Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

Analisis Damage Stability Accomodation Barge Pada Saat Operasi Crawler Crane Khoiron Syamdatu Perdana; Mas Murtedjo; Eko Budi Djatmiko
Jurnal Teknik ITS Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (628.436 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v1i1.1838

Abstract

Setiap tipe kapal yang beroperasi di laut memiliki resiko kecelakaan yang bisa mengakibatkan kebocoran pada bagian tertentu di kapal. Perhitungan stabilitas untuk kondisi tersebut diharuskan menggunakan damage stability karena perhitungan intact stability dan floodable length telah terbukti tidak lagi aman untuk menjamin keselamatan kapal jika terjadi kebocoran. Objek kapal yang akan dianalisis dalam penelitian ini berupa accommodation barge dengan crawler crane yang melakukan pengangkatan di atas dek. Referensi yang dipakai untuk menghitung damage stability adalah IMO A.1023 (26). Perhitungan damage stability menggunakan metode lost buoyancy dengan bantuan perangkat lunak Hydromax. Dan perhitungan karakteristik gerakan menggunakan metode added weight. Berdasarkan IMO A.1023 jumlah kompartemen yang dibocorkan dalam pehitungan damage stability hanya memperhitungkan satu kompartemen bocor dalam setiap kasus pembebanan. Respon gerak maksimal terjadi pada gerakan roll untuk arah datang gelombang 90° sebesar 8.031°. Di samping itu respon gerak maksimal juga terjadi pada gerakan pitch untuk arah datang gelombang 135° dan 180° berturut – turut sebesar 3.6° dan 4.003°. Hasil analisis stabilitas menunjukkan bahwa kondisi kompartemen 4S mengalami kebocoran memiliki stabilitas paling kecil. Pada kondisi kompartemen 4S  bocor memiliki  range of stability 58.3.6°
Analisa Umur Kelelahan Sambungan Kaki Jack-Up Dengan Mudmat Pada Maleo MOPU Dengan Pendekatan Fracture Mechanics Abi Latiful Hakim; Eko Budi Djatmiko; Murdjito Murdjito
Jurnal Teknik ITS Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (825.845 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v1i1.1871

Abstract

Jack-Up adalah suatu struktur bangunan lepas pantai yang terdiri dari lambung (hull), kaki (legs), dan suatu sistem jacking sehingga memungkinkan untuk dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Pada penelitian ini akan dilakukan studi kasus struktur Maleo MOPU (Mobile Offshore Production Unit) yang dioperasikan oleh SANTOS (Madura) Pty.Ltd. yang beroperasi di Selat Madura blok Maleo dengan kedalaman perairan di lokasi ini adalah 57 m terhadap MSL (Mean Sea Level). Studi kasus ini dilakukan karena ditemukan indikator retak lelah pada sambungan antara kaki jack-up dan mudmat. Analisa kelelahan dengan pendekatan metode kepecahan (fracture mechanics) akan dilakukan untuk menganalisa retak lelah yang terjadi. Variasi kedalaman retak akan dianalisa untuk menentukan umur kelelahan struktur yang tersisa berdasarkan kriteria kegagalan. Keretakan yang terjadi akan mengalami perambatan retak akibat beban siklis yang diterima, dan terus merambat hingga menembus ketebalan dari kaki Jack-Up atau yang disebut dengan through-thickness crack. Analisa dilakukan dengan bantuan pemodelan elemen hingga secara global dan pemodelan elemen hingga secara lokal. DNV OS C101 menyebutkan bahwa definisi kegagalan kelelahan  terjadi ketika retak merambat hingga mencapai ketebalan. Dari pemodelan metode elemen hingga didapatkan besarnya nilai tegangan di sekitar ujung retakan. Dengan menggunakan persamaan Paris-Erdogan didapatkan sisa umur sambungan tersebut sebesar 5.2 tahun.
Analisis Lifting Stability pada Accommodation Barge saat Melakukan Pengangkatan dengan Crawler Crane Ari Rizki Rivaldo; Eko Budi Djatmiko; Mas Murtedjo
Jurnal Teknik ITS Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v1i1.1892

Abstract

Sebuah bangunan apung tidak hanya harus memiliki cukup buoyancy untuk memberi gaya angkat pada struktur terapung tersebut bersama dengan muatannya, tetapi juga harus mampu untuk terapung dengan karakteristik yang baik dan tetap dalam posisi tegak ketika dimuati dengan muatannya. Penting untuk diketahu dan disadari bersama bahwa sebuah kapal atau barge ataupun semua struktur terapung lainnya akan terkena gaya dinamis yang terutama berasal dari gelombang. Interaksi inilah yang menyusun komponen stabilitas sebuah bangunan apung. Makalah ini menyajikan hasil studi numeric terhadap stabilitas sebuah accommodation barge saat melakukan operasi pengangkatan dengan penambahan crawler crane di atasnya. Studi ini dirasa perlu dilakukan karena efek penambahan beban terutama beban yang diangkat akan memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap stabilitas accommodation barge tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan membandingkan stabilitas accomodatin barge dalam berbagai loadcase antara lain; lightship, full load, lightship-lifting, dan full-load lifting. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa stabilitas untuk semua loadcase yang ditinjau memenuhi kriteria yang diberikan oleh IMO dengan nilai lengan GZ terbesar 4,619 m (loadcase lightship) dan lengan GZ terkecil 2,481m (loadcase full load-lifting). Sudut steady heel akibat beban yang diangkat yang terjadi masih di bawah kriteria yang diberikan (<150), yaitu 10 (loadcase lightship-lifting) dan 1,10 (loadcase full load-lifting).
Studi Pengaruh Gerak Semi-submersible Drilling Rig dengan Variasi Pre-tension Mooring Line terhadap Keamanan Drilling Riser Arda Arda; Eko Budi Djatmiko; Murdjito Murdjito
Jurnal Teknik ITS Vol 1, No 1 (2012)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (994.72 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v1i1.1894

Abstract

Analisis terhadap sistem tambat pada anjungan pengeboran semi-submersible drilling rig perlu dilakukan sebelum dilakukannya operasi di lapangan untuk mengetahui perencanaan sistem tambat yang tepat dan aman. Dalam penelitian ini dilakukan analisa perilaku gerak semi-submersible dengan variasi pre-tension mooring line untuk mengetahui berapa besar pre-tension minimal yang harus digunakan agar operasi pengeboran di lingkungan laut Natuna dapat berjalan dengan aman. Variasi pre-tension yang digunakan adalah sebesar 400kN-2000kN dengan penambahan sebesar 400kN. Karakteristik gerakan semi-submersible diprediksi dengan menghitung RAO free floating dengan pemodelan numerik dalam domain frekuensi. Kemudian dilakukan analisa simulasi sistem lengkap (platform, mooring dan drilling riser) dengan pemodelan numerik dalam domain waktu. Hasil yang didapat yakni nilai maksimum tegangan mooring line memenuhi batas kriteria API-RP2SK untuk semua variasi pre-tension dengan safety factor terkecil 2.44. Sudut flex joint drilling riser yang terjadi melewati batas kriteria API-RP16Q pada pre-tension 400kN-800kN yang mencapai 6.20 untuk sudut maksimum dan 4.80 untuk sudut rata-rata. Tegangan von Mises yang terjadi pada drilling riser melebihi kriteria API-RP16Q pada pre-tension 400kN-1200kN karena nilainya mencapai 369 MPa (0.82 yield stress).
Perancangan Propeler Self-Propelled Barge Billy Teguh kurniawan; Eko Budi Djatmiko
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.662 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i1.3142

Abstract

Makalah ini menyampaikan suatu penelitian tentang perancangan propeler yang optimal beserta pemilihan daya mesin yang efisien pada self-propelled barge dengan memperhitungkan besarnya nilai tahanan dari barge tersebut. Dengan penambahan sistem propulsi, diharapkan barge dapat beroperasi dengan lebih efisien dibandingkan saat barge beroperasi menggunakan sistem towing atau ditarik tug boat. Perhitungan tahanan barge dilakukan menggunakan metode Holtrop dan Guldhammer-Harvald sehingga dapat diperhi-tungkan geometri dan jenis propeler yang optimal beserta daya mesin yang efisien untuk barge. Propeler yang dianalisis adalah propeler tipe B-Troost Series, sedangkan variasi yang dilakukan untuk perencanaan propeler pada kajian ini adalah variasi putaran propeler pada rentang antara 310-800 rpm, serta variasi jumlah daun pada rentang tiga, empat, lima, dan enam. Besarnya nilai tahanan self-propelled barge untuk metode Holtrop adalah 105.91 kilonewton, sedangkan hasil per-hitungan dari metode Guldhammer-Harvald didapatkan nilai sebesar 109.14 kilonewton. Tipe propeler yang dipilih setelah dilakukan uji kavitasi adalah tipe Troost Series B4-40, dengan diameter sebesar 2.1 m, efisiensi sebesar 0.421, pitch ratio se-besar 0.591, dengan putaran propeler 400 rpm. Daya mesin yg dibutuhkan barge pada kondisi maksimum (BHPMCR) sebesar 1669.5 HP. Dengan mempertimbangkan daya tersebut, maka dipilih mesin jenis Caterpillar tipe Marine 3516B yang mem-punyai daya maksimum sebesar 1285 kilowatt atau 1722.5 horsepower dengan putaran mesin sebesar 1200 rpm
Analisis Integritas Struktur Kaki Jack-up yang Mengalami Retak dengan Pendekatan Ultimate Strength; Studi Kasus Jack-up Maleo MOPU (Mobile Offshore Production Unit) Alit Winiscoyo; Eko Budi Djatmiko
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1477.688 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i1.3143

Abstract

Jack-up adalah suatu struktur bangunan lepas pantai yang terdiri dari lambung (hull), kaki (legs), dan suatu sistem jacking sehingga memungkinkan untuk dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Pada penelitian ini akan dilakukan studi kasus struktur Maleo MOPU (Mobile Offshore Production Unit) yang dioperasikan oleh SANTOS (Madura) Pty.Ltd. yang beroperasi di Selat Madura blok Maleo dengan kedalaman perairan di lokasi ini adalah 57 m terhadap MSL (Mean Sea Level). Studi kasus ini dilakukan karena ditemukan indikator retak lelah/damage pada sambungan antara kaki jack-up dan mudmat. Analisis ultimate strength akan dilakukan untuk mengetahui integritas struktur terhadap beban maksimal . Variasi dead load, live load dan environmental load menjadi tahapan penting dalam analisa ini untuk mengetahui tingkat integritas struktur. Dengan pengaruh variasi beban (dead load dan live load) terhadap struktur untuk tiap-tiap kasus didapatkan nilai unity check (UC) yang dari semua kasus dikategorikan aman karena tidak ada nilai UC yang melebihi 1,3 (API RP 2A WSD). Dari semua analisis yang dilakukan dead load lebih berpengaruh dibandingkan dengan live load. Dari analisis pushover yang telah dilakukan pada jack-up Maleo MOPU yang dimitigasi dengan menambahkan brace dan menambahkan ketebalan dihasilkan nilai Reserve Strength Ratio (RSR) terkecil pada arah pembebanan 2700 dengan nilai 6,5 pada Brace Clamp case dan terbesar dengan nilai 18,3 pada X-Bracing case. Nilai RSR tersebut masih memenuhi syarat yang telah ditetapkan API RP 2A berupa nilai RSR minimal untuk platform berpenghuni adalah 1,6.  
Analisa Tegangan Mooring pada Floating breakwater Tipe Gergaji dengan Pemodelan Fisik Sujantoko Sujantoko; Eko Budi Djatmiko; Wisnu Wardhana; Aditya Hidayatullah
Jurnal Teknik Sipil Vol 28 No 3 (2021): Jurnal Teknik Sipil
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jts.2021.28.3.6

Abstract

Abstrak Floating breakwater dapat diaplikasikan sebagai alternatif dari fixed breakwater di perairan pantai dengan kondisi tertentu secara efisien dan efektif, desainnya dapat dielaborasi dengan fleksibel, dan instalasinya lebih mudah. Salah satu aspek dasar dalam desain floating breakwater adalah sistem mooring yang baik, sehingga struktur tersebut dapat berada pada posisinya dan kinerjanya meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan besarnya tegangan mooring maksimum melalui eksperimen pada model floating breakwater tipe gergaji dan ponton. Model floating breakwater dibuat dari bahan polylactic acid dan model tali mooring digunakan jenis polyethylene. Pengujian fisik dilakukan dengan gelombang irreguler dan spektrum JONSWAP di wave flume. Selama pengujian dilakukan berbagai variasi input tinggi gelombang (Hs), periode gelombang (T), kedalaman air (d), dan sudut mooring (q). Hasil penelitian ini menunjukkan nilai tegangan mooring maksimum baik floating breakwater tipe gergaji dan ponton terjadi pada sudut mooring 30⁰ dan kedalaman air 45 cm secara berturut turut sebesar 5.28 N dan 4.91 N, sedangkan tegangan terkecil terjadi pada sudut mooring 60⁰ dan kedalaman air 41 cm yaitu 1,03 N dan 1,27 N. Perbandingan nilai tegangan mooring tipe gergaji pada sudut mooring (30o, 45o, 60o) adalah lebih besar 10.82%-19.71%, 24.00-40.94%, dan 22.2%-39.42% dari tipe ponton pada kedalaman air 41cm, 43cm dan 45cm. Kata-kata kunci:  Floating breakwater, model fisik, sudut mooring, tegangan mooring. Abstract Floating breakwater can be applied as an alternative to the fixed breakwater in coastal waters with certain conditions efficiently and effectively, the design can be elaborated flexibly, and the installation is easier. One of the basic aspects in the design of a floating breakwater is a good mooring system so that the structure can be in position and its performance is increased. This study aims to determine the maximum mooring tension through experiments on the saw and pontoon-type floating breakwater models. The floating breakwater model is made of polylactic acid and the mooring rope model is made of polyethylene. Physical testing was carried out with irregular waves and the JONSWAP spectrum in the wave flume. During the test, various input variations of wave height (Hs), wave period (T), water depth (d), and mooring angle (q) were carried out. The results of this study indicate that the maximum mooring tension value for both saw and pontoon floating breakwater occurs at a mooring angle of 30⁰ and a water depth of 45 cm respectively 5.28 N and 4.91 N, while the smallest tension occurs at a mooring angle of 60⁰ and a water depth of 41 cm, namely 1 .03 N and 1.27 N. Comparison of saw-type mooring tension values ​​at mooring angles (30o, 45o, 60o) were 10.82%-1971%, 24.00-40.94%, and 22.2%-39.42% higher than the pontoon type at water depth 41cm, 43cm and 45cm. Keywords:  Floating breakwater, physical model, mooring angle, mooring tension.  
Analysis of The Dynamic Stability Positioning Control System of Semisubmersible Aulia siti Aisjah; Eko Budi Djatmiko; Riza Aris Hikmadiyar; Nur Kholis
IPTEK Journal of Proceedings Series No 1 (2015): 1st International Seminar on Science and Technology (ISST) 2015
Publisher : Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.495 KB) | DOI: 10.12962/j23546026.y2015i1.1142

Abstract

The semisubmersible offshore dynamics depend on the condition of the ocean environments. Disruption of forces and moments in the floating structure caused by environment factors, there are wind, waves and ocean currents. This disturbances will cause decreased stability of the structure. This situation will disrupt the process of oil and gas exploration. Currently exploration activities is success if the structure in the static condition and remain on. This condition needs a force or torque to counter the disruption caused by the environment. This paper proposes a control system and analyze the performance of response stability of dynamic positioning system (DPS). DPS will control in 3 Degree of Freedom (DOF) variables, there are: sway, roll and yaw. The structure of the DPS consists of controllers, sensors, actuators. Actuators are Thruster System and Power System. The strategic to maintain in DPS is Linear Quadratic (LQG) control. This method is one of optimal control which capable rejected wave interference. Some values control parameters, that are Q and R in the cost function, show the robustness of DPS.
Fatigue Life of Mooring Lines on External Turret Floating LNG for Different Pretension and Water Depth Norman Mahdar Sabana; Eko Budi Djatmiko; Rudi Walujo Prastianto
IPTEK The Journal for Technology and Science Vol 30, No 1 (2019)
Publisher : IPTEK, LPPM, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (651.295 KB) | DOI: 10.12962/j20882033.v30i1.5009

Abstract

This paper studies fatigue life of mooring lines applied on turret-moored Floating LNG (Liquefied Natural Gas). Several case studies were designed to investigate the influence of mooring pretension and water depth on the fatigue life of mooring lines. Floating LNG with permanent external turret mooring system consists of 12 catenary lines arranged in 3 group with 4 lines each. Time domain simulation applied to calculated coupled dynamic response and mooring tension. Fatigue life is assessed using rainflow counting method, T-N curves and Palmgren-Miner rule. Analysis results for mooring pretension case show that case study 2 with lowest pretension (14%MBL) yields shortest mooring fatigue life of 1814.20 years compared to case study 1 (18%MBL) and 3 (22%MBL) with 2034.61 years and 2983.33 years respectively. Despite has the lowest dynamic line tension, case study 2 has larger tension range that results in the increased of fatigue damage. The increase in water depth will increase the mooring line length and its weight, so it results in the increase of fatigue damage. This is reflected in case study 5 (903m water depth), which has shortest mooring fatigue life of 1842.65 years compare to case study 1 (602m water depth) and 4 (301m water depth) with 2983.33 years and 3363.62 years respectively.
Experimental Study and Numerical Analysis of Crane Operability in Floating Crane Catamaran Rizky Arrico Farhan; Eko Budi Djatmiko; Murdjito Murdjito; Abdul Ghofur
International Journal of Offshore and Coastal Engineering (IJOCE) Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : DRPM (Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat) ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2580-0914.v4i4.10930

Abstract

Crane vessel is a floating structure equipped with accommodation facilities and one or more cranes to do work in the field. Crane vessel continue to be developed so that they can lift large structures and operate safely in certain environmental conditions. The work that is usually done by crane vessel is to lift heavy or light loads from land to ship, from ship to land, from ship to sea, from sea to ship, and from ship to ship. The process of moving loads carried out by a crane vessel usually called the lifting process. In carrying out its work, a crane vessel is limited by certain criteria for safety reasons. One of them is the criterion that limits the heave motion at the end of the crane boom and roll and pitch motion of the crane vessel. In this final project, an experimental study and numerical analysis of crane operability were carried out on catamaran hulled crane vessel. Experiments were carried out at the Balai Teknologi Hidrodinamika BPPT and numerical analysis using the MOSES software. According to the criteria used, namely Operational Limitations of Offshore Crane Vessels, cranes on floating crane catamaran have the highest operability when the vessel heading is 0o to the direction of the incoming waves, which is up to Hs 1.45 m.