Epi Supiadi
Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Published : 19 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

PERAN LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL (LKS) DALAM PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI JAWA BARAT Marbun, Jumayar; Aritonang, A.Nelson; Supiadi, Epi; Maryami, Ami; Ismudiyarti, Yuti
Pekerjaan Sosial Vol 11, No 1 (2012): Peksos
Publisher : Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (510.328 KB) | DOI: 10.31595/peksos.v11i1.7

Abstract

AbstractThe purpose of this study was to obtain an overview of the Institute of Social Welfare (LKS) prevention, rehabilitation, referral, further guidance to victims of drug abuse. While the focus of this study is "How does LKS have addressed the role of drug abuse", with sub-problematic as follows: how LKS prevention, rehabilitation, referral, further guidance to victims of drug abuse. The research method used in research on the role of LKS in Drug Abuse Treatment in West Java is descriptive-qualitative. Data sources consisted of primary sources that 30 people associated with the management of the implementation process LKS, and secondary source documents ie reports and profiles LKS. Data collection techniques are in-depth interviews, structured observation, and study documentation. While the data analysis techniques are. The results showed that the role of LKS in prevention include demand reduction and harm reduction in order to improve immunity and resilience of individuals, families and communities to not abuse the drug, which is classified into primary prevention, secondary prevention and tertiary prevention. Rehabilitation activities carried worksheets for each client at least 2 and at most 120 clients. After care Program activities are conducted is an effort to prevent recurrence (relapse). 22 According to the informant that the ex prevents recurrence of drug abuse by holding intensive counseling, economic assistance, spiritual guidance, assistance with activities involving positive, continue to monitor the development of the former victims of drug abuse. LKS advocacy activities is to assist clients in obtaining their rights, to obtain services and resources and the protection or assistance in case of breaking  the law and to influence  policy makers  to change or  create policy in favor of LKSConclusion of research that drug abuse prevention conducted various worksheets is quite varied, but not all agencies conducting rehabilitation. Generally agencies conduct prevention, advocacy, information and referral guidance. Keywords:  preventive, rehabilitation, referral and aftercare. AbstrakTujuan  penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) melakukan pencegahan, rehabilitasi, rujukan, bimbingan lanjut terhadap korban penyalahgunaan NAPZA. Sedangkan fokus penelitian ini adalah “Bagaimanakah Peran LKS melakukan penanganan penyalahgunaan NAPZA”, dengan sub problematik sebagai berikut: “bagaimana  LKS melakukan pencegahan, rehabilitasi, rujukan, bimbingan lanjut terhadap korban penyalahgunaan NAPZA?”.Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai Peran LKS dalam Penanganan  Penyalahgunaan NAPZA di Jawa Barat adalah metode deskriptif–kualitatif. Sumber data terdiri dari sumber primer yaitu  30 orang pengurus LKS terkait dengan proses pelaksanaan LKS , dan sumber sekunder yakni dokumen laporan dan profil LKS. Teknik pengumpulan data adalah wawancara mendalam, observasi tidak terstruktur, dan studi dokumentasi, sedangkan  teknik analisis data adalah kualitatif.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran LKS dalam pencegahan mencakup pengurangan permintaan dan pengurangan dampak buruk dalam rangka meningkatkan kekebalan dan ketahanan individu, keluarga, dan masyarakat untuk tidak menyalahgunakan NAPZA yang diklasifikasikan menjadi pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier. Kegiatan rehabilitasi  dilakukan masing-masing LKS terhadap paling sedikit 2 klien dan paling banyak 120 klien. Kegiatan  Program After care yang dilakukan adalah upaya untuk mencegah  kekambuhan (relapse). Menurut 22 informan bahwa dalam mencegah kekambuhan eks penyalahgunaan NAPZA dengan mengadakan  penyuluhan secara intensif, bimbingan ekonomi, bimbingan rohani, pendampingan dengan melibatkan kegiatan positif, memantau terus perkembangan eks penyalahgunaan NAPZA. Kegiatan advokasi  yang dilakukan LKS adalah  membantu klien dalam memperoleh hak-haknya, untuk mendapatkan pelayanan dan sumber daya juga perlindungan atau pendampingan  dalam kasus melanggar hukum serta mempengaruhi pembuat kebijakan untuk merubah atau membuat kebijakan yang berpihak pada LKS. Kesimpulan hasil penelitian bahwa penanggulangan penyalahgunaan NAPZA dilakukan berbagai LKS cukup bervariasi namun tidak semua lembaga  melakukan kegiatan rehabilitasi. Umumnya lembaga melakukan kegiatan pencegahan, advokasi, bimbingan lanjut, dan rujukan. Kata kunci: pencegahan, rehabilitasi, referral, aftercare.
PERAN LEMBAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL DALAM PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI JAWA BARAT Maryami, Ami; Marbun, Jumayar; Aritonang, Nelson; Supiadi, Epi; Ismudiyarti, Yuti
Pekerjaan Sosial Vol 14, No 1 (2015): Peksos
Publisher : Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.971 KB) | DOI: 10.31595/peksos.v14i1.44

Abstract

AbstractThe purpose of this study was to obtain an overview of the role of social welfare Institution (SWI) in the prevention, rehabilitation, referrals, further guidance to of drug abuser. The research method used is descriptive-qualitative method. Source data consist of primary sources and secondary sources. Primary sources are the institution managers which totaled 19 people consist of eight social workers who have a preventive function, seven social workers who have rehabilitation function, three managers who have development function and one of the managers who have the coordination function. Secondary sources are provide information directly related to the implementation of SWI. The result were obtained information in prevention activities of supply reduction, demand reduction and harm reduction of drug abuse in order to improve immunity and resilience of individuals, families and communities to not abuse the drug. After care program undertaken to prevent recurrence with intensive counseling, guidance economic, spiritual guidance, and monitor continuously evolves ex victims of drug abuse. Advocacy  activities are also conducted by the SWI is to assist clients in obtaining their rights, get law services, resources, protection or assistance in case of law breaking and to influence policy makers to change or create policy pro to SWI.Keywords: Role of SWI and The Handling of Drug AbuserAbstrakTujuan  penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang lembaga kesejahteraan sosial (LKS) dalam melakukan pencegahan, rehabilitasi, rujukan, bimbingan lanjut terhadap korban penyalahgunaan NAPZA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif–kualitatif. Sumber data terdiri dari sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer yaitu para pengurus LKS terdiri dari 19 orang informan yang terdiri atas delapan orang berasal dari LKS yang mempunyai fungsi pencegahan, tujuh orang berasal dari LKS yang mempunyai fungsi rehabilitasi, tiga orang berasal dari organisasi yang mempunyai fungsi pengembangan, dan satu orang dari organisasi yang berfungsi koordinasi. Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung yang memberikan informasi terkait pelaksanaan LKS. Hasil penelitian diperoleh informasi dalam pencegahan adalah pengurangan pemasokan, pengurangan permintaan, dan pengurangan dampak buruk dalam rangka meningkatkan kekebalan dan ketahanan individu, keluarga, dan masyarakat untuk tidak menyalahgunakan NAPZA. Kegiatan Program After Care yang dilakukan adalah upaya  mencegah  kekambuhan (relapse) yaitu dengan mengadakan  penyuluhan secara intensif, bimbingan ekonomi, bimbingan rohani, pendampingan dengan melibatkan kegiatan positif, memantau terus perkembangan korban eks penyalahgunaan NAPZA. Kegiatan advokasi juga dilakukan oleh LKS yaitu membantu klien dalam memperoleh hak-haknya, mendapatkan pelayanan dan sumber daya dan perlindungan atau pendampingan  dalam kasus melanggar hukum serta mempengaruhi pembuat kebijakan untuk merubah atau membuat kebijakan yang berpihak pada LKS Kata kunci: Peran LKS dan Penanganan Penyalahgunaan NAPZA
THE INCREASING OF SELF-CONCEPT THROUGH RET ON SUBJECT ID: AS A VICTIM OF DRUG ABUSED AT JAYAGIRI VILLAGE, LEMBANG SUB-DISTRICT, BANDUNG BARAT REGENCY Anandri Novan Pratama; Admiral Nelson Aritonang; Epi Supiadi
Indonesian Journal of Social Work Vol 3 No 1 (2019)
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31595/ijsw.v3i1.193

Abstract

This study aims to examine the effect of Rational Emotive Therapy (RET) on the improvement of self-concept in the subject ID of victims of drug users. Perceptions reflected in the subject's internal and external behaviors that lead to the disruption of their self-concept are the focus of the intervention in this study. The research approach used is quantitative research using Single Subject Design (SSD) or N = 1. The research model used is A-B-A which occurs from three phases, among others, Phase A1 (baseline), Phase B (Intervention), and phase A2 (results). The instrument used is a questionnaire developed by researchers based on the theory of William H. Fitts. Data collection techniques used are in-depth interviews, questionnaires, and documentation studies. The data obtained was analyzed by charting and making descriptive statistics. The results showed that the application of Rational Emotive Therapy (RET) succeeded in improving self-concept which previously made subjects not adaptive to the environment. Changes that occur after subject therapy experience an increase in self-concept shown by the reduction of irrational thoughts and subjects become more adaptive to their environment. This research recommendation can be continued to look at the effect of RET therapy in handling the problems of self-concept of victims of drug users in the future and can contribute ideas in the development of social work science in dealing with drugs.
KONDISI PSIKOSOSIAL-EKONOMI MANUSIA GEROBAK DI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT Dr. Epi Supiadi, M.Si; Annisa Aulia; Muhammad Ramdhan Firmansyah
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial (Rehsos) Vol 4 No 1 (2022): REHSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to reveal the characteristics of the manusia gerobak, the psychosocial and economic conditions of the manusia gerobak in the city of Bekasi. The study used a qualitative method with purposive sampling technique, resulting in 4 (four) manusia gerobak as the main informants and the supporting informants are Satpol PP officials and Social Service officials as well as the person in charge of the Bekasi City Shelter House. Data was collected by using interview, observation and documentation studies. The results showed that the biological conditions of all the informants were complete, healthy without a history of serious illness. The psychological condition of the informants is quite good, but they have negative emotions in the form of sadness and feelings of grief that come from their life journey. All of the informants have good relations with other manusia gerobak and their neighbors, except for two informa., who do not know the heads of the RT and RW. Relationships with family or relatives are quite varied. All informants have never received health and social assistance from the government. Spiritually, informants D and J are figures of manusia gerobak who are devout in their worship. The economic conditions of the informants include working time to scavenge waste ranging from 5-8 hours per day per person. Junk goods include plastic bottles, cardboard, wood, iron, cans and other used goods, with different selling prices depending on the prices set by the collectors. Daily income ranges from Rp. 25,000 – Rp. 60,000, with expenses to meet daily food needs, coffee, cigarettes and partly saved by Informants. In theory, the poverty experienced by the informants in terms of income is included in Primary poverty (primary/absolute poverty), namely poverty that can be described objectively as a lack of income earned to meet minimum needs.
MODEL PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN (MOHAWIR) BAGI PEREMPUAN RAWAN SOSIAL EKONOMI (PRSE) DI KECAMATAN MARGA SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Dewi Mariyana; Epi Supiadi; Bambang Indrakentjana
Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial (Biyan) Vol 4 No 1 (2022): BIYAN
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menghasilkan model akhir pelatihan kewirausahaan bagi perempuan rawan sosial ekonomi (PRSE) di Kecamatan Marga Sekampung Kabupaten Lampung Timur. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan metode participatory action research (PAR). Penelitian ini melibatkan 3 partisipan (pendamping PRSE) dari proses awal hingga akhir penelitian. Hasil dari pengimplementasian model pelatihan kewirausahaan bagi perempuan rawan sosial ekonomi (PRSE) pada penelitian ini terdiri dari empat tahap. Tahap pertama yaitu asesmen, yang terdiri dari asesmen kebutuhan pelatihan, dan pembuatan indikator keberhasilan. Tahap kedua yaitu tahap pelatihan, yang terdiri dari menyusun acara pelatihan dan kegiatan pelatihan. Tahap ketiga yaitu tahap evaluasi, yang terdiri dari evaluasi proses dan evaluasi hasil dengan membandingkan hasil dengan indikator keberhasilan. Tahap keempat yaitu kemitraan, yang terdiri dari membuat komunitas khusus olahan pisang dan singkong serta membuat akun di marketplace (shopee dan whatsapp bussines). Kesimpulan dari penelitian ini adalah model pelatihan kewirausahaan ini menjadi tools penguatan individu yang menjadi sasaran dalam mengatasi masalah kesejahteraan.
KONDISI PSIKOSOSIAL KORBAN PEMASUNGAN DI KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Airlangga Kusuma Jati; Dorang Luhpuri; Epi Supiadi
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial (Rehsos) Vol 1 No 1 (2019): REHSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.606 KB)

Abstract

Saat ini terdapat kecenderungan peningkatan jumlah Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) di Indonesia. Pemahaman masyarakat mengenai permasalahan dan penanganan gangguan jiwa masih minim, bahkan banyak ditemukan masalah pemasungan, yang sangat bertentangan dengan hak azasi manusia. Salah satunya di Cianjur. Jumlah mereka cukup banyak, dengan kondisi memprihatinkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang Kondisi Psikososial Korban Pemasungan di Kabupaten Cianjur, menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dilihat dari aspek fisik, psikologis dan sosial, terhadap lima orang informan ODGJ, diperkuat dari significant others nya, data dikumpulkan dengan wawancara dan observasi. Informan adalah ODGJ, tiga orang laki-laki dan dua orang perempuan, berusia 30 – 50 tahun, dengan masa pemasungan 4 - 13 tahun. Tiga orang dari lima informan mengalami gangguan jiwa karena hubungan dengan pasangannya, yaitu perceraian dan menjadi stress karenanya. Tetangga tahu akan keberadaan mereka, namun tidak ada satupun yang ikut campur atau berusaha membantu membebaskan mereka dari pasung. Semua informan mengalami perubahan fisik yang sangat signifikan, yaitu mereka mengalami penurunan berat badan. Tiga informan tidak mendapatkan akses air bersih. Dua tempat pemasungan selalu dibersihkan, sementara tiga lainnya tidak pernah dibersihkan. Hanya dua orang yang pernah dibawa ke dokter, seorang pernah dibawa ke dokter tetapi tidak lagi berlanjut, dan duaa lainnya tidak pernah dibawa ke dokter. Analisis dilakukan secara kualitatif terhadap data yang telah diperoleh. Tampaknya, gambaran ini juga terjadi di tempat lain di seluruh pelosok Indonesia.Kata kunci: Korban pemasungan, Orang Dengan Gangguan Jiwa dan Kondisi Psikososial
MANAJEMEN STRES PETUGAS LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II A SUBANG Diki Riyanto Uloli; Epi Supiadi; Windriyati .
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial (Rehsos) Vol 1 No 1 (2019): REHSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (722.641 KB)

Abstract

Manajemen stres merujuk pada hal-hal yang dapat menimbulkan stres. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji tentang: 1) Karakteristik informan, 2) Strategi mengubah lingkungan kerja untuk mengurangi stres, 3) Strategi menghindari faktor-faktor penyebab stres, dan 4) Strategi menerima stres.Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam (indepth interview), observasi partisipatif, dan studi dokumentasi. Adapun teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah uji kredibilitas (credibility), uji transferabilitas (transferability), uji ketergantungan (dependability), dan uji konfirmabilitas (confirmability).Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif, yang menjelaskan bahwa petugas Lembaga Pemasyarakatan kelas II A Subang memiliki kemampuan yang strategis dalam mengatasi atau mengelola stres kerja yang sesuai dengan aspek-aspek manajemen stres. Strategi yang digunakan merupakan manajemen stres melalui pendekatan pribadi atau manajemen stres secara personal. Namun, masih ada beberapa hal yang dibutuhkan petugas untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengatasi atau mengelola stres kerja tersebut. Kebutuhan tersebut dilatarbelakangi oleh petugas yang memiliki tugas ganda, memiliki jam kerja yang panjang, dan pola hidup sehat tidak optimal.Kata kunci: Manajemen stres, Petugas
UPAYA PENCEGAHAN RELAPSE KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR (IPWL) BUMI KAHEMAN DESA BANDASARI KECAMATAN CANGKUANG KABUPATEN BANDUNG A. Maudi Ramadhanti; Epi Epi Supiadi; Yana Sundayani
Jurnal Ilmiah Rehabilitasi Sosial (Rehsos) Vol 1 No 2 (2019): REHSOS
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.72 KB)

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang dialami korban penyalahgunaan NAPZA setelah rehabilitasi di IPWL Bumi Kaheman dan pernah mengalami relapse beberapa kali. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran secara mendalam tentang “Upaya Pencegahan Relapse Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) Bumi Kaheman Desa Bandasari Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung”. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah korban penyalahgunaan NAPZA beserta para informan lain yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, semuanya berjumlah 6 orang. Analisis data menggunakan reduksi data, display data, dan kesimpulan. Aspek yang diteliti dalam penelitian ini adalah perilaku sehat korban penyalahgunaan NAPZA, pengambilan keputusan korban penyalahgunaan NAPZA, dan peran lingkungan korban penyalahgunaan NAPZA. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa upaya pencegahan relapse korban penyalahgunaan NAPZA di IPWL Bumi Kaheman sudah dilakukan. Namun hal tersebut masih belum maksimal dikarenakan oleh beberapa faktor terutama mengenai kesadaran dan pengetahuan pencegahan relapse yang kurang diketahui oleh korban penyalahgunaan NAPZA. Aspek perilaku sehat yang merupakan pencegahan relapse oleh korban penyalahgunaan NAPZA adalah kegiatan fisik, tidak minum-minuman keras, istirahat yang cukup, pengendalian stres dan perilaku hidup positif. Aspek pengambilan keputusan melalui konseling, terapi dan bertanya kepada teman. Aspek peran lingkungan dalam penelitian ini adalah adanya peran lingkungan di dalam panti dan di luar panti. Peran lingkungan di dalam panti yaitu teman satu asrama yang saling memberikan dukungan sedangkan peran lingkungan di luar panti.yaitu masyarakat memberikan respon yang positif kepada para korban penyalahgunaan NAPZA di IPWL Bumi Kaheman. Rekomendasi program untuk permasalahan ini adalah “Peningkatan Pengatahuan Pencegahan Relapse Bagi Korban Penyalahgunaan NAPZA Di Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) Bumi Kaheman Desa Bandasari Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung”
KAPASITAS KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA MANTAN PENYALAHGUNA NAPZA DALAM PENCEGAHAN RELAPS DI KELURAHAN CIMAHI KECAMATAN CIMAHI TENGAH KOTA CIMAHI Rendra Ristiana; Epi Supiadi; Yuti Ismudiyati
Jurnal Ilmiah Kebijakan dan Pelayanan Pekerjaan Sosial (Biyan) Vol 1 No 2 (2019): BIYAN
Publisher : Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (630.064 KB) | DOI: 10.31595/biyan.v1i2.213

Abstract

Relaps adalah suatu proses kembalinya seorang mantan pengguna NAPZA kembali menggunakan NAPZA. Belum ada cara unutk mencegah seorang mantan penyalahguna untuk tidak kembali menggunakan NAPZA. Kelompok dukungan sebaya adalah salah satu bentuk dari kelompok bantu diri (self helf group) yang di bentuk untuk melakukan upaya pencegahan relaps para mantan penyalahguna NAPZA yang ada di kelurahan Cimahi. Penelitian inibertujuan untuk merancang model pengembangan kapasitas kelompok dukungan sebaya mantan penyalahguna NAPZA dalam upaya pencegahan relaps di kelurahan Cimahi. Model ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari model pencegahan relaps yang telah dilakukan. Pengembangan kapasitas dipandang perlu untuk dilakukan dalam rangka menaikkan kapasitas kelompok dukungan sebaya dalam melakukan upaya pencegahan relaps di Kelurahan Cimahi.
Efektivitas Model Pembelajaran Terpadu dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa di Sekolah Epi Supiadi; Lilik Sulistyo; Sofia Fitri Rahmani; Rinda Riztya; Heri Gunawan
Journal on Education Vol 5 No 3 (2023): Journal on Education: Volume 5 Nomor 3 Tahun 2023
Publisher : Departement of Mathematics Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In carrying out learning, students not only need to know the content of the learning, but also need the ability to think creatively from existing learning outcomes. This research then aims to see how the integrated learning model can improve students' ability to think creatively and improve the results of student learning at school. This type of research is a qualitative research using descriptive analysis. The data used in this research comes from various research results and previous studies that still have relevance to the content of this research. The results of this study then found that the right learning media in carrying out integrated learning can improve students' ability to think creatively. In addition, the integrated learning method also causes students to understand a material as a whole, and not separately, so that in the end this can improve student learning outcomes at school.