Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

Fondasi Filosofis Pendidikan Sejarah di Era Post Truth Bandarsyah, Desvian
Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah Vol 3, No 1 (2020): Pendidikan Sejarah dan Sejarah Pendidikan
Publisher : Prodi. Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan APPS (Asosiasi peneliti dan Pendidik Sejarah)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.041 KB) | DOI: 10.17509/historia.v3i1.21042

Abstract

Kehidupan di era post truth, menempatkan kebenaran menjadi barang yang dianiaya dengan brutal. Setiap individu merobek-robek substansi kebenaran, maka kehidupan semakin sinis. Alih-alih kebenaran yang diperoleh, mereka malah menghancurkan kebenaran. Maka, pendidikan dan pendidik sejarah dapat mendorong berlangsungnya proses diseminasi ilmu pengetahuan yang benar dan bijak dalam masyarakat. Untuk memahami berbagai perkembangan dunia kekinian, mutlak diperlukan ilmu dan nalar keilmuan dalam masyarakat. Penularan nalar keilmuan yang meluas pada masyarakat akan memberikan efek besar bagi kebangkitan masyarakat dan bangsa. Dengan demikian, pendidikan sejarah perlu mengambil peran yang lebih besar dalam menjaga kesinambungan proses sosial untuk menjadi Indonesia di tengah-tengah masyarakat dunia. Perlu usaha yang ditopang dengan kesadaran yang jernih dalam melihat dialektika sejarah dan kesejarahan yang berlangsung. Tanpa itu, masyarakat akan mengalami distorsi dalam memahami peristiwa yang terjadi dihadapan mereka pada dewasa ini. Sebab peristiwa-peristiwa itu telah dan akan terus dipahami secara keliru oleh sebagian besar masyarakat bangsa ini.
Tantangan Muhammadiyah: Kegagapan Etik di Era Pasca Kebenaran Bandarsyah, Desvian
MAARIF Vol 16 No 1 (2021): Muhammadiyah dan Moderasi Islam
Publisher : MAARIF Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47651/mrf.v16i1.136

Abstract

Tantangan Muhammadiyah di era pasca kebenaran dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya semakin tidak mudah, disebabkan perubahan yang berlangsung pada masyarakat semakin mengarah kepada persoalan moral dan etika yang semakin kompleks, karena pola kehidupan mereka semakin rumit dengan sikap yang cenderung semakin mengeras, terutama dalam mengklaim kebenaran sebagai “pemilik yang otoritatif” dalam wacana yang simpang-siur itu. Situasi itu mendorong berkembangnya sikap, ucapan dan perilaku yang menggambarkan kekerasan verbal (verbal of violence) dan kekerasan narasi (narration of violence) dalam ruang jagad maya yang mempengaruhi ruang sosial kehidupan bersama. Muncul sikap dan perilaku yang gagap etika dalam komunikasi di ruang publik, serta menumbuh-suburkan prasangka dan kecurigaan di antara masyarakat yang bertumpu pada komunitas sosialnya. Kelemahan manusia yang paling mendasar dan menyebabkan lahirnya kesalahan adalah kepicikan dan kesempitan bernalarnya yang menjadikan ia tergesa-gesa dalam menilai pengetahuan dan informasi yang diperolehnya, juga dalam menyebarkan pengetahuan dan informasi yang diperoleh itu. Inilah tantangan Muhammadiyah dalam dakwah di era pasca kebenaran yang perlu diwujudkan dalam regulasi dakwahnya dengan mengedepan pendekatan makna dan pemaknaan semacam yang kuat, sehingga dakwahnya dapat menyentuh kesadaran individualitas dan pada akhirnya dapat menggerakkan kesadaran kolektif sebagai masyakarat.
Representation of the Indonesian Revolution in the Novel Di Tepi Kali Bekasi by Pramoedya Ananta Toer Gunawan, Rudy; Bandarsyah, Desvian; Fauzi, Wildan Insan; Rachmah, Huriah
Paramita: Historical Studies Journal Vol 31, No 2 (2021): History of Asia and Indonesia
Publisher : History Department, Semarang State University and Historian Society of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/paramita.v31i2.28748

Abstract

Writing a historical novel is one of an author’s attempts to engage readers emotionally. A history written in the form of a story can prove to be more interesting since it consists of beautifully arranged words that can vividly draw the past. Even though both novels and textbooks issue certain life of communities, historical novels may encourage their readers to see a phenomenon found in history from different perspectives than those of historians’. For example, a romance novel entitled “Bekasi River” was written based on Pramoedya Ananta Toer’s experience of being isolated during the war against the British army. The problem discussed in this article is about the representation of Indonesia’s history during the war of independence in the novel “Di Tepi Kali Bekasi?”. This study used a qualitative content analysis method to understand and present ideas and examine historical elements within the novel. This study used content analysis to describe the details and characteristics of historical narratives. The historical narratives were then compared with historians’ study of the revolution in Bekasi. This comparison will show the relationship between the facts and the fiction found in the novel. There are five patterns of the relationship between those facts and fiction: first, the fictionalization of the characters is an imitation of the reality observed by the author. Second, the historians’ description clarifies the novel’s depiction of historical facts. Third, the historians’ narration is depicted in much more detail in the novel; Fourth, the description of facts in the novel consists of historical facts that historians also revealed; Fifth, the novel brings emotional elements to life, which are difficult to be found in historians’ work.Menulis novel sejarah adalah salah satu upaya penulis untuk melibatkan pembaca secara emosional. Sebuah sejarah yang ditulis dalam bentuk cerita bisa menjadi lebih menarik karena terdiri dari kata-kata yang disusun dengan indah yang dapat menggambarkan masa lalu dengan jelas. Meskipun baik novel maupun buku teks mengangkat kehidupan masyarakat tertentu, novel sejarah dapat mendorong pembacanya untuk melihat fenomena yang ditemukan dalam sejarah dari perspektif yang berbeda dari sejarawan. Sebagai contoh, sebuah novel roman berjudul “Sungai Bekasi” ditulis berdasarkan pengalaman Pramoedya Ananta Toer yang diisolasi selama perang melawan tentara Inggris. Masalah yang dibahas dalam artikel ini adalah tentang representasi sejarah Indonesia pada masa perang kemerdekaan dalam novel “Di Tepi Kali Bekasi?”. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kualitatif untuk memahami dan menyajikan gagasan serta mengkaji unsur-unsur sejarah dalam novel. Penelitian ini menggunakan analisis isi untuk mendeskripsikan detail dan karakteristik narasi sejarah. Narasi sejarah tersebut kemudian dibandingkan dengan studi sejarawan tentang revolusi di Bekasi. Perbandingan ini akan menunjukkan hubungan antara fakta dan fiksi yang ditemukan dalam novel. Ada lima pola hubungan antara fakta dan fiksi tersebut: pertama, fiktifisasi tokoh merupakan tiruan dari realitas yang diamati oleh pengarang. Kedua, deskripsi sejarawan memperjelas penggambaran novel tentang fakta sejarah. Ketiga, narasi sejarawan digambarkan lebih detail dalam novel; Keempat, deskripsi fakta dalam novel terdiri dari fakta sejarah yang juga diungkapkan sejarawan; Kelima, novel menghidupkan unsur-unsur emosional yang sulit ditemukan dalam karya sejarawan.
Urgency and Adaptation of New Literations in Primary School Education in the Digital Era Desvian Bandarsyah
AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan Vol 13, No 3 (2021): AL-ISHLAH: Jurnal Pendidikan
Publisher : STAI Hubbulwathan Duri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.76 KB) | DOI: 10.35445/alishlah.v13i3.1274

Abstract

Teachers have been aware of the urgency of literacy; however, some teachers are still neglected. The main purpose of this paper is to discuss new literacy in the digital era, which includes primary school education. Our primary education is an important actor in preparing Indonesian future generations. The research method used was a literature review to view the diversity of culture and awareness among Indonesian. Data had been collected throughout history recorded in digital, books, and many others. Data were analyzed using comparing the diverse history related to primary education. By comparing data, we make a framework that is used to organize future primary education. The results show that the digital era and literacy are becoming integrated to improve learning and teaching quality. Both teachers and students should be aware a digital literacy should improve the quality of our education. The study's implications will be used to assess how effective literacy education has improved educational quality. 
Aktualisasi Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Sejarah Desvian Bandarsyah *
SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol 11, No 2 (2014): SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial
Publisher : Yogyakarta State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/socia.v11i2.5305

Abstract

Berbagai persoalan serius dan sistemik mengenai kebangkrutan moral, hilangnya rasa tanggungjawab, dan disorientasi kebangsaan yang bersifat multidimensional, terjadi tidak hanya pada level kepemimpinan nasional, tetapi juga pada level lokal, bahkan sampai tingkat generasi mudanya. Hal itu mendorong perlunya pendidikan yang dapat menjawab berbagai perubahan sosial di tengah-tengah perkembangan masyarakat yang menglobal. Persoalan mendasar berkaitan dengan peranan pendidikan adalah bagaimana pendidikan dilakukan dengan memuat nilai-nilai humanis serta membentuk karakter dan perilaku yang sesuai dengan perkembangan dalam dunia yang terus berubah dari waktu ke waktu. Kita harus mampu menyelenggarakan pendidikan yang mengacu ke masa depan. Pendidikan yang  mempersiapkan generasi muda untuk menatap masa depan yang lebih baik, dengan pemaknaan terhadap kehidupan yang dinamis secara positif yang berkaitan dengan upaya pengembangan kualitas dan kemandirian manusia Indonesia.  Sehingga dimungkinkan secara proaktif dapat menjawab tantangan masyarakat dan bangsa, dalam dunia yang kompleks. Dunia keilmuan dan corak pendekatan pendidikan kita dalam tataran teoretis dan praktis harus mampu melepaskan diri dari pengaruh kelimuan warisan Cartesian yang mekanistik positivistik. Desain ilmu-ilmu sosial dalam pendidikan, terutama pendidikan sejarah harus dapat menawarkan kemandirian, melalui pengembangan karakter, kesadaran dan nalar kritis dengan memfungsikan kesadaran etis dan estetika. Ilmu-ilmu sosial dan sejarah merupakan solusi dalam mengatasi krisis kemanusiaan dewasa ini. Terutama pembelajaran sejarah dengan implementasi yang tepat. Kata Kunci: ilmu sosial, pendidikan karakter, pembelajaran sejarah
AKTUALISASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN SEJARAH Desvian Bandarsyah
ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah Vol 10, No 1 (2014): ISTORIA Edisi Maret 2014, Vol. 14, No.1
Publisher : Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (169.218 KB) | DOI: 10.21831/istoria.v10i1.3592

Abstract

Abstrak  Problema kemanusiaan yang tengah kita dihadapi saat ini, memerlukan pemecahan sebagai jalan keluar dari dunia yang semakin sempit, brutal, dan kejam. Perlu terobosan filosopis-teoritis sebagai dasar pijakan di dalam menjalankan solusi yang tepat, terukur, sistematis, dan sistemik. Dengan demikian dunia keilmuan dan corak pendekatan pendidikan kita dalam tataran teoretis dan praktisnya harus mampu melepaskan diri dari pengaruh kelimuan warisan Cartesian yang mekanistik positivistik. Ilmu-ilmu sosial dan sejarah merupakan solusi dalam mengatasi krisis kemanusiaan dewasa ini. Terutama sejarah melalui implementasi pembelajaran yang tepat, sejarah dapat menjadi solusi efektif terhadap berbagai persoalan kemanusiaan kita, karena sejarah memuat pesan moral kemanusiaan dan pembelajaran sejarah dapat menderegulasikan nilai-nilai moral kemanusiaan yang terdapat di dalamnya. Suatu upaya di dalam menjalankan pendidikan karakter bagi generasi masa depan. Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Pembelajaran, Sejarah.
CHAOS, MORAL DECADENCE, AND BETRAYAL (SATIRE IN "DI TEPI KALI BEKASI" NOVEL BY PRAMOEDYA ANANTA TOER) Rudy Gunawan; Desvian Bandarsyah; Wildan Insan Fauzi
LITERA Vol 18, No 1: LITERA MARET 2019
Publisher : Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v18i1.21146

Abstract

Indonesian revolution in 1945-1949 is a remarkable moment for all of Indonesian people which is full of heroic spirit. Interestingly, Pramoedya portrayed the revolution moment in the novel entitled “Di Tepi Kali Bekasi” with different point of view in which he used a sarcasm style of language to depicts the conditions and deliver his critics about behaviors of people from various clusters at that time. Therefore, this current study is motivated by interest to explore how satirical narrative is used in the novel. A qualitative content analysis with context unit was employed as a research method to describe and analyze in detail the description and characteristics of satire in the novel. Specifically, a concept of satire intended in this study is sarcasm, social criticism, and irony. Based on the results of analysis, there are some satirical elements in the novel namely social chaos, public unrest, bandits and robbery, betrayal, generation conflicts, youth nationalism, and immoral behavior and corruption of the army. In addition, according to Pramoedya's view, revolution is considered as an animalistic age where the revolution of soul is more important and needed by the nation instead of the armed revolution. Due to those facts, independence remains as a fake independence where unheard voice of the periphery and moral destruction are still the main problem. Generally, it is found that the satirical root in the novel is laid on two things namely Pramoedya's direct experience as a soldier and his ideas he wants to convey in the novel.Kata Kunci: Di Tepi Kali Bekasi, novel sejarah, Pramoedya Ananta Toer, satireCHAOS, DEKANDENSI MORAL, DAN PENGKHIANATAN(Satir dalam Novel Di Tepi Kali Bekasi karya Pramoedya Ananta Toer)AbstrakRevolusi fisik 1945-1949 merupakan periode yang disakralkan dan digambarkan penuh dengan semangat kepahlawanan. Namun, Pramoedya menggambarkan revolusi Indonesia dalam novel di Tepi kali Bekasi dengan gaya bahasa satir yang berisi kritikan tajam dan ironi terhadap perilaku berbagai kalangan. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan narasi satir dalam novel Di Tepi Kali Bekasi karya Pramoedya Ananta Toer. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi kualitatif untuk menggambarkan dan menganalisis secara detail deskripsi dan karakteristik satir dalam novel. Analisis data yang digunakan adalah unit konteks. Konsep satir yang dimaksud adalah sindiran, kritik sosial, dan ironi. Unsur satir yang terdapat dalam novel adalah kekacauan sosial (chaos), keresahan masyarakat, bandit dan rampok, pengkhianatan, konflik generasi, nasionalisme pemuda, serta perilaku amoral dan korupsi tentara. Cara pandang Pramoedya mengenai revolusi adalah revolusi sebagai zaman kebinatangan, revolusi jiwa lebih berhasil daripada revolusi bersenjata, kemerdekaan hanya kemerdekaan semu, suara kaum pinggiran, dan kehancuran moral. Akar satir dalam novel Di Tepi Kali Bekasi bertumpu pada dua hal, yaitu pengalaman langsung Pramoedya sebagai tentara dan gagasan-gagasan yang ingin disampaikannya dalam novel.Kata Kunci: Di tepi kali bekasi, novel sejarah, Pramoedya Ananta Toer, Satir
Tantangan Muhammadiyah: Kegagapan Etik di Era Pasca Kebenaran Desvian Bandarsyah
MAARIF Vol 16 No 1 (2021): Muhammadiyah dan Moderasi Islam
Publisher : MAARIF Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47651/mrf.v16i1.136

Abstract

Tantangan Muhammadiyah di era pasca kebenaran dalam mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya semakin tidak mudah, disebabkan perubahan yang berlangsung pada masyarakat semakin mengarah kepada persoalan moral dan etika yang semakin kompleks, karena pola kehidupan mereka semakin rumit dengan sikap yang cenderung semakin mengeras, terutama dalam mengklaim kebenaran sebagai “pemilik yang otoritatif” dalam wacana yang simpang-siur itu. Situasi itu mendorong berkembangnya sikap, ucapan dan perilaku yang menggambarkan kekerasan verbal (verbal of violence) dan kekerasan narasi (narration of violence) dalam ruang jagad maya yang mempengaruhi ruang sosial kehidupan bersama. Muncul sikap dan perilaku yang gagap etika dalam komunikasi di ruang publik, serta menumbuh-suburkan prasangka dan kecurigaan di antara masyarakat yang bertumpu pada komunitas sosialnya. Kelemahan manusia yang paling mendasar dan menyebabkan lahirnya kesalahan adalah kepicikan dan kesempitan bernalarnya yang menjadikan ia tergesa-gesa dalam menilai pengetahuan dan informasi yang diperolehnya, juga dalam menyebarkan pengetahuan dan informasi yang diperoleh itu. Inilah tantangan Muhammadiyah dalam dakwah di era pasca kebenaran yang perlu diwujudkan dalam regulasi dakwahnya dengan mengedepan pendekatan makna dan pemaknaan semacam yang kuat, sehingga dakwahnya dapat menyentuh kesadaran individualitas dan pada akhirnya dapat menggerakkan kesadaran kolektif sebagai masyakarat.
The Era of Society 5.0 as the unification of humans and technology: A literature review on materialism and existentialism Melinda Rahmawati; Ahmad Ruslan; Desvian Bandarsyah
Jurnal Sosiologi Dialektika Vol. 16 No. 2 (2021): Jurnal Sosiologi Dialektika
Publisher : Department of Sociology, Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jsd.v16i2.2021.151-162

Abstract

The Industrial Revolution 4.0 brings society in fast-paced change. Technology and social media emerge not only as a means of communication and accessibility of modern society, but also as a means of mass news spread and provocation. When society and technology coexist, technology is able to drive people to have accessibility without time limits. The objective of this study is to describe the overview of the Era of Society 5.0 seen from the perspectives of materialism and existentialism in social sciences. The research method used was descriptive qualitative with literature review analysis which specifically discussed modern society and the idea of materialism and existentialism. The results of this study showed that the Era of Society 5.0 has indeed become an era of the unification of humans and technology. Technology has become a necessity that must be fulfilled by all people. The perspectives of materialism and existentialism view it as a critical period because society is vulnerable to division if it is not directed properly. This study concluded that the Era of Society 5.0 is described as a period when humans and their mindsets are trapped between material needs and the desire for existence. Technology that is interconnected and accessed without limits presents a complex situation. The streams of materialism and existentialism provide an overview of the situation of society in two related sides.
Keberadaan PDM Kota Depok dalam Mengembangkan Amal Usaha Pendidikan Desvian Bandarsyah; Luthpi Barsan
CHRONOLOGIA Vol 1 No 1 (2019): Chronologia
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (27.651 KB) | DOI: 10.22236/jhe.v1i1.3553

Abstract

Penelitian ini memfokuskan pada Deskripsi Lokasi Penelitian, bagaimana keberadaan Muhammadiyah kota Depok, Bagaimana upaya-upaya dakwah yang dilakukan PDM kota Depok dalam mengembangkan pendidikan. Penelitian ini mengunakan metode kualitatif. Subjek penelitian ini adalah pimpinan ataupun pengurus Muhammadiyah kota Depok yang mengembangkan Amal Usaha. Data dikumpulkan melalui pengamatan/observasi, wawancara, dan mendokumentasikan hal-hal yang mengenai data yang dibutuhkan. Kemudian data tersebut dianalisis dengan cermat dan baik. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pimpinan Daerah Muhammadiyah kota Depok sangat konsisten dalam memajukan organisasi ini, hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana Pimpinan Daerah Muhammadiyah selalu mengembangkan Amal Usaha baik di bidang keagamanaan, bidang kesehatan, bidang sosial dan terutama dalam bidang pendidikan serta bidang ekonomi