Renti Mahkota
Department Of Epidemiology, Faculty Of Public Health, Universitas Indonesia, Indonesia

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Risk Factors of Malaria Incidence in Endemic Area of Central Java Renti Mahkota; Fajaria Nurcandra; Fitria Dewi Puspita Anggraini; Annisa Ika Putri; Bambang Wispriyono
Journal of the Medical Sciences (Berkala Ilmu Kedokteran) Vol 50, No 1 (2018): SUPPLEMENT
Publisher : Journal of the Medical Sciences (Berkala Ilmu Kedokteran)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (111.19 KB) | DOI: 10.19106/JMedScieSup005001201808

Abstract

Malaria caused 212 million cases worldwide in 2015 which associated to environmental factors, ecology, and the presence of vectors. Annual paracite incidence (API) in Indonesia in 2011-2015 decreased. Unfortunately, malaria incidence always exist in Purworejo District which known as one of endemic area in Central Java. This research aimed to determine risk factors of malaria incidence in endemic area especially in Purworejo, Central Java. Logistc regression showed that period of residency 19-34 years (OR=1.612; 95% CI 0.853-3.046), period of residency >34 years (OR=2.050; 95% CI 1.036-4.060), male (OR=2.349; 95% CI 1.365-4.043), and education level less than junior high school (OR=1.677; 95% CI 0.976-2.882) as contributing risk factor to malaria incidence in Purworejo District.
PENGARUH KOMPLIKASI KEHAMILAN TERHADAP KEMATIAN NEONATAL DINI DI INDONESIA Arwinda Nugraheni; Renti Mahkota; Asri C Adisasmita
Media Medika Muda Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Faculty of Medicine Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Kematian neonatal dini merupakan penyumbang kematian bayi dan perinatal yang merupakan indikator derajat kesejahteraan dan kesehatan bangsa. Angka kematian bayi dan perinatal di Indonesia masih tergolong tinggi dibanding negara Asia lainnya. Komplikasi kehamilan diduga menjadi faktor kuat kematian neonatal dini. Penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh adanya komplikasi kehamilan dan setiap jenis komplikasi kehamilan serta ingin mengetahui PAR (Population Attributle Risk) terhadap kematian neonatal dini di Indonesia pada anak yang lahir 2002–2007 terhadap kematian neonatal dini setelah dikendalikan seluruh confounding.Metode: Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah crossectional dengan analisis multivariat complex sample cox regression. Sampel penelitiansebanyak 13893 dari 33 provinsi Indonesia yang diambil dengan metode Stratified two-stage cluster design. Hasil: Hasil analisis menunjukkan komplikasi kehamilan terhadap kematian neonatal dini dimodifikasi oleh berat lahir. Peneliti membuat dua model untuk membuktikan pengaruh komplikasi kehamilan terhadap kematian neonatal dini. Pada model pertama, PR komplikasi kehamilan terhadap kematian neonatal dini pada strata berat lahir <2000 gram sebesar 28,74 (95%CI: 10,21-81,02) PAR 13,92%, pada stratum ≥2000 gram sebesar PR 1,03 (95%CI: 0,32-3,34) PAR 11,94%. Pada model kedua, PR prematuritas memiliki risiko tertinggi PR 3,98 (95%CI 1,36-11,63) dengan PAR 8,1%.Simpulan : Pemerintah dan masyarakat dapat meningkatkan efektivitas ANC untuk penurunan komplikasi kehamilan dan prematuritas.Kata kunci: Komplikasi kehamilan, kematian neonatal dini, SDKI 2007
Hubungan Pengetahuan HIV/AIDS dengan Stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS di Kalangan Remaja 15-19 Tahun di Indonesia (Analisis Data SDKI Tahun 2012) Berliana Situmeang; Syahrizal Syarif; Renti Mahkota
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (127.274 KB) | DOI: 10.7454/epidkes.v1i2.1803

Abstract

Stigma terhadap ODHA menjadi salah satu hambatan paling besar dalam pencegahan, perawatan, pengobatan, dan dukungan HIV/AIDS. Pengetahuan tentang HIV/AIDS mempengaruhi terjadinya stigma terhadap ODHA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan stigma terhadap ODHA di kalangan remaja usia 15-19 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012 dengan disain cross-sectional. Sampel penelitian sebanyak 8.316 orang. Hasil studi menunjukkan 71,63% remaja mempunyai stigma terhadap ODHA, 49,10% remaja mempunyai pengetahuan yang kurang tentang HIV. Pengetahuan yang kurang tentang HIV/AIDS berhubungan dengan stigma terhadap ODHA (PR= 1,210 95% CI: 1,149-1,273) setelah dikontrol oleh keterpaparan media massa. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS pada remaja guna mengurangi stigma terhadap ODHA.
Pengaruh Jarak Kelahiran terhadap Kematian Bayi di Indonesia, Filipina, dan Kamboja (Analisis Data Survei Demografi Kesehatan) Adelina Fitri; Asri Adisasmita; Renti Mahkota
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 1, No 2 (2017)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.796 KB) | DOI: 10.7454/epidkes.v1i2.1806

Abstract

Kematian bayi didef inisikan sebagai kematian yang terjadi pada tahun pertama kehidupan. Angka kematian bayi di Indonesia dan Kamboja sendiri masih berada diatas AKB Asia Tenggara, sedangkan Filipina sudah sama dengan AKB Asia Tenggara. Jarak kelahiran merupakan salah satu factor yang memegang peran penting pada kematian bayi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jarak kelahiran terhadap kematian bayi di Indonesia, Filipina dan Kamboja. Penelitian menggunakan data dari Demographic Health Survey (DHS). Desain penelitian adalah cross sectional dan sampel pada masing-masing negara berjumlah 10.162, 4.741 dan 4.330 bayi. Hasil penelitian memperlihatkan, jarak kelahiran < 18 bulan memiliki risiko paling besar terhadap kematian bayi di Indonesia (OR = 2,43: 95% CI 1,26 - 4,70), Kamboja (OR = 4,39: 95% CI 1,76 - 10,94) dibandingkan jarak kelahiran 18 - 23 bulan, 24 - 35 bulan dan > 36 bulan. Sedangkan di Filipina jarak kelahiran 18 - 23 bulan merupakan risiko paling besar pada kematian bayi dibandingkan jarak kelahiran < 18 bulan dan >2 4 bulan (OR = 2,59: 95% CI 1,13 - 5,95). Jarak kelahiran yang ideal untuk mengurangi risiko kematian bayi adalah > 24 bulan.
Faktor Risiko Terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A di Kabupaten Tangerang Tahun 2016 Nenden Hikmah Laila; Renti Mahkota; Elvieda Sariwati; Dwi Agus Setiabudi
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.205 KB) | DOI: 10.7454/epidkes.v2i1.3099

Abstract

Hepatitis A adalah penyakit hati akibat virus hepatitis A yang dapat menyebabkan kesakitan ringan sampai berat. Dampak ekonomi dari wabah tersebut seperti epidemi Shanghai pada tahun 1988 yang menyerang sekitar 300.000 orang. Di negara-negara berkembang dengan kondisi sanitasi yang buruk dan praktek-praktek higienis, kebanyakan anak-anak (90%) telah terinfeksi hepatitis A virus sebelum usia 10 tahun. Di Indonesia Hepatitis A sering muncul dalam Kejadian Luar Biasa (KLB). Tahun 2014 tercatat 3 Provinsi dan 4 Kabupaten terjadi KLB dengan jumlah penderita 282. Penyelidikan epidemiologi ini bertujuan untuk mengetahui gambaran KLB dan mengidentifikasi faktor risiko KLB Hepatitis A di Kabupaten Tangerang tahun 2016. Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kasus kontrol. Penyelidikan dilaksanakan pada bulan Maret 2016 di Kabupaten Tengerang. besar sampel yaitu kasus 44 dan control sebanyak 95. Data yang dikumpulkan dalam penyelidikan ini berupa data primer dan sekunder. Data primer meliputi identifikasi responden dan faktor risiko Hepatitis A. Penyelidikan dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner terstruktur serta observasi lingkungan. Data sekunder diambil berdasarkan laporan puskesmas, catatan dinas kesehatan Kabupaten Tangerang dan data demografi. Data dianalisis dengan Stata menggunakan uji bivariate; Chi Square (X2) dan multivariate; regresi logistik. KLB terjadi pada bulan Februari-Maret 2016 dengan kasus sebanyak 44, kasus terbanyak terjadi pada minggu ke-10 pada bulan Maret 2016. KLB hepatitis A berdasarkan kelompok umur 6-10 tahun sebesar 3 orang (6.82%) lebih sedikit dibanding umur 11-16 tahun yaitu 41 orang (93.18%) dengan OR 1.78 (CI95% 0.43-10.48) . KLB hepatitis A berdasarkan jenis kelamin lebih banyak pada perempuan yaitu 24 orang (54.55%) dibanding laki – laki yaitu 20 orang (45.45%) dengan OR 0.71 (CI95% 0.32-1.56). Faktor risiko diantaranya tidak cuci tangan pakai sabun sehabis bab OR 7.90 (CI 95% 3.14 -19.88) dan jenis kantin yang digunakan (Warung 2) OR 2.92 (CI 95% 1.21 - 7.02). KLB hepatitis A terjadi karena berbagai faktor risiko diantaranya tidak cuci tangan pakai sabun sehabis bab dan jenis kantin yang digunakan (Warung 2). Selain itu PHBS penjamah makanan kurang baik dan sanitasi lingkungan juga buruk. Upaya pencegahan bisa dilakukan melalui perbaikan sanitasi sekolah dan penyuluhan tentang PHBS dan imunisasi hepatitis A. Faktor risiko diantaranya tidak cuci tangan pakai sabun sehabis bab OR 7.90 (CI 95% 3.14 -19.88) dan jenis kantin yang digunakan (Warung 2) OR 2.92 (CI 95% 1.21 - 7.02). KLB hepatitis A terjadi karena berbagai faktor risiko diantaranya tidak cuci tangan pakai sabun sehabis bab dan jenis kantin yang digunakan (Warung 2). Selain itu PHBS penjamah makanan kurang baik dan sanitasi lingkungan juga buruk. Upaya pencegahan bisa dilakukan melalui perbaikan sanitasi sekolah dan penyuluhan tentang PHBS dan imunisasi hepatitis A.
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Resiliensi Keluarga Penderita Stroke Iskemik Serangan Pertama di RS Otak Dr. Drs. M. Hatta (RSOMH) Bukittinggi 2022 Helda Helda; Sukarsi Rusti; Mira Maryani Latifa; Renti Mahkota
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 6, No 1 (2022)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/epidkes.v6i1.5876

Abstract

Penyakit stroke menjadi salah satu penyebab kematian tertinggidan merupakan penyumbang ketiga kecacatan secara global.Jenis stroke yang paling umum terjadi di Indonesia adalah strokeiskemik. Sebagian besar penderita stroke mengalami penurunankognitif dan motorik yang menyebabkan keterbatasan padapenderitanya dalam melakukan aktivitas sehingga keluargamemegang peranan penting pada kondisi penderita stroke.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkatpendidikan dengan resiliensi keluarga penderita stroke iskemikserangan pertama. Penelitian ini adalah studi kuantitatif dengandesain penelitian cross-sectional yang menggunakan data primerpada bulan Januari-Februari 2022 di poli rawat inap RumahSakit Otak Dr. Drs. M. Hatta Bukittinggi (RSOMH). Sampelpenelitian adalah keluarga dan penderita stroke iskemik di RSOMHyang berjumlah 229 orang berdasarkan kriteria inklusi.Pengumpulan data menggunakan instrumen resiliensi keluarga(RESILIENSI-GA). Analisis data menggunakan analisis univariat,analisis bivariat dengan uji chi-square dan analisis multivariatmenggunakan Regresi Logistik Multivariat model kausal. Hasilanalisis diperoleh bahwa 66,4% keluarga memiliki skor resiliensisedang dan tinggi. Keluarga pasien yang memiliki tingkatpendidikan tinggi memiliki asosiasi dengan resiliensi keluargayang baik yakni 1,9 kali lipat dibandingkan dengan pendidikanrendah setelah di kontrol variabel sosial ekonomi dan umur (POR1,960, CI 95%: 1,20-1,62). Ketahanan keluarga pada pasienstroke merupakan suatu hal yang penting, mengingat dampakfisik dan psikis yang ditimbulkan oleh stroke. Dalam penelitianini terdapat asosiasi antara pendidikan dengan resiliensi keluarga pasien stroke setelah di kontrol variabel sosial ekonomi dan umur.
Karakteristik Epidemiologi COVID-19 Tahun 2020 – 2021: Studi Potong Lintang di Provinsi Riau Rajunitrigo Sukirman; Irwan Muryanto; Eka Malfasari; Renti Mahkota
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 6, No 1 (2022)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/epidkes.v6i1.6001

Abstract

Data terkait karakteristik epidemiologi COVID-19 di Indonesia masih langka. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan epidemiologi COVID-19 berdasarkan dimensi orang, tempat dan waktu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar upaya intervensi yang lebih optimal dan tepat sasaran. Penelitian cross sectional ini memasukkan seluruh kasus konfirmasi COVID-19 dari sepuluh Kabupaten dan dua Kotamadya di Provinsi Riau dari tanggal 18 Maret 2020 hingga 9 Oktober 2021. Kami menggunakan analisis univariat dan bivariat untuk mendeskripsikan karakteristik epidemiologi COVID-19. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 122.497 kasus COVID-19, 51,3% kasus adalah perempuan. Median umur 35 tahun (IQR: 24 - 49 tahun), 52,1% kasus kelompok umur 26 hingga 51 tahun, 0,4% kasus re-infeksi COVID-19, 3,3% kasus meninggal, 87,3% kasus dengan isolasi mandiri/ fasilitas khusus, dan 70,5% tempat tinggal kasus di wilayah daratan. Waktu sakit tertinggi atau puncak gelombang COVID-19 pada tanggal 18 – 24 Oktober 2020 (1.891 kasus), tanggal 23 – 29 Mei 2021 (4.444 kasus), dan tanggal 25 – 31 Juli 2021 (9.536 kasus). Kelompok umur, status kasus, dan tempat tinggal memiliki hubungan signifikan dengan kejadian COVID-19 berdasarkan jenis kelamin. Tingginya kasus pada umur produktif berkontribusi terhadap tingginya kesembuhan kasus COVID-19. Perlu dilakukan upaya preventif seperti bekerja dari rumah pada kelompok usia produktif serta meningkatkan perawatan dan pengobatan pada laki-laki risiko tinggi dengan pertimbangan bertambahnya usia dan faktor komorbiditas.
Seroepidemiological investigation of SARS-CoV-2 infection and risk factors in Indonesia before mass COVID-19 vaccination Wahyono, Tri YM.; Mahkota, Renti; Nurcandra, Fajaria; Ansariadi, Ansariadi; Hidajah, Atik C.; Helda, Helda; Syahrul, Fariani; Dwinata, Indra; Kawi, Nurhayati
Narra J Vol. 5 No. 1 (2025): April 2025
Publisher : Narra Sains Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52225/narra.v5i1.1957

Abstract

At the onset of the coronavirus disease 2019 (COVID-19) pandemic in Indonesia, surveillance focused on finding and treating symptomatic cases. However, emerging evidence indicated that asymptomatic and pre-symptomatic individuals significantly contributed to viral transmission. This highlights the need for comprehensive surveillance to understand better the actual spread of SARS-CoV-2. Therefore, the aim of this study was to determine the seroprevalence of SARS-CoV-2 antibodies in the general population across Indonesia and identify risk factors associated with infection at the beginning of the pandemic. A cross-sectional survey was conducted across 17 provinces, 69 districts/cities, and 1,020 villages in Indonesia from December 22, 2020, to February 15, 2021. A multistage random sampling technique was employed. Serological testing using enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) was performed to detect anti-SARS-CoV-2. Complex sample analysis, adjusted for weights, was utilized to estimate the national seroprevalence and a generalized linear model with a binomial distribution was applied to identify risk factors. A total of 10,161 individuals were included in the final analysis, with the national seroprevalence being 14.8% (95% confidence interval (CI): 14.2–18.5). The prevalence was higher in females (16.8%; 95%CI: 12.5–22.3), individuals aged 46–59 years (18.6%; 95%CI: 14.2–24.0), and in urban areas (20.1%; 95%CI: 15.0–26.2). The highest prevalence was observed in North Maluku (35.6%; 95%CI: 29.3–42.5). Notably, 54.2% of seropositive individuals were asymptomatic, while 7.5% reported hypertension as a comorbidity. Factors associated with higher seroprevalence were being married (adjusted prevalence ratio (aPR): 1.47; 95%CI: 1.02–2.12), widow (aPR: 1.74, 95%CI: 1.01–3.00), and close contact with confirmed cases (aPR: 2.04; 95%CI: 1.52–2.73). This study revealed a COVID-19 prevalence significantly higher than official estimate in Indonesia, underscoring the need for improved surveillance system to more accurately track disease spread and to inform timely public health responses in the future.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematian Pasien Penyakit Jantung Koroner di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Tahun 2004 Gobel, Fatmah A.; Mahkota, Renti
Kesmas Vol. 1, No. 3
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menurut estimasi WHO, sekitar 50% dari 12 juta penduduk dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Faktor prognosis pasien PJK dapat diubah dan dikendalikan, dan memungkinkan untuk mencegah kematian akibat PJK. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor prognosis yang berhubungan dengan terjadinya kematian pasien PJK di PJN Harapan Kita Tahun 2004, menggunakan data sekunder (data rekam medik pasien). Variabel-variabel yang diteliti meliputi variabel independen (jaminan pembayaran, asal daerah/kawasan, penyakit penyerta hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia dan riwayat PJK sebelumnya) dan variabel kovariat (umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan). Desain epidemiologi yang digunakan adalah analitik kasus kontrol dengan jumlah kasus 130, kontrol 260 (1 : 2). Kasus adalah pasien PJK yang meninggal dibuktikan dengan ringkasan pasien meninggal, kontrol adalah pasien yang keluar hidup. Data di analisis multivariat. Hasil penelitian, jaminan pembayaran dan asal daerah/kawasan berhubungan dengan terjadinya kematian pasien. Pasien dengan pembayaran pribadi dan yang berasal dari Jawa berisiko lebih tinggi untuk meninggal daripada pasien dengan jaminan pembayaran Askes dan yang berasal dari luar Jawa. Masyarakat disarankan menjadi peserta asuransi kesehatan atau jaminan pemeliharaan kesehatan lain. Penelitian lain perlu mempertimbangkan keganasan penyakit sehingga hubungan antara faktor prognosis dan kematian dapat lebih jelas untuk setiap tahap penyakit. According to WHO estimate, about 50% people died each year on the world caused by heart and arterial diseases. There are many prognostic factors of heart diseases that could be changed and controlled; therefore this disease is preventable regarding the mortality. This study aimed to understand prognostic factors related to mortality among coronary heart disease. The source of data is secondary data patient medical record at Harapan Kita National Heart Centre in 2004. The independent variables were health insurance, place of origin, hypertension, diabetes mellitus, dislipidemia, and previous history of CHD while covariate variables were age, gender, education, and occupation. The study design is case-control study with 130 cases and 260 controls (1:2). Cases were death CHD patients confirmed by death summary record, controls were survivor patients. Data were analyzed in multivariate ways. The study results shows that health insurance and place of origin were associated to patient’s mortality. Patients without insurance have higher risk to die then patients with Askes health insurance. Patients came from Java island have higher risk to die then those who came from outside Java. Public is recommended to be member of health insurance. Other research need to be conducted by considering the severity of the diseases and therefore the relationship between prognostic factors and outcome could be clearer for each stage of disease.
Faktor Lingkungan Fisik Rumah, Respon Biologis dan Kejadian TBC Paru di Indonesia Mahpudin, A. H.; Mahkota, Renti
Kesmas Vol. 1, No. 4
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sampai kini, Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia. Menurut laporan WHO, di seluruh dunia setiap tahun ditemukan sekitar 8 juta kasus baru. Indonesia merupakan negara penyumbang kasus TBC terbesar ketiga setelah India dan Cina dengan perkiraan jumlah kasus pada 2003 adalah 627.047 penderita dan 281.946 kasus merupakan TBC paru BTA positif. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan rumah, faktor sosial ekonomi dan faktor respon biologis terhadap kejadian TBC paru BTA positif pada penduduk dewasa di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Survei Prevalensi TBC Nasional dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004 dengan rancangan studi kasus kontrol dengan rasio kasus dan kontrol 1:4. Populasi penelitian ini adalah penduduk berumur 15 tahun keatas. Sampel adalah responden Susenas 2004 sebanyak 380 orang yang terdiri dari 76 kasus dan 304 kontrol. Kasus adalah penduduk dewasa yang didiagnosis TBC berdasarkan hasil pemeriksaan sputum BTA positif. Kontrol adalah penduduk yang yang berasal dari kecamatan yang sama dengan kasus dengan hasil BTA negatif. Ditemukan bahwa faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian TBC Paru adalah sumber kontak serumah OR = 3,46 (1,316; 9,091) kondisi rumah yang berlantai tanah OR = 2,2 (1,135; 4,269) dan pendapatan perkapita OR = 2,145 (1,249; 3,683). Disarankan untuk melaksanakan program penemuan kasus secara aktif khusus untuk masyarakat berpenghasilan rendah, terutama untuk deteksi dini, pengobatan secara cepat dan tepat, melaksanakan program penemuan kasus secara aktif, dan program rumah sehat masyarakat miskin. Globally, Tuberculosis (TB) is an important public health problem until today. Based on WHO report, about 8 millions of new TB cases are found every year. Indonesia is the third biggest contributor country of TB cases after India and China with estimated number of 627.047 infected and 282.946 with positive smear test (BTA) in 2003. The objective of this study is to understand the relationship between house environment condition, socio-economic factor, biological response and TB. This study used secondary source of data from National TB Prevalence Survey (SPTBC) and National Social and Economic Survey (Susenas) in 2004. The study design used is case control study, with ratio of case and control of 1:4. The study population is >15 years old age group. The number of sample is 380 persons, consisting of 76 cases and 304 controls. Cases are people with positive sputum test and controls are people with negative sputum test selected randomly. The study results show that factors associated with TB are the presence of contact source in one house with OR = 3.46 (1.316-9.091), condition of the house with soil floor OR = 2.2 (1.135-4.269) and private income OR 2.145 (1.249-3.683). According to those findings, it was recommended to the policy maker to conduct active case finding program for the low-income group of people, early detection, quick treatment, active case finding program, and healthy housing for the poor.