Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

Iyabelale as an Accompaniment to Magical Sleeping for Children in the Bugis Ethnic Groups of South Sulawesi Manggau, Arifin; Jayadi, Karta
The Journal of Educational Development Vol 6 No 3 (2018): October 2018
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jed.v6i3.24243

Abstract

Lyabelale is a lullaby for children in Bugis community and is an activity that has been integrated into the community as a tradition to put children to bed. Lyabelale has a magical function for Bugis community in South Sulawesi because it contains cultural values in their life. For the Bugis ethnic groups, Lyabelale is a child's lullaby that serves as a means of magical ritual in the supporting community. This study aims to examine the magical rituals contained in Lyabelale. This research employed a qualitative method based on an interdisciplinary approach. The study was conducted in three areas where the people were from the Bugis, Bone, Soppeng, and Wajo ethnic groups in South Sulawesi. The results of this study indicate the following. Lyabelale consists of three elements of a magical ritual, namely (1) as a prayer consisting of a) an appeal to God Almighty that the child will be happy and successful in his/her life; b) a hope that the child is filial; c) mother's longing for the family member who is away from home; (2) as a treatment or therapeutic to reduce pain suffered by the child during his/her illness and to relieve the mother/grandmother’s longing for the member of the family who is away from home; (3) as a rejection of evil spirits that can disturb the child in doing his/her activities.
Iyabelale as an Accompaniment to Magical Sleeping for Children in the Bugis Ethnic Groups of South Sulawesi Manggau, Arifin; Jayadi, Karta
The Journal of Educational Development Vol 6 No 3 (2018): October 2018
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jed.v6i3.24243

Abstract

Lyabelale is a lullaby for children in Bugis community and is an activity that has been integrated into the community as a tradition to put children to bed. Lyabelale has a magical function for Bugis community in South Sulawesi because it contains cultural values in their life. For the Bugis ethnic groups, Lyabelale is a child's lullaby that serves as a means of magical ritual in the supporting community. This study aims to examine the magical rituals contained in Lyabelale. This research employed a qualitative method based on an interdisciplinary approach. The study was conducted in three areas where the people were from the Bugis, Bone, Soppeng, and Wajo ethnic groups in South Sulawesi. The results of this study indicate the following. Lyabelale consists of three elements of a magical ritual, namely (1) as a prayer consisting of a) an appeal to God Almighty that the child will be happy and successful in his/her life; b) a hope that the child is filial; c) mother's longing for the family member who is away from home; (2) as a treatment or therapeutic to reduce pain suffered by the child during his/her illness and to relieve the mother/grandmother’s longing for the member of the family who is away from home; (3) as a rejection of evil spirits that can disturb the child in doing his/her activities.
Kolase Barang Bekas untuk Kreativitas Anak (Taman Kanak-kanak Nurul Taqwa Makassar) Anwar, Citra Rosalyn; Jayadi, Karta; Manggau, Arifin
PEMBELAJAR: Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, dan Pembelajaran Volume 2 Nomor 1 April 2018
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (616.913 KB) | DOI: 10.26858/pembelajar.v2i1.5520

Abstract

Kreativitas sangat dibutuhkan karena banyak permasalahan serta tantangan hidup yang menuntut kemampuan adaptasi secara kreatif dan kepiawaian dalam mencari pemecahan masalah yang imajinatif.Anak kreatif dan cerdas tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan perlu pengarahan salah satunya dengan memberi kegiatan yang dapat mengembangkan kreativitas anak.Kemampuan kreativitas anak menjadi salah satu hal yang dikembangkan di pendidikan usia dini. Salah satu kegiatan yang menarik dan dapat mengembangkan kreativitas anak yaitu melalui pembuatan kolase dari barang bekasKegiatan kolase yang merupakan kegiatan berseni rupa  yang  diwujudkan  dengan  teknik  menempel  dan  menyusun  bahan  yang  disediakan. Pemilihan kegiatan  kolase  untuk  meningkatkan  kreativitas  anak  karena  dengan kegiatan  ini  anak dapat berkreasi sesuai dengan minat  masing-masing dan    menarik  bagi  anak, selain itu murah dan mudah  karena bahan-bahan tidak membutuhkan banyak  biaya, sebab  menggunakan  barang-barang  bekas yang banyak ditemukan di lingkungan sekitar.  Tulisan ini merupakan sebuah hasil penelitian yang dilakukan di salah satu taman kanak-kanak di kota Makassar juga mengacu pada kajian terhadap berbagai literature, hasil penelitian yang berupa data-data serta berbagai teori  yang dihimpun. Data yang dihimpun dalam artikel ini berasal dari penelitian dan berbagai sumber yang ditelusuri dengan metode ilmiah kualitatifKata Kunci:         Kolase,Pendidikan anak usia dini,kreativitas,barang bekas
IbM PELATIHAN PENGEMBANGAN MOTORIK HALUS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR Arifin Manggau
Publikasi Pendidikan Vol 2, No 3 (2012)
Publisher : Prodi PGSD FIP UNM

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/publikan.v2i3.1591

Abstract

Tujuan: (a) Memberikan pengetahuan dasar mengenai cara pengembangan motorik halus untuk pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. (b) Memberikan dasar pengetahuan tentang  jenis permainan yang dapat meningkatkan motorik halus pada anak usia dini dan penerapannya di Taman Kanak-Kanak. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode ceramah bervariasi dan sekilas praktek dalam cara peningkatan motorik halus pada anak dengan cara bermain. Kesimpulan: (1) Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang kami lakukan, mendapat sambutan dan tanggapan positif dari guru taman kanak-kanak dan atau calon guru taman kanak-kanak di kota Makassar. Hal ini terlihat dengan kesungguhan para peserta untuk mengikuti penyajian materi dan pelatihan pengembangan motorik halus yang kami lakukan, mulai dari awal hingga akhir pertemuan. Saat penyajian materi dan pelatihan terjadi diskusi dan tanya jawab yang mendalam antara pembimbing dan peserta, yang hasilnya sangat memuaskan antara keduanya. (2) Pelatihan atau bimbingan tentang pelatihan pengembangan motorik halus anak usia dini, merupakan suatu kegiatan yang sangat menunjang program pendidikan kreativitas khususnya kreativitas anak untuk pembelajaran pada taman kanak-kanak untuk mengembangkan potensi anak usia dini. Saran: (1)Memperbanyak belajar sendiri tentang pengembanagn motorik halus pada anak usia dini. Seperti mengikuti pelatihan dan membaca buku-buku tentang pengembangan motorik halus .(2) Mengaplikasikan kegiatan-kegiatan pengembangan motorik halus dalam pembelajaran disekolah.(3) Sarana dan prasarana yang mendukung dalam penyajian kegiatan pengembangan motorik halus.(4) Kegiatan yang berkesinambungan tentang pelatihan pengembangan motorik halus pada  anak.Kata kunci: motorik halus, otorik kasar, bermain
Developing the Gross Motor Skills of Children by Simultaneously Training Them with Rhythmic Gymnastics Arifin Manggau; Arifudin Usman
Journal of Educational Science and Technology (EST) Volume 6 Number 2 August 2020
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/est.v6i2.14459

Abstract

The purposes of this study were (1) to describe the gross motor skills of children before and after being trained with rhythmic gymnastics, and (2) to identify the effect of rhythmic gymnastics on children’s gross motor skills. Approaches applied in this study were pre-experimental with one-group pretest - post-test design. The study involved 15 children from the B group of Pertiwi Kindergarten selected through a purposive sampling technique. The data were collected using a questionnaire, observation, and documentation. The research was carried out through some stages including planning, pretest, treatment, post - test, and data analysis.  Data were analyzed using the Wilcoxon Signed Rank Test. This study found that (1) children’s gross motor skills before trained with rhythmic gymnastics were in the categories of “not developed” and “starts to develop” and after the treatment, there was an increase on children’s gross motor skills thus the status shifted to the category of “developed as expected” and “developed very well” in performing locomotor, non-locomotor, balance, and flexibility movements like children could walk forward while both hands were on their waist, jump in place while swinging both arms, balancing the body by lifting one of the legs, and swing the arms back and forth alternately; (2) rhythmic gymnastics have effects on children’s gross motor skills, simultaneously treating children with rhythmic gymnastics with various interesting movements so that they become interested to follow them thus it is effective to be a media to form children’s gross motor skills simultaneously.
Metode Storytelling dengan Musik Instrumental untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak dan Berbicara Anak Syamsuardi Saodi; Muhammad Akil Musi; Arifin Manggau; Noviani Noviani
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol 6, No 1 (2022)
Publisher : LPPM Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/obsesi.v6i1.1196

Abstract

Kemampuan menyimak dan berbicara anak merupakan bagian terpenting dalam menunjang perkembangan anak, dimana memiliki keterkaitan dengan aspek kognitif, social dan emosionalnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kemampuan menyimak dan keterampilan berbicara anak melalui metode storytelling dengan musik instrumental pada taman kanak-kanak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian quasi eksperimental design, model nonequivalent control group design. Penelitian diawali dengan melakukan tes awal, kemudian diberikan perlakuan (treatment). Setelah pemberian tindakan, diakhiri dengan memberikan tes akhir (postest) kepada kedua kelompok. Penelitian ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kemampuan menyimak dan berbicara anak pada kelompok yang diberikan perlakuan dalam hal ini, rata- rata hasil skor kemampuan menyimak dan berbicara anak yang mengikuti pembelajaran dengan metode storytelling menggunakan musik instrumental mengalami peningkatan pada skor hasil pengukuran posttest. Hal ini menunjukkan bahwa penggunana metode storytelling menggunakan musik instrumental dapat meningkatkan kemampuan menyimak dan berbicara anak dan menjadi pemicu perkembangan aspek lainnya
Menggambar Kartun Tematik pada Guru-Guru PAUD/Taman Kanak-Kanak di Kota Makassar Karta Jayadi; Arifin Manggau
DEDIKASI Vol 21, No 1 (2019): Jurnal Dedikasi
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/dedikasi.v21i1.9442

Abstract

The purpose of this program is how kindergarten teachers can recognize, understand and be able to drawthematic cartoons. The identification of problems that are often encountered in kindergarten especially in MakassarCity is the lack of ability of kindergarten teachers in understanding and skillfully making thematic cartoons. Somerelated activities include: 1) Identification of thematic cartoons and their types for the kindergarten children categoryin Makassar City, 2) Introduction of thematic cartoons for teachers for kindergarten children in the form ofperformance, and, 3) The presentation form of the thematic cartoon which drew by teachers for kindergartenchildren. The results of this program, are: 1) The number of kindergarten teachers who have recognized andunderstood the types and forms of thematic cartoons for early childhood. There are funny cartoons, humorouscartoons, as well as criticism cartoons, 2) The teacher has been able to know the technique of drawing thematiccartoons in the form of performance. It has produced cartoons from funny pictures to critical ones. 3) The teacher isskilled at presenting thematic cartoons in a simple way.
PENINGKATAN KEMAMPUAN KINESTETIK MELALUI TARI KREASI TK TUNAS HARAPAN BATANG KECAMATAN BONTOTIRO KABUPATEN BULUKUMBA Mimi Angraemi S; Arifin Manggau
TEMATIK: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan Anak Usia Dini Vol 6, No 1 (2020): TEMATIK: Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan Anak Usia Dini
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/tematik.v6i1.14437

Abstract

Tujuan penelitian adalah mengetahui peningkatan kemampuan kinestetik anak melalui tari kreasi di kelompok B TK Tunas Harapan Batang Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang diperoleh dimana masih banyak anak-anak yang merasa malu dan kurang percaya diri untuk bergerak atau menari sesuai irama lagu diajarkan dan kurang tertarik pada lagu-lagu yang didengarkan. Pendidikan lebih sering mengajari anak bernyanyi dan bermain musik sehingga anak kurang tertarik dengan gerak dan lagu yang diajarkan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom Action Reseach). Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok B jumlah anak didik sebanyak 15 orang. Analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif kualitatif untuk meningkatkan kemempuan kinestetik anak melalui tari kreasi. Hasil perhitungan di konsultasikan dalam tabel klasifikasi kategori dan presentase. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kegiatan tari kreasi dapat meningkatkan kemampuan kinestetik motorik anak kelompok B di TK Tunas Harapan Batang Kecamatan Bontotiro Kabupaten Bulukumba
Pelatihan Teater Monolog Berbasis Cerita Lokal di SMK Telkom Makassar Andi Taslim Saputra; Asia Ramli; Arifin Manggau; Muh Kurniawan Adi Kusuma; Selfiana Saenal; Satriadi Satriadi; Faizal Erlangga Makawi
Sureq: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berbasis Seni dan Desain Vol 1, No 2 (2022): Juli-Desember
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.683 KB) | DOI: 10.26858/srq.v1i2.36286

Abstract

Aktivitas kesenian sempat mati suri selama masa pandemi di tahun 2019 yang diakibatkan oleh covid-19, baik yang ada di masyarakat umum, maupun di lingkungan sekolah. Dalam konteks pendidikan seni yang dilaksanakan di sekolah tentunya mendapatkan dampak negatif yang besar. Dampak tersebut adalah pembelajaran seni akan kesulitan dalam pelaksanaan praktek. Pasca pandemi, lahir beragam metode-metode pengajaran dalam lingkup seni, khususnya teater. Pelaksanaan pembelajaran praktek teater yang menyesuaikan kondisi covid tentu harus dilaksanakan di sekolah. Hampir dua tahun pembelajaran teater dilaksanakan secara daring sejak covid masuk di Indonesia. Pada tahun 2022, aturan pemerintah tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dicabut kemudian pelaksanaan pembelajaran diarahkan untuk tatap muka. Sehingga, sekolah kemudian dibuka kembali dalam pengajaran tatap muka. Akibat lamanya proses pembelajaran secara daring, sebagian besar guru-guru mengalami kendala dalam pengajaran praktek karena pembelajaran secara tatap muka dibutuhkan waktu untuk menyesuaikan kembali dan pengetahuan teater secara praktek mulai tumpul serta perlu di asah kembali. Atas dasar hal itu, pelatihan teater monolog menjadi satu bentuk atau upaya untuk pembelajaran teater setelah pandemi. Pada masa pandemi terdapat keterputusan pengetahuan sekaligus siswa mulai mendapatkan budaya baru, sehingga pelatihan ini mencoba mengangkat cerita lokal agar siswa mengetahui dan mendapatkan pengetahuan sejarah pahlawan lokal yaitu cerita kepahlawanan Datu Museng ketika di masa penjajahan. Pelatihan teater monolog ini akan dilaksanakan di sekolah SMK Telkom Makassar. Metode pelatihan yang dilaksanakan yakni, (1) mengidentifikasi cerita lokal yaitu cerita Datu Museng; (2) Proses kreatif: a. pembuatan dan pembedahan naskah, b. dramatik reading, c. blocking, d. memadukan musik dan properti, e. pemantapan aksi, dialog, musik, setting dan properti; dan terakhir adalah (3) Penyajian Pertunjukan.  
Menggali dan Mengembangkan Potensi Kesenian di Desa Lerang dengan Mengadakan Pelatihan Kesenian Arifin Manggau; Muh. Azis; Fajriani Azis; Marsella Marsella; Muh. Isnain Abd. Wafi; Rahmania Rahmania; Sri Wahyuni
Jurnal Pengabdian Masyarakat Nusantara Vol. 4 No. 3 (2022): September : Jurnal Pengabmas Nusantara
Publisher : Universitas Muhammadiyah Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (526.762 KB) | DOI: 10.57214/pengabmas.v4i3.144

Abstract

Kesenian berhubungan erat dengan nilai estetis yang dituangkan dalam karya seni. Di Sulawesi Selatan, nilai-nilai dalam kesenian dapat dikatakan sebagai kebudayaan yang memuat nilai- nilai kearifan lokal. Oleh karena itu, dibutuhkan pemberian makna seni melalui aspek keilmuan agar karya seni dapat diteruskan pada generasi yang baru. Kegiatan kesenian dan budaya di Desa Lerang tidak pernah terlaksana, ini disebabkan karena sumber daya manusia kebanyakan sudah bekerja sebagai petani dan pekebun, merantau keluar daerah, dan pandemic COVID-19. Tim KKNT UNM berinisiatif untuk mengadakan pelatihan kesenian dengan beberapa tahapan yaitu: tahap Observasi, Sosialisasi, Pendaftaran Peserta Pelatihan Kesenian, Pelaksanaan, dan Pembentukan Komunitas Seni. Hasil dari pelatihan kesenian ini yaitu: (1) Terjalinnya silaturahmi antara siswa siswi se-DesaLerang, (2) Peserta pelatihan kesenian menampilkan bakatnya di malam ramah tamah KKNT UNM, (3) Terbentuknya komunitas seni di Desa Lerang sebagai wadah dalam mengembangkan bakat siswa siswi se-Desa Lerang dalam bidang kesenian serta sebagai upaya dalam melestarikan kebudayaan daerah. Kata Kunci:.