Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

MAKNA KONSEP DIRI MANTAN ANAK JALANAN Diniati, Anisa; Nuraeni, Reni; Mahadian, Adi Bayu
Jurnal Kajian Komunikasi Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (191.882 KB) | DOI: 10.24198/jkk.v3i1.7392

Abstract

Mantan anak jalanan dalam kehidupannya saat ini memiliki konsep diri atau gambaran terhadap dirinyadari apa yang sudah mereka alami dalam peristiwa dan pengalamannya di masa lalu. Melalui konsepdirinya, mantan anak jalanan menampilkan simbol-simbol yang telah mereka beri makna dan telah merekapertukarkanhingga mereka tampilkan dalam tindakannya saat ini.Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui bagaimanakah konsep diri mantan anak jalanan dan bagaimanakah makna simbolik yangdipertukarkan oleh mereka.Teori yang mendasari penelitian ini adalah teori interaksi simbolik menurutBlumer dan Mead serta teori the looking glass self menurut Cooley. Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif dengan fenomenologi sebagai metode penelitiannya. Dari seluruh proses penelitian yang dilakukan,didapatkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dari keempat kelompok makna konsep diri yangmelekat pada diri mereka, yaitu peran ekonomi, moral, harga diri, dan aktualisasi diri, mereka melakukansebuah pertukaran simbol yang telah mereka beri makna lalu mereka tunjukkan melalui tindakan berupapenampilan dan perilaku.
ISU SOSIAL DALAM BENTUK INTERNET MEME MENJELANG PEMILIHAN PRESIDEN 2019 (Analisis Konten pada Meme Gambar dalam Instagram @memecomic.id) Puteri, Nova Rachmawati; Mahadian, Adi Bayu
Scriptura Vol 9, No 1 (2019): JULY 2019
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (471.263 KB) | DOI: 10.9744/scriptura.9.1.1-8

Abstract

Menjelang  pemilihan  presiden  tahun  2019,  masyarakat  Indonesia  menggunakan  isu  sosial  dalam  konteks  perbincangan politik.  Perbincangan  tersebut  terepresentasikan  dalam  akun  Instagram  @memecomic.id,  salah  satu  komunitas  internet memes terbesar di Indonesia. Untuk mempelajari penggunaan internet memes yang memperbincangkan isu sosial menjelang Pemilihan  Presiden  2019,  maka  dilakukan  penelitian  menggunakan  metode  penelitian  kualitatif  analisis  isi  deskriptif. Penelitian ini dilandasi oleh konsep internet memes dikemukakan oleh Shifman (2014:7), yaitu form, content, dan stance. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Internet memes menjadi sarana menyampaikan pendapat dan kritik terhadap praktik politik  para  politikus  di  Indonesia,  dengan  memperbincangkan  masalah  sosial  yang  populer.  Penyampaian  pendapat dipresentasikan dalam bentuk meme gambar, yang berisi sindiran atau satir. Sebagian konten-konten yang dijadikan internet meme gambar dibuat secara serius atau tidak menggunakan humor dan secara tidak serius. Sebagian lainnya dibuat dengan menambahkan unsur humor atau lelucon pada setiap cerita yang terdapat pada meme-meme tersebut.
Kritik Comic dalam Kompetisi Kritik DPR 2018 sebagai Praktik Demokrasi Ananda Ashari; Adi Bayu Mahadian
Jurnal Komunikasi Vol. 14 No. 2 (2020): VOLUME 14 NO 2 APRIL 2020
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/komunikasi.vol14.iss2.art3

Abstract

Stand-up comedy can function as a medium of entertainment as well as a media channeling people's aspirations including political criticism as a form of democracy. This research uses Teun A. van Dijk's discourse analysis method which is supported by bisociation theory as one of humor theories, with the aim of the research to find out the theme, discourse, humorous discourse display and the role of stand-up comedy as a form of democracy based on Aji Pratama's stand-up comedy in 2018 DPR critics competition. The results of this study explain that the theme raised in the Aji Pratama material is the bad behavior of the DPR with humorous discourse in the form of humor, which is mostly presented in the form of negotiations and conveyed subtly through elements of van Dijk. The phenomenon is an illustration of the form of democracy in Indonesia which is at the same time a contribution of this research to the study of democracy. This research also contributes to the study of humor theory through the use of bisociation theory to show how even critical discourse can be packaged in the form of humor.
PANTOMIM SEBAGAI EKSPRESI DIRI SISWA TUNARUNGU Meilania Kusuma Dewi; Adi Bayu Mahadian; Nofha Rina
Manajemen Komunikasi Vol 2, No 1 (2017): Jurnal Manajemen Komunikasi Vol.2 No.1 Oktober 2017
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.619 KB) | DOI: 10.24198/jmk.v2i1.12077

Abstract

Keunikan cara berkomunikasi kaum tunarungu berbeda dengan orang normal lainnya. Dalam berkomunikasi mereka menggunakan bahasa isyarat untuk menjembatani proses komunikasi tersebut. Namun, tidak semua orang dapat mengerti pesan yang ingin disampaikan oleh mereka sehingga mereka sulit untuk mengekspresikan dirinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna pantomim menurut siswa tunarungu serta mengetahui cara dan makna ekspresi diri dengan menggunakan informan kunci siswa tunarungu di SLB Negeri Cicendo Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Jenis data yang digunakan yaitu data primer melalui observasi dan wawancara mendalam. Hasil yang didapatkan melalui penelitian ini menunjukkan bahwa makna pantomim menurut siswa tunarungu dilihat dari kelima informan merupakan hal yang penting dalam hidupnya. Pantomim merupakan hal yang menghibur karena lucu dan membuat tertawa bagi siswa tunarungu. Pantomim merupakan hal yang menjadi kesukaan dan hobi bagi siswa tunarungu. Sehingga pantomim menjadikan siswa tunarungu menjadi berani, memiliki banyak teman, dan menghasilkan prestasi serta membuat orang tua menjadi senang dan bangga. Melalui pantomim mereka dapat mengekspresikan diri dengan maksimal menggunakan ekspresi wajah yang dapat menghibur mereka.
REPRESENTASI AHOK DALAM KASUS PENISTAAN AGAMA PADA SURAT KABAR BERDASARKAN ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES I Gusti Ayu Rai; Adi Bayu Mahadian
Dialektika Vol 4 No 1 (2017): Vol.4 No.1 (2017) Maret
Publisher : Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Langlangbuana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jakarta governor candidate, known as Ahok tangled case of blasphemy, offensive surah Al-Maidah 51 during his campaign in the thousand islands. The case became a highlight public concern, especially among the Muslim community fatherly who considered him one insults the Islamic religion. These blasphemy cases reported by the mass media in Indonesia, some mass media reported Ahok case with the cartoon is the newspaper Suara Merdeka and Rakyat Merdeka. This study aims to determine the semiotic meaning of "Representation Ahok In Case of Defamation of Religion On Newspaper (Roland Barthes Semotika Analysis On Cartoon Ahok In Newspapers Suara Merdeka, Rakyat Merdeka period October-December 2016)" which analyzes the meaning of denotation, connotation and myth according to Roland Barthes seen from Expression Symbols, Gestures, Property, typography and color. The theory is to use Roland Barthes Semiotics Analysis of the significance of the stage. The method used in this research is qualitative with constructivist paradigm.From the results of research conducted through the stages of Roland Barthes meaning that denotative, connotative, and the myth of the newspapers Suara Merdeka and Rakyat Merdeka, representation Ahok cartoons in newspapers. Ahok is the figure of the minorities who do not have the authority and power in the majority of the political elite, especially in Indonesia. Ahok feel threatened by the charges of blasphemy against him, and charged with blasphemy is politicized by some politicians who oppose Ahok.
MOTIVASI MENJADI HOST COUCHSURFING DI INDONESIA Rozzana Deskanti; Adi Bayu Mahadian
Jurnal IPTA (Industri Perjalanan Wisata) Vol 7 No 1 (2019): Jurnal IPTA (July 2019)
Publisher : Department of Tour and Travel Studies, Faculty of Tourism, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (161.285 KB) | DOI: 10.24843/IPTA.2019.v07.i01.p04

Abstract

Being a host is part of a new tourism activity in Indonesia known as free hospitality, the activity has a great potential but need encouragement to the actors. In the digital era new tourism actors are spread and connected via the internet, couchsurfing is one of the social media that is present in the development of tourism communication and as a liaison between actors of activities, encouragement is needed to motivate tourism growth in this sector. This study aims to know the highest level of motivation and motivator factors that can be used for government policy making. Motivation is one of the driving factors that influences a person to do something that is intended. This study uses descriptive quantitative methods with one variable. The independent variable in this study is Motivation to become a Couchsurfing host. The analysis technique used is descriptive analysis technique. This research was conducted by distributing questionnaires to 100 respondents by combining two nonprobability sampling techniques, namely; purposive sampling, and quota sampling. The results of this study state that the motivation to host Couchsurfing in Indonesia is in the high category with an amount of 75.1% and the highest motivation is in the cultural factor of 94%. The conclusion of this study is that actors want to carry out cultural exchanges, by being a host, local residents can use their knowledge of the culture and local area to attract tourist visits.
Evolusi Wacana Politik dalam Internet Meme Adi Bayu Mahadian; Mohamad Syahriar Sugandi; Arie Prasetio
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 23, No 1 (2019): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (827.934 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2019.1720

Abstract

Meme menjadi sarana ekspresi politik yang populer di Indonesia. Namun, keberadaannya dianggap menimbulkan masalah bagi pemerintah. Meme yang berisi wacana “Jokowi Kader PKI” menjadi salah satu meme yang diproduksi, disirkulasikan, dan diperbincangkan dalam kurun waktu yang cukup lama. Penelitian ini mempelajari bagaimana wacana politik dalam bentuk meme berevolusi dan perannya dalam memperbincangkan isu “Jokowi Kader PKI”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah semiotik sosial dan dibantu dengan teori-teori humor yang digunakan untuk membaca makna wacana dalam evolusi wacana dan perannya pada struktur pesan yang berbentuk meme. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa meme menjadi pembawa wacana yang berkompetisi dengan wacana lainnya. Sebuah wacana dalam bentuk meme berevolusi melalui tindak mimetik dalam kategori meme wacana utama, meme wacana peneguh, dan meme wacana pendukung. Selain itu, kategori tersebut menjadi dasar tindak stereotyping dalam bentuk satir.
PERBANDINGAN PERSEPSI KHALAYAK ANTARA IKLAN YANG MENGANDUNG HUMOR DAN TIDAK MENGANDUNG HUMOR Ira Yuni Mirandha; Adi Bayu Mahadian
PRofesi Humas Vol 1, No 2 (2017): PRofesi Humas
Publisher : LP3 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.107 KB) | DOI: 10.24198/prh.v1i2.11673

Abstract

Periklanan menjadi salah satu komponen penting dalam komunikasi pemasaran. Sebuah iklan akan dipersepsi oleh alam pikir melalui berbagai tahapan. Berupaya menarik perhatian konsumen, pengiklan menyisipkan unsur humor yang identik dengan segala sesuatu yang membuat tertawa dan lucu, yang dijadikan salah satu daya tarik pesan dalam iklan. Penulis ingin melihat perbedaan alam pikir audience dalam mempersepsi antara iklan mengandung humor dan tidak mengandung humor. Untuk itu diperbandingkan iklan mengandung humor, Ramayana Department Store dan iklan tidak mengandung humor, Matahari Department Store. Dalam penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan persepsi audience antara iklan yang mengandung unsur humor dan tidak mengandung unsur humor. Dalam mencapai tujuan penelitian, penulis menggunakan metode kuantitatif agar mendapat pemahaman yang sistematis dan objektif. Dengan menggunakan persepsi selektif Belch dan Belch berdasarkan empat tahap proses persepsi antara lain: terpaan, perhatian, pemahaman dan ingatan terhadap iklan. Dari hasil penelitian, persepsi audience terhadap pemeran iklan, latar dalam iklan, rangkaian adegan dalam iklan serta penggunaan musik dan suara dalam kedua iklan menunjukkan tidak adanya perbedaan tingkat persepsi audience yang signifikan antara dua iklan tersebut. Saran bagi penelitian selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat menambah dan memperluas objek penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar dan representative terhadap target audience iklan agar mampu memberikan gambaran secara jelas dan nyata mengenai hasil penelitian yang diinginkan. Peneliti merekomendasikan pula bagi para pemerakarsa iklan agar menggunakaan unsur humor secara hati-hati, penggunaan humor dalam iklan harus diperhatikan agar tidak merusak pemahaman audience terhadap iklan. Serta pemilihan latar yang akan digunakan dalam iklan agar mampu dipersepsi dengan baik oleh audience.
REPRESENTASI ETNIS CINA DALAM STAND UP COMEDY Adi Bayu Mahadian
Lingkar Studi Komunikasi (LISKI) Vol 1 No 1 (2015): FEBRUARI 2015
Publisher : Universitas Telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/liski.v1i1.816

Abstract

Permasalahan tentang Etnis Cina di Indonesia tidak pernah benar-benar selesai hingga kini. Berbagai usaha yang dilakukan pemerintah atau pihak terkait lainnya banyak menemui kendala. Diantaranya disebabkan karena kurangnya pemahaman terhadap realitas tentang Etnis Cina di Indonesia. Dengan menggunakan metode analisis semiotik sosial yang dikemukakan oleh Theo Van Leeuwen, penelitian ini berupaya untuk memahami realitas tentang Etnis Cina yang terepresentasikan dalam pertunjukan stand up comedy oleh Ernest Prakasa. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu: Pertama, dari dari ragam wacana tentang Etnis Cina yang terepresentasikan dalam pertunjukan stand up comedy oleh Ernest Prakasa menunjukan bahwa Etnis Cina tidak nyaman dengan keminoritasannya; Kaum muda Etnis Cina mencintai sekaligus membenci tradisi dan budayanya; Etnis Cina menganggap diri sebagai ras unggul; Etnis Cina memandang penting kekayaan; dan Istilah “Cina” tidak dianggap menghina. Kedua, Etnis Cina terepresentasikan pada bagian set up dan punchline dalam struktur humor stand up comedy, dimana sebuah set up humor stand up comedy yang merepresentasikan Etnis Cina, berfungsi mengkomunikasikan kepada audiensnya tentang: keberadaan kelompok minoritas Etnis Cina di Indonesia, dengan berbagai karakteristiknya, dan berbagai budaya Cina yang menjadi bagian budaya masyarakat Indonesia. Sementara itu, sebuah punchline humor stand up comedy yang merepresentasikan Etnis Cina, berfungsi untuk mengajak audiensnya untuk mentertawakan orang Cina, dan mentertawakan pemahaman orang lain tentan Etnis Cina. Ketiga, dalam pertunjukan stand up comedy yang merepresentasikan Etnis Cina, Ernest Prakasa memilih fashion dengan mengenakan kaos oblong, celana jeans, dan memakai sepatu kets; dan berpotongan rambut side-shaves. Sementara itu, Ernest Prakasa menggunakan gaya berbicara jakartaan dalam melakukan pertunjukan stand up comedynya. Keempat, dalam pertunjukan stand up comedynya, Ernest Prakasa merepresentasikan Etnis Cina dalam bahasa yang menunjukan tingkat modalitas tinggi, dan modalitas rendah.
Analisis Humor Dalam Konten Tiktok @fadlanholao Millati Agisna; Adi Bayu Mahadian
Jurnal Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi Vol 6, No 1 (2022): Jurnal Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi
Publisher : UMSU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30596/interaksi.v6i1.7536

Abstract

Beberapa tahun ini TikTok menjadi platform yang mendapat pusat perhatian orang-orang karena mereka mempunyai banyak waktu luang di rumah untuk menghindari penyebaran Covid-19. Di Indonesia, jumlah unduhan aplikasi TikTok melonjak selama Covid-19 karena penerapan karantina wilayah dan menjaga jarak fisik yang membuat masyarakat menggunakan TikTok sebagai hiburan. RCTI+ mengadakan acara yaitu TikTok Awards 2020 sebagai ajang penghargaan bagi para artis TikTok dan salah satu pemenang dengan kategori “Best of Comedy” yaitu @fadlanholao. Sebagai konten bergenre komedi, @fadlanholao memberikan pesan humor melalui teknik humor. Penelitian analisis konten kuantitatif ini menggunakan teori teknik humor Berger (2017) yang mengemukakan bahwa humor terbagi atas empat kategori yaitu Language, Logic, Identity dan Action. Keempat kategori tersebut memiliki total 45 indikator yang akan digunakan penulis untuk melakukan analisis persentase teknik humor terhadap konten TikTok @fadlanholao. Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa kategori language memiliki persentase sebesar 28%, logic sebesar 31%, identity sebesar 38% dan action sebesar 3%. Kategori identity menjadi kategori yang paling banyak digunakan dalam konten @fadlanholao, yakni terdapat 4 indikator diantaranya adalah caricature, impersonation, mimicry, dan stereotype.