Claim Missing Document
Check
Articles

BERAS HITAM SUMBER ANTOSIANIN DAN PROSPEKNYA SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL Kristamtini Kristamtini; Taryono Taryono; Panjisakti Basunanda; Rudi Hari Murti
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 33, No 1 (2014): Maret 2014
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v33n1.2014.p17-24

Abstract

Beras hitam merupakan sumber antosianin yang tinggi dan murah dibandingkan dengan sumber antosianin lain seperti bluberi dan anggur. Antosianin merupakan senyawa organik golongan flavonoid dengan struktur utama tiga gugus aromatik. Sebagai antioksidan, antosianin bermanfaat bagi kesehatan, di antaranya untuk mencegah penuaan dini, melindungi lambung dari kerusakan, menghambat sel tumor, sebagai senyawa antiinflamasi dan antikanker, melindungi otak dari kerusakan, mencegah obesitas dan diabetes, meningkatkan kemampuan memori otak, mencegah penyakit neurologis, dan menangkal radikal bebas dalam tubuh. Beras hitam juga mengan-dung protein, vitamin, dan mineral yang lebih tinggi daripada beras putih. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan penjelasan tentang struktur kimia antosianin, sifat antosianin dan manfaatnya bagi kesehatan dan aplikasi industri, beras hitam sebagai sumber antosianin, distribusi dan sintesis antosianin, manfaat antosianin bagi tanaman, dan prospek pengembangan beras hitam di Indonesia.
Hubungan Antara Hasil dan Komponen Hasil Wijen (Sesamum indicum L.) pada Generasi F1 dan F2 Persilangan Sbr2, Sbr3, dan Dt36 Sri Adikadarsih; Siska Permata; . Taryono; . Suyadi; Panjisakti Basunanda
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol 7, No 1 (2015): April 2015
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bultas.v7n1.2015.45-51

Abstract

Dalam program pemuliaan tanaman wijen, informasi keragaman genetik dan hubungan antarsifat sangat penting untuk menentukan keberhasilan seleksi. Penelitian yang bertujuan untuk mempelajari keragaman genetik dan hubungan antara komponen hasil dan hasil wijen pada generasi F1 dan F2 persilangan Sbr 2, Sbr 3, dan Dt 36 telah dilaksanakan dari bulan November 2012 sampai dengan Februari 2013 di Padangan, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga ulangan. Bahan tanam yang digunakan adalah benih tetua, F1, dan F2 hasil persilangan antara Sbr 3 x Sbr 2, Sbr 3 x Dt 36, Sbr 2 x Dt 36, dan resiproknya. Benih bulk hasil persilangan ditanam secara rapat dalam baris pada petak-petak yang berukuran 4 x 1 m. Pengamatan dilakukan pada parameter tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong, berat polong, berat biji, jumlah ruas, panjang ruas, umur berbunga, umur panen, dan berat 1.000 biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen hasil yang memiliki keragaman genetik besar adalah berat biji per tanaman (68,437%), berat polong (40,532%), jumlah cabang (33,251%), jumlah polong (30,269%), dan tinggi tanaman (21,256%). Nilai heritabilitas yang tinggi terdapat pada tinggi tanaman (65,52%) dan umur panen (55%). Komponen hasil yang memiliki korelasi nyata terhadap hasiladalah jumlah cabang, jumlah polong, berat polong, dan umur berbunga, sedangkan yang berpengaruh langsung terhadap hasil wijen adalah jumlah cabang dan berat polong. In sesame breeding program, information about genetic variations and relationships ammongs characters is very important to determine the success of line selection. Studies about correlation between yield and yieldcomponents of F1 and F2 from crosses of Sbr 2, Sbr 3, and Dt 36 was conducted on November 2012 to February 2013 in Padangan, Sitimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta. The treatments were arranged in completerandom design (CRD) with three replications. Planting materials used were the seed of parents, F1, and F2 from crossing between Sbr 3 x Sbr 2, Sbr 3 x Dt 36, Sbr 2 x Dt 36, and their reciprocals. Bulk breeding seeds planted in rows in high density to reach maximum populations as the genetic resource in the plots according to its genotypes. The observation was made on plant height, number of branches, number of pods, weight of pods, number of nodes, nodes length, day of flowering, plant maturing age, and 1,000seed weight. The results showed that, components which showed high genetic variation were weight of seeds per plant (68.437%), weight of pods (40.532%), the number of branches (33.251%), number of pods(30.269%), and plant height (21.256%). High heritability values was shown in parameters of plant height (65.52%) and plant maturing age (55%). Yield components which have significant correlation with the yield were number of branches, number of pods, pod weight, and days to flowering, while those have a direct effect on the yield of sesame are the number of branches and pods weight.
High Resolution Microsatellite Marker Analysis of Some Rice Landraces Using Metaphor Agarose Gel Electrophoresis K. Kristamtini; T. Taryono; Panjisakti Basunanda; Rudi Hari Murti
Indonesian Journal of Biotechnology Vol 20, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.507 KB) | DOI: 10.22146/ijbiotech.15269

Abstract

Microsatellite markers or simple sequences repeats are DNA - based molecular techniques that areused to see the different among accessions and inbred lines. There are three methods to analysis the results ofthe polymerase chain reaction of microsatellite markers namely polyacrylamide gel electrophoresis (PAGE),capillary electroforesis, and Metaphor Agarose Gel Electroforesis (MAGE), and the Use of MAGE assessedmore easily and economically the polymorphic pattern of DNA markers. This study aimed to obtain fast,effective and efficient in term of easy and cheap technique to identify microsatellite markers of some blackrice cultivars and F2 populations from crosses between black with white rice. The results showed that MAGEsuccessfully separated clearly SSRs alleles with different sizes of less than 25 bp .
Use of microsatellite markers to detect heterozygosity in an F2 generation of a black rice and white rice cross Kristamtini Kristamtini; Taryono Taryono; Panjisakti Basunanda; Rudi Hari Murti
Indonesian Journal of Biotechnology Vol 23, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3062.037 KB) | DOI: 10.22146/ijbiotech.33111

Abstract

The aim of this research was to know the heterozygosity of F2  generation from black rice and white rice crossing using microsatellite marker.  The research material consisted of F2 Sx G plant population from black rice (S) and white rice Situbagendit (G) crosses, female parent of black rice (S), male parent of white rice (G), chemical and organic fertilizer, chemicals and tools for molecular activity and 3 microsatellite markers related to color properties  (RM 220, RM 224 and RM 252). All of plant populations (generation F2, parent female, parent male) were planted in fields up to harvest. Young leaves (30 days after planting) all of plant populations were molecularly analyzed using 3 microsatellite markers (RM 220, RM 224 and RM 252). Stages of this activity include DNA isolation, PCR reaction, and visualization of PCR results using Metaphore Agarose Gel Electrophoresis. The results showed that the percentage of the number of individual plants showing heterozygous pattern in F2 S × G plant generation was 50% (RM 220); 40% (RM 224) and 60% (RM 252), so the RM 252 microsatellite marker was effectively used as a DNA-assisted selection tool on the crossbreed of black rice with white rice.
Keanekaragaman Padi (Oryza sativa L.) Berdasar Karakteristik Botani Morfologi Dan Penanda RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) Adrina Juansa, Aziz Purwantoro, Panjisakti Basunanda
Vegetalika Vol 1, No 2 (2012)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/veg.1514

Abstract

Keanekaragaman padi (Oryza sativa L.) tersimpan dalam koleksi plasma nutfah yang harus dilestarikan dan dievaluasi, keanekaragaman tersebut dapat dilihat berdasarkan karakter fenotipe dan genotipenya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakter botani-morfologi dan mengkaji keragaman genotipe aksesi padi koleksi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UGM, serta mengkaji hubungan kekerabatan diantara aksesi-aksesi yang ada berdasarkan informasi karakter fenotipe dan keragaman penanda genetik. Untuk mengetahui keanekaragaman genetik padi koleksi digunakan 25 aksesi padi yang terdiri dari ras-ras lokal, material eksotik, dan kultivar terperbaiki untuk dikarakterisasi pada 15 sifat agrobotani-agromorfologinya dan genotipenya dengan menggunakan 8 primer RAPD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 sifat agrobotani-agromorfologi diperoleh keanekaragaman aksesi yang terlihat dari nilai CV (koefisien keanekaragaman), pada level genotipe keanekaragaman terlihat pada persentase lokus polimorfik dan nilai keragaman genetik Nei. Hasil analisis kekerabatan sifat agrobotani-agromorfologi pada jarak kurang dari dua diantara cluster centroids terbentuk kekerabatan antara ‘Sintanur’ – Mentik Susu, dan H3 – ‘IR 64’. Pengujian molekuler menunjukan pada jarak genetik 0,035 populasi terbagi menjadi 9 kelompok yang berdekatan, yaitu kelompok I (‘Anak Daro’, Lembayung Gogo), kelompok II (Mayangsari, Gadung Mlathi), kelompok III (‘Pokkali’, ‘Mentik Susu’), Kelompok IV (Ketan, H3), kelompok V (‘Lumbuk’, Andel Abang), kelompok VI (‘Sintanur’, ‘Amaroo’), kelompok VII (‘Nipponbare’, H2 Bulu), kelompok VIII (Ketan Hitam Bulu, Ketan Hitam Gundil), kelompok IX (‘Bluebonnet’, ‘IR 64’ Simpangan). Dari semua aksesi yang dilibatkan terlihat bahwa 44% adalah golongan indica, 49% golongan japonica, dan 7% adalah golongan Aromatik.
Pengujian Kelayakan Penanda Genetik Mikrosatelit dan RAPD untuk Uji Keseragaman Empat Galur Tetua Hibrida Mentimun (Cucumis sativus L.) Ismatus Sa’diyah, Rudi Lukman, Aziz Purwantoro, Panjisakti Basunanda
Vegetalika Vol 1, No 4 (2012)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/veg.1596

Abstract

Penggunaan penanda mikrosatelit (SSR) dan RAPD diuji coba kemungkinannya dalam pengujian keseragaman. Keseragaman dalam pola penanda SSR dan RAPD diperbandingkan dengan keseragaman karakter morfologi pada empat galur tetua mentimun (Cucumis sativus) yang masing-masing diberi kode 1002-A, 1002-B, 1007-A, dan 1007-B. Dua puluh individu dari setiap galur diamati 26 karakter morfologinya. Profil penanda RAPD dilihat terhadap 18 primer acak dan sebelas pasang primer penanda mikrosatelit.Keseragaman karakter morfologi sangat tinggi untuk keempat kelompok tetua dan hanya dua karakter yang menunjukkan keseragaman 95%. Di sisi lain, penanda-penanda mikrosatelit menunjukkan keragaman yang agak tinggi sampai sangat rendah. Dapat disimpulkan bahwa penanda mikrosatelit yang berkeragaman rendah, sehingga relevan bagi pengujian keseragaman material ini, adalah CSJCT14, CSJCT252, SSR16301, SSR20354, dan SSR23148. Pengujian menggunakan penanda RAPD menghasilkan lokus-lokus yang relevan bagi pengujian keseragaman adalah OPP14, OPP15, OPQ09, OPR19, OPS13, , dan OPT12 .Sebagai simpulan umum, tidak ada perbedaan nyata yang ditemukan antara lokus SSR yang terpilih dan karakter morfologi. Penanda SSR yang telah diverifikasi dapat digunakan untuk menguji keseragaman pada mentimun. Penanda RAPD perlu dikaji ulang penggunaannya dalam pengujian keseragaman karena menunjukkan hasil yang berbeda dengan penanda morfologi.
Perbandingan Kemajuan Genetis Seleksi Massa dan Tongkol-ke-Baris pada Populasi Generasi Ketiga Persarian Bebas Jagung Hibrida (Zea mays L.) Rizqi Fadillah Romadhona, Panjisakti Basunanda, Rudi Hari Murti
Vegetalika Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (334.444 KB) | DOI: 10.22146/veg.5153

Abstract

INTISARIDi negara berkembang, galur inbred jagung sering kali dibuat melalui ekstraksi populasi turunan kultivar hibrida yang telah dilepas di pasaran, dengan disertai perbaikan dalam populasi. Pada populasi generasi ketiga hasil persarian bebas jagung hibrida, kemajuan genetik melalui seleksi massa ataupun seleksi tongkol-ke-baris (famili saudara tiri) perlu dibandingkan untuk mengetahui metode seleksi yang sesuai. Hal ini dilakukan karena populasi generasi ketiga persarian bebas, varians dalam dan varians antar famili belum seimbang. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan nilai kemajuan genetik harapan seleksi massa dengan seleksi tongkol-ke-baris pada sifat-sifat ekonomis jagung, dan mendapatkan galur-galur untuk memperbaiki penampilan populasi segregasi hasil persarian bebas keturunan kultivar hibrida. Penelitian dilakukan menggunakan benih jagung dari 24 nomor (tongkol) hasil persarian bebas jagung hibrida generasi kedua dengan pola tanam satu tongkol satu baris dan diulang dua kali dengan ulangan berupa blok. Pengamatan meliputi tinggi tanaman, tinggi tongkol, panjang tongkol, diameter tongkol, bobot biji per tanaman dan banyak biji per tanaman. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis varians untuk menduga keterwarisan (heritability) melalui pemilahan nilai harapan rerata kuadrat (expected mean squares). Keterwarisan ini digunakan untuk menghitung nilai kemajuan genetic harapan (R) dari masing-masing metode seleksi dengan tekanan seleksi (proporsi) 5%. Seleksi massa dengan memperhatikan pengaruh blok (SM-B) memberikan nilai R tertinggi untuk tinggi tanaman. Seleksi massa mengabaikan pengaruh blok (SM+B) memberikan nilai R tertinggi untuk kedudukan tongkol dan diameter tongkol. Seleksi tongkol-ke-baris berbasis rerata plot (SF+FB) memberikan nilai R tertinggi untuk panjang tongkol sedangkan yang berbasis rerata famili (SF+B) untuk bobot biji per tanaman dan banyak biji per tanaman.Kata Kunci: jagung, kemajuan genetik, seleksi massa, seleksi tongkol-ke-baris
Tanggapan Dua Puluh Lima Kultivar Padi (Oryza sativa L.) Terhadap Infeksi Cendawan Mikoriza Arbuskular Nanung A. Winata, Panjisakti Basunanda, Supriyanta
Vegetalika Vol 3, No 3 (2014)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.179 KB) | DOI: 10.22146/veg.5157

Abstract

INTISARI Keragaman tanggapan intraspesies terhadap infeksi cendawan mikoriza telah diketahui pada jagung dan padi. Namun demikian, belum ada kajian luas mengenainya. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi variasi infektivitas cendawan mikoriza arbuskular pada dua puluh lima nomor padi yang diuji, mengetahui tingkat ketanggapan antara kultivar padi gogo dan kultivar padi sawah terhadap cendawan mikoriza arbuskular, dan membandingkan karakter agronomi antara padi yang diinfeksi dengan tidak diinfeksi cendawan MA pada kondisi kekurangan air. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2013 sampai dengan Desember 2013, di kebun percobaan Tridharma, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Bangutapan, Yogyakarta. Dua puluh lima kultivar padi dengan latar belakang budidaya sawah dan lahan kering dibandingkan infektivitas dan ketanggapan morfologisnya pada dua kondisi: dengan dan tanpa infeksi mikoriza pada lima individu setiap kombinasi. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis varians α = 5%, beda nyata antar perlakuan dilanjutkan dengan uji lanjut menurut prosedur HSD Tukey α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua puluh lima kultivar padi yang diuji menunjukkan beragam tanggapan terhadap infektivitas mikoriza. Kelompok gogo dan kelompok sawah menunjukkan ketanggapan positif dengan mikoriza, kecuali pada beberapa kelompok sawah yaitu ‘Cimelati-3’, ‘Arias’, ‘Mayang Sari 20’, ‘Situ Bagendit’, ‘Anak Daro’, dan ‘Anak Daro 30’. ‘Lumbuk’ menunjukkan ketanggapan terbaik bersimbiosis dengan mikoriza ditunjukkan dengan peningkatan jumlah anakan, bobot segar tajuk, dan bobot kering tajuk.Kata kunci : cendawan mikoriza arbuskular, ketanggapan mikoriza, padi
Evaluasi Karakter Kualitatif Cabai Hias Generasi F1 Hasil Persilangan Capsicum annuum × Capsicum frutescens Adi Cahya Kurniawan, Aziz Purwantoro, dan Panjisakti Basunanda
Vegetalika Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (388.22 KB) | DOI: 10.22146/veg.6425

Abstract

Beberapa jenis cabai dapat digunakan sebagai tanaman hias. Cabai hias secara morfologis sangat beragam dan dikagumi karena nilai keindahannya. Cabai hias tidak terbatas pada tanaman hias dalam pot. Keanekaragaman pada spesies Capsicum terdapat pada habitus tanaman, bentuk dan ukuran buah serta orientasinya. Keanekaragaman ini merupakan potensi yang sangat besar dalam pengembangan kultivar cabai hias baru. C. frutescens dan C. annuum berpotensi untuk dikembangkan sebagai cabai hias. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakter kualitatif cabai hias generasi F1 hasil persilangan Capsicum annuum × Capsicum frutescens seperti karakter habitus tanaman, orientasi bunga, warna mahkota bunga, orientasi buah, warna buah muda, dan bentuk buah. Dalam penelitian ini tanaman tetua yang digunakan adalah kultivar rawit lokal dari Karanganyar (A) (C. frutescens), ‘Red Cherry Pepper’ (RCP) (C. annuum), ‘Bolivian Rainbow’ (BR) (C. annuum), dan ‘Fish Pepper’ (FP) (C. annuum). Hasil evaluasi menunjukkan bahwa persilangan A×RCP, A×BR, A×FP dan resiproknya mempunyai habitus tanaman dan orientasi bunga tegak, bentuk buah segitiga. Persilangan A×BR, A×FP dan resiproknya mempunyai mahkota bunga putih tepi ungu, orientasi buah tegak, warna buah muda ungu, sedangkan hasil persilangan A×RCP dan resiproknya mempunyai mahkota bunga putih, orientasi buah datar, warna buah muda hijau.Kata kunci : cabai hias, Capsicum annuum, Capsicum frutescens, karakter kualitatif
Karakterisasi Morfologi dan Molekuler Jagung Berondong Stroberi dan Kuning (Zea mays L. Kelompok Everta) Rima Indhirawati, Aziz Purwantoro, Panjisakti Basunanda
Vegetalika Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (570.536 KB) | DOI: 10.22146/veg.6427

Abstract

Jagung berondong (Zea mays Kelompok Everta) merupakan salah satu jenis jagung yang memiliki biji kecil yang keras dan meletup ketika dipanaskan.Jagung berondong memiliki banyak warna seperti kuning (jagung berondong kuning) dan merah (jagung berondong stroberi). Jagung berondong stroberi memiliki biji berwarna merah dan tongkolnya berbentuk seperti buah stroberi, sehingga digemari sebagai hiasan karena keindahannya. Jagung berondong kuning bijinya berwarna kuning dan lebih besar daripada jagung berondong stroberi.Studi keragaman genetik tentang jagung berondong masih langka. Penelitian tentang karakterisasi morfologi dan molekuler menggunakan penanda RAPD pada jagung berondong stroberi dan kuning dapat digunakan sebagai informasi dasar dalam kegiatan awal pemuliaan tanaman jagung berondong. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan karakter morfologi pada jagung berondong stroberi dan kuning; menghitung nilai keragaman genetik berdasarkan penanda RAPD; mengetahui hubungan kekerabatan berdasarkan karakter morfologi dan molekuler; dan mencari pita spesifik yang mencirikan jagung berondong stroberi dan kuning. Penelitian ini menggunakan jagung berondong stroberi dan kuning, karakter morfologi yang diamati meliputi daun, batang, bunga, dan tongkol. Karakter molekuler menggunakan penanda RAPD dengan 5 primer terpilih, yaitu OPA 2, OPA 3, OPA 16, OPD 5, dan OPH 18. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jagung berondong stroberidan kuning memiliki deskripsi yang berbeda. Keragaman genetik pada jagung berondong stroberi sebesar 0,158 dan kuning sebesar 0,159. Berdasarkan 17 karakter morfologi dan molekuler, maka kedua jenis jagung berondong tersebut terbagi menjadi dua kelompok dengan jarak pada skala 5,5, yaitu jagung berondong stroberi dan kuning. Primer yang menghasilkan pita spesifik yang mencirikan jagung berondong stroberi, yaitu OPD 5 dengan ukuran 1500 bp, sedangkan primer yang menghasilkan pita spesifik pada jagung berondong kuning, yaitu OPA 16 dengan ukuran 300 bp. Kata kunci: jagung berondong stroberi, jagung berondong kuning, RAPD, keragaman