Fillah Fithra Dieny
Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. Jl. Prof. H. Soedarto, SH. Tembalang, Semarang. Kode Pos: 50275. Telp. (024) 76928010

Published : 100 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Kadar C-Reactive Protein pada remaja stunted obesity usia 12-17 tahun di Kota Semarang Proborini, Ajeng Sekar; Sulchan, Muhammad; Dieny, Fillah Fithra
Journal of Nutrition College Vol 6, No 2 (2017): April
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (552.133 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v6i2.16910

Abstract

Latar belakang: Stunted masih menjadi masalah utama di Indonesia. Individu stunted berisiko lebih tinggi mengalami obesitas dan penyakit kardiovaskular dibanding non-stunted. Obesitas abdominal merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular melalui reaksi inflamasi. High sensitivity c-reactive protein (Hs-CRP) adalah biomarker yang sensitif untuk mendeteksi reaksi inflamasi di dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kadar Hs-CRP pada remaja stunted obesity dan non-stunted obesity di Kota Semarang.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan crossectional yang dilakukan pada remaja usia 12-17 tahun yang berada di SMP/MTs Kota Semarang mencakup wilayah urban dan suburban. Total sampel penelitian sebanyak 40 remaja dipilih dengan metode cluster random sampling. Penentuan status gizi sampel diukur berdasarkan tinggi badan menurut umur dan lingkar pinggang menurut umur. Pengukuran kadar Hs-CRP dilakukan dengan metode ELISA. Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan.Hasil: Angka kejadian obesitas abdominal dan stunted obesity sebesar 30% dan 1.45%. Berdasarkan hasil pengukuran kadar Hs-CRP, terdapat 18(45%) remaja memiliki risiko tinggi penyakit kardiovaskular. Rerata kadar HS-CRP kelompok stunted obesity (2.92±2.74) lebih kecil dibanding kelompok non-stunted obesity (4.37±3.49) dimana tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Tingkat obesitas remaja memiliki pengaruh signifikan terhadap kadar Hs-CRP (p = 0.04).Kesimpulan: Tidak ditemukan perbedaan kadar c-reactive protein yang signifikan antara kelompok stunted obesity dan non-stunted obesity.
HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN SERTA PERILAKU KONSUMSI SUPLEMEN PADA MAHASIWA DI SEMARANG Sugiar, Iglas Er; Dieny, Fillah Fithra
Journal of Nutrition College Vol 7, No 1 (2018): Januari
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (662.058 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v7i1.20779

Abstract

Latar Belakang : Remaja adalah masa mencari identitas diri termasuk penampilan selain itu remaja rentan terpengaruh oleh penggambaran media tentang bentuk tubuh ideal, sehingga perhatian pada body image pada pria sekarang ini menjadi hal serius dan dapat menyebabkan body image negatif atau tidak puas dengan tubuhnya. Padahal Body image negatif pada remaja dapat mempengaruhi asupan energi dan protein serta perilaku dalam mengkonsumsi suplemen.Metode : Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Subjek berjumlah 88 orang dan merupakan mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, Semarang. Pemilihan subjek dengan kriteria tertentu atau kriteria inklusi. Data body image didapatkan menggunakan kuesioner body shape questionere (BSQ). Penilaian body image dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu puas (<80), ketidakpuasan ringan (80-110), ketidakpuasan sedang (111-140) dan ketidakpuasan berat (>140). Asupan energi dan protein didapat dari wawancara metode recall 24 jam selama 3 hari tidak berurutan. Data perilaku konsumsi suplemen diperoleh menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan apa, berapa banyak, dan berapa sering konsumsi suplemen selama satu tahun terakhir. Data status gizi didapat melalui pengukuran tinggi dan berat badan kemudian dihitung IMT nya. Analisis data menggunakan program statistik komputer, dengan metode uji korelasi pearson.Hasil :  Usia subjek antara 18-21 tahun. Sebagian besar subjek memiliki status gizi  normal (63,6%), lalu overweight-obese (27,3%), dan underweight (9,1%). Sebanyak 57,9% memiliki body image negatif. Terdapat 98,8% subjek mengalami kekurangan asupan energi dan 62,5% kekurangan asupan protein. Sebanyak 36,4% subjek pernah mengkonsumsi suplemen, paling banyak yang dikonsumsi jenis penambah massa otot, penambah tinggi badan dan peningkat stamin. Tidak berhubungan (p>0,05) antara body image dengan asupan energi (p=0,743) dan asupan protein (p=0,948) serta tidak ada hubungan dengan perilaku konsumsi suplemen (p=0,498). Simpulan : Sebagian subjek memiliki body image negatif namun tidak berhubungan signifikan antara body image dengan asupan energi, protein dan perilaku konsumsi suplemen.
PENGARUH KONSELING GIZI SEBAYA TERHADAP ASUPAN SERAT DAN LEMAK JENUH PADA REMAJA OBESITAS DI SEMARANG Lestari, Eni; Dieny, Fillah Fithra
Journal of Nutrition College Vol 5, No 1 (2016): Januari
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (295.497 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v5i1.16357

Abstract

Latar Belakang: Obesitas pada remaja merupakan faktor risiko terjadinya obesitas ketika dewasa. Remaja obesitas cenderung memiliki asupan serat yang rendah dan lemak jenuh yang tinggi. Konseling gizi merupkan salah satu cara untuk memperbaiki perilaku makan remaja obesitas. Tujuan: Menganalisis pengaruh konseling gizi sebaya tehadap peningkatan asupan serat dan penurunan asupan lemak jenuh remaja obesitas usia 13-15 tahun.Metode: Pre-post test with control group design yang melibatkan 11 subjek di SMP Islam Al Azhar 14  sebagai kelompok perlakuan dan 11 subjek dari SMP Nasima Semarang sebagai kelompok dan kotrol. Intervensi yang diberikan berupa konseling gizi sebaya sebanyak 6 kali selama 4 minggu. Konselor sebaya dipilih dan diberikan pelatihan sebelum menjalanakan konseling kepada subjek. Asupan makan diukur menggunakan formulir Food Recall 3x24. Pada analisis statistik digunakan uji Mann Whitney dan  Wilcoxon.Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05)  asupan lemak jenuh sebelum dan sesudah pemberian konseling gizi sebaya. Penurunan asupan lemak jenuh (23,04 g) pada kelompok perlakuan lebih tinggi daripada kelompok kontrol (7,75 g). Tidak ditemukan beda yang signifikan (p>0,05) perubahan asupan serat sebelum dan setelah intervensi pada kelompok perlakuan maupun kontrol.Simpulan: Konseling gizi sebaya berpengaruh terhadap penurunan asupan lemak jenuh tetapi tidak terbukti efektif untuk meningkatkan asupan serat pada remaja obesitas usia 13-15 tahun. 
HUBUNGAN MUSCLE DYSMORPHIA DENGAN ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI MAKRO PADA PRIA DEWASA USIA 19-29 TAHUN ANGGOTA FLOZOR SPORT CLUB SEMARANG Dhiana, Maria Angela; Dieny, Fillah Fithra
Journal of Nutrition College Vol 3, No 4 (2014): Oktober 2014
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.309 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v3i4.6921

Abstract

 Latar Belakang: Laki - laki dengan citra tubuh negatif berusaha untuk meningkatkan massa otot dengan latihan angkat beban. Latihan angkat beban yang berlebihan dapat menyebabkan muscle dysmorphia (MD). Muscle Dysmorphia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perubahan pola makan pada pria dewasa yaitu konsumsi protein yang berlebihan, membatasi asupan  zat gizi non-protein. Perubahan pola makan ini tentu mempengaruhi asupan energi dan protein.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara MD dengan asupan energi dan protein pada dewasa pria usia 19-29 tahun.Metode: Studi cross-sectional pada anggota FLOZOR Sport Club Semarang usia 19-29 tahun dengan kriteria inklusi melakukan latihan rutin minimal dua kali seminggu dan tidak sedang menjalani diet khusus karena penyakit tertentu. Tiga puluh Sembilan subjek diambil dengan metode consecutive sampling. Data asupan energi dan protein diperoleh dari food recall 24h dibandingkan dengan AKG untuk warga Indonesia, data skor MD dengan angket Drive for Muscularity Scale (DMS),  data antropometri dari pengukuran berat badan, tinggi badan dan persen lemak tubuh, data frekuensi dan durasi latihan serta konsumsi suplemen massa otot diperoleh dari kuesioner. Analisis data menggunakan analisis uji korelasi Pearson pada MD dengan asupan energy, karbohidrat dan lemak, dan uji korelasi Spearman pada MD dengan asupan protein.Hasil: Sebanyak 64,1 % (n=25) subjek memiliki kategori persen lemak tubuh kategori fitness. Sebesar 51,3 % (n=20) subjek berlatih 4-5 kali per minggu; 56,4% (n=22) subjek berlatih 90-120 menit per hari. sebanyak 33,3 % (n=13) subjek mengkonsumsi suplemen penambah massa otot. Semua subjek (n=39) mengalami defisit energi dan karbohidrat tingkat berat. Hanya 10,2 % (n=4) subjek yang asupan proteinnya normal, bahkan terdapat 10,2 % (n=4) subjek yang termasuk kategori asupan protein berlebih, semuanya mengkonsumsi suplemen penambah massa otot. Subjek yang mengalami defisit asupan lemak tingkat berat sebesar 89,8 %. Sebanyak 46,2 % (n=18) subjek terdiagnosis mengalami MD. Uji korelasi menunjukan tidak adanya hubungan antara MD dengan asupan energi, karbohidrat dan protein. (p=0,644; p=0,232; p=0,570). Ada hubungan antara MD dengan asupan lemak (r= - 0,369; p=0,021)Kesimpulan: Tidak ada hubungan antara Muscle Dysmorphia dengan asupan energi, karbohidrat dan protein. Ada hubungan antara Muscle Dysmorphia dengan asupan lemak
Resistensi insulin pada remaja stunted obesity usia 15-18 tahun di Kota Semarang Nuraini, Ismi Safitri; Sulchan, Muhammad; Dieny, Fillah Fithra
Journal of Nutrition College Vol 6, No 2 (2017): April
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (809.872 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v6i2.16906

Abstract

Latar Belakang: Stunted obesity merupakan masalah gizi yang masih belum banyak mendapat perhatian walaupun terkait dengan berbagai penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular lainnya. Remaja stunted obesity memiliki kadar glukosa, kadar insulin, resistensi insulin yang lebih tinggi, dan menurunnya fungsi sel-β pankreas dari pada remaja stunted non-obese. Resistensi insulin merupakan salah satu kriteria klinis sindrom metabolik yang telah banyak muncul sejak usia remaja. Tujuan dari peenlitian ini adalah menganilisi perbedaan resistensi insulin antar kelompok stunted obese dan non-stunted obese.Metode: Penelitian pada remaja usia 15 hingga 18 tahun di SMA Kota Semarang dengan persebaran wilayah dibagi menjadi dua wilayah yaitu urban dan suburban. Desain penelitian cross sectional dengan jumlah subjek 52 remaja menggunakan metode consecutive sampling. Nilai resistensi insulin didapatkan berdasarkan hasil perhitungan homeostasis model assessment insulin resistance (HOMA-IR). Perbedaan nilai HOMA-IR dianalisis menggunakan uji Mann Whitney.Hasil: Ditemukan kejadian resistensi insulin pada kedua kelompok sama besar yaitu 96,1%. Rerata nilai HOMA-IR pada remaja stunted obesity sebesar 5,37±4.86 dan non-stunted obese sebesar 4,99±2.02, tetapi secara statistik tidak terbukti bemakna (p=0,22).Kesimpulan: Kedua kelompok mempunyai kecenderungan yang sama untuk  mengalami resistensi insulin dengan p=0,22..
PENGARUH DIET INDEKS GLIKEMIK TINGGI DAN RENDAH TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH ATLET LARI Djuned, Sarah; Dieny, Fillah Fithra
Journal of Nutrition College Vol 3, No 4 (2014): Oktober 2014
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.289 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v3i4.6851

Abstract

Latar Belakang : Salah satu kontributor utama terjadinya kelelahan pada atlet adalah penurunan kadar glukosa darah selama latihan. Diet indeks glikemik dapat memberikan respon yang berbeda terhadap kadar glukosa darah. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh diet indeks glikemik tinggi dan rendah terhadap kadar glukosa darah atlet lariMetode : Studi eksperimental pada 18 atlet lari laki-laki usia 15-18 tahun di Persatuan Atletik Purbalingga. Dilakukan skrining VO2max sebelum pengambilan sampel, pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Subjek dibagi menjadi dua kelompok : kelompok IG-tinggi dan kelompok IG-rendah. Data yang dikumpulkan meliputi kadar glukosa darah 1 jam sebelum di beri diet IG (KGD 1), kadar glukosa darah 2 jam sebelum diberi diet IG (KGD 2) dan kadar glukosa sesaat setelah latihan (KGD setelah) pengambilan darah melalui vena dan persen lemak tubuh dengan Bioelectrical Impedance Analysis. Subjek menjalankan puasa 10-12 jam, sebelum diberikan intervensi berupa makanan IG tinggi (IG=75), makanan IG rendah (IG=35) dan latihan lari selama 15 menit. Analisis bivariat menggunakan pair t-test dan independent t-testHasil : Rerata usia pada kelompok IG tinggi 15,33 tahun ± 0,50 sedangkan pada IG rendah 15,56 tahun ± 0,72. Rerata persen lemak tubuh pada kelompok IG tinggi 14,98% ± 2,38, sedangkan pada IG rendah 14,76% ± 2,63 . Rerata KGD 1 pada kelompok diet IG tinggi 130,56 mg/dl ± 14,22 dan IG rendah 112,78 mg/dl ± 10,24. Rerata KGD 2  pada kelompok diet IG tinggi 101,2 mg/dl ± 9,40 dan IG rendah 105,78 mg/dl ± 10,20. Rerata KGD setelah pada kelompok diet IG tinggi 83,78 mg/dl ± 10,83 dan IG rendah 97,33 mg/dl ±5,83. Ada pengaruh diet IG terhadap KGD 1 (p < 0,05). Tidak ada pengaruh diet IG terhadap KGD 2 (p > 0,05), dan ada pengaruh diet IG terhadap KGD setelah latihan (p < 0,05). Rerata selisih penurunan KGD 1 dan KGD 2 pada kelompok IG tinggi 29,33 mg/dl + 9,34 dan IG rendah 7 mg/dl + 5,92. Rerata selisih penurunan KGD 2 dan KGD setelah pada kelompok IG tinggi 17,44 mg/dl + 7,61 dan IG rendah 8,44 mg/dl + 5,22.Simpulan : Ada pengaruh diet IG terhadap KGD 1 dan KGD setelah latihan. Penurunan kadar glukosa darah pada kelompok IG rendah lebih kecil dari pada kelompok IG tinggi.
PENGARUH PROPORSI BAHAN TERHADAP DAYA TERIMA AGAR-AGAR DENGAN PENAMBAHAN KULIT JERUK DAN KULIT SEMANGKA Tamimi, Adesta Aulia; Afifah, Diana Nur; Fitranti, Deny Yudi; Dieny, Fillah Fithra
Journal of Nutrition College Vol 8, No 2 (2019): April
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.44 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v8i2.23813

Abstract

Latar Belakang: Kulit buah jeruk dan semangka mencakup hingga 20-30% dari berat total buah. Jumlah tersebut sering hanya dibuang dan tidak dimanfaatkan lebih lanjut terlepas dari kandungan serat yang tinggi. Kandungan serat tersebut dapat dimanfaatkan dengan penambahan kulit buah jeruk dan semangka ke dalam makanan seperti agar-agar sehingga dapat membantu meningkatkan konsumsi serat. Tujuan: Menganalisis daya terima warna, aroma, rasa, dan tekstur dari agar-agar dengan penambahan kulit semangka dan kulit jeruk dengan proporsi yang berbeda.Metode: Penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap satu faktor yaitu variasi proporsi kulit semangka dan kulit jeruk dengan 3 taraf perlakuan (0:5, 80:20, 70:30). Penelitian dilakukan dengan uji hedonik terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur subjek penelitian. Uji hedonik dilakukan oleh 38 panelis tidak terlatih. Hasil uji hedonik kemudian dianalisis statistic dengan uji Friedman dan uji lanjut dengan uji Wilcoxon.Hasil: Perbedaan proporsi bahan berpengaruh terhadap daya terima agar-agar dengan penambahan kulit jeruk dan kulit semangka dari segi warna (p=0.000), aroma (p=0.037), dan rasa (p=0.005), tapi tidak berpengaruh terhadap tekstur (p=0.178).Simpulan: Perbedaan proporsi bahan berpengaruh terhadap daya terima agar-agar dengan penambahan kulit jeruk dan kulit semangka. Agar agar dengan penambahan kulit jeruk sebanyak 5% adalah agar-agar yang paling diterima oleh panelis karena memiliki hasil organoleptik yang baik
HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK, KEBIASAAN OLAHRAGA, SCREEN TIME, DAN DURASI TIDUR DENGAN KEJADIAN SINDROM METABOLIK PADA REMAJA OBESITAS Utami, Lussi Wahyu Putri; Dieny, Fillah Fithra
Journal of Nutrition College Vol 5, No 3 (2016): Juli
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (365.009 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v5i3.16373

Abstract

Latar Belakang: Obesitas yang terjadi pada remaja berisiko tinggi menjadi obesitas dimasa dewasa dan berpotensi mengalami sindrom metabolik (SM). Inaktivitas fisik yang kurang merupakan salah satu faktor risiko obesitas.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan tingkat aktivitas fisik, kebiasaan olahraga, screen time, dan durasi tidur dengan kejadian sindrom metabolik pada remaja obesitas.Metode: Studi observasional menggunakan desain cross sectional melibatkan 40 siswa obesitas berusia 15-18 tahun di SMA Negeri 15 Semarang yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Data yang dikumpulkan adalah identitas subjek, antropometri, tekanan darah (TD), trigliserida (Tg), high density lipoprotein (HDL) dan glukosa darah puasa (GDP), tingkat aktivitas fisik (TAF), kebiasaan olahraga, screen time (ST) dan durasi tidur (DT). Trigliserida, HDL, dan GDP diukur dengan teknik kimia kolorimetri. Tingkat aktivitas fisik, kebiasaan olahraga, screen time, dan durasi tidur diukur dengan menggunakan International Physical Activity Quetionnaire-short form (IPAQ-short form). Uji fisher digunakan untuk menganalisis hubungan antara TAF, kebiasaan olahraga, ST, dan DT dengan kejadian SM.Hasil: Proporsi sindrom metabolik 47,5%. Sebesar 55% subjek memiliki tingkat aktivitas fisik rendah, 92,5% memiliki kebiasaan olahraga rendah, 92,5% memiliki screen time lebih, dan 85% memiliki durasi tidur kurang. Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik, kebiasaan olahraga, screen time, dan durasi tidur dengan kejadian SM dengan nilai masing-masing p>0,05.Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara tingkat aktivitas fisik, kebiasaan olahraga, screen time, dan durasi tidur dengan kejadian sindrom metabolik pada remaja obesitas.
KUALITAS DIET DAN AKTIVITAS FISIK PADA REMAJA OBESITAS DAN NON OBESITAS Retnaningrum, Garnis; Dieny, Fillah Fithra
Journal of Nutrition College Vol 4, No 4 (2015): Oktober 2015
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.846 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v4i4.10150

Abstract

Latar Belakang: Obesitas pada remaja disebabkan oleh rendahnya kualitas diet yang digambarkan melalui asupan makanan yang tidak sesuai dengan rekomendasi, sedangkan aktivitas fisik (pengeluaran energi) sangat minimal. Tujuan: menganalisis pengaruh kualitas diet dan aktivitas fisik terhadap status obesitas remaja.Metode: Penelitian observasional dengan pendekatan case control melibatkan 112 subjek di SMP Nasima, SMP Al Azhar 14, dan 23 Semarang. Subjek terdiri dari 56 remaja obesitas dan 56 remaja non obesitas usia 13-15 tahun yang dipilih melalui proportional random sampling dan dilakukan matching terhadap jenis kelamin dan asal sekolah. Data yang dikumpulkan meliputi identitas sampel, persen lemak tubuh, kualitas diet, dan aktivitas fisik. Persen lemak tubuh diukur menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA), kualitas diet diperoleh melalui formulir Diet Quality Index- International (DQI-I), dan aktivitas fisik menggunakan kuesioner International Physical Activity Questionnaire-short form (IPAQ-short form). Uji chi square untuk menganalisis hubungan kualitas diet dan aktivitas fisik terhadap status obesitas. Uji regresi logistik untuk menganalisis variabel yang paling berpengaruh terhadap status obesitas.Hasil: Sebagian besar remaja obesitas (96.4%) dan non obesitas (64.3%) memiliki kualitas diet rendah. Kualitas diet rendah pada remaja non obesitas digambarkan dengan rendahnya asupan serat dan mikronutrien, tingginya asupan lemak jenuh dan adanya ketidakseimbangan proporsi makronutrien dan asam lemak, sementara pada remaja obesitas ditambah dengan tingginya asupan energi, karbohidrat, lemak, kolestrol, dan makanan rendah zat gizi. Sebanyak 73.2% remaja obesitas juga memiliki aktivitas fisik yang rendah, sementara remaja non obesitas yang memiliki aktivitas fisik rendah hanya 23.2%. Remaja dengan kualitas diet rendah dan aktivitas fisik rendah masing-masing memiliki risiko 10.4 dan 7.2 kali lebih besar untuk mengalami obesitas.Simpulan: Kualitas diet yang rendah dan aktivitas fisik yang rendah berpengaruh terhadap status obesitas pada remaja.
HUBUNGAN ASUPAN VITAMIN A, C, DAN E DENGAN KEJADIAN SINDROM METABOLIK PADA REMAJA OBESITAS Muhammad, Dziky; Dieny, Fillah Fithra
Journal of Nutrition College Vol 5, No 4 (2016): Oktober
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (671.592 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v5i4.16423

Abstract

Latar Belakang : Sindrom metabolik merupakan sekumpulan kelainan metabolisme. Sindrom metabolik berhubungan dengan stress oksidatif yang tinggi. Remaja merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah gizi seperti obesitas sentral yang merupakan faktor resiko sindrom metabolik. Asupan zat gizi memiliki pengaruh besar pada sindrom metabolik. Vitamin A, C, dan E merupakan sumber antioksidan bagi tubuh yang diketahui memiliki manfaat untuk menurunkan stress oksidatif. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan supan vitamin A, C, dan E dengan kejadian sindrom metabolik pada remaja obesitas.Metode : Desain penelitian ini adalah cross-sectional yang dilakukan pada populasi di SMAN 15 Semarang. Subjek ditentukan menggunakan purposive sampling. Subjek penelitian dipilih berdasarkan kriteria inklusi dengan jumlah sampel minimal 40 orang. Data asupan vitamin A, C, dan E diperoleh menggunakan formulir Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Penentuan sindrom metabolik apabila terdapat sedikitnya 3 dari kriteria berikut: lingkar pinggang dan tekanan darah ≥persentil ke -90, trigliserida ≥110 mg/dl, HDL ≤40 mg/dl, dan glukosa darah puasa ≥110 mg/dl. Uji chi square digunakan untuk menganalisis hubungan asupan vitamin A, C, dan E dengan kejadian sindrom metabolik.Hasil : Proporsi kejadian sindrom metabolik pada remaja obesitas sebesar 47,5%. Tidak ada hubungan bermakna asupan vitamin A, C, dan E dengan kejadian sindrom metabolik (p>0,05), tetapi diketahui asupan vitamin A, C, dan E pada subjek non SM dan SM mayoritas termasuk kategori kurang.Simpulan : Tidak ada hubungan antara asupan vitamin A, C, dan E dengan kejadian sindrom metabolik pada remaja obesitas
Co-Authors A Fahmy Arif Tsani A Fahmy Arif Tsani A. Fahmi Arif Tsani Ade Mulyasari, Ade Afriani, Adilla Eka Ahmad Syauqy Aida Fitri Nazillah Alifia Evitarani Anggia Berlian Buntarlan Ani - Margawati Ani Margawati Annisa Dwi Fadzilah Annisa, Nabila Rifka Annisa, Wahyu Ilmi Apoina Kartini Aritonang, Eta Aprita Arwinda Nugraheni Aryu Candra Aryu Candra Asniya Rakhmawati Aulia, Nurhanna Putri Ayu Alfitasari Ayu Rahadiyanti Betsi Kusumaningnastiti Binar Panunggal Bintang, Fransisca Natalia Budiar Ningrum Yuliana Choirun Nissa Choirun Nissa Dea Rizky Pradipta Deny Yudi Fitranti Deny Yudi Fitranti Deny Yudi Fitranti Deny Yudi Fitranti Deny Yudi Fitranti destiana - florencia Destikasari, Widya Desy Amelia Ardi Dewi Kurnia Sandi Dewi Kurniawati Dewi Marfu’ah Kurniawati Dewi Marfu’ah Kurniawati Dhea Aghestya Dian Ratna Sawitri Diana Nur Afifah, Diana Nur Dittasari Putriana Elok Dwi Anggitasari Elserinawati Sinambela Eni Lestari Enny Probosari Enny Probosari Etika Ratna Noer Etisa Adi Murbawani Fariski, Cindy Fatimah, Putri Nur Fauzia Purnamasari Febriyanah, Nurzanah Febriyanti, Monica Sofchah Ferry Sandra Fidiasari, Intan Sepna Fitriyono Ayustaningwarno Garnis Retnaningrum, Garnis Ginting, Ignasia Agatha Br Gita Ayu Rosalinda Ratu Saputri Hanifah, Nur Islami Dini Hardianti, Rahma Hartanti Sandi Hartanti Sandi Wijayanti Hartanti Sandi Wijayanti Ida Kristiana Ida Kristiana Ida Kristiana Iin Indartiningsih Indira Saraswati Iqlima Safitri, Iqlima Ira Mulyani Ira Roza Milinda Jauharany, Firdananda Fikri Keyasa, Magnalia Morena Ruth Khairunissa Andayani Kristiana, Ida Kusumaningnastiti, Betsi Lady, Chantika Larasati, Erika Nurul Lestari, Rahma Wati Dwi Lia Irawati, Lia Luluk Hidayatul Maghfiroh Luthfiatul Khusna Maretha, Febrina Yollanda Marfu'ah Kurniawati, Dewi Maria Angela Dhiana MARTHA ARDIARIA Martha Irene Kartasurya Maura Tirta Nabila Meidi L Maspaitella Muhammad Sulchan Muhammad, Dziky Mulyani, Ira Mursid Tri Susilo Nimas Prabaningrum Nisa Nur Isnaini Andari Nisa, Lainatin Nissa, Choirun Noviasti Rahma Utami Nugraha, Teddy Wahyu Nugrahani, Gardinia Nur Rochmah, Nur Nuraini, Ismi Safitri Nurhidayati, Lisa Rosyida Nurmasari Widyastuti Nurmasari Widyastuti Nurmasari Widyastuti Nuryanto Nuryanto Nuryanto Nuryanto Nyoman Suci Widiastiti Pradita Putri Ramadhani Proborini, Ajeng Sekar Putri Nur Fatimah Putri, Lintang Prinkaniswari Rachma Purwanti Rahadiayanti, Ayu Rahadiyani, Ayu Rahma Wati Dwi Lestari Rahmah, Nadya Diena Ria Fitri Setyaningsih Rifmie Arfiriana Arfiriana Rizky Amalia Rosha, Putri Tiara Rubyanti, Septiana Dwi Safrina Luthfia Aila Sandi, Dewi Kurnia Santi Dwi Rahayu Santy Sundari Sarah Djuned Sekar Ratry Nurramadhani Setyawati, Novi Sigit Oktaviyani Prayitno Siwi, Tabita Prawita Suci Widiastuti, Suci Sugiar, Iglas Er Sukmasari, Vintantiana Suprabaningrum, Annisa Ratih Syafira Noor Pratiwi Tamimi, Adesta Aulia Teddy Wahyu Nugroho Teddy Wahyu Nugroho, Teddy Wahyu Tsani, A Fahmy Arif Tsani, A. Fahmy Arif Tsani, A.Fahmy Arif Tsani, Ahmed Fahmy Arif Tsani, Fahmy Arif Tzani, Niza Iana Ulfah Puspita Dewi Umu Faradilla Utami, Lussi Wahyu Putri Utoro, Bayu Febri Vintantiana Sukmasari Widya Destikasari Zahra Anggita Pratiwi Zeza Aziza, Zeza