ABSTRAKBenign prostatic hyperplasia (BPH) atau hiperplasia prostat jinak didefinisikan sebagai proliferasi sel stroma prostat yang menyebabkan kelenjar prostat membesar. Prostat yang membesar menyebabkan penekanan pada uretra pars prostat dan mengganggu aliran urin dari kandung kemih. Resistensi aliran urin dapat menyebabkan gejala-gejala seperti sering berkemih, urgensi, berkemih pada malam hari, berkemih terputus-putus, pancaran urin melemah, dan menunggu lama untuk berkemih. Prevalensi BPH dan LUTS meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Androgen, estrogen, interaksi stroma-epitelial, faktor pertumbuhan (GF) dan neurotransmitter kemungkinan memiliki peranan pada BPH baik secara terpisah maupun kombinasi.Diagnosis BPH diperoleh bardasarkan riwayat medis pasien, antara lain dengan menggunakan International prostate symptom score (IPPS) dan pemeriksaan prostat yaitu dengan digital rectal examination (DRE). Pemeriksaan PSA dapat digunakan sebagai penanda BPH di mana kadar PSA dalam darah meningkat apabila terjadi pembesaran prostat. Pemeriksaan tambahan untuk BPH antara lain uroflowmetri, PVR urin, sistouretroskopi, pemeriksaan radiologi dan biopsi prostat. Penatalaksanaan untuk BPH terdiri dari menunggu dan memperhatikan untuk pasien dengan gejala LUTS ringan, pengobatan farmakologi dan pembedahan. Kata Kunci : hiperplasia, prostat, urin ABSTRACTBenign prostatic hyperplasia (BPH) is defined as proliferation of prostate stromal cells which causes the prostate gland to enlarge. The enlarged prostate causes pressure on the prostatic urethra and disrupts the flow of urine from the bladder. The resistance of urine flow can cause symptoms such as frequent urination, urgency, urination at night, intermittent urination, weakening of the urine, and long waiting for urination. The prevalence of BPH and LUTS increases with age. Androgens, estrogen, stroma-epithelial interactions, growth factors (GF) and neurotransmitters may have a role in BPH both separately and in combination. The diagnosis of BPH is obtained based on the patient's medical history, by using the International prostate symptom score (IPPS) and prostate examination by digital rectal examination (DRE). PSA examination can be used as a marker of BPH in which PSA levels in the blood increase when prostate enlargement occurs. Additional examinations for BPH include uroflowmetry, urine PVR, cystouretroscopy, radiological examination and prostate biopsy. Management for BPH consists of waiting and paying attention to patients with mild symptoms of LUTS, pharmacological treatment and surgery. Keywords : hyperplasia, prostatic, urine