Diny Dinarti
Departemen Agronomi Dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Bogor Agricultural University), Jl. Meranti, Kampus IPB, Darmaga, Bogor 16680, Indonesia

Published : 51 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Eksplorasi Senyawa Metabolit Planlet Timun (Cucumis sativus L.) In Vitro sebagai Bahan Aktif Potensial Menggunakan GC-MS Rusmiyati, Henny; Afifah, Ulil Azmi Nurlaili; Dinarti, Diny; Rachmani, Inda Hidayati
Buletin Agrohorti Vol. 13 No. 2 (2025): Buletin Agrohorti
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agrob.v13i2.64307

Abstract

Timun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang selain digunakan sebagai sayuran, timun juga dikenal memiliki berbagai manfaat kesehatan. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa timun mengandung berbagai senyawa bioaktif akan tetapi tidak semua bagian timun dimanfaatkan. Penelitian ini bertujuan untuk eksplorasi senyawa metabolit murni yang terkandung di daun, akar dan batang timun (Cucumis sativus L.) yang ditanam dalam lingkungan terkendali secara in vitro. Senyawa dianalisa menggunakan teknik Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS). Tanaman hasil kultur in vitro dipengaruhi oleh faktor fisik yang cenderung stabil, terkendali, dan terhindar dari faktor stress cekaman lingkungan sehingga senyawa kimia yang dihasilkan murni. Hasil analisis GC-MS senyawa metabolit didapatkan kandungan Stigmasta-7,16-dien-3-ol, (3 beta, 5. alpha) dengan formula C29H48O dan Ethyl. Alpha, -d-glucopyranoside yang ditemukan pada akar, batang, dan daun. Persentase kandungan senyawa metabolit yang paling banyak kandungannya di akar adalah Stigmasta-7,16-dien-3-ol, (3 beta, 5. alpha). Persentase kandungan senyawa tertinggi yang ditemukan pada bagian batang planlet adalah senyawa IH-Indole. Phythol merupakan senyawa metabolit tertingi yang ditemukan di daun. Senyawa yang ditemukan diseluruh bagian morfologi planlet C. sativus yaitu Stigmasta-7,16-dien-3-ol, (3 beta, 5. alpha) dikenal juga dengan sebutan Stigmasterol memiliki manfaat sebagai anti kanker dan antioksidan. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh organ planlet C. sativus dapat dimanfaatkan untuk antikanker dan antioksidan. Katakunci: antikanker, antioksidan, senyawa murni, stigmasterol
Pengendalian Tinggi Tanaman Hamparan Celosia dengan Zat Pengatur Tumbuh Paclobutrazol Kusumawardani, Annisa Try; Krisantini, Krisantini; Dinarti, Diny; Widaningsih, Ida
Buletin Agrohorti Vol. 13 No. 2 (2025): Buletin Agrohorti
Publisher : Departemen Agronomi dan Hortikultura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/agrob.v13i2.64395

Abstract

Celosia merupakan salah satu species tanaman hamparan yang popular karena warna bunganya yang cerah dan berwarna-warni. Celosia yang tumbuh pada lingkungan tropika umumnya memiliki batang tinggi sehingga tampak kurang estetis, disamping menyulitkan penanganan, pengepakan dan transportasi. Penggunaan paclobutrazol dapat menghambat pemanjangan batang, membuat tanaman lebih kekar dan pendek. Penelitian ini dilakukan di nurseri PT Bina Usaha Flora, Cianjur, Jawa Barat untuk menentukan cara aplikasi dan konsentrasi paclobutrazol yang efektif untuk mengendalikan tinggi tiga kultivar Celosia argentea. Terdapat lima perlakuan pada percobaan ini, yaitu pemberian paclobutrazol dengan cara disemprot pada daun sebanyak 30 ppm dan 40 ppm, pemberian paclobutrazol disiram pada media tanam sebanyak 10 ppm dan 20 ppm, dan tanaman kontrol (tanpa aplikasi paclobutrazol). Setiap perlakuan terdiri atas 15 tanaman yang ditanam dalam polybag, satu tanaman per polibag. Pemberian paclobutrazol 20 ppm dengan cara disiram pada media dapat menghambat pertumbuhan tinggi tanaman C. argentea ‘Cristata’ hingga 67% (43.2 cm), C. argentea ‘Plumosa’ 48% (23.9 cm), dan C. argentea ‘Spicata’ 61% (44.4 cm) dibandingkan tanaman kontrol, namun menunda pembungaan Celosia argentea ‘Cristata’ 5-7 hari. Pemberian paclobutrazol dapat menghasilkan Celosia yang lebih pendek dan kekar. Kata kunci: Celosia, pembungaan, retardan, tanaman hias
Studi Tahap Perkembangan Mikrospora dan Respon Pepaya Hermaprodit Kultivar Callina melalui Kultur Antera Halimah Widyaningrum; Darda Efendi; Diny Dinarti; Megayani Sri Rahayu
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 16 No. 2 (2025): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI)
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jhi.16.2.77-83

Abstract

Kultur antera merupakan teknik kultur in vitro yang menjanjikan dalam mendapatkan tanaman haploid dalam satu generasi. Penelitian ini bertujuan mendapatkan informasi mengenai tahap perkembangan mikrospora dan respon antera pada tiga ukuran bunga hermaprodit pepaya Callina pada medium induksi kalus. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikroteknik dan Kultur Jaringan 3, IPB- Bogor, dari Juli hingga November 2022. Bahan tanam yang digunakan adalah antera dari tiga ukuran bunga hermaprodit pepaya kultivar Callina meliputi kecil (10-15 mm), sedang (16-20 mm) dan besar (21-25 mm). Medium kultur yang digunakan adalah medium MS dengan enam perlakuan ZPT yaitu empat perlakuan kombinasi (0.005, 0.01, 0,1 dan 0,5 mg L-1) CPPU dan (0.1 mg L-1) NAA; 0.1 mg L-1 BAP dan 0.1 mg L-1 NAA; serta 1.0 mg L-1 BAP dan 2.0 mg L-1 NAA. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor (stadia perkembangan mikrospora) dan 2 faktor (induksi kalus). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bunga berukuran 10-15 mm memiliki persentase mikrospora uninucleate tertinggi (77.95%), merupakan ukuran yang responsif untuk menginduksi terbentuknya kalus dari antera. Perlakuan 0.5 mg L-1 CPPU dan 0.1 mg L-1 NAA menunjukkan persentase antera membentuk kalus tertinggi (40.4%). Sementara itu, ukuran bunga tidak berpengaruh nyata terhadap parameter yang diamati, tetapi pada ukuran bunga 10-15 mm menunjukkan persentase antera membentuk kalus paling banyak (13%).
The Graded Concentration of Bleach Solution and Material Size Plays an Important Role in the In Vitro Sterilization of Thyphonium flagelliforme Plants Rahmadara, Gemilang; Tajuddin, Teuku; Suparjo, Suparjo; Sobir, Sobir; Dinarti, Diny; Khairiyah, Hayat
International Journal of Agriculture System VOLUME 12 ISSUE 1, JUNE 2024
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/ijas.v12i1.5070

Abstract

The sterilization is a primary step in in-vitro culture. plant breeding through in-vitro culture hinges on the successful effectiveness of the sterilization method in producing sterile plants. This research aims to optimize sterilization methods using a completely randomized factorial design. The first factor is the size of the material (small and large), and the second factor is the graded concentration of the bleach solution. The study revealed that Material sizes do not have a significant effect on contamination level, all the same, large size materials increase the survival rate of sterilized rodent tuber plants. The application of graded bleach solution concentrations at 25%, 20%, and 15% is able to reduce contamination to 0% on small size materials and 5 % on large size materials. Material sizes do not have a significant effect on contamination level, all the same, large size materials increase the survival rate of sterilized rodent tuber plants.
Polyploid Induction of Trisula Shallot Seed by Colchicine Sari, Yusnita; Sobir; Syukur, Muhamad; Dinarti, Diny
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 10 No. 3 (2019): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.798 KB) | DOI: 10.29244/jhi.10.3.145-153

Abstract

Peningkatan ukuran umbi bawang merah lokal dengan kolkisin dapat meningkatkan produktivitas dan preferensi konsumen terhadap bawang merah lokal Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh nilai LC50 benih bawang merah terhadap kolkisin serta menduga beberapa parameter genetik karakter agronomi populasi putatif mutan bawang merah generasi M1V2 hasil induksi poliploid dengan kolkisin. Penelitian ini terdiri atas dua percobaan terpisah. Percobaan pertama yaitu induksi poliploid TSS bawang merah dengan 5 konsentrasi kolkisin (0%, 0.25%, 0.5%, 0.75% dan 1%) bertujuan untuk memperoleh nilai LC50 dan mutan putatif bawang merah. Percobaan kedua yaitu pendugaan parameter genetik beberapa karakter agronomi populasi (28 galur) mutan putatif bawang merah Trisulagenerasi M1V2 hasil induksi poliploid dengan kolkisin untuk menduga berbagai parameter genetik. Rancangan augmented digunakan baik pada penanaman percobaan pertama maupun percobaan kedua. Nilai LC50 TSS bawang merah varietas Trisula terhadap kolkisin sebesar 0.65%. Nilai heritabilitas berbagai karakter agronomi pada mutan putatif generasi M1V2 berkisar antara rendah sampai tinggi (11.13 – 83.39%). Tingkat ploidi seluruh populasi M1V1 bersifat mixoploid dan pengelompokkan pada mutan putatif generasi M1V2 dengan analisis kluster bersifat acak. Hal ini mengindikasikan bahwa induksi poliploid dengan kolkisin pada TSS bawang merah bersifat acak. Kata kunci: heritabilitas, kolkisin, LC50, mixoploid, poliploid
Embriogenesis dan Desikasi Embrio Somatik Jeruk Keprok Batu 55 (Citrus reticulata Blanco.) untuk Meningkatkan Frekuensi Perkecambahan Fathur Rahmi, Atika; Purwito, Agus; Husni, Ali; Dinarti, Diny
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 8 No. 2 (2017): Jurnal Hortikultura Indonesia
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.578 KB) | DOI: 10.29244/jhi.8.2.79-87

Abstract

ABSTRACTIn vitro breeding technique of citrus is effective when optimum explant regeneration method is obtained. Low germination frequency and high abnormality were barrier in citrus somatic embryogenesis. This research aimed at optimizing somatic embryogenesis in Tangerine var. Batu 55. This research consisted of 3 experiments. First experiment was maturation of embryogenesis, using Completely Randomized Design (CRD) method. Modified MS+MW was used as basic media added with 500 mg L-1 malt extract (control) and addition of 3 mg L-1 BAP, and 2.5 mg L-1 ABA as treatments. Second experiment was SE (cotyledonary phage) desiccation. Factorial CRD used in two factors. First factor was poly-ethylene-glicol/PEG 8000 (0, 2.5, 5, 7.5 and 10%), while second factor was immersed periods (control, 3, 6, and 9 hours), in desiccant solution (base medium + PEG). Third experiment was studied of plantlet growth and development planlets. Based on CRD 2 factor method, the first factor was PEG concentrations from the second experiment. Second factor were active charcoal treatments (with or without), in basic media. The result showed that 2.5 mg L-1 ABA produced has highest mature somatic embryo (SE). Desiccation for 9 hours, induced the highestt germination frequencies (90.29%). The best growth of plantlets shown in previous experiments immersed desiccant PEG 2.5% for 9 hours, and cultured in basic media with 2 g L-1 of activated charcoal.Keywords: desiccant, embryogenic callus, maturation, PEG 8000, somatic embryo ABSTRAK Pemuliaan tanaman melalui teknik in vitro efektif bila metode regenerasi eksplan optimum telah diperoleh. Rendahnya frekuensi perkecambahan dan tingginya abnormalitas, menjadi kendala pada embriogenesis somatik jeruk. Penelitian terdiri atas 3 percobaan paralel, bertujuan mengoptimalkan metode embriogenesis somatik jeruk, khususnya Keprok Batu 55. Percobaan pertama pematangan kalus embriogenik menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor, dengan perlakuan penambahan ZPT (kontrol, 3 mg L-1 BAP, dan 2.5 mg L-1 ABA) pada media dasar (MS modifikasi vitamin MW) diperkaya 500 mg L-1 ekstrak malt. Percobaan kedua desikasi embrio somatik (fase kotiledon) menggunakan RAL dua faktor. Faktor pertama konsentrasi poly-ethylene-glicol/PEG 8000 (0, 2.5, 5, 7.5 dan 10%), dan faktor kedua waktu perendaman (kontrol, 3, 6, dan 9 jam) pada larutan desikan (media dasar + PEG). Percobaan ketiga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan planlet, menggunakan RAL dua faktor. Faktor pertama konsentrasi PEG planlet pada percobaan kedua, dan faktor kedua perbedaan media dasar (tanpa dan dengan arang aktif). Hasil percobaan menunjukkan penambahan 2.5 mg L-1 ABA menghasilkan maturasi embrio somatik terbaik. Desikasi 9 jam menghasilkan frekuensi perkecambahan 90.29%. Pertumbuhan terbaik ditunjukkan planlet yang pada percobaan sebelumnya direndam 9 jam desikan PEG 2.5%, dan dibesarkan pada media dasar dengan 2 g L-1 arang aktif.Kata kunci : desikan, embrio somatik, kalus embriogenik, PEG 8000, pematangan
Perbanyakan Anthurium crystallinum pada Media Mengandung BAP dan IAA secara in Vitro: In vitro propagation of Anthurium crystalinum Lindl in medium with BAP and IAA Debi Rani Mutiara; Muhammad Alif Baharudin; Shandra Amarillis; Dinarti, Diny
Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI) Vol. 15 No. 3 (2024): Jurnal Hortikultura Indonesia (JHI)
Publisher : Indonesian Society for Horticulture / Department of Agronomy and Horticulture

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jhi.15.3.180-185

Abstract

Penyediaan benih Anthurium crystallinum Linden & André masih terbatas sehingga diperlukan teknik perbanyakan in vitro. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi pengaruh BAP dan IAA serta interaksinya terhadap pertumbuhan tunas A. crystallinum Linden & André secara in vitro. Penelitian dilaksanakan dari Juli sampai November 2023 di Laboratorium Kultur Jaringan 3, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dua faktor. Faktor pertama adalah BAP dengan 5 taraf (0.0; 0.5; 1.0; 1.5; dan 2.0 mg L-1). Faktor kedua adalah IAA dengan 3 taraf (0.0; 0.25; dan 0.5 mg L-1). Perlakuan IAA berpengaruh nyata terhadap persentase eksplan berkalus. Perlakuan BAP tunggal memberikan pengaruh terhadap persentase bertunas, rata-rata jumlah buku batang, rata-rata jumlah tunas lateral, rata-rata jumlah daun, dan penghambatan pertumbuhan akar. Konsentrasi BAP 1.5 mg L-1 menghasilkan persentase bertunas 100%, rata-rata jumlah tunas dan daun per eksplan terbanyak. Interaksi IAA dan BAP berpengaruh terhadap persentase eksplan berkalus dan rata-rata jumlah buku tunas. Aklimatisasi berhasil dilakukan 100% pada 13 planlet Anthurium crystallinum Linden & André sampai 2 MSA. Kata kunci: araceae, kalus, kuping gajah, nodus, sitokinin
Proliferasi Kalus Embriogenik dan Embrio Somatik Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) Setiawan, Ryan Budi; Khumaida, Nurul; Dinarti, Diny
Jurnal Sains Agro Vol 9, No 1 (2024): Jurnal Sains Agro
Publisher : Universitas Muara Bungo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36355/jsa.v9i1.1361

Abstract

Dalam rangka mengurangi tingginya nilai impor gandum perlu dilakukan upaya penanaman dengan tetap memperhatikan faktor kesesuaian lingkungan. Program pemuliaan tanaman penting dilakukan untuk perbaikan genetik dan karakter sehingga berpengaruh positif terhadap peningkatan kualitas, kuantitas dan pengembangan gandum di Indonesia. Embriogenesis somatik memainkan peranan yang sangat besar dalam perbanyakan tanaman. Integrasi dengan program pemuliaan konvensional maupun teknik molekular/bioteknologi memungkinkan embriogenesis somatik menjadi suatu alat untuk meningkatan laju perbaikan genetik tanaman. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan metode proliferasi kalus embriogenik dan embrio somatik tanaman gandum. Media terbaik untuk proliferasi kalus embriogenik pada varietas Dewata dan Nias adalah 1.0  mg L-1 2.4D + 1.0 mg L-1 picloram dan pada varietas Selayar adalah 1.0  mg L-1 2.4D. Aplikasi media cair pada proliferasi embrio somatik menunjukkan hasil tertinggi sebanyak 28.88 embrio pada Dewata dan 15.13 embrio pada Nias.
Increasing Ploidy Level of Garlic (Allium sativum L.) “Tawangmangu Baru” In-Vitro Using Colchicine Hailu, Molla Gebreyohannes; Wiendi, Ni Made Armini; Dinarti, Diny
Journal of Tropical Crop Science Vol. 7 No. 03 (2020): Journal of Tropical Crop Science
Publisher : Department of Agronomy and Horticulture, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jtcs.7.03.122-136

Abstract

“Tawangmangu Baru” garlic variety is known to have low productivity. The variety is still highly demanded due to its strong flavour and aroma; however, its production has not yet been able to fulfill the local needs of Central Java due to the small size and limited production area. This study aimed to determine the effect of concentration and time duration of colchicine treatment towards increasing the ploidy level of “Tawangmangu Baru” garlic variety for genetic variability. The experimental design used in this study was a complete randomized design with two factorials and 12 combinations. The first factor was concentration of colchicine, i.e. 0.00, 0.02, 0.04, 0.06, 0.08 and 0.10%, and the second factor was the immersion time, i.e. 24 and 48 hours. The result indicated that, 4.72% callus induction was obtained in BDS + 0.4 mg.L-1 2,4-D + 2.0 mg.L-1 kinetin; and 4.0% callus proliferation were obtained in both BDS + 1.5 mg.L-1 2,4-D + 1.0 mg.L-1 kinetin and MS +1.5 mg.L-1 2,4-D and 1.0 mg.L-1 kinetin. The untreated plantlets showed higher mortality rate compared to the explants with 48 hours colchicine treatment. Higher number of shoots were recorded in 0.1% colchicine at 48 hours and lower shoots in 24 hours, whereas 0.1% colchicine at 24 and 48 hours showed the highest ploidy level of total nuclear DNA analyzed by flow cytometry. The genetic diversity of the “Tawangmangu Baru” garlic was successfully enhanced by colchicine and immersion treatment. Mutant lines with tetraploid and mixoploid plants were obtained. The putative lines obtained at 0.1% colchicine treatment were subcultured to produce new mutants before testing the phenotype. The application of colchicine at 24 and 48 hours treatment improved the genetic potential of “Tawangmangu Baru” garlic variety in vitro. The application of colchicine increased the ploidy level and an increase in ploidy is expected to make the bulb size larger. Larger tuber size will increase the tuber weight, and also the overall garlic productivity and production in the future.
Pengaruh BAP dan Sukrosa terhadap Perbanyakan Jahe Empirit (Zingiber officinale Rosc var. amarun) secara In Vitro Rahmawati, Marai; Aziz, Sandra A.; Dinarti, Diny; Sastra, Dodo R.
Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) Vol. 32 No. 3 (2004): Buletin Agronomi
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (646.905 KB) | DOI: 10.24831/jai.v32i3.1461

Abstract

The need to produce numerous and good quality plantlet in short time has been carried out with in vitro culture. The objective of this research was to study BAP and sucrose effect on the in vitro multiplication of small ginger. Research was done in Plant Tissue Culture Laboratory, Department of Agronomy. Bogor Agricultural University from November 2002 until August 2003. The treatment used BAP 0, 1, 2, 3, 4, 5 ppm and sucrose 20, 30, 40, 50 g/l. The result showed that sucrose significantly influenced shoot number in 2-5 and 8 Week After Planting (WAP) and leaf number in 2-7 WAP; root length, root number and explant fresh weight. BAP only significantly influenced leaf number in 7 WAP and root quality. With time shoot color changed from green to yellow. Higher RAP and sucrose concentration increased micro rhizome percentage. Sucrose 40 g/l or RAP 2 ppm gave numerous shoot and high explant fresh weight. Key words : Zingiber officinale Rosc var. amarun, In vitro, BAP, Sucrose
Co-Authors , Krisantini Agus Purwito Ali Husni Anas Dinurrohman Susila Aqlima , Aqlima, nFN Arfan Nazhri Simamora Arfan Nazhri Simamora ARSYAD, MIRZA ARSIATY ASMONO, DWI Awang Maharijaya Aziz, Sandra Arifin Azzahra, Elmi Irmayanti Bambang S. Purwoko Cartealy, Imam Civi Cartealy, Imam Civi Chitra Priatna Cucun Yuliana Debi Rani Mutiara Dendih Sukmadijaya Devit Purwoko Dodo R. Sastra Donny Hartanto Dwi Murti Puspitaningtyas, Dwi Murti Efendi, Darda Efi Toding Tondok Erviana Eka Pratiwi Fahmi Muhammad Cokrosudibyo Fathur Rahmi, Atika Fatsan, Ahmad Fitri Fatma Wardani Fitri Fatma Wardani Fitri Rachmawati Fitri Yulianti Fitro Adi Cahyo Hailu, Molla Gebreyohannes Halimah Widyaningrum Imam Civi Cartealy Ismail Maskromo Isna Tustiyani Joko Ridho Witono Khairiyah, Hayat Kusumawardani, Annisa Try Marai Rahmawati Maria Utami Dewi Wardhani, Maria Utami Dewi Megayani Sri Rahayu Meliyana Mufa'adi, Ardianto Muhamad Syukur Muhammad Alif Baharudin Muhammad Reza Zakie Nazhira, Amalia Ni Made Armini Wiendi Nurul Khumaida Nurul Khumaida Prabawati Hyunita Putri Purwoko, Bambang Sapto purwoko, devit Purwoko, Devit Rachmani, Inda Hidayati Rahmadara, Gemilang Rahmi Fajri Refa Yulianingsih Rusmiyati, Henny Ryan Budi Setiawan Sandra A. Aziz Sandra Arifin Aziz Sari Nurulita Sari, Dewi Citra Sari, Rahmah Dian Shandra Amarillis Siti Shofiya Nasution Sobir Sobir SRI HENDRASTUTI HIDAYAT Sri Wening Sudarsono Sudarsono Sudarsono Sudarsono Sudarsono Sudarsono Sudarsono SUDARSONO, nFn Sugiyanta Suparjo Syaiful Anwar Syarifah Iis Aisyah Teuku Tajuddin Teuku Tajuddin TINCHE, nFn Ulil Azmi Nurlaili Afifah Urip Sayekti Wening Kusuma Wardani Widaningsih, Ida Wika Anrya Darma, Wika Anrya Willy Bayuardi Suwarno Winarni, Utin Winarso D. Widodo Witono, dan Joko Ridho Yayu Alitalia Yuliana, Cucun Yupi Isnaini Yusnita Sari, Yusnita Yusup Bahrul Ulum