGITALISASI POJOK BACA BAGI SISWA SEKOLAH DASAR DI TANA TORAJA Rigel Sampelolo; Hans Lura; Yonathan Mangolo; Agustinus Karurukan Sampeasang
RESONA : Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah (LPPI) Universitas Muhammadiyah Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35906/resona.v6i2.1268

Abstract

Membaca merupakan kegiatan yang wajib  bagi semua orang khususnya siswa. Kebiasaan membaca pada siswa sangat kurang khusunya di lingkungan sekolah dasar. Untuk itu, Tim PKM (Pengabdian Kepada Masyarakat) hadir untuk melakukan gerakan literasi dan kebiasaan baca bagi siswa sekolah dasar yang bertujuan untuk menumbuhkan minat membaca, menambah pengetahuan dan dapat membantu siswa untuk berkomunikasi secara efektif dalam lingkungan masyarakat sekolah. Pojok Baca Digital ini bertujuan untuk membantu masyarakat sekolah dalam meningkatkan minat baca dan literasi siswa. Metode pada kegiatan ini adalah metode kualitatif yang terdiri dari pra pelaksanaan, pelaksanaan dan pasca pelaksanaan. Kegiatan ini pun dimulai dengan observasi dengan tujuan menganalisi kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat kemudian dari hasil observasi tersebut, Tim PKM berhasil mengidentifikasi dan menyepakati bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini difokuskan pada pengembangan Pojok Baca Digital khususnya bagi siswa SD yang berada di lembang Uluway. monitoring dan evaluasi hasil kegiatan yang dilakukan oleh Tim PKM di akhir kegiatan memberikan hasil yang cukup memuaskan    dimana siswa sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pojok baca digital.  Abstract. Reading is an activity that is mandatory for everyone, especially students. The habit of reading in students is very lacking, especially in the elementary school environment. For this reason, the PKM (Community Service) Team is here to carry out literacy and reading habits for elementary school students which aim to foster an interest in reading, increase knowledge and can help students to communicate effectively within the school community. This Digital Reading Corner aims to assist the school community in increasing students' interest in reading and literacy. The method for this activity is a qualitative method consisting of pre-implementation, implementation and post-implementation. This activity began with observations with the aim of analyzing the conditions and needs of the local community. Then from the results of these observations, the PKM Team was able to identify and agree that this community service activity was focused on developing a Digital Reading Corner, especially for elementary school students in the Uluway valley. monitoring and evaluating the results of the activities carried out by the PKM Team at the end of the activity gave quite satisfactory results where students were very enthusiastic in participating in digital reading corner activities.
Ekslusivisme Agama: Sikap Beragama Warga Gereja Di Lembang Angin-Angin Dalam Konteks Bangsa Indonesia Yang Plural Dewi Setiowati; Hans Lura; Merlyn Brenda Lumintang
KINAA: Jurnal Teologi Vol 5 No 2 (2020): KINAA: Jurnal Teologi
Publisher : Publikasi dan UKI Press UKI Toraja.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Agama merupakan salah satu faktor penyebab munculnya konflik dalammasyarakat. Hal ini dapat terjadi ketika masyarakat masih memiliki pahameksklusif terhadap agama lain. Masalahnya adalah dalam konteks bangsa Indonesiayang plural, seharusnya setiap umat beragama menerima adanya pluralisme agama.Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap beragamawarga gereja di Lembang Angin-angin dalam konteks bangsa Indonesia yangplural. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitiankualitatif dengan pendekatan library research (penelitian pustaka) dan fieldresearch (studi lapangan).Sekilas dari hasil penelitian ini yaitu bahwa masih ada beberapa masyarakatLembang Angin-angin yang menganut paham eksklusif namun tidakeksklusivisme. Paham yang eksklusif ini memang menimbulkan konflik dalamkehidupan umat beragama dan warga gereja yang bisa saja mengakibatkanmunculnya benih-benih eksklusivisme. Namun, paham yang eksklusif oleh wargagereja di Lembang Angin-angin ini hanya memberikan dampak kecil dan masihtoleran terhadap agama lain maupun denominasi lain, sehingga tidak terlalunampak dalam kehidupan masyarakat. Umat beragama di Lembang Angin-anginini dapat menjadi contoh bagi umat beragama lainnya agar dapat hidup rukun tanpamemandang perbedaan agama.
Suatu Kajian Teologis tentang Makna Untanda Allo dalam Membangun Rumah dan Implikasinya bagi Anggota Jemaat Lempo Berurung Agustinus Karurukan Sampeasang; Pista Nanna'; Hans Lura
KINAA: Jurnal Teologi Vol 6 No 1 (2021): KINAA: Jurnal Teologi
Publisher : Publikasi dan UKI Press UKI Toraja.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Budaya Toraja merupakan kekayaan yang dimiliki oleh orang Toraja secara khusus bagi Gereja Toraja, Banyak kebudayaan yang masih terus dilaksanakan oleh orang Toraja sampai saat ini, untuk dapat menikmati kekristenan dalam budaya Toraja maka sangat perlu memaknai kebiasaan atau budaya kemudian mengaplikasikan makna tersebut dalam kehidupan sebagai orang Kristen. Salah satu budaya yang masih dilakukan di Jemaat Lempo Berurung adalah untanda allo. Dalam melaksanakan suatu kegiatan terutama membangun rumah, masyarakat Toraja berpatokan atau melihat hari karena mereka percaya bahwa dengan melihat hari, mereka dapat menentukan hari yang baik untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Masyarakat Toraja menyakini bahwa ada hari yang menurut mereka tidak baik untuk melaksanakan kegiatan dan mereka percaya bahwa ketika untanda allo dalam membangun rumah maka kesejahteraan, kesehatan, kemakmuran dan dijauhkan dari malapetaka. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk menggali lebih dalam mengenai makna untanda allo dalam membangun rumah dan implikasinya bagi anggota jemaat Lempo Berurung. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi pustaka dan penelitian lapangan. Untanda allo tidak hanya sekedar kebiasaan yang dilakukan dengan pemaknaan bahwa akan mendatangkan berkat tapi juga dari sisi lain bersifat positif karena kebiasaan tersebut juga masih mengikat kekerabatan bagi anggota keluarga untuk sepaham dalam melaksanakan suatu kegiatan.
PKM SOSIALISASI PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA BAGI PPGT DI JEMAAT TALLUNGPITU Hans Lura; Rigel Sampelolo
RESONA : Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat Vol 7, No 1 (2023)
Publisher : Lembaga Penerbitan dan Publikasi Ilmiah (LPPI) Universitas Muhammadiyah Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35906/resona.v7i1.1431

Abstract

Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang diusulkan tahun anggaran 2022 bermitra dengan PPGT (Persekutuan Pemuda Gereja Toraja) Tallunglipu sebagai salah satu kelompok bentukan organisasi kepemudaan Gereja Toraja sebagai mitra yang bergerak di bidang kerohanian, dengan kegiatan dibidang kerohanian dan bidang sosial kemasyarakatan. PPGT Jemaat Tallunglipu ini berlokasi di Tallunglipu, kecamatan tallunglipu, kabupaten toraja utara, sulawesi selatan dengan jumlah anggota 600 orang. Permasalahan yang dihadapi ppgt adalah (a) belum adanya program preventif  penyalagunaan narkoba bagi ppgt di jemaat Tallunglipu. Solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi terkait masivenya pengruh narkoba yakni; (a) mengadakan sosialisasi pencegahan penyalagunaan narkoba bagi ppgt di jemaat Tallunglipu. Metode atau kegiatan untuk menyelesaikan masalah mitra akan dilaksanakan melalui langkah langkah sebagai berikut: (a) sosialisai program dan penyuluhan dengan menghadirkan anggota ppgt sebagai mitra dan pengurus jemaat; Luaran yang ditargetkan pada program pkm ini adalah luaran mitra, luaran  wajib dan luaran tambahan. Luaran mitra yang akan dihasilkan pada program ini adalah (a) terciptanya penguatan mental dan spiritual berdasarkan nilai nilai kristiani bagi (PPGT) di jemaat tallunglipu dalam pencegahan penyalagunaan narkoba.  Abstract. Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) proposed for the 2022 fiscal year is partnering with PPGT (Toraja Church Youth Association) Tallunglipu as one of the groups formed by the Toraja Church's youth organization as partners engaged in the spiritual field, with activities in the spiritual and social fields. PPGT Tallunglipu Congregation is located in Tallunglipu, Tallunglipu District, North Toraja Regency, South Sulawesi with 600 members. The problems faced by ppgt are (a) there is no drug abuse preventive program for ppgt in the Tallunglipu congregation. The solution to solving the problems faced is related to the massive drug influence, namely; (a) holding socialization on prevention of drug abuse for ppgt in the Tallunglipu congregation. Methods or activities to solve partners' problems will be carried out through the following steps: (a) program socialization and counseling by presenting PPGT members as partners and church administrators; The outputs targeted at this PKM program are partner outputs, mandatory outputs and additional outputs. The partners' outputs that will be produced in this program are (a) the creation of mental and spiritual strengthening based on Christian values for (PPGT) in the Talunglipu congregation in preventing drug abuse. outputs targeted at this PKM program are partner outputs, mandatory outputs and additional outputs. The partners' outputs that will be produced in this program are (a) the creation of mental and spiritual strengthening based on Christian values for (PPGT) in the Tallunglipu congregation in preventing drug abuse.
REVOLUTIONIZING EDUCATION: HARNESSING THE POWER OF ARTIFICIAL INTELLIGENCE FOR PERSONALIZED LEARNING Muh. Putra Pratama; Rigel Sampelolo; Hans Lura
KLASIKAL : JOURNAL OF EDUCATION, LANGUAGE TEACHING AND SCIENCE Vol 5 No 2 (2023): Klasikal: Journal of Education, Language Teaching and Science
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52208/klasikal.v5i2.877

Abstract

Rapid advances in artificial intelligence (AI) have opened up new possibilities in various fields, and education is no exception. Traditional one-size-fits-all teaching methods are gradually being replaced by personalized learning experiences made possible through AI technology. This article explores how AI is revolutionizing education by tailoring the learning experience to individual students' needs, increasing engagement, and improving overall learning outcomes. The research method used in this study is a qualitative descriptive method by utilizing questionnaires, interviews, observations and documentation in data collection. The results of the questionnaire related to the Importance of AI in Learning, obtained data that 88% of students strongly agree, 9% agree, 2% disagree, and 1% strongly disagree about the importance of AI in helping learning. The results of the questionnaire related to AI as an Alternative to Self-Learning, obtained data that 74% of students strongly agree, 7% agree, 14% disagree, and 5% strongly disagree about AI as an alternative to independent learning. The results of the questionnaire related to AI becoming Virtual Tutors and Smart Assistants, obtained data that 88% of students strongly agree, 9% agree, 2% disagree, and 1% strongly disagree about AI as being able to be used as a virtual teacher or intelligent assistant. The results of the questionnaire related to AI can replace teachers / lecturers, data were obtained that 11% of students strongly agreed, 9% agreed, 23% disagreed, and 57% strongly disagreed regarding AI can replace teachers / lecturers.
Interfaith Dialogue and Cultural Engagement: A Community Service Initiative by the TheologyStudy Programfor International Students Suprianto, Tomi; Kristanto, Kristanto; Lura, Hans; Delianto, Delianto
Jurnal Literasiologi Vol 12 No 3 (2024): Jurnal Literasiologi
Publisher : Yayasan Literasi Kita Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47783/literasiologi.v12i3.755

Abstract

This study aims to investigate how interfaith dialogue and cultural engagement within a community service framework can enhance mutual understanding, foster empathy, and build stronger relationships between international students and local community members. This study applied the qualitative study. This qualitative study employs an interpretive phenomenological approach to explore the lived experiences of international students and local community members involved in the community service initiative. Participants are selected to provide a rich, diverse perspective on the community service initiative: international students, local community members, and faculty and program coordinators. Purposeful sampling is used to select students who have actively participated in various aspects of the initiative, ensuring a range of experiences and viewpoints are represented. Data collection involves multiple qualitative methods to capture a comprehensive view of participants' experiences by using semi-structured interviews and participant observations. Data analysis follows a systematic process to identify and interpret key themes and patterns. Thematic analysis is used to identify, analyze, and report themes within the qualitative data. The study shows that interfaith dialogue and cultural engagement within a community service framework are effective in enhancing understanding, fostering empathy, and building stronger relationships across diverse cultural and religious backgrounds. The initiative has proven to be a valuable model for promoting cohesion and unity in a multicultural setting.