Claim Missing Document
Check
Articles

Found 35 Documents
Search

HUBUNGAN PERSEPSI CITRA TUBUH DAN GEJALA DEPRESI DENGAN KEJADIAN GANGGUAN MAKAN PADA REMAJA OBESITAS Adji, Seno Bayu; Fitrikasari, Alifiati; Julianti, Hari Peni
JNH (Journal of Nutrition and Health) Vol 7, No 1 (2019): JOURNAL OF NUTRITION AND HEALTH
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (638.149 KB) | DOI: 10.14710/jnh.7.1.2019.1-13

Abstract

Background: Adolescence is a stage where a person begins to pay attention to body shape and crave an ideal body. This attention to self affects the perception of body image. Obesity can cause conflict within itself and can cause depression.Those who feel dissatisfied with their appearance try to get an ideal body shape including eating unhealthy behavior so that it becomes an eating disorder.Aim : To analyze the relationship between body image perception and depressive symptoms with the incidence of eating disorders in obese adolescents.Method : An observational study with a cross sectional design on 25 students of the Medical Faculty of Diponegoro University using the Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire-Appearance Scale (MBSRQ-AS) test, the Beck Depression Inventory - II (BDI-II) and Eating Attitude Test-40 (EAT-40).Results : Body image perception, Negative evaluation appearance 2 persons, normal 23 persons. Negative appearance orientation 12 persons, normal 13 persons. Negative body area satisfaction 11 persons, normal 13 persons, positive 1 person. Normal overweight preoccupation 20 persons, positive 3 persons, negative 2 persons. Normal self-classified weight 22 persons, positive 3 persons.Depressive symptoms, 15 persons showed no symptoms of depression, 8 persons had mild depressive symptoms, 1 person had moderate depressive symptoms and 1 person had severe depressive symptoms.Eating disorders, 3 persons experienced eating disorders and 22 persons did not experience eating disorders.Evaluation of appearance has a significant effect on the incidence of eating disorders. p <0.05, OR = 23, and CI95% = 3.382 - 156,396.Conclusion: Appearance evaluation gives 23 times the influence of eating disorders.Keywords: adolescent obesity, body image, depression, eating disorders.
Recovery among People with Mental Illness (PMI) as Perceived by the Caregivers in Islamic Boarding School (IBS) in Indonesia Sarjana, Widodo; Fitrikasari, Alifiati; Sari, Sri Padma
Nurse Media Journal of Nursing Vol 5, No 2 (2015): (DECEMBER 2015)
Publisher : Department of Nursing, Faculty of Medicine, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.742 KB) | DOI: 10.14710/nmjn.v5i2.10531

Abstract

Background: Mental hospitals as places to rehabilitation people with mental illness(PMI) in Indonesia are limited in numbers and do not meet with the number of PMI.The society may contribute in facilitating recovery and rehabilitation place for PMI including Islamic boarding school. Some Islamic boarding schools provide rehabilitation for PMI to help with recovery process. Recovery is an important aspect to assess the success of PMI rehabilitation. Nevertheless, there has been no study on Islamic boarding school’s caregivers’ perception on PMI recovery.Purpose: This study aims to explore recovery perception of caregivers treating PMI in Islamic boarding school and factors affecting recovery.Methods: Data are acquired from 19 caregivers from three Islamic boarding schools providing rehabilitation for PMI with Focus Group Discussion (FGD). The data analyzed using descriptive analysis.Result: Having a good communication is a recovery criterion that is mentioned themost by caregivers. There are three biggest factors affecting recovery based on the caregivers such as prayers or religion followed by social support from family and environment and also doing activities.Conclusion: The results may depict the PMI recovery so that the health care providers can provide interventions that can support the recovery process in PMI.
PENGARUH PEMBERIAN AJUVAN ASAM FOLAT TERHADAP FUNGSI PERSONAL DAN SOSIAL PASIEN SKIZOFRENIA KRONIK Suprapti, Rini; Fitrikasari, Alifiati; Pudjo, Rihadini; Asikin, Hang Gunawan; Noerhidajati, Elly
Journal of Nutrition College Vol 10, No 3 (2021): Juli
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jnc.v10i3.30725

Abstract

 Latar Belakang : Hasil pengobatan skizofenia menunjukkan sebanyak 85% mengalami penurunan fungsi. Remisi klinis tidak selalu mengarah pada pemulihan fungsi. Defisiensi folat diidentifikasi sebagai salah satu faktor risiko skizofrenia.Tujuan : Mengetahui manfaat ajuvan asam folat dalam memperbaiki fungsi personal dan sosial pasien skizofrenia kronis.Metode : Penelitian eksperimental dengan desain double blind – randomized controlled trial, pre post test design. Semua subjek yang memenuhi kriteria inklusi diambil menurut waktu (consecutive sampling), kemudian secara blok random dikelompokkan dalam kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Perlakuan dengan ajuvan asam folat 2 mg / hari selama 4 minggu. Kelompok kontrol mendapatkan anti psikotik dengan plasebo. Anti psikotik yang digunakan tidak sama. PSP diukur sebelum dan sesudah perlakuan. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner sosiodemografi dan kuesioner wawancara terstruktur Personal and Social Performance Scale versi Indonesia.Hasil :  Terdapat 66 subjek yang memenuhi kriteria inklusi, 2 diantaranya Drop Out karena kejang dan SNM. Uji komparatif karakteristik demografik kelompok perlakuan dan kelompok kontrol tidak ada perbedaan bermakna. Terdapat peningkatan skor PSP yang bermakna secara statistik p <0,01 di kedua kelompok dengan peningkatan skor PSP kelompok perlakuan lebih tinggi (p = 0,029).Simpulan : Ajuvan asam folat memperbaiki fungsi sosial dan personal pasien skizofrenia kronis.
Penilaian Fungsi Pribadi dan Sosial Sebelum dan Sesudah Mendapat Pengobatan pada Penderita Gangguan Jiwa Korban Pemasungan Alifiati Fitrikasari; Titis Hediati
MEDIA MEDIKA INDONESIANA 2011:MMI Volume 45 Issue 1 Year 2011
Publisher : MEDIA MEDIKA INDONESIANA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTAssessment of personal and social function in shackled mentally disorders patients before and after treatmentBackground: The deprivation of people suspected of suffering from psychiatric disorders is an act contrary to human rights. Action deprivation is a common practice in developing countries, including Indonesia. The absence of regulations, low levels of education, lack of understanding of the symptoms of psychiatric disorders, as well as economic limitations are factors determining the emergence of shackled events. The objective of this study is to know the differences in the level of personal ability and social function in persons being deprived of their life before and after treatment at the Mental Hospital (RSJ).Method: The study was an observational study conducted in Pekalongan, Pati, Jepara, Salatiga, and Blora, Central Java, which aimed to find out the level of social and personal values in patients with mental disorders being deprived. The method used was done to 27 shackled cases with the scale of the personal and social performance (PSP scale).Results: There were 21 men (77.7%) and 6 women (22.3%), and almost all were diagnosed as schizophrenia. All of them are from poor families. The period of restraint ranged from 8 months to 27 years. Based on PSP scale, 19 cases (70.4%) had a low value and as many as 8 cases (29.6%) were categorized as having better value. There was improvement in PSP scale of every case after being treated.Conclusion: Medical treatment improve the value of the PSP. Thus deprivation, bedside inhumane is also depriving mentally ill persons for having better quality of life.Keywords: Shackled, stocks, schizophrenia, PSP scaleABSTRAKLatar belakang: Pemasungan terhadap orang yang diduga mengidap gangguan kejiwaan merupakan tindakan yang bertentangan dengan HAM. Tindakan pemasungan merupakan gejala yang umum ditemukan di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Ketiadaan aturan hukum, rendahnya tingkat pendidikan, keterbatasan pemahaman terhadap gejala gangguan kejiwaan, serta keterbatasan ekonomi merupakan faktor yang mendeterminasi munculnya kejadian pasung. Penelitian ini merupakan studi observasi awal yang dilaksanakan di Kabupaten Pekalongan, Pati, Jepara, Salatiga, Rembang, dan Blora Jawa Tengah yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan nilai sosial dan pribadi pada penderita gangguan jiwa yang mengalami pemasungan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan tingkat kemampuan fungsi pribadi dan sosial pada penderita jiwa yang mengalami pemasungan sebelum dan setelah dirawat di rumah sakit jiwa (RSJ) pada penderita yang dipasung dalamwilayah Provinsi Jawa Tengah.Metode: Metode yang digunakan adalah pemeriksaan fungsi pribadi dan sosial yang dilakukan terhadap 27 orang penderitagangguan jiwa yang di pasung dengan skala personal and social performance (PSP). Data disajikan secara deskriptif dan uji beda pada skala PSP sebelum dan sesudah pengobatan.Hasil: Didapatkan 21 pria (77,7%) dan 6 wanita (22,3%) dan hampir semua terdiagnosis sebagai skizofrenia. Semuanya berasal dari keluarga miskin. Masa pengekangan berkisar dari 8 bulan sampai 27 tahun. Didapatkan sebanyak 19 kasus (70,4%) yang mempunyai nilai PSP yang buruk dan sebanyak 8 kasus (29,6%) yang mempunyai nilai PSP sedang. Didapatkan perbedaan yang bermakna pada nilai PSP saat pasung dan setelah dirawat di RSJ.Simpulan: Pengobatan dapat memperbaiki nilai PSP, dengan demikian pemasungan selain merendahkan martabat manusia, menghilangkan kesempatan penderita gangguan jiwa untuk memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Kejadian Pasung di Jawa Tengah Alifiati Fitrikasari
MEDIA MEDIKA INDONESIANA 2010:MMI VOLUME 44 ISSUE 3 YEAR 2010
Publisher : MEDIA MEDIKA INDONESIANA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.608 KB)

Abstract

Shackelled/stocked psychiatric cases in Central JavaBackground: Stocks deprivation to person with mental disorder is against human rights, but is stll commonly practiced in developing countries including Indonesia. There is not yet a study on this issue in Central Java. The study aimed to describe the characteristic of stocks deprivation subjects, socio cultural condition of the community.Method: A qualitative ethnographic study with a cross sectional design was carried in Kabupaten Pati, Pekalongan, Jepara, Rembang, Salatiga and Blora. In depth interview was done by a psychiatrist using unstructured questenaire. Result of the interview are presented in a descriptive and narrative explaination.Results: Twenty seven stocks deprivation cases were found, consisted of 21 males and 6 females and most of them were diagnosed as schizophrenics, but some families to consider the subject because of ill spirit. Reasons prevent the deprivation of the subjects berserk, lost or become public scorn around, especially young children. All of them were from economically deprived families. Duration of deprivation was between 8 months to 28 years. Ways of deprivation was mostly chained or tied and put away from main house. As the initiator of most stocks are families on the grounds as family and community efforts in maintaining social order (for not disturbing the environment) within the limitation of economics and education.Conclusion: Stocks deprivation is mainly an ignorancy economic and cultural issues with ignorancy on mental health management being worsened by poverty as the main factor. Solution and prevention on this issue should be a mental health promotion at primary health care service level.ABSTRAKLatar belakang: Pemasungan terhadap orang yang mengidap gangguan kejiwaan merupakan tindakan yang bertentangan dengan HAM, tetapi masih umum ditemukan di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Belum ada penelitian mengenai masalah ini di Jawa Tengah. Studi bertujuan untuk mengetahui karakteristik subyek pasung dan memahami budaya pasung yang hidup dalam masyarakat dan untuk menemukan solusi terhadap praktek pemasungan.Metode: Dilaksanakan studi kualitatif etnografi dengan pendekatan belah lintang, di kabupaten Pati, Pekalongan, Jepara, Rembang, Salatiga dan Blora. Data diperoleh dengan interview mendalam dan di analisis secara diskriptif naratif.Hasil: Didapatkan 27 kasus pasung, terdiri dari 21 pria dan 6 wanita, dan hampir semua terdiagnosis sebagai skizofrenia, tetapi sebagian keluarga menganggap sakit subyek karena kesambet makhluk halus. Alasan pemasungan mencegah subyek mengamuk, hilang, menjadi cemooh masyarakat sekitar terutama anak-anak kecil. Seluruh subyek penelitian berasal dari masyarakat miskin. Masa pemasungan berkisar antara 8 bulan sampai 28 tahun. Metode pasung terbanyak dengan diikat tali maupun rantai dan ditempatkan di ruang yang terpisah dengan rumah utama. Sebagai inisiator pasung terbanyak adalah keluarga dengan alasan sebagai upaya masyarakat dan keluarga dalam menjaga tertib sosial (tidak mengganggu lingkungan) dalam keterbatasan ekonomi (kemiskinan) dan pendidikan.Simpulan: Pasung merupakan masalah ketidaktahuan, dan ekonomi budaya masyarakat di mana faktor yang paling berpengaruh adalah ketidaktahuan masyarakat tentang penanganan gangguan jiwa yang diperberat oleh faktor ekonomi yang kurang. Pemecahan atau pencegahannya memerlukan pendekatan program promosi kesehatan jiwa di tingkat pelayanan kesehatan primer. 
The role of Zinc Intake in Serotonin and Cortisol Level in Patient with Depression Tanjung Ayu Sumekar; Innawati Jusup; Natalia Dewi Wardani; Titis Hadiati; Mohammad Sulchan; Alifiati Fitrikasari
Journal of Biomedicine and Translational Research Vol 8, No 1 (2022): April 2022
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jbtr.v1i1.13808

Abstract

Background: Low zinc levels affects the relationship between the glutamatergic and serotonergic systems in major depressive disorders that cause stress and inflammation. Decreased zinc in the hippocampus can activates the HPA axis associated with an increase in cortisol. Several studies documented the relationship between zinc and clinical depression, however further research including biological measurements is needed to support these studies.Objective: To observe the correlation between zinc intake with serotonin and cortisol serum in patient with depressionMethods: This was an observational study with cross sectional design. Subjects were patients with depression who came to Dr. Kariadi Hospital, Tugurejo Hospital, Diponegoro National Hospital and Permata Medika Hospital met the inclusion and exclusion criteria. The food frequency questionnaire (FFQ) was used to assess daily zinc intake. The levels of serum serotonin and cortisol were measured using ELISA technique.Results: Of the 53 subjects, there was significant correlation between zinc intake with serotonin serum level (p=0,038), however there was no correlation between zinc intake with cortisol serum level (p=0,845)Conclusion: The higher zinc intake the higher serotonin serum level, however there was no correlation between zinc intake with cortisol serum level in patients with depression. 
Hubungan Polimorfisme SNP8NRG433E1006 Gen Neuregulin 1 (NRG1) dengan Skizofrenia pada Etnik Jawa Cinta Cynthia Rudianto; Gara Samara Brajadenta; Alifiati Fitrikasari; Tri Indah Winarni
Global Medical & Health Communication (GMHC) Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.834 KB) | DOI: 10.29313/gmhc.v6i1.2658

Abstract

Gen neuregulin 1 (NRG1) berfungsi penting pada perkembangan sistem saraf dan merupakan kandidat gen penyebab skizofrenia. Polimorfisme SNP8NRG433E1006 pada NRG1 merupakan salah satu faktor risiko yang sering ditemukan pada skizofrenia. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan polimorfisme SNP8NRG433E1006 gen NRG1 dengan skizofrenia pada etnik Jawa. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2016 hingga April 2017. Sebanyak 30 pasien skizofrenia dan 30 kontrol etnik Jawa dari Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Dr. Amino Gondohutomo Semarang memenuhi kriteria inklusi. Informed consent didapatkan dari keluarga pasien. Sampel darah EDTA dilakukan ekstraksi DNA, amplifikasi nested polymerase chain reaction (PCR), dan sekuensing. Hubungan polimorfisme SNP8NRG433E1006 gen NRG1 dengan skizofrenia dianalisis menggunakan Fisher’s exact test. Dari hasil sekuensing pada kelompok kontrol tidak ditemukan polimorfisme, sedangkan pada kelompok pasien skizofrenia ditemukan dua pasien memiliki polimorfisme SNP8NRG433E1006 dengan mutasi homozigot c.172G>A (6%). Hasil Fisher’s exact test menunjukkan tidak ada hubungan antara polimorfisme SNP8NRG433E1006 gen NRG1 dan skizofrenia pada etnik jawa (p=0,246; p>0,05). Simpulan, peran polimorfisme SNP8NRG433E1006 gen NRG1 terhadap kejadian skizofrenia pada etnik Jawa tidak terbukti. CORRELATION OF SNP8NRG433E1006 POLYMORPHISM NEUREGULIN 1 (NRG1) GENE WITH SCHIZOPHRENIA IN JAVA ETHNICNeuregulin 1 (NRG1) gene has some important roles in nervous system development and functioning. This gene leading as one of schizophrenia susceptibility gene. SNP8NRG433E1006 of NRG1 is one risk factors of schizophrenia. The objective of this study was to analyse correlation between SNP8NRG433E1006 of NRG1 and schizophrenia in Java ethnic. The study was conducted in January 2016 until April 2017. Thirty patients with schizophrenia and 30 control in which from Java ethnic at Dr. Amino Gondohutomo Semarang Mental Hospital were recruited. Informed consent was obtained from patient’s family. The blood sample went throught DNA extraction, nested PCR and sequencing. Correlation between SNP8NRG433E1006 of NRG1 and schizophrenia was analysed using Fisher’s exact test. All blood sampling were successfully sequenced. We found two SNP8NRG433E1006 of NRG1 with homozygote mutation c.172G>A in thirty Java ethnic with schizophrenia (6%). There was no significant correlation between SNP8NRG433E1006 of NRG1 and schizophrenia in Java ethnic (p=0.246, p>0.05). In conclusion, the role of SNP8NRG433E1006 of NRG1 polymorphism in schizophrenia is not proven.
Perbedaan Kadar Gula Darah Sewaktu pada Pasien Skizofrenia yang Mendapat Terapi Antipsikotik Generasi Kedua Selama kurang dari Empat Bulan dan lebih dari Empat Bulan Rani Rahayu; Faizah Fulyani; Innawati Jusup; Alifiati Fitrikasari
Medica Hospitalia : Journal of Clinical Medicine Vol. 8 No. 2 (2021): Med Hosp
Publisher : RSUP Dr. Kariadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.196 KB) | DOI: 10.36408/mhjcm.v8i2.567

Abstract

ABSTRAK LATAR BELAKANG : Skizofrenia merupakan gangguan mental dengan mortalitas dua sampai tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan populasi umum. Antispikotik generasi kedua merupakan salah satu terapi untuk skizofenia, namun memiliki efek samping gangguan metabolik yang lebih tinggi dibandingkan antipsikotik golongan pertama, seperti peningkatan kadar gula darah. TUJUAN : Mengetahui perbedaan kadar gula darah sewaktu pasien skizofrenia yang mendapatkan terapi antipsikotik generasi kedua selama kurang dari empat bulan dan lebih dari empat bulan. METODE : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain potong lintang. Sampel adalah data rekam medis 67 pasien skizofrenia di RSJD Amino Gondohutomo Semarang yang memenuhi kriteria inklusi. Subjek dibagi menjadi dua kelompok yaitu yang mendapatkan terapi kurang dari 4 bulan dan yang mendapatkan terapi selama lebih dari 4 bulan. Uji statistik menggunakan uji Mann Whitney untuk mengetahui perbedaan antara kedua kelompok. HASIL : Kadar gula darah sewaktu pada kelompok yang mendapat terapi antipsikotik generasi kedua selama kurang dari empat bulan lebih rendah (116 mg/dl) dibandingkan dengan yang mendapatkan terapi lebih dari empat bulan (118 mg/dl). Meskipun demikian, perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (p>0.05). KESIMPULAN : Tidak terdapat perbedaan kadar gula darah sewaktu pada pasien skizofrenia yang mendapatkan terapi antipsikotik generasi kedua kurang dari empat bulan dan lebih dari empat bulan. Kata Kunci : skizofrenia, antipsikotik, gula darah sewaktu
The Correlation between Perceived Social Support with Suicide Ideation Prima Kusumastuti; Innawati Jusup; Alifiati Fitrikasari; Titis Hadiati
Diponegoro International Medical Journal Vol 2, No 2 (2021): December
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/dimj.v2i2.10540

Abstract

Background: Based on data from WHO in 2015, it shows that the death rate due to suicide in the world was recorded to have increased by 23.2% compared to 2009. Research in 2016 shows that the largest age range who experienced suicide was from 15-29 years. Many things are predicted to be a protective factor against suicide, including social support. Research on suicide protection factors is useful in preventing the increasing number of suicides.Objective: To analyze the correlation between perceived social support with suicidal ideationMethods: This research is a quantitative study with cross sectional design. Samples were taken from vocational school and academy in Semarang, who met the inclusion and exclusion criterias. The sample selection was carried out by the simple random sampling method. This research used the Indonesian version of the SSI (Scale of Suicide Ideation) and the MSPSS (Multidimentional Scale of Perceived Social Support) questionnaires.Results: It was found that the prevalence of high suicidal ideation score was 50.8% while the low suicidal ideation score was 49.2%. There was a significant correlation between suicidal ideation with perceived of family support (p = 0.002) and peer support (p = 0.050). Meanwhile, there was no significant correlation between the suicidal ideation and the support from significant others (p = 0.154). Conclusion: There was a correlation between perceived of family and peer support with suicidal ideation
Hubungan Derajat Narsisme dengan Kejadian Kecanduan Media Sosial pada Siswa SMK Ayu Mekar Sumila; Widodo Sarjana; Alifiati Fitrikasari; Linda Kartika Sari
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Vol 2 No 2 (2020): Agustus 2020, Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa
Publisher : RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Selama beberapa tahun terakhir, penggunaan media sosial telah menjadi aktivitas rekreasi yang semakin populer. Hasil survey yang dilakukan oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia),A menyebutkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2017 adalah 143,26 juta pengguna atau sekitar 54,68% dari total penduduk Indonesia. Individu mengunjungi situs media sosial untuk terlibat dalam berbagai jenis hiburan dan aktivitas sosial. Meskipun penggunaan media sosial ini dengan cepat menjadi fenomena modern yang normal, namun kekhawatiran seringkali dikemukakan mengenai potensi kecanduan penggunaan media sosial. Hubungan antara faktor kepribadian dan media sosial telah disebutkan dalam penelitian sebelumnya, salah satunya adalah narsisme. Narsisme dimanifestasikan dengan kecenderungan untuk bertindak berdasarkan impulsivitas dan grandiositas yang mempengaruhi individu dalam beraktifitas di media sosial. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara derajat narsisme dengan kejadian kecanduan media sosial pada pada siswa SMK. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Sampel adalah siswa - siswi kelas X dan XI di SMK Mitra Karya Mandiri yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan metode simple random sampling. Instrumen penelitian dengan menggunakan kuesioner NPI (Narcissistic Personality Inventory) versi Indonesia dan BSMAS (Bergen Social Media Addiction Scale) versi Indonesia. Analisis data menggunakan uji Somer’s D dan uji regresi linier. Penelitian ini diikuti oleh 160 responden. Terdapat hubungan yang bermakna antara derajat narsisme terhadap kejadian kecanduan media sosial dengan p value < 0,05. Terdapat hubungan yang bermakna antara derajat narsisme terhadap kejadian kecanduan media sosial