Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

Pengaruh Fisioterapi Baby spa terhadap Peningkatan Berat Badan Bayi Usia 3-9 Bulan Elok Ghina Fadhilah; Nurul Halimah; Puspo Wardoyo; Angria Pradita
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 12 (2021): Nomor Khusus November 2021
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf.v12i0.1841

Abstract

Babies who are underweight are more at risk for malnutrition, hypoglycemia and impaired growth and development that must be treated immediately. Some physiotherapy treatments to increase baby's weight include consultation on growth and development, nutrition, breastfeeding assistance, complementary foods and relaxation treatments. Baby spa is a relaxation method that can give babies weight gain. This research method is a quantitative experimental pre test & post test control group design using 24 samples of male and female infants, with an age range of 3 - 9 months which were taken randomly and divided into 2 treatment groups. The treatments in group 1 are; Infant care is carried out in the form of consultation on growth and development, nutrition, breastfeeding and complementary feeding assistance. Treatment in group 2, namely; baby care was carried out in the form of consultation on growth and development, nutrition, breastfeeding assistance, complementary foods and giving Baby spa treatment. Both groups were measured body weight before and after 4 interventions, every 2 weeks which lasted for 2 months. In the measurement of infant weight before and after the intervention, the median value of Group 1; 68.7 (50.2-71.0) to 71.5 (57.1–76.1), Group 2; 61.7 (51.0–72.6) to 15.1 (69.0–86.5) with a P value of 0.002 < 0.05. It can be concluded in this study that the provision of Baby spa Physiotherapy has a significant effect on increasing the weight of babies aged 3-9 months.Keywords: baby spa; baby's weight; relaxationABSTRAKBayi yang berat badannya kurang, lebih berisiko mengalami gizi kurang, hipoglikemia dan gangguan tumbuh kembang yang harus segera ditangani. Beberapa tata laksana fisioterapi untuk meningkatkan berat badan bayi meliputi konsultasi tumbuh kembang, gizi, pendampingan ASIP, MPASI dan treatment relaksasi. Baby spa adalah salah satu metode relaksasi yang mampu memberi peningkatan berat badan pada bayi. Metode penelitan ini adalah kuantitatif eksperimental pre test & post test control group design menggunakan 24 sampel penelitian bayi lakilaki dan perempuan, dengan rentang usia 3 – 9 bulan yang diambil secara acak dan dibagi 2 kelompok perlakuan. Perlakuan pada kelompok 1 yakni; dilakukan perawatan bayi berupa konsultasi tumbuh kembang, gizi, pendampingan ASIP dan MPASI. Perlakuan pada kelompok 2 yakni; dilakukan perawatan bayi berupa konsultasi tumbuh kembang, gizi, pendampingan ASIP, MPASI dan pemberian treatment Baby spa. Kedua kelompok dilakukan pengukuran berat badan sebelum dan sesudah 4 kali intervensi, setiap 2 minggu sekali yang berlangsung selama 2 bulan. Pada pengukuran berat badan bayi sebelum dan sesudah intervensi, nilai median Kelompok 1; 68,7 (50,2-71,0) menjadi 71,5 (57,1–76,1), Kelompok 2; 61,7 (51,0–72,6) menjadi 15,1 (69,0–86,5) dengan pvalue 0,002 < 0,05. Bisa disimpulkan bahwa pemberian fisioterapi baby spa secara signifikan berpengaruh dalam peningkatan berat badan bayi usia 3-9 bulan.Kata kunci: baby spa; berat badan bayi; relaksasi
Perbandingan Frekuensi Kunjungan pada Pemberian Post Isometric Relaxation Muscle Energy Technique terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Kondisi Knee Osteoarthritis di Rs. Dr. Soepraeon Kota Malang Sartoyo Sartoyo; Angria Pradita; Nurul Halimah
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 13, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf.v13i1.1840

Abstract

Post isometric relaxation-muscle energy technique (PIR-MET) plays a role in increasing muscle strength in the condition of knee osteoarthritis, which is a degenerative disease of synovial joints. Physiologically, osteoarthritis has a decreased muscle strength deficit. The purpose of this study was to track the comparison of the effectiveness of PIR-MET on increasing muscle strength based on the frequency of visits 2 times / week and 3 times / week. The measuring instrument for this study uses manual muscle testing. The PIR-MET exercise dose is carried out for 8-10 counts/set with 5-10 sets and a pause of 5 seconds/set, 3 repetitions for 6 treatments. This population as many as 35 people were taken at random who met the inclusion and exclusion criteria. The number of samples was 30 people who were divided into 2 groups. Group 1; PIR-MET 2x/week and group 2; PIR-MET 3x/week. Data processing using SPSS version 22.00 using the Mann-Whitney hypothesis test. With the results of the median pre and post group 1 obtained; 4.00 and 5.00. The median pre-post value of group 2 was obtained; 3.00 and 5.00. To state the effect of each group, the Wilcoxon test p-value was 0.00 and the hypothesis test results showed a p-value of 0.539. By conclusion; there was no significant difference between the intervention with the frequency of visits 2 times and 3 times a week; and significantly both the frequency of visits both have a positive effect on muscle strength in knee osteoarthritis.Keywords: post isometric relaxation; osteoarthritis knee; muscle strenght ABSTRAK Post isometric relaxation-muscle energy technique (PIR-MET) berperan meningkatkan kekuatan otot pada kondisi osteoarthritis knee yang merupakan penyakit degeneratif pada sendi-sendi sinovial. Yang secara fisiologis, osteoarthritis mengalami defisit penurunan kekuatan otot. Tujuan penelitian ini untuk melacak perbandingan efektifitas PIR-MET terhadap peningkatan kekuatan otot berdasarkan frekuensi kunjungan 2 kali/minggu dan 3 kali/minggu. Alat ukur studi ini menggunakan manual muscle testing. Adapun dosis latihan PIR-MET dilaksanakan sebanyak 8-10 hitungan/set dengan 5-10 set dan jeda 5 detik/set, 3 kali repetisi selama 6 kali treatment. Populasi ini sebanyak 35 orang diambil secara acak yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Jumlah sampel 30 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok 1; PIR-MET 2x/minggu dan kelompok 2; PIR-MET 3x/minggu. Pengolahan data menggunakan SPSS versi 22.00 menggunakan uji hipotesis Mann-Whitney. Dengan hasil nilai median pre dan post kelompok 1 diperoleh; 4.00 dan 5.00. Nilai median pre-post kelompok 2 diperoleh; 3.00 dan 5.00. Untuk menyatakan pengaruh masing-masing kelompok diperoleh nilai signifikansi uji Wilcoxon sebesar 0.00<0.005 dan hasil uji hipotesis menunjukkan nilai P sebesar 0.539-0.539> 0.05. Dengan kesimpulan; tidak terdapat perbedaan bermakna baik dari pemberian intervensi dengan frekuensi kunjungan 2kali dan 3kali seminggu; dan secara signifikan kedua frekuensi kunjungan sama-sama memiliki efek yang positif dalam kekuatan otot pada knee osteoarthritis.Kata kunci: post isometric relaxation; osteoarthritis knee; kekuatan otot
Pengaruh Open Kinetic Chain Exercise Tehadap Peningkatan Kemampuan Fungsional Pada Kondisi Osteoarthritits Knee di RSUD Gambiran Kota Kediri Asiyah Binti Supri Astuti; Nurul Halimah; Puspo Wardoyo; Angria Pradita
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 12 (2021): Nomor Khusus November 2021
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf12nk336

Abstract

Osteoarthritis of the knee is a degenerative joint disease that causes limited joint mobility. Due to limited joint mobility, it can cause a decrease in the functional ability of the knee. Open kinetic chain exercise is a movement that can increase the working power of the quadriceps and hamstring muscles as a component to stabilize the knee joint to improve walking patterns so as to increase the functional ability of the knee. The purpose of this study was to determine the effect of giving open kinetic chain exercise to increase functional ability in the condition of knee osteoarthritis. This research used a qualitative-experimental method with one group pretest and posttest design. sampling used simple random method and obtained 30 respondents. Instrumen used was Womac Scale Measuring Instrument with an open kinetic chain exercise design, given 2 times a week for a month. Statistical test was used Wilcoxon and the result was median value of pre 35.4 and post 31.7 with a difference of 3.7. P-value was 0.001 (<0.05), which mean there is an effect of open kinetic chain exercise with 8 treatments on increasing functional ability in knee osteoarthritis conditions.Keywords: knee osteoarthritis; open kinetic chain exercise; functional abilityABSTRAKOsteoarthritis knee merupakan penyakit degenerative sendi yang menyebabkan mobilitas sendi menjadi terbatas. Akibat keterbatasan mobilitas sendi dapat menyebabkan menurunnya kemampuan fungsional lutut. Open Kinetic Chain Exercise merupakan gerakan yang dapat meningkatkan daya kerja otot quadrisep dan hamstring sebagai komponen untuk menstabilkan sendi lutut untuk memperbaiki pola jalan sehingga dapat meningkatkan kemampuan fungsional lutut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian Open Kinetic Chain Exercise terhadap peningkatan kemampuan fungsional pada kondisi osteoarthritis knee. Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif eksperimen dengan metode one group pretest and posttest design. Dengan populasi 30 orang yang diambil secara acak. Menggunakan alat ukur skala womac dengan desain latihan open kinetic chain exercise diberikan sebanyak 2 kali seminggu selama sebulan. Uji hipotesis wilcoxon diperoleh nilai median pre 35,4 dan post 31,7 dengan selisih 3,7. Sehingga, nilai P sebanyak 0,001 < 0,005. Maka ditarik kesimpulan, terdapat pengaruh pemberian open kinetic chain exercise selama 8 kali perlakuan terhadap peningkatan fungsional pada kondisi osteoarthritis knee.Kata kunci: osteoarthritis knee; open kinetic chain exercise; kemampuan fungsional
Efektifitas Neuromuscular Taping Method untuk Memperbaiki Fungsional Otot Wajah pada Bell’s Palsy Vincentia Kristanti; Fransisca Xaveria Hargiani; Wahyu Teja Kusuma; Nurul Halimah
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 13, No 1 (2022): Januari 2022
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf.v13i1.1723

Abstract

Background: This decompression taping installation is known as the neuromuscular taping method (NMT). Works eccentrically and decompresses to lift the facial skin and widen the interstitial space, thereby increasing circulation, helping the process of absorption of fluid on the facial skin, and reducing pressure in the subcutaneous area. Objective: To determine the effect of the neuromuscular taping method on the success of physiotherapy in Bell's palsy patients. Methods: This study used observational analytics, administering a treatment program using NMT to a sample of the Bell's palsy population according to the inclusion criteria within a period of 3x/week for 2 months. Results: Based on the analysis of the data results from the evaluation using the Ugo Fisch scale parameter where there are variations in the improvement. Patient S before giving treatment got a score of 22 and the result after giving treatment with Therapy 9 got a score of 100. In patient B before giving treatment, it got a score of 34 and the result after giving treatment with Therapy 9 a score of 100. In patient R before giving treatment a score of score 58 and after giving Therapy 5 treatment a score of 100. In patient F before giving treatment a score of 70 and after giving Treatment 5 a score of 100. Conclusion: NMT consistently provides improvements to improve facial muscle function in patients with Bell's palsy is based on the results of evaluation uses the Ugo Fisch scale parameter where there are variations in the improvement. Suggestion: It is necessary to carry out this NMT program for other Bell's palsy sufferers in order to find out the results of a significant and rapid increase in the physiotherapy program.Keywords: neuromuscular taping method; bell’s palsy; muscle weaknessABSTRAK Latar Belakang: Pemasangan taping dekompresi ini dikenal dengan sebutan neuromuscular taping method (NMT). Bekerja secara eksentrik dan dekompresi untuk mengangkat kulit wajah dan melebarkan ruang interstitial, sehingga dapat meningkatkan sirkulasi, membantu proses penyerapan cairan pada kulit wajah, dan mengurangi tekanan pada area subkutan. Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pemberian neuromuscular taping method dengan keberhasilan fisioterapi pada pasien bell’s palsy. Metode: penelitian ini menggunakan analitik observasional, pemberian program perlakuan menggunakan NMT kepada sampel populasi bell’s palsy yang sesuai dengan kriteria inklusi dalam rentang waktu 3x/minggu selama 2 bulan. Hasil: Berdasarkan analisa data hasil dari evaluasi menggunakan parameter ugo fisch scale dimana terdapat variasi dalam perbaikannya. Pasien S sebelum pemberian perlakuan didapatkan skor nilai 22 dan hasil setelah pemberian perlakuan Terapi 9 didapatkan skor nilai 100. Pada pasien B sebelum pemberian perlakuan didapatkan skor nilai 34 dan hasil setelah pemberian perlakuan Terapi 9 skor nilai 100. Pada pasien R sebelum pemberian perlakuan nilai skor 58 dan setelah pemberian perlakuan Terapi 5 skor nilai 100. Pada pasien F sebelum pemberian perlakuan nilai skor 70 dan setelah pemberian perlakuan Terapi 5 skor nilai 100. Kesimpulan: NMT konsisten memberikan peningkatan untuk memperbaiki fungsional otot wajah pada penderita bell’s palsy ini didasari oleh hasil dari evaluasi menggunakan parameter ugo fisch scale dimana terdapat variasi dalam perbaikannya. Saran: Perlu dilakukan program NMT ini kepada penderita bell’s palsy lainnya agar dapat mengetahui hasil peningkatan program fisioterapi yang signifikan dan cepat.Kata kunci: neuromuscular taping method; bell’s palsy; kelemahan otot
Pemberian Muscle Energy Technique dan Strain Counterstrain Dapat Meningkatkan Luas Gerak Sendi pada Kasus Nyeri Punggung Bawah Nurul Halimah; Angria Pradita; Mokhtar Jamil
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 13, No 2 (2022): April 2022
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf13242

Abstract

Low Back Pain can be caused by a series of daily routines regardless of body position. The method of physiotherapy intervention in non-specific cases of low back pain is the provision of muscle energy technique and strain counterstrain. The purpose of this study was to determine the comparison of giving muscle energy technique and strain counterstrain to increase joint range of motion in cases of low back pain. The research design used was a randomized pretest–posttest control group. The research subjects were 40 respondents who were selected by purposive sampling technique. The movements assessed were lateral flexion and extension. The range of motion of the lumbar joints measured using an inclinometer, includes the extent of motion of the lumbar extension and lateral flexion. If the joint range of motion of the lumbar extension and lateral lumbar flexion is <25°, it is said to be limited. Statistical tests were performed using the Mann-Whitney U test. In the lateral flexion group with muscle energy technique intervention, p = 0.00, while in the extension group with muscle energy technique intervention, p = 0.00. In the lateral flexion group with the intervention of a counterstrain strain, p = 0.00 was obtained, while in the extension group with the intervention of a counterstrain strain, it was obtained p = 0.00. The results of the difference test between the muscle energy technique intervention and the counterstrain strain on lateral flexion movements showed p = 0.506-0.863, while the results of the differences in muscle energy technique and counterstrain strain in lateral movements showed p = 0.014-0.534, which means there is no difference between muscle therapy energy tecnique and strain counterstrain in lateral flexion and extension movements. Intervention of muscle energy technique and strain counterstrain can significantly increase joint range of motion.Keywords: low back pain; muscle energy technique; counterstrain ABSTRAK Low back pain dapat disebabkan oleh rangkaian rutinitas sehari-hari tanpa memperhatikan posisi tubuh. Metode intervensi fisioterapi pada kasus non spesifik low back pain adalah pemberian muscle energy tecnique dan strain counterstrain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pemberian muscle energy technique dan strain counterstrain pada peningkatan luas gerak sendi pada kasus nyeri punggung bawah. Rancangan penelitian yang digunakan adalah randomized pretest–posttest control group. Subyek penelitian adalah 40 responden yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Gerakan yang dinilai adalah lateral fleksi dan ekstensi. Luas gerak sendi lumbal yang diukur menggunakan inclinometer, mencakup luas gerak ekstensi dan lateral fleksi lumbal. Jika luas gerak sendi ekstensi lumbal dan lateral fleksi lumbal <25°, maka dikatakan terbatas. Uji statistik dilakukan menggunakan uji Mann-Whitney U. Pada kelompok lateral fleksi dengan intervensi muscle energy tecnique didapatkan p = 0,00, sedangkan pada kelompok ekstensi dengan intervensi muscle energy tecnique didapatkan p = 0,00. Pada kelompok lateral fleksi dengan intervensi strain counterstrain didapatkan p = 0,00, sedangkan pada kelompok ekstensi dengan intervensi strain counterstrain didapatkan p = 0,00. Hasil uji perbedaan antara intervensi muscle energy tecnique dan strain counterstrain pada gerakan lateral fleksi menunjukkan p = 0,506-0,863, sedangkan hasil uji perbedaan muscle energy tecnique dan strain counterstrain pada gerakan lateral menunjukkan p = 0,014-0,534, yang artinya tidak terdapat perbedaan antara terapi muscle energy tecnique dan strain counterstrain pada gerakan lateral fleksi maupun ekstensi. Intervensi muscle energy tecnique maupun strain counterstrain secara signifikan dapat meningkatkan luas gerak sendi.Kata kunci: low back pain; muscle energy tecnique; strain counterstrain
Kombinasi Infrared dan William Flexion Exercise Efektif Menurunkan Nyeri dan Meningkakan Fleksibilitas Otot Pada Kasus Low Back Pain Miogenik Nurul Halimah; Angria Pradita; Mokhtar Jamil
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 13, No 4 (2022): Oktober 2022
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf.v13i4.2663

Abstract

Low back pain is a contemporary neurophysiological pain that distorts pain perception and causes limitation of physical activity. So research is needed which aims to determine the effect of a combination of infrared and William flexion exercises on changes in pain intensity and muscle flexibility. The research design was one group pretest–posttest, involving 40 patients with low back pain who were selected using a purposive sampling technique. The intervention given was physiotherapy in the form of infrared combined with William flexion exercises for a month. Pain level was measured using a visual analogue scale (VAS) and Modified Schober Test (MST) which were measured before and after 8 times of physiotherapy. The hypothesis was tested with the Wilcoxon test. The median VAS value before the intervention was 6.00 and after the intervention was 2.00 with a p value of 0.00. The median MST value pre-intervention was 18.00 and post-intervention was 25.00 with a p-value of 0.00. It was concluded that the combination of infrared and william flexion exercise can reduce pain and increase muscle flexibility in cases of myogenic low back pain.Keywords: low back pain; infrared; William flexion exercise ABSTRAK Low back pain merupakan nyeri neurofisiologis kontemporer yang mendistorsi persepsi nyeri dan menyebabkan keterbatasn aktivitas fisik. Maka diperlukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi infrared dan latihan William flexion terhadap perubahan intensitas nyeri dan fleksibilitas otot. Rancangan penelitian ini one group pretest–posttest, yang melibatkan 40 penderita low back pain yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Intervensi yang diberikan adalah fisioterapi berupa infrared yang dikombinasikan dengan latihan William flexion selama sebulan. Tingkat nyeri diukur menggunakan visual analogue scale (VAS) dan Modified Schober Test (MST) yang diukur sebelum dan setelah 8 kali fisioterapi. Hipotesis diuji dengan Wilcoxon test.  Nilai VAS median pra intervensi adalah 6,00 dan pasca intervensi adalah 2,00 dengan nilai p 0,00. Nilai median MST pra intervensi adalah 18,00 dan pasca intervensi adalah 25,00 dengan nilai p 0,00. Disimpulkan bahwa kombinasi infrared dan william flexion exercise dapat menurunkan nyeri dan meningkatkan fleksibilitas otot pada kasus low back pain miogenik.Kata kunci: low back pain; infrared; William flexion exercise
Kombinasi Elektroterapi dan Myofascial Release Technique Menurunkan Nyeri Spasme Otot pada Low Back Pain Angria Pradita; Nurul Halimah
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 14, No 1 (2023): Januari 2023
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf14151

Abstract

Low Back Pain is a musculoskeletal condition that is detrimental to sufferers. Physiotherapeutic management of low back pain can be in the form of electrotherapy, namely: infrared (IR) and transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS). Manual therapy techniques include myofascial release technique (MFRT). This study aims to determine the effect of the combination of the three physiotherapy interventions. The design of this study was one group pretest-posttest with a population of 30 people visiting the Physiotherapy Installation of Prof. HM Anwar Makkatutu Hospital, Bantaeng Regency during November 2020. The sample was chosen randomly and met the exclusion and inclusion criteria, so a sample size was obtained, namely 15 people. The frequency of physiotherapy interventions was 3 times a week with a duration of: both IR and TENS for 10-15 minutes, while MFRT was for 5 minutes with 4-5 sets of exercises. Pain levels were measured using the numerical pain rating scale (NPRS), and differences in pain levels between before and after the intervention were analyzed using the Wilcoxon test. Before the intervention, the median value was 6.00, while after the intervention the median was 4.00. The p-value of the analysis of differences was 0.001. Furthermore, it was concluded that the combination of electrotherapy and myofascial release technique can significantly reduce muscle spasm pain in low back pain.Keywords: infrared; transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS); low back pain ABSTRAK Low Back Pain merupakan kondisi muskuloskeletal yang merugikan penderita. Penatalaksanaan fisioterapi pada kondisi low back pain dapat berupa pemberian elektroterapi, yakni: infrared (IR) dan transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS). Teknik terapi manual meliputi myofascial release technique (MFRT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi ketiga intervensi fisioterapi tersebut. Rancangan penelitian ini adalah one group pretest-posttest dengan populasi 30 orang kunjungan di Instalasi Fisioterapi RSUD Prof. HM Anwar Makkatutu, Kabupaten Bantaeng selama bulan November 2020. Sampel dipilih secara acak dan memenuhi kriteri ekslusi dan inklusi maka diperoleh ukuran sampel yaitu 15 orang. Frekuensi intervensi fisioterapi adalah 3 kali seminggu dengan durasi yaitu: baik IR dan TENS selama 10-15 menit, sedangkan MFRT selama 5 menit dengan 4-5 set latihan. Tingkat nyeri diukur menggunakan numeric pain rating scale (NPRS), dan pebedaan tingkat nyeri antara sebelum dan sesudah intervensi dianalisis menggunakan uji Wilcoxon. Sebelum intervensi, nilai median adalah 6,00, sedangkan setelah intervensi median adalah 4,00. Nilai p dari analisis perbedaan adalah 0,001. Selanjutnya disimpulkan bahwa kombinasi elektroterapi dan myofascial release technique secara signifikan dapat menurunkan nyeri spasme otot pada low back pain.Kata kunci: infrared; transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS); low back pain
Co-Authors Achmad Fariz Achmad Fariz Achmad Fariz Achmad, Fariz Agata Sukha Kartika Agung Hadi Endaryanto Agung Hadi Endaryanto Agung Hadi Endaryanto Agus Purnomo Rijal Kurniawan Agustiani S, Ani Ahyuni Ainun, Nurul Alvina Rahmawati Amal, Muhammad Niltal Andy Setyawan Anggi Kurniawati Angrita Pradita Ani Agustiani S Apriana Rahayuningsih Arie Wicaksono Arie Wicaksono Arief Efendi Arief Efendi, Arief Arifiyanto, Ahmad Syarwani Arintika, Andis Puspita Asiyah Binti Supri Astuti Asriyanah, Asriyanah Atmojo Budi Prasetyo, Tri Bagus Abdul Rozaq Budhiana, Johan Candra Hermawan Candra, Kristian Ady Christian, Gideon May Dayanara Elsa Amedika Desyandri Desyandri Devi Ayu Trisnaningrum Dio Putra Mahardhika Duwi Ana Tiara Tiara Elok Ghina Fadhilah Emi Aprilyanti Fao, Yohanes Deu Faris, Achmad Fariz , Achmad Fariz, Achmad Fau, Yohanes Fauziah, Rahmah Ghinha Febriantama, Mohammad Dhany Fitria, Yanti Fitriania, Fitriani Fransisa Xaferia Hargiani Fransisca Xaferia Hargiani Fransisca Xaveria Hargiani Geby Sarawati Geby Sarawati Harnoko Hamdi Hamdi Hargiani, Fransisca Xaveria Hargiani, Fransisca Xaveria Hargiani, Fransisca Xavier Indrati Indrati Irdamurni Jamilatus Sholeha Jatmiko, Rizki Priyo Johana Prity Karini Wahyuningrum, Esti Kartika Agung Kurniawan Kasimbara, Rachma Putri Kastalani, Kabid Kurniawan, Kartika Agung Kurniawati Kurniawati kusuma, fitria ary L. Lisnawati Laurentius Gigih Hari Utomo Maharani, Louise gabriella Kurnia Malik, Yuliana Motu Margareta, Lorensia Dodin Moh Mujibus Sauqi Mokhtar Jamil Mufarokha, Hanim Mursidah Mursidah, Mursidah Nada, Faricha Qotrun Natalia, Christovani Eva Nofitri, Fifi Novistianasari, Florida Nugraha, Dani Maulana Nur Aini Pradipta, Angria Pradita, Angria Prasetiyo, Bagus Dadang Prasetyo, Samuel Prasetyo, Samuel Vincentius Dani Prity, Johana Provisa Redy Fernando Rachma Putri Kasimbara Rachma Putri Kasimbara Retno Widaningrum Rianingtyas, Valensia Risa Puspita Sari Rizky Pratama Putra Rochadi Kristiningrum, Rochadi Ronaldo Patti Pelohy, Riko Rulyana, Nindi Sahrul, Sahrul Sanjaya, Waqid Sanjoyo, Mas Nugroho Dudi Saputra, Indra Kurniari Anggi Hari Sari, Wulan IR Sartoyo Satria Aji Dewantara Setiawan Edi Kriswanto Sumpena, Fajar Tirtha Ayu Paramitha, Tirtha Ayu Tri Atmojo Budi Prasetyo Tristia Nurul Hasanah Vincentia Kristanti Vivin Aini Zahroh Usmawanti Wahyu Oni Kurniawan Wahyu Tejakusuma, Wahyu Wahyu, Ardhiles Wardoyo, Pospo Wardoyo, Puspo Widyaningtyas, Erlina Windy Arief Wicaksana Winingsih, Suwarni Wiwik Yuliati Yohanes Deo Fau Yosep Ruslim Yuda Kristiawan Yuliati, Wiwik