Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebagai Determinan Terjadinya ISPA pada Balita Analisis SDKI Tahun 2017 Desinta Ayu Lestari; Asri C. Adisasmita
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 5, No 1 (2021)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/epidkes.v5i1.4083

Abstract

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yaitu penyakit infeksi yang secara umum ada pada anak usia balita. ISPA diartikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen infeksius yang menularkan diantara manusia. ISPA merupakan faktor morbidtas dan mortalitas utama pada Balita. Faktor risiko terjadinya ISPA pada balita salah satunya yaitu BBLR. Jenis penelitan dalam penelitian ini adalah korelasional. Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan cross sectional dengan analisis cox regression dan hasil ukur Risk ratio (RR). Populasi pada penelitian ini sebanyak 17.848 responden dan sampel yang memenuhi kriteria penelitian sebanyak 13.113 responden. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Mei – Juli 2020. Variabel pada penelitian ini meliputi umur balita, jenis kelamin, pendidikan ibu dan ayah, pekerjaan ibu dan ayah, status merokok ibu dan ayah, status imunisasi, pemberian ASI, pemberian vitamin A, tempat tinggal, tingkat kesejahteraan keluarga dan jumlah balita dalam keluarga. Hasil penelitian ini ditemukan hubungan signifikan BBLR tehadap kejadian ISPA pada balita usia 0 - 59 bulan dengan pvalue 0,046 dan nilai RR adjusted 1,14 kali (95% CI 1,00 - 1,31) setelah dikontrol oleh variable jenis kelamin, usia bayi, tingkat kesejahteraan keluarga, pekerjaan ibu dan imunisasi. Penelitian ini ditemukan adanya hubungan signifikan BBLR terhadap ISPA setelah dikontrol oleh variabel confounding jenis kelamin, tingkat kesejahteraan keluarga, pekerjaan ibu dan imunisasi. Oleh karena itu, pentingnya informasi dari tenaga kesehatan bahwa nutrisi ibu saat hamil penting untuk mencegah bayi terlahir BBLR disertai pemberian imunisasi lengkap pada balita untuk mencegah balita mengalami ISPA.
Hubungan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas 1-3 Sekolah Dasar Muhammad Hidayat Sahid; Asri C. Adisasmita; Ratna Djuwita
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/epidkes.v5i2.2411

Abstract

Status gizi merupakan ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi anak yang diukur berdasarkan berat badan dan tinggi badan anak. Data status gizi pada anak usia umur 5-12 tahun di DKI Jakarta menunjukkan underweight 14,0%, stunting 22,7%, wasting 9,9%, dan overweight 6,8%. Data secara spesifik untuk wilayah Jakarta Selatan adalah underweight 7,4%, stunting 17,8%, wasting 6,3%, dan overweight 7,3%. Dari data tersebut didapatkan gambaran mengenai permasalahan gizi yang terjadi di DKI Jakarta. Permasalahan gizi memiliki dampak pada tumbuh kembang anak. Gizi merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap prestasi akademik siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui   hubungan status gizi terhadap prestasi akademik siswa kelas 1-3 sekolah dasar. Desain yang digunakan adalah cohort restrospective dengan melihat hubungan antara hasil School Wide Assessment (SWA) dengan status gizi anak pada sembilan bulan sebelumnya. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 1-3 sekolah dasar di Sekolah HighScope Indonesia dengan dilakukan total sampling yaitu mengambil seluruh siswa kelas 1-3 yang berjumlah 480 anak. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara variabel status gizi lebih pada prestasi akademik kumulatif yaitu RR 6,29 (CI 95% 3,82-10,35). Oleh karenanya masyarakat khsususnya orang tua perlu menyadari adanya pengaruh status gizi terhadap prestasi akademik sehingga akan lebih bijak dalam memilih asupan makanan dan jenis sekolah atau pendidikan yang tepat sesuai dengan usia anak.
Association between knowledge of condom functions and condom use among sexually-active unmarried male adolescents in Indonesia Lhuri Dwianti Rahmartani; Asri Adisasmita
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.364 KB) | DOI: 10.7454/epidkes.v2i2.3131

Abstract

Background: Premarital sex is culturally unacceptable in Indonesia and education on safe sex practice remains controversial. Meanwhile, Indonesia Demographic and Health Surveys (IDHS) show gradual increase in the prevalence of sexually-active adolescents nationwide, particularly among unmarried males. Unfortunately, condom use is low among this population and it is unclear whether it relates to inadequate knowledge on safe sex practice including condoms. Objective: to see whether there is an association between knowledge on condom functions and condom use among adolescents. Method: cross-sectional study of 913 Indonesian unmarried males aged 15 – 24 who have had sex (IDHS Adolescent Reproductive Health 2012 dataset). The independent variable is knowledge on condom functions while the dependent variable is the use of condoms. Statistical analysis is performed using Chi Square and Cox regression. Result: The prevalence of condom use is about twice higher in respondents with sufficient knowledge on condom functions (31%), than in respondents without (15.1%); adjusted PR 2.38 (95%CI 1.47 – 3.85). Conclusion: Having knowledge about condoms is positively associated with safer sex practice among sexually active adolescents. Banning information on condoms may place sexually-active adolescents into unprotected sex. Education on safe sex practice is needed but should be cautiously tailored to meet cultural values.
Pengaruh Jarak Kelahiran terhadap Kematian Bayi di Indonesia, Filipina, dan Kamboja (Analisis Data Survei Demografi Kesehatan) Adelina Fitri; Asri Adisasmita; Renti Mahkota
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.796 KB) | DOI: 10.7454/epidkes.v1i2.1806

Abstract

Kematian bayi didef inisikan sebagai kematian yang terjadi pada tahun pertama kehidupan. Angka kematian bayi di Indonesia dan Kamboja sendiri masih berada diatas AKB Asia Tenggara, sedangkan Filipina sudah sama dengan AKB Asia Tenggara. Jarak kelahiran merupakan salah satu factor yang memegang peran penting pada kematian bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jarak kelahiran terhadap kematian bayi di Indonesia, Filipina dan Kamboja. Penelitian menggunakan data dari Demographic Health Survey (DHS). Desain penelitian adalah cross sectional dan sampel pada masing-masing negara berjumlah 10.162, 4.741 dan 4.330 bayi. Hasil penelitian memperlihatkan, jarak kelahiran < 18 bulan memiliki risiko paling besar terhadap kematian bayi di Indonesia (OR = 2,43: 95% CI 1,26 - 4,70), Kamboja (OR = 4,39: 95% CI 1,76 - 10,94) dibandingkan jarak kelahiran 18 - 23 bulan, 24 - 35 bulan dan > 36 bulan. Sedangkan di Filipina jarak kelahiran 18 - 23 bulan merupakan risiko paling besar pada kematian bayi dibandingkan jarak kelahiran < 18 bulan dan >2 4 bulan (OR = 2,59: 95% CI 1,13 - 5,95). Jarak kelahiran yang ideal untuk mengurangi risiko kematian bayi adalah > 24 bulan.
Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Kematian Neonatal pada Bayi Berat Lahir >=2500 Gram dan pada Bayi Berat Lahir Rendah di Indonesia Ana Maina Rezky; Asri C Adisasmita
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 3, No 2 (2019)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (494.079 KB) | DOI: 10.7454/epidkes.v3i2.3201

Abstract

Kematian balita banyak terjadi pada masa neonatal. Inisiasi menyusu dini sebagai bagian asuhan bayi baru lahir dapat menjadi langkah awal meningkatkan kelangsungan hidup bayi neonatal. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap kematian neonatal pada bayi berat lahir ≥2500 gram dan pada bayi berat lahir rendah di Indonesia. Data penelitian bersumber dari data Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012. Penelitian ini menggunakan desain studi kohort retrospektif. Jumlah sampel penelitian adalah 12.914 bayi. Hasil penelitian menunjukkan bayi berat lahir ≥2500 gram (HR 2,526 : 95% CI 1,113 – 5,736 : p=0,027) dan bayi berat lahir rendah (HR7,640 : 95% CI 1,761 – 33,142 : p=0,007) yang tidak diinisiasi menyusu dini berisiko mengalami kematian neonatal. Tenaga kesehatan yang membantu persalinan dalam menjalankan inisiasi menyusu dini sebagai asuhan bayi baru lahir. Edukasi terhadap calon ibu mengenai inisiasi menyusu dini perlu lebih digalakkan.
Hubungan Antara Riwayat Kunjungan Antenatal Care (ANC) dengan Kejadian Lahir Mati di Indonesia Lila Kesuma Hairani; Asri C. Adisasmita
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/epidkes.v5i2.4085

Abstract

Pada tahun 2015, sebanyak 65% dari total kelahiran mati di seluruh dunia  disumbang oleh sepuluh negara dengan jumlah kelahiran mati terbanyak. Indonesia menempati posisi ke-8 dengan total sebanyak 73.400 kejadian dengan angka lahir mati (stillbirth rate/SBR) sebesar 13 per 1.000 kelahiran. Rendahnya cakupan layanan antenatal diduga berhubungan secara kuat dengan rendahnya lahir mati antepartum. Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat hubungan riwayat kunjungan antenatal (antenatal care/ANC) dengan kejadian lahir mati di Indonesia menggunakan data sekunder yang bersumber dari IFLS 5 tahun 2014. Desain penelitian ini berupa studi potong lintangdengan total sampel yang digunakan adalah sebesar 6.314 kelahiran. Analisis data dilakukan hingga tingkat multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara riwayat kunjungan ANC dengan kejadian lahir mati (P 0,000). Berdasarkan tempat persalinan, kelompok ibu hamil yang melahirakan di fasilitas kesehatan dengan kunjugan ANC tidak sesuai jadwal memiliki peluang sebesar  kali 4,787 (95% CI 2,915- 7,863) untuk terjadinya kelahiran mati. Sementara kelompok ibu hamil yang tidak melahirkan di fasilitas kesehatan dengan kunjungan ANC yang tidak sesuai memiliki peluang sebesar 1,793 kali (95% CI 0,883 – 3,640) untuk terjadinya lahir mati dibandingkan dengan ibu hamil dengan kunjungan ANC yang sesuai jadwal. Penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian lahir mati dipengaruhi oleh layanan antenatal yang tidak adekuat berdasarkan kesesuaian jadwal kunjungan yang telah ditentukan.
Gambaran Epidemiologi Hepatitis A Berdasarkan Data Kejadian Luar Biasa dan Data Kasus di Kabupaten Bogor Tahun 2019 Nurjannah Nurjannah; Asri C. Adisasmita
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/epidkes.v5i2.4095

Abstract

Kejadian luar biasa (KLB) Hepatitis A Kabupaten Bogor terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2018 terdapat 29 kasus dan pada tahun 2019 meningkat hingga 495 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan epidemiologi berdasarkan orang, tempat, waktu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar upaya intevensi yang lebih optimal dan tepat sasaran. Data penelitian diambil dari laporan KLB dan dari data kasus Hepatitis A di Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dari Januari-Desember 2019 dan didokumentasikan kedalam tabel observasi, pengambilan data dilakukan pada Bulan Februari 2020 dengan desain penelitian case series. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 495 kasus yang mengalami gejala klinis, 11,3% terkonfimasi positif, sebagian besar berusia ≤14 tahun (51,92%), laki-laki (68,69%), air isi ulang sebagai sumber air minum (82,42%), dan air sumur sebagai sumber air bersih (71,92%). Kebanyakan kasus mengalami gejala mual (77,58%) dengan gejala klinis yang spesifik seperti sklera mata kuning (63,84%) dan urine yang berwarna gelap (64,24%), makanan bersumber dari rumah/sekolah (88,69%). Kasus terbanyak berasal dari Klapanunggal (36,97%) dan terbanyak di Bulan Januari (169 kasus). Dalam penelitian ini terdapat data missing, sehingga diharapkan kedepannya Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor agar melengkapi data yang berhubungan dengan hepatitis A.
Frekuensi dan Mortalitas Pasien Sepsis dan Syok Septik di ICU Rumah Sakit Swasta Tipe B, di Tangerang Selatan Abioso Wicaksono; Asri C. Adisasmita; Eddy Harijanto
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 6, No 1 (2022)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/epidkes.v6i1.6031

Abstract

Syok septik, yang didefinisikan sebagai sepsis dengan abnormalitas pada system sirkulasi and selular atau metabolic, masih merupakan salah satu penyebab kematian di Intensive Care Unit (ICU) secara global (20%). Studi kros-seksional ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi, faktor risiko syok septik dan mortalitas pada pasien sepsis yang dirawat di ICU di Indonesia. Sampel dikumpulkan dari RS tipe B di Tangerang Selatan, Banten tahun 2020. Data yang dikumpulkan terdiri dari tempat infeksi, komorbiditas: Diabetes Melitus (DM) II, hipertensi, penyakit paru obstruksi kronis dan penyakit ginjal Kronis, asal unit sebelum masuk ICU, Glasgow Coma Score (GCS), acute respiratory distress syndrome (ARDS), lama rawat di ICU, syok septik dan mortalitas. Prevalens, frekuensi faktor risiko untuk syok septik dan kematian secara umum diantara pasien sepsis di ICU diukur dengan persentase, dan untuk perbedaan karakteristik diukur menggunakan chi-square untuk kemaknaannya. Terdapat 110 pasien di ICU dengan diagnosis sepsis di tahun 2020. Sumber infeksi tertinggi adalah pulmoner (39,1%) dan intra-abdominal (31,8%). Komorbiditas tersering pada pasien sepsis adalah hipertensi (53.6%), diikuti oleh DM (44.5%). Mayoritas lama rawat di ICU adalah melebihi 7 hari (67.3%). Risiko terjadinya syok sepsis tertinggi didapatkan pada para pengguna BPJS1.53 (95%CI, 0.83-2.82), pasien dengan gizi lebih: 1.59 (95%CI, 0.63-4.03), pasien alih rawat dari ruang rawat non-intensif: 2.28 (95%CI, 1.19-4.35), penyakit paru  obstruksi kronis: 1.95 (95%CI, 0.55-6.90), dan penyakit urogenital kronis.: 1.93 (95%CI, 0.78-4.78) dibandingkan dengan referensnya masing-masing. Penelitian serupa di negara LMIC diperlukan untuk mendapatkan informasi mengenai beban riel karena sepsis dan syok septik secara regional.
Gejala dan komorbid yang memengaruhi mortalitas pasien positif COVID-19 di Jakarta Timur, Maret-September 2020 Clement Drew; Asri C Adisasmita
Tarumanagara Medical Journal Vol. 3 No. 1 (2021): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v3i2.11742

Abstract

Penyakit oleh virus SARS-CoV2 yang menyerang sistem pernapasan telah menjadi pandemi sejak Februari 2020 dan di Indonesia sejak Maret 2020. Penting untuk mengidentifikasi faktor risiko yang meningkatkan risiko mortalitas dalam kasus ini. Studi analitik dengan desain kohort retrospektif dari data penelusuran epidemiologis oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta di Jakarta Timur sejak bulan Maret - September 2020. Dari total data yang didapatkan (8393 sampel), terdapat 212 (2.53%) orang yang meninggal. Analisis data multivariat dengan regresi logistik menemukan bahwa jenis kelamin laki-laki meningkatkan RR mortalitas sebesar 2.15 (95% IK: 1.47-3.14), usia ?60 tahun sebesar 4.49 (95% IK: 3.05-6.63), adanya gejala saluran pernapasan sebesar 2.17 (95% IK: 1.26-3.72), adanya gejala luar saluran pernapasan sebesar 2.47 (95% IK: 1.43-4.29), riwayat hipertensi sebesar 2.45 (95% IK: 1.46-4.10) dan riwayat gagal ginjal kronik sebesar 3.33 (95% IK: 1.27 - 8.68). Dari hasil studi ini dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin, usia, gejala saluran pernapasan, gejala luar saluran pernapasan, riwayat hipertensi dan gagal ginjal kronik meningkatkan risiko mortalitas pasien positif COVID-19 di Jakarta Timur.
Faktor risiko pemakaian ventilator mekanik lebih dari 24 jam pasca bedah pintas arteri koroner di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Rizky Ramadantie; Asri C Adisasmita
Tarumanagara Medical Journal Vol. 3 No. 1 (2021): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v3i2.11757

Abstract

Bedah Pintas Arteri Koroner (BPAK) merupakan salah satu tatalaksana dalam revaskularisasi penyakit jantung koroner (PJK). Pemakaian ventilator mekanik yang memanjang pasca tindakan BPAK dapat menyebabkan peningkatan biaya perawatan, penurunan kualitas hidup pasien serta berdampak pada psikologis pasien. Tujuan dari studi ini adalah mencari faktor risiko pemakaian ventilator mekanik lebih dari 24 jam pascabedah pintas arteri koroner. Penelitian ini merupakan analisis kohort retrospektif pada pasien yang dilakukan bedah pintas arteri koroner di Unit Pelayanan Jantung Terpadu RSUPN Dr. Ciptomangunkusumo dari tahun 2016 hingga 2020. Insiden pemakaian ventilator lebih dari 24 jam adalah sebesar 28% (89/313) dengan faktor risiko preoperasi yang signifikan yaitu status gagal jantung NYHA Class III dan IV dengan OR 3,5 (p-value 0,005; IK 1,4-8,5), fraksi ejeksi jantung <50% (OR 2,1; p-value 0,008; IK 95% 1,2-3,5), dan faktor intraoperasi yaitu durasi proses klem silang aorta > 86 menit. Maka dapat disimpulkan bahwa gagal jantung NYHA Class III dan IV, fraksi ejeksi jantung <50%, proses klem silang aorta > 86 menit merupakan faktor risiko terjadinya pemakaian ventilator mekanik pascabedah pintas arteri koroner.
Co-Authors Abioso Wicaksono Adelina Fitri Adisasmito, Wiku Bakti Bawono Amelia, Dwirani Ana Maina Rezky Arwinda Nugraheni Ascobat, Purwantyastuti Bambang Dwipoyono, Bambang Chandrayani Simanjorang Clement Drew DENNI JOKO PURWANTO, DENNI JOKO Desinta Ayu Lestari Detty Siti Nurdiati EDI TEHUTERU, EDI Erlina Burhan Evlina Suzanna Fadiah Zahrina Fidya Rumiati Gayatri, Maria Grace Shalmont Gunarsih, Arum Hadayna, Saila Harijanto, Eddy Hatma, Ratna Djuwita Herlina Rahmah Heryana, Ade Imam Subekti Indriyati, Titi Irwan, Hermansyah JAUHARI OKA REUWPASSA, JAUHARI OKA Johanes Edy Siswanto, Johanes Edy Kemal N. Siregar Lhuri Dwianti Rahmartani Lila Kesuma Hairani Lubis, Pika Novriani Marthino Robinson MARYANI, DINI Maulidiah Ihsan Miranda Rachellina Muhammad Agus Muljanto Muhammad Hidayat Sahid Mulyadi M Djer, Mulyadi M Murtiani, Farida Nadhila Beladina Nadjib, Mardiati Nasdaldy -, Nasdaldy Nurhakiki, Syifa Nurjannah Nurjannah Pradnya Sri Rahayu Prasetyo, Rachma Wenidayanti Prita Rosdiana RA. Koestoer Ratna Djuwita Renti Mahkota Retno Asti Werdhani Rizky Ramadantie Safanta, Nurzalia Safitri, Meirica Rosaline Septyana Choirunisa Septyana Choirunisa Shalzaviera Azniatinesa Shela Rachmayanti Sidharta Kusuma Manggala Siti Sopiatun Sjahrul Sjamsuddin, Sjahrul Soemanadi -, Soemanadi Soewarta Kosen Sofi Mardiah Sudarto Ronoatmodjo Sugiarto, Adhrie Susianti, Yanti Talib, Suprohaita Rusdi Taufiqurahman, Khobir Abdul Karim Telly Purnamasari Tika Dwi Tama Tubagus Ferdi Fadilah, Tubagus Ferdi Virmandiani, Virmandiani Woro Riyadina Yoga Yunadi Zhara Juliane