Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) hingga tahun 2023, prevalensi stunting pada balita di Indonesia masih di atas batas WHO (<20%), dan Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan kasus terbanyak. Salah satu intervensi kemenkes yang belum mencapai target adalah pemantauan pertumbuhan balita, yang baru mencapai 79,2% dari target 85%. Rendahnya kualitas pemantauan pertumbuhan balita menjadi salah satu penyebab. Hanya 33,8% kader yang mampu mencatat hasil penimbangan dengan benar, hanya 1,5% kader yang mampu menginterpretasikan hasil penimbangan dengan tepat, dan hanya 3% penimbangan balita oleh kader yang dianggap akurat. Untuk mengatasi masalah ini, dilaksanakan pelatihan pemantauan pertumbuhan anak bagi kader kesehatan. Tujuan pelatihan adalah (1) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan dalam memantau pertumbuhan secara akurat dan (2) mendukung program intervensi spesifik Kemenkes untuk menurunkan stunting. Kegiatan dilaksanakan dalam tiga tahapan: (1) koordinasi dengan mitra, (2) pelaksanaan pelatihan dengan penyampaian materi dan praktik, dan (3) evaluasi pretest-posttest. Peserta pelatihan adalah 40 kader kesehatan dari 11 desa/kelurahan di Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar. Analisis data hasil evaluasi menggunakan statistik deskriptif. Pelatihan ini berhasil meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan dalam mengenal stunting dan mengukur pertumbuhan anak. Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan rerata nilai dari 55,65 (kategori cukup) menjadi 77,15 (kategori baik). Peningkatan tersebut dapat berimplikasi pada (1) kemampuan kader dalam pelayanan posyandu sehingga mengurangi kesalahan dalam pencatatan data dan interpretasi hasil pemantauan pertumbuhan, (2) memperkuat peran kader dalam pengumpulan data yang lebih akurat untuk program-program kesehatan masyarakat, dan (3) mendukung ketercapaian intervensi spesifik Kemenkes dalam menurunkan stunting. Stunting Prevention Through Child Growth Monitoring Training for Health Cadres in Sutojayan District, Blitar Regency Abstract Based on the 2023 Indonesia Nutrition Status Survey (SSGI), the prevalence of stunting in children under five in Indonesia remains above the WHO threshold of 20%, with East Java having one of the highest rates. One of the Ministry of Health's interventions that has not met its target is child growth monitoring, which has reached only 79.2% of the 85% target Poor quality of growth monitoring is a key issue, as only 33.8% of health cadres record weight measurement results correctly, 1.5% can interpret them accurately, and only 3% of weight measurements taken by cadres are considered accurate. To address this, a training program on child growth monitoring was implemented for health cadres. The training aimed to (1) improve the knowledge and skills of health cadres in accurately monitoring growth, and (2) support the Ministry of Health's specific interventions to reduce stunting. The activity was carried out in three stages: (1) coordination with partners, (2) training delivery including theory and practice, and (3) pre-test and post-test evaluations. The training involved 40 health cadres from 11 villages in Sutojayan Sub-district, Blitar Regency. Data analysis was performed using descriptive statistics. The training successfully improved the cadres' knowledge and skills in identifying stunting and measuring growth. The evaluation results showed an average score increase from 55.65 (moderate category) to 77.15 (good category). This improvement has several implications: (1) better accuracy in posyandu services, reducing errors in data recording and interpretation, (2) stronger roles in collecting more accurate data for public health programs, and (3) supporting the achievement of the Ministry of Health's stunting reduction targets.