Claim Missing Document
Check
Articles

PEMANFAATAN CAHAYA ALAMI TERHADAP MEJA BACA DI PERPUSTAKAAN Masrokan Masrokan; Wahyu Setia Budi; Erni Setyowati
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 4, No 2 (2020): Jurnal arsitektur ARCADE Juli 2020
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1229.55 KB) | DOI: 10.31848/arcade.v4i2.408

Abstract

Abstract: Humans in carrying out daily activities always need sunlight. Nature has provided an abundant source of energy, solar heat. Indonesia is on the equator very rich in energy from sunlight. Sunlight has not been used by humans and seems to be refused entry into the room. The reading room is one of the facilities in the library. The reading room requires adequate sunlight and a good reading table layout so that it can be used optimally when reading and writing. The purpose of this research is to improve visual comfort in the reading room so that natural light can enter the reading room optimally in accordance with the standard requirements of the reading room so that the reading room can be utilized optimally. Research using quantitative methods that are measuring the location of the level of natural lighting in the reading room by using measuring devices. This research is very important to be done to translate human desires in planning and designing a good reading room. The results of this study can explain that natural light can be optimally utilized in the reading room (reading table) in the library by using reflector material (directors of sunlight). Determination of access to sunlight both windows and other openings will affect the organization of space, dimensions and design of space.Keyword: Natural Light, Reading Room, LibraryAbstrak: Manusia dalam melakukan kegiatan sehari-hari selalu membutuhkan cahaya matahari. Alam telah menyediakan sumber energi berlimpah yaitu panas matahari. Indonesia berada di garis katulistiwa sangat kaya energi dari sinar matahari. Cahaya matahari belum banyak dimanfaatkan manusia dan seakan-akan ditolak masuk ke dalam ruangan. Ruang baca merupakan salah satu fasilitas pada perpustakaan. Ruang baca membutuhan cahaya matahari yang cukup dan tata letak meja baca yang baik agar dapat dimanfaatkan secara optimal saat melakukan aktifitas membaca dan menulis. Tujuan penelitian adalah meningkatkan kenyamanan visual di ruang baca agar cahaya alami dapat masuk ke dalam ruang baca secara maksimal sesuai dengan kebutuhan standar ruang baca sehingga ruang baca dapat dimanfaatkan secara optimal. Penelitian menggunakan metode kuantitatif yaitu melakukan pengukuran dilokasi mengenai tingkat pencahayaan alami pada ruang baca dengan memakai alat ukur. Penelitian ini sangat penting dilakukan untuk menterjemahkan keinginan manusia dalam merencanakan dan merancang ruang baca yang baik. Hasil dari penelitian ini dapat menjelaskan bahwa cahaya alami dapat dimanfaatkan secara optimal pada ruang baca (meja baca) di perpustakaan dengan menggunakan bahan reflector (pengarah cahaya matahari). Penentuan akses cahaya matahari baik jendela maupun bukaan lainnya yang bisa mempengaruhi organisasi ruang, dimensi dan desain ruang.Kata Kunci: Cahaya Alami, Ruang Baca, Perpustakaan
SISTEM PENGHAWAAN PADA KAMAR HOTEL Maria Carizza Pandora Raharjo; Wahyu Setia Budi; Eddy Prianto
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6, No 2 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v6i2.1010

Abstract

Abstract: Nowadays, development in urban areas is progressing very rapidly, accompanied by an increase in the number of residents and various kinds of activities carried out. Seeing this phenomenon, many developers are competing to build multi-layered high buildings. Air conditioning systems in high-rise buildings are generally carried out with artificial air arrangements. The Grand Edge Hotel Semarang building is one of the multi-layered high-rise buildings that will be the case study. This hotel building is located in Semarang on an area of 2860 m2, 7 floors above ground and 3 basement floors as deep as 9 meters from ground level, total floor area is 15,958 m2. The electricity used from PLN is 700 KVA, equipped with 1 generator unit with a capacity of 650 KVA. The ventilation system used in this building is in the form of an artificial air system, including: Direct Air Conditioning (AC) Fan Coil Unit with Split Ducting system, as many as 117 units, with capacities of 1.5 PK, 2 PK, 3.5 PK and 10 PK. The ventilation system used in terms of the specifications of the AC unit used is able to produce conditions according to the PERMENKES No. 1077/MENKES/PER/V/2011, especially in hotel rooms. The information obtained at this time is a prelude to obtaining quantitative-qualitative data about the existing problems, as well as the form of the solution, it is necessary to deepen and add cases in the project.Abstrak: Dewasa ini pembangunan di perkotaan melaju sangat pesat yang disertai dengan jumlah peningkatan penduduk dan berbagai macam aktivitas yang dilakukan nya. Melihat fenomena tersebut maka banyak dari para developer berlomba-lomba untuk membangun bangunan tinggi berlapis. Sistem penghawaan pada bangunan tinggi umum nya dilakukan dengan tatanan udara buatan. Bangunan Hotel Grand Edge Semarang adalah salah satu bangunan tinggi berlapis yang akan menjadi studi kasus ini. Bangunan hotel ini terletak di Semarang diatas lahan 2860 m2, berlantai 7 lapis diatas tanah dan 3 lantai basement sedalam 9 meter dari permukaan tanah, luas lantai total 15.958 m2. Tenaga listrik yang digunakan dari PLN sebesar 700 KVA, dilengkapi 1 unit genset dengan kapasitas 650 KVA. Sistem penghawaan yang digunakan bangunan ini berupa tatanan udara buatan, meliputi : Air Conditioning (AC) langsung Fan Coil Unit dengan sistem Split Ducting, sebanyak 119 buah, dengan kapasitas 1,5 PK, 2 PK, 3,5 PK dan 10 PK. Sistem penghawaan yang digunakan dari sisi spesifikasi unit AC yang dipakai mampu menghasilkan kondisi yang sesuai standar PERMENKES No. 1077/MENKES/PER/V/2011, khususnya pada kamar hotel.  Info yang didapatkan saat ini adalah sebuah awalan untuk mendapatkan data kuantitatif-kualitatif tentang permasalahan yang ada, serta bentuk solusinya perlu diadakan pendalaman dan penambahan kasus di proyek.
UPAYA PENINGKATAN KUALITAS CITRA MRI DENGAN PEMBERIAN MEDIA KONTRAS Suhardi Suhardi; Wahyu Setiabudi; Choirul Anam
BERKALA FISIKA Vol 16, No 1 (2013): Berkala Fisika
Publisher : BERKALA FISIKA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.054 KB)

Abstract

Improvement the image quality of magnetic resonance imaging (MRI) carried out bycontrast media has been done. It was expected to obtain a better image quality so thatinterpretation of MRI images more valid. Contrast media were used gadolinium 5 mmol/10 ml perpatient. Number of patients 10 people with tumor of the head, and each uses a 6 slices. MRI usedAIRIS II with 0.3 Tesla magnetic field, Kodak Dry View 8900, densitometry, and Film. In thisstudy, the image resulted with and without contrast media were measured its density andcompared. It was resulted that the image density in normal  tissues no change, with and withoutcontrast media. While the tumor area with and without contrast media, the density decreased byan average of 0,56. The addition of contrast media, the presence of tumor will appear moreclearly.Keywords: Contrast Media, gadolinium, MRI
SISTEM PENGHAWAAN PADA KAMAR HOTEL Maria Carizza Pandora Raharjo; Wahyu Setia Budi; Eddy Prianto
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 6, No 2 (2022): Jurnal Arsitektur ARCADE Juli 2022
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31848/arcade.v6i2.1010

Abstract

Abstract: Nowadays, development in urban areas is progressing very rapidly, accompanied by an increase in the number of residents and various kinds of activities carried out. Seeing this phenomenon, many developers are competing to build multi-layered high buildings. Air conditioning systems in high-rise buildings are generally carried out with artificial air arrangements. The Grand Edge Hotel Semarang building is one of the multi-layered high-rise buildings that will be the case study. This hotel building is located in Semarang on an area of 2860 m2, 7 floors above ground and 3 basement floors as deep as 9 meters from ground level, total floor area is 15,958 m2. The electricity used from PLN is 700 KVA, equipped with 1 generator unit with a capacity of 650 KVA. The ventilation system used in this building is in the form of an artificial air system, including: Direct Air Conditioning (AC) Fan Coil Unit with Split Ducting system, as many as 117 units, with capacities of 1.5 PK, 2 PK, 3.5 PK and 10 PK. The ventilation system used in terms of the specifications of the AC unit used is able to produce conditions according to the PERMENKES No. 1077/MENKES/PER/V/2011, especially in hotel rooms. The information obtained at this time is a prelude to obtaining quantitative-qualitative data about the existing problems, as well as the form of the solution, it is necessary to deepen and add cases in the project.Abstrak: Dewasa ini pembangunan di perkotaan melaju sangat pesat yang disertai dengan jumlah peningkatan penduduk dan berbagai macam aktivitas yang dilakukan nya. Melihat fenomena tersebut maka banyak dari para developer berlomba-lomba untuk membangun bangunan tinggi berlapis. Sistem penghawaan pada bangunan tinggi umum nya dilakukan dengan tatanan udara buatan. Bangunan Hotel Grand Edge Semarang adalah salah satu bangunan tinggi berlapis yang akan menjadi studi kasus ini. Bangunan hotel ini terletak di Semarang diatas lahan 2860 m2, berlantai 7 lapis diatas tanah dan 3 lantai basement sedalam 9 meter dari permukaan tanah, luas lantai total 15.958 m2. Tenaga listrik yang digunakan dari PLN sebesar 700 KVA, dilengkapi 1 unit genset dengan kapasitas 650 KVA. Sistem penghawaan yang digunakan bangunan ini berupa tatanan udara buatan, meliputi : Air Conditioning (AC) langsung Fan Coil Unit dengan sistem Split Ducting, sebanyak 119 buah, dengan kapasitas 1,5 PK, 2 PK, 3,5 PK dan 10 PK. Sistem penghawaan yang digunakan dari sisi spesifikasi unit AC yang dipakai mampu menghasilkan kondisi yang sesuai standar PERMENKES No. 1077/MENKES/PER/V/2011, khususnya pada kamar hotel.  Info yang didapatkan saat ini adalah sebuah awalan untuk mendapatkan data kuantitatif-kualitatif tentang permasalahan yang ada, serta bentuk solusinya perlu diadakan pendalaman dan penambahan kasus di proyek.
Kajian Sistem Penghawaan terhadap Kenyamanan Termal pada Rumah Produksi Tenun Bukan Mesin Astrihasna Shafa; Gagoek Hardiman; Wahyu Setia Budi
Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan Vol 21, No 1 (2023): Arsitektura : Jurnal Ilmiah Arsitektur dan Lingkungan Binaan
Publisher : Universitas Sebelas Maret Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/arst.v21i2.63117

Abstract

Thermal comfort is essential when designing a building that will serve as a work activities place. A comfortable work environment will increase worker productivity. This study is a form of correction to non-machine weaving production house to obtain an optimal ventilation system for achieving thermal comfort. This research uses quantitative in non-machine weaving production house in Pekalongan. The data collected are thermal measurement data and air intensity in the workspace directly from morning to evening for two days. Measurements using a thermometer, hygrometer, and hot wire anemometer. Measurements were carried out in two conditions to compare the air intensity in the workspace. The measurement results will be analyzed using the recommended standards. The observations show that natural ventilation is not optimal in a horizontal building and an open space with an inner court. The fan's type and shape affect the airflow arrangement in the room.
Determination of Neutron Flux in Brain Cancer Boron Neutron Capture Therapy Using Monte Carlo Simulation Arianto, Fajar; Handayani, Liska Tri; Budi, Wahyu Setia; Basuki, Prasetyo
Physics Communication Vol 6, No 2 (2022): August 2022
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/physcomm.v6i2.40277

Abstract

Boron Neutron Capture Therapy (BNCT) is a relatively safer technology for killing cancer cells, one of which is the Glioblastoma multiforme. One of the main components of the BNCT equipment is the collimator which functions as an exit point for epithermal neutron particles that hit cancer cells. In addition to the experimental method, BNCT research can be carried out by modeling, including using the MCNPX software based on the Monte Carlo Method. This research aimed to determine the flux distribution of fast and epithermal neutrons and the dose rate of fast neutrons and gamma that hit the target cancer cells in the phantom head of ORNL MIRD. Modeling using the MCNPX software has three main parts: cell cards, surface cards, and data cards. A tally is used on the data card to calculate the neutron flux. Based on the calculation of the modeling results, the flux of epithermal neutron is 2.87 x 109 n/cm2.s. The dose ratio of the epithermal to the fast neutron flux is 2.29 x 10-14 Gy.cm2/n. Then, the balance of the dose rate of the epithermal to the gamma is 1.64 x 10-14 Gy.cm2/n, and the ratio of epithermal to thermal neutron flux is 0.004. In this study, the epithermal neutron flux hitting the target cancer cells in cell target was moderated at 4 cm so that at a depth of 8 cm, the energy was converted into thermal neutrons. Based on the analysis of the results, it can be concluded that the neutron flux that will interact with cancer tissue is thermal neutrons, not epithermal neutron flux.
SISTEM PENGHAWAAN PADA KAMAR HOTEL Pandora Raharjo, Maria Carizza; Budi, Wahyu Setia; Prianto, Eddy
Jurnal Arsitektur ZONASI Vol 6, No 2 (2023): Vol 6, No 2 (2023): Jurnal Arsitektur Zonasi juni 2023
Publisher : KBK Peracangan Arsitektur dan Kota Program Studi Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jaz.v6i2.44702

Abstract

Dewasa ini pembangunan di perkotaan melaju sangat pesat yang disertai dengan jumlah peningkatan penduduk dan berbagai macam aktivitas yang dilakukan nya. Melihat fenomena tersebut maka banyak dari para developer berlomba-lomba untuk membangun bangunan tinggi berlapis. Sistem penghawaan pada bangunan tinggi umum nya dilakukan dengan tatanan udara buatan. Bangunan Hotel Grand Edge Semarang adalah salah satu bangunan tinggi berlapis yang akan menjadi studi kasus ini. Bangunan hotel ini terletak di Semarang diatas lahan 2860 m2, berlantai 7 lapis diatas tanah dan 3 lantai basement sedalam 9 meter dari permukaan tanah, luas lantai total 15.958 m2. Tenaga listrik yang digunakan dari PLN sebesar 700 KVA, dilengkapi 1 unit genset dengan kapasitas 650 KVA. Sistem penghawaan yang digunakan bangunan ini berupa tatanan udara buatan, meliputi : Air Conditioning (AC) langsung Fan Coil Unit dengan sistem Split Ducting, sebanyak 119 buah, dengan kapasitas 1,5 PK, 2 PK, 3,5 PK dan 10 PK. Sistem penghawaan yang digunakan dari sisi spesifikasi unit AC yang dipakai mampu menghasilkan kondisi yang sesuai standar PERMENKES No. 1077/MENKES/PER/V/2011, khususnya pada kamar hotel. Info yang didapatkan saat ini adalah sebuah awalan untuk mendapatkan data kuantitatif-kualitatif tentang permasalahan yang ada, serta bentuk solusinya perlu diadakan pendalaman dan penambahan kasus di proyek.Kata kunci : penghawaan, energi, hotel
Evaluasi Dosis Efektif Boron Neutron Capture Therapy (BNCT) Glioblastoma Multiforme Menggunakan Simulasi Monte Carlo Liska Tri Handayani; Wahyu Setia Budi; Fajar Arianto
Jurnal Fisika Unand Vol 12 No 4 (2023)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jfu.12.4.683-689.2023

Abstract

Glioblastoma multiforme merupakan kanker otak stadium IV yang sangat sulit diobati dan umumnya terjadi pada hemisfer serebrum otak. Terapi BNCT telah dikembangkan untuk pengobatan glioblastoma yang lebih aman, namun hamburan neutron dan foton gamma yang berasal dari terapi pada organ at risk ini perlu dievaluasi menggunakan simulasi. Metode yang dilakukan dengan mensimulasikan phantom ORNL-MIRD bagian kepala dan leher menggunakan program MCNPX. Arah penyinaran radiasi terhadap pasien dibuat menjadi dua arah yaitu RLAT dan TOP. Perhitungan dosis dalam BNCT dilakukan dengan mencari nilai dosis serap, dosis ekuivalen, dan dosis efektif. Dosis efektif dianalisis menggunakan ICRP publikasi 60 dan 103. Berdasarkan perhitungan dosis serap, arah penyinaran yang paling efektif adalah arah penyinaran TOP, dengan persentase dosis serap pada organ at risk relatif aman terutama pada organ tiroid, dan nilai pada organ cranium, otak, tiroid, dan kulit berturut-turut sebesar 11,4%, 10,15%, 0,002%, dan 6,4%. Nilai dosis efektif pada ICRP 60 dan 103 bernilai sama pada organ cranium dan kulit. Namun, pada organ tiroid, nilai dosis efektif dengan ICRP 103 lebih rendah dibandingkan ICRP 60. Hal ini menandakan berkurangnya resiko untuk penyakit terwaris pada tiroid, dan pada organ otak hanya dihitung menggunakan ICRP 103
Evaluasi Dosis Efektif Boron Neutron Capture Therapy (BNCT) Glioblastoma Multiforme Menggunakan Simulasi Monte Carlo Liska Tri Handayani; Wahyu Setia Budi; Fajar Arianto
Jurnal Fisika Unand Vol 12 No 4 (2023)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jfu.12.4.683-689.2023

Abstract

Glioblastoma multiforme merupakan kanker otak stadium IV yang sangat sulit diobati dan umumnya terjadi pada hemisfer serebrum otak. Terapi BNCT telah dikembangkan untuk pengobatan glioblastoma yang lebih aman, namun hamburan neutron dan foton gamma yang berasal dari terapi pada organ at risk ini perlu dievaluasi menggunakan simulasi. Metode yang dilakukan dengan mensimulasikan phantom ORNL-MIRD bagian kepala dan leher menggunakan program MCNPX. Arah penyinaran radiasi terhadap pasien dibuat menjadi dua arah yaitu RLAT dan TOP. Perhitungan dosis dalam BNCT dilakukan dengan mencari nilai dosis serap, dosis ekuivalen, dan dosis efektif. Dosis efektif dianalisis menggunakan ICRP publikasi 60 dan 103. Berdasarkan perhitungan dosis serap, arah penyinaran yang paling efektif adalah arah penyinaran TOP, dengan persentase dosis serap pada organ at risk relatif aman terutama pada organ tiroid, dan nilai pada organ cranium, otak, tiroid, dan kulit berturut-turut sebesar 11,4%, 10,15%, 0,002%, dan 6,4%. Nilai dosis efektif pada ICRP 60 dan 103 bernilai sama pada organ cranium dan kulit. Namun, pada organ tiroid, nilai dosis efektif dengan ICRP 103 lebih rendah dibandingkan ICRP 60. Hal ini menandakan berkurangnya resiko untuk penyakit terwaris pada tiroid, dan pada organ otak hanya dihitung menggunakan ICRP 103
KAJIAN PENCAHAYAAN ALAMI RUANG BACA PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS INDONESIA Dewantoro, Fajar; Budi, Wahyu Setia; Prianto, Eddy
Jurnal Arsitektur ARCADE Vol 3 No 1 (2019): Jurnal Arsitektur ARCADE Maret 2019
Publisher : Prodi Arsitektur UNIVERSITAS KEBANGSAAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract: An architectural work can be seen in terms of benefits for the community where it can provide something to support life and advance the development of the surrounding environment. In this case the case study raised was at the University of Indonesia Library, where the library was very supportive of students on campus and outside the campus.The problem discussed in this study is reviewing a tropical architectural work applied to the library, and want to know how the concept affects natural lighting in the University of Indonesia's library reading room. The study also aims to evaluate how much light intensity is in the reading room of the University of Indonesia library. In this study the method used describes and reviews all other data and information, from direct or indirect observation. This analysis uses quantative analysis by comparing the existing conditions in the field with the study and information obtained from the literature. Based on the research, it was found that in some reading room areas that had natural enlightenment, there were recommendations that were in accordance with the standards and were not yet appropriate. Therefore some additional studies are needed in designing lighting. This research is expected to provide input on natural lighting of a building that is calculated using assisted software or measuring instruments in the field.Keyword: UI Library, Reading Room, Natural Lighting.Abstrak: Suatu karya arsitektur itu dapat dilihat dari segi manfaat bagi masyarakat dimana dapat memberikan sesuatu untuk menunjang kehidupan dan memajukan pembangunan lingkungan sekitar. Dalam hal ini studi kasus yang diangkat adalah pada Perpustakaan Universitas Indonesia, dimana perpustakaan ini sangat menunjang mahasiswa dalam kampus maupun luar kampus.Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu mengkaji sebuah karya arsitektur tropis diterapkan pada perpustakaan, serta ingin diketahui bagaimana pengaruhnya konsep tersebut terhadap pencahayaan alami di ruang baca perpustakaan Universitas Indonesia tersebut. Penelitian ini juga bertujuan mengevaluasi seberapa besar intensitas cahaya pada ruang baca perpustakaan Universitas Indonesia. Pada penelitian ini metode yang digunakan menguraikan dan mengkaji semua data dan informasi lain, dari observasi langsung maupun tidak langsung. Analisa ini menggunakan analisa kuantatif dengan membandingkan antara keadaan yang ada dilapangan dengan kajian dan informasi yang didapat dari literatur. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa pada beberapa area ruang baca yang mendapatkan pencahyaan alami, terdapat penchayaan yang sudah sesuai dengan standar dan belum sesuai. Oleh sebab itu diperlukan beberapa pengkajian tambahan dalam mendesain pencahayaan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai pencahayaan alami sebuah bangunan yang dihitung menggunakan software berbantu atau alat ukur di lapangan.Kata Kunci: Perpustakaan UI, Ruang Baca, Pencahayaan Alami.
Co-Authors Ade Ika Susan Afgani, Jundi Jundullah Agung Dwiyanto Ahmad Mutohar Ainul Ibnu Khotob Alan Tanjung Aji Prastowo Alfian Rizani Ali Khumaeni Anis Nila Kusuma Anugrah Ariyani S. Arif Fahmi Arifah, Dwi Intan Asep Yoyo Wardaya Astrihasna Shafa Bambang Haris Suhartono, Bambang Haris Choirul Anam Choirul Anam AM Diponegoro Chorirul Anam Dewandaru, Ardian Dewantoro, Fajar Dewantoro, Fajar Dhahryan Dhahryan Dini Desita Dwi Siwi Retnoningsih Eddy Prianto Eko Hidayanto Erni Setyowati Fadil Nazir Fajar Arianto Fatkhiyatul Athiqoh G. B. Suparta Gagoek Hardiman Gagoek Hardiman Gani Gunawan Gani Gunawan Handayani, Liska Tri Harianja, Bernard Hendrika Liana Sari Heri Sugito Heri Sutanto I Wayan Ari Makmur Istifadatun Ni’amah Jundi Jundullah Afgani K Sofjan Firdausi K. Sofjan Firdausi Kesawa Sudarsih Ketut Sofjan Firdausi, Ketut Sofjan Kusminarto Kusminarto Kusminarto Kusminarto Kusminarto Kusminarto Kusworo Adi Liska Tri Handayani Maesadji Tjokro Nagoro Maesadji Tjokro Nagoro Maliki Maliki Maria Carizza Pandora Raharjo Masrokan Masrokan Masrokan, Masrokan Michelson Fahrurazi Much Azam Muhamad Adi Muharam Budi Laksono, Muharam Budi Nora Fajria Nur Dwi Prasetyo Pandora Raharjo, Maria Carizza Prasetyo Basuki Priyono, Setyo Purwanto Purwanto Rini Shintawati Rozanah Rozanah Rusmaharani, Diyah Slamet Riyanto Suhardi Suhardi Sunarsih Sunarsih Supriyati Supriyati Suryono Suryono Susila Wardaya, Susila Susilo Susilo Susilo Susilo Susilo Susilo Sutiah Sutiah Sutrati Melissa Malik Taqwim S, M Ainut Titi Purwati Tri Wulan Tjiptono Tri Wulan Tjiptono Very Richardina Weirna Yusanti Wibowo, Danang Rujito Widiastuti, Ratih Wulandhari Wulandhari Zaenal Arifin