Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

Profil Organoleptik dan Uji Proksimat terhadap Bakso Sawi Pagoda (Tatsoi) dengan Fortifikasi Ikan Bandeng (Chanos Chanos) Netty Maria Naibaho; Ahmad Zamroni; Heriad Daud Salusu; Rudito; Hamka; Eva Numarini
Poltanesa Vol 23 No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : P2M Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51967/tanesa.v23i1.992

Abstract

Sayuran dan ikan merupakan makanan yang sangat penting dalam proses metabolisme tubuh manusia karena mengandung nutrisi yang sangat baik. Meskipun sebagian besar penelitian terkonsentrasi dengan bahan dasar pembuatan bakso dari daging ikan, namun perlu diketahui bahwa tidak semua kalangan masyarakat dapat mengkonsumsi sayuran dan ikan, terutama anak-anak. Alternative penyajian sayur dan ikan yang dapat dikonsumsi anak-anak sampai orang dewasa adalah bakso. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap daya terima rasa, tekstur, aroma, warna dan untuk mengetahui kandungan gizi seperti kadar air, kadar abu, protein, vitamin, lemak berdasarkan metode by different. Desain percobaan bakso sawi pagoda dan ikan bandeng ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan adalah rasio sawi pagoda dan ikan bandeng, yaitu w1 (95:5%), w2 (85:15%), w3 (75:25%), w4 (65:35%0, w5 (40:60%) dan w6 (30:70%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio sawi pagoda dan ikan bandeng memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air, kadar protein, kadar vitamin C, kadar lemak dan sifat organoleptik hedonik untuk atribut warna dan aroma. Namun tekstur dan rasa menunjukkan berbeda sangat nyata terhadap bakso sawi pagoda fortifikasi ikan bandeng, dan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar abu. Bakso sawi pagoda fortifikasi ikan bandeng dengan komposisi sawi pagoda 30% dan ikan bandeng 70% mendapatkan respons organoleptik hedonik terbaik.
Respon Panelis dan Karakteristik Kimia Terhadap Dodol yang Disubtitusi dari Pisang Raja (Musa Sapientum L) Hamka; Lisa Mayanti; Marwati; Eva Nurmarini; Heriad Daud Salusu; Husmul Beze; Yulianto; Muhammad Yamin
Poltanesa Vol 23 No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : P2M Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51967/tanesa.v23i1.1242

Abstract

Buah pisang merupakan salah satu buah yang mudah sekali mengalami perubahan fisiologis, kimia dan fisik bila tidak ditangani secara tepat dan bernilai ekonomi rendah. Untuk itu diperlukan adanya pengolahan sehingga olahan pisang ini menjadi produk-produk variatif yang bernilai ekonomi tinggi. Salah satunya adalah pemanfaatan pisang sebagai bahan baku untuk pembuatan dodol. Pembuatan dodol pisang diharapkan akan memberikan nilai tambah, nilai gizi yang lebih baik dan sekaligus menjadi keanekaragaman olahan pisang. Dalam penelitian pembuatan dodol pisang ini menggunakan bahan baku pisang raja. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui respon panelis dan kandungan kimia (kadar air, kadar abu, kadar lemak, padatan terlarut) terhadap dodol pisang raja. Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 Perlakuan dan 3 kali ulangan yaitu menggunakan perlakuan pisang raja 0 g dan tepung ketan 500g, pisang raja 150g dan tepung ketan 350g, pisang raja 250g dan tepung ketan 250g, pisang raja 350g dan tepung ketan 150g. Hasil penelitian ini didapatkan kandungan kimia untuk kadar air terendah yaitu sebesar 5,71%, kadar abu tertinggi 1,39%, kadar lemak tertinggi 4,94% dan padatan terlarut tertinggi 8.33obrix untuk perlakuan pisang raja 350g dengan tepung ketan 150g. Sementara untuk uji organoleptic menunjukkan tingkat kesukaan panelis dari segi warna bernilai 3,77, aroma 3,71, rasa 3,84, dan tekstur 3,77 yang semuanya berkategori suka untuk perlakuan pisang raja 250g dengan penambahan tepung ketan 250g.
Sensory Response of Durian Lai Tempoyak and Its Potential as A Functional Food Marwati; Selviana Ave Maria Funan; Maulida Rachmawati; Aswita Emmawati; Miftakhur Rohmah; Agustu Sholeh Pujokaroni; Yudha Agus Prayitno; nurkaya, hamka
Jurnal Loupe Vol 20 No 01 (2024): June 2024
Publisher : Jurusan Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Kampus Sei Keledang Jalan Samratulangi, Kotak Pos 192 Samarinda 75123

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51967/buletinloupe.v20i01.2999

Abstract

Tempoyak, a fermented food made from durian, is a popular seasoning in Malay communities in Malaysia and Indonesia. Produced using low-quality durian, it serves as an alternative to prevent spoilage. Tempoyak has functional benefits as it contains lactic acid bacteria (LAB), a probiotic providing digestive health benefits. Research on East Kalimantan's durian lai explores its potential for tempoyak production. The study, utilizing a Completely Randomized Design, examined salt concentrations and fermentation times. Optimal quality was achieved with a 5% salt concentration and a 7-day fermentation period, yielding favorable organoleptic results, with "liked" ratings for color and texture, and "somewhat liked" for aroma and taste. The hedonic quality included an orange-yellow color, sour aroma, salty taste, and soft texture. The total LAB reached 4.1 x 108 CFU/g, meeting probiotic criteria, with a pH of 3.85.
The Chemical Properties of a Mixing of Palm Kernel Shell Charcoal and Coconut Shell Charcoal in Making Briquettes nurkaya, hamka; Diva Aprilia Yahya; Eva Nurmarini; Marwati
Jurnal Loupe Vol 20 No 01 (2024): June 2024
Publisher : Jurusan Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Kampus Sei Keledang Jalan Samratulangi, Kotak Pos 192 Samarinda 75123

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51967/buletinloupe.v20i01.3000

Abstract

This study aims to make briquettes from palm shells and coconut shells and determine the chemical properties of mixing palm shells and coconut shells. The study was conducted using the Complete Random Design (RAL) method by testing water content, ash content, volatile matter, and fixed carbon. The mixing treatment of palm shells and coconut shells according to the ratio, namely P1 = palm shell:coconut shell (100:0), P2 = palm shell:coconut shell (75:25), P3 = palm shell:coconut shell (50:50), P4 = palm shell:coconut shell (25:75), P5 = palm shell:coconut shell (0:100). The results showed that the ratio of a mixture of palm shell charcoal and coconut shell charcoal had no significant effect on water content, ash content, and fixed carbon. However, differences in significance occur in volatile matter. P2, P3, P4, and P5 have met SNI standard No.1-6235-2000, but P1 has not met SNI standard No.1-6235-2000.
Karakteristik Organoleptik dan Sifat Kimia Fruit Leather Nanas (Ananas comosus L. Merr) dengan Penambahan Karagenan dan Gelatin sebagai Gelling Agent nurkaya, hamka
Jurnal Loupe Vol 16 No 02 (2020): Edisi Desember 2020
Publisher : Jurusan Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Kampus Sei Keledang Jalan Samratulangi, Kotak Pos 192 Samarinda 75123

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51967/buletinloupe.v16i02.67

Abstract

Di Kalimantan Timur, buah nanas sangat berlimpah namun masyarakat setempat belum memanfaatkannya sebagai olahan yang berkualitas tinggi padahal buah nanas sangat berpotensi untuk diolah menjadi produk-produk yang memiliki nilai jual tinggi seperti halnya dalam diversifikasi pangan, salah satunya adalah dengan pengolahan fruit leather. Dalam pengolahan fruit leather sering terjadi beberapa kendala, salah satunya adalah plastisitas yang kurang baik. Oleh karena itu untuk memenuhi kriteria tersebut diperlukan penambahan bahan pengikat yang dapat memperbaiki plastisitas dari fruit leather dengan menggunakan bahan karagenan dan gelatin. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal dengan lima perlakuan dan tiga kali ulangan. Faktor tunggal dalam penelitian ini adalah perbandingan antara karagenan dan gelatin. Dimana perlakuan adalah P1 (1g:0g), P2 (0,75g:0,25g), P3 (0,50g:0,50g), P4 (0,25g:0,75g), dan P5 (0g:1g) untuk setiap 100 gram bahan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA) dan uji lanjut menggunakan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf α 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh perbandingan penambahan antara karagenan dan gelatin berpengaruh nyata terhadap organoleptik untuk warna dan rasa, namun berpengaruh tidak nyata terhadap organoleptik untuk aroma dan tekstur serta berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar abu, kadar serat dan vitamin C. Penambahan terbaik berdasarkan tingkat kesukaan terhadap warna, aroma, tekstur dan rasa terdapat pada perbandingan (100:0). Perbandingan ini memiliki kadar air 9,44%, kadar abu 2,88%, kadar serat 1,98%, dan vitamin C 15,51 mg.
Sifat Kimia dan Organoleptik Permen Jelly Buah Naga (Hylocereus Polyrhizus) dengan Penambahan Karagenan sebagai Gelling Agent nurkaya, hamka
Jurnal Loupe Vol 16 No 01 (2020): Edisi Juli 2020
Publisher : Jurusan Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Kampus Sei Keledang Jalan Samratulangi, Kotak Pos 192 Samarinda 75123

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51967/buletinloupe.v16i01.69

Abstract

ABSTRACT Dragon fruit is an Indonesian agricultural commodity that contains many essential nutrients for the body. Dragon fruit is known to reduce cholesterol and balance blood sugar levels in the body. Unfortunately, dragon fruit is easily damaged. In addition, dragon fruit also often experiences price declines especially when the amount of harvest is abundant. Therefore, efforts are needed to process dragon fruit into processed products of high economic value; one example is to process them into jelly candies. In this research, jelly candies were made from dragon fruit by using carrageenan as a gelling agent. This study aims to determine the chemical properties and the level of preference of panelists on dragon fruit jelly candy with the addition of carrageenan at different concentrations. The experimental design used in this study is a completely randomized design with 1 treatment factor, namely the difference in carrageenan concentration (3%, 5%, and 7%). The results showed that the water content of dragon fruit jelly candy at all levels of carrageenan concentration had fulfilled SNI-3547-2-2008 with an average value ranging from 4.78 to 6.61% (maximum water content according to SNI was 20%). And the ash content required by SNI-3547-2-2008 for jelly candy is 3% according to the treatment of adding 3% carrageenan with a value of 2.91%. The organoleptic test showed that the best treatment that panelists prefer is the treatment with the addition of 3% carrageenan with an average value of aroma 3.33 (somewhat like), color 3.60 (like), taste 3.53 (like) and texture 3.45 (somewhat like).
Uji Aktivitas Selulase Bakteri Selulotik Yang Berasal Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit Nurkaya, Hamka
Jurnal Loupe Vol 13 No 01 (2016): Edisi April 2016
Publisher : Jurusan Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Kampus Sei Keledang Jalan Samratulangi, Kotak Pos 192 Samarinda 75123

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51967/buletinloupe.v13i01.82

Abstract

Selulosa merupakan komponen penyusun utama dari fotosintesis di dalam biomassa tanaman yang terdiri dari bahan berserat dan berkayu seperti jerami, rumput liar (tanaman pengganggu), rumput, daun-daunan, batang dan ranting tanaman. Selulosa di alam jarang terdapat dalam bentuk murni tetapi bersama-sama dengan lignin dan hemiselulosa. Selulosa dapat didegradasi oleh organisme spesifik diantaranya bakteri, fungi, actinomycetes dan hewan tingkat rendah (serangga). Pada penelitian ini bakteri diisolasi dari tandan kosong kelapa sawit dan diinokulasi menggunakan sumber karbon yakni Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dan diperkaya dengan garam mineral. Ada 9 (sembilan) isolat bakteri yang diisolasi dan telah diidentifikasi dengan metode pengecatan Gram dan koloni morfologi sel bakteri. Dua (2) isolat bakteri menunjukan aktivitas selulase yang ditandai terdapatnya zona bening dipermukaan CMC agar menggunakan larutan congo red (1% (v/v) dan penghilangan warna dengan sodium hidroksida (NaOH). 1M. Selanjutnya 1 (satu) isolat bakteri yang terbaik dipilih yaitu isolat bakteri Bac. 2.3 untuk dilanjutkan dalam penentuan aktivitas selulase dan gula reduksi. Hasil penelitian didapatkan bahwa isolat bakteri Bac. 2.3 menghasilkan aktivitas selulase dan gula reduksi sebesar 15.79 units/mL dan 1.42 mg/mL pada inkubasi waktu selama 36 jam.
Pengaruh Lama Perendaman Dan Perbedaan Metode Pengeringan Pada Pembuatan Tepung Ampas Kelapa (Cocos Nucifera L.) Nurkaya, Hamka
Jurnal Loupe Vol 14 No 02 (2017): Edisi Desember 2017
Publisher : Jurusan Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Kampus Sei Keledang Jalan Samratulangi, Kotak Pos 192 Samarinda 75123

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51967/buletinloupe.v14i02.105

Abstract

The growth of coconut processing industry has increased the number of cocounut waste such as coconut flesh which is normally thrown away or sold as animal feed at a very low price. Production of coconut pulp flour is one way to enhance the economical value of coconut waste. The aim of this research was to find the moisture content and panelists’ preferences on coconut pulp flour obtained through two methods i.e, oven drying and sunlight drying. Soaking is an important phase in producing coconut pulp flour. In this research the effect of soaking time in of 0 hour, 1 hour, 2 hour2, and 3 hours were observed. The finding shows that 3 hour soaking and oven drying resulted in the best moisture content of 4.33%. Meanwhile, the 2 hour soaking and oven drying resulted in the highest organoleptic score for colour, aroma, and texture of 4.65, 4.23, and 4.20 respectively.
Sifat Kimia dan Organoleptik Minuman Fungsional yang Terbuat dari Bunga Telang (Clitoria ternatea) dan Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dengan Perbandingan yang Berbeda: Chemical and Organoleptic Properties of Functional Drinks Made from Butterfly Pea Flowers (Clitoria ternatea) and Red Ginger (Zingiber officinale var. Rubrum) at Different Comparisons nurkaya, hamka
Jurnal Loupe Vol 18 No 02 (2022): Edisi Desember 2022
Publisher : Jurusan Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Kampus Sei Keledang Jalan Samratulangi, Kotak Pos 192 Samarinda 75123

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51967/buletinloupe.v18i02.1998

Abstract

Bunga telang (Clitoria ternatea) di beberapa tempat di Indonesia saat ini semakin populer sebagai bunga yang memberikan banyak manfaat kesehatan bagi tubuh. Minuman bunga telang atau dalam bentuk lain semakin mudah dijumpai di beberapa tempat. Bunga telang banyak ditemukan dalam bentuk segar ataupun kering, kini relatif semakin ramai diperjualbelikan. Namun dalam penyajian sebagi minuman fungsional bunga telang tidak memiliki rasa dan juga aroma sehingga perlu ditambahkan bahan lain seperti jahe merah. Penelitian ini dimulai dari persiapan bahan yang akan digunakan yaitu bunga telang kering dengan jahe merah yang sudah diolah menjadi bubuk bunga telang dan bubuk jahe merah. Selanjutnya pencampuran bahan bubuk bunga telang dan bubuk jahe merah kemudian dikemas. Penelitian ini menggunakan perhitungan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perbandingan bubuk bunga telang dan bubuk jahe merah yang berbeda yang terdiri dari 4 perlakuan, yaitu P1=100%:0%, P2=75%:25%, P3=50%:50%, P4=75%:25%. Parameter yang yang diamati adalah kadar air, kadar abu, antioksidan dan tingkat kesukaan terhadap warna, aroma, dan rasa pada minuman fungsional bunga telang dengan penambahan bubuk jahe merah. Adapun hasil uji sifat kimia berupa kadar air didapatkan hasil terendah pada minuman fungsional yaitu pada perbandingan komposisi bunga telang 25% dengan penambahan bubuk jahe merah 75% (P4) sebesar 10.66%. Hasil kadar abu tertinggi pada perlakuan P4 yaitu sebesar 5.78%. Sementara pada perlakuan P4 juga menunjukkan hasil tertinggi aktivitas antioksidan dengan Nilai IC50 sebesar 44.97 ppm. Hasil uji organoleptik yang memiliki nilai tertinggi dari tingkat kesukaan panelis adalah perlakuan P4 dengan nilai dan kategori yaitu warna 3,74 (suka), Aroma 3,63 (suka) dan Rasa 3,39 (suka).