Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Hubungan antara Persen Penutupan dan Simpanan Karbon Lamun Mashoreng, Supriadi; Selamat, Muhammad Banda; Amri, Khairul; La Nafie, Yayu Anugerah
Jurnal Akuatika Indonesia Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (27.83 KB)

Abstract

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang berperan sebagai penyimpan karbon yang cukup penting. Diperlukan metode untuk mengestimasi karbon tersimpan lamun dengan memanfaatkan citra satelit sehingga dapat dilakukan secara cepat, mudah dan murah. Sebagai tahap awal untuk mengestimasi karbon tersimpan menggunakan citra satelit, diperlukan model hubungan antara tutupan jenis lamun dengan karbon tersimpannya sebagaimana yang dilakukan pada penelitian ini. Penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober 2016 di Pulau Barranglompo Makassar. Penelitian diawali dengan mengambil biomassa 6 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule uninervis, Halophila ovalis dan Syringodium isoetifolium pada area seluas 25cm x 25 cm. Pengambilan biomassa setiap jenis lamun dilakukan untuk masing-masing jenis dengan 10 tingkatan persentase tutuapn lamun. sebanyak 10 kali pada persen tutupan jenis lamun yang berbeda-beda, mulai dari tutupan rendah sampai tutupan tertinggi yang ditemukan di lapangan. Penentuan penutupan lamun dilakukan dengan cara visual pada plot berukuran 50cm x 50cm. Selanjutnya dilakukan analisis karbon organik jaringan lamun (daun, rhizoma, akar dan seludang) masing-masing jenis, dengan ulangan 5 kali.  Hasil perkalian antara biomassa lamun dengan kandungan karbonnya merupakan karbon tersimpan lamun tersebut. Hubungan antara persen tutupan jenis lamun dan karbon tersimpan dianalisis menggunakan regresi polynomial.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada semua jenis lamun yang diamati, hubungan antara persen tutupan dengan simpan karbonnya mempunyai hubungan positif yang kuat. Koefisien determinasi, r2 berkisar 0,7413-0,9838 untuk simpanan karbon bagian bawah dan 0,8017-0,9683 untuk simpanan karbon bagian atas.
Hubungan antara Persen Penutupan dan Simpanan Karbon Lamun Mashoreng, Supriadi; Selamat, Muhammad Banda; Amri, Khairul; La Nafie, Yayu Anugerah
Jurnal Akuatika Indonesia Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (27.83 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v3i1.18000

Abstract

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang berperan sebagai penyimpan karbon yang cukup penting. Diperlukan metode untuk mengestimasi karbon tersimpan lamun dengan memanfaatkan citra satelit sehingga dapat dilakukan secara cepat, mudah dan murah. Sebagai tahap awal untuk mengestimasi karbon tersimpan menggunakan citra satelit, diperlukan model hubungan antara tutupan jenis lamun dengan karbon tersimpannya sebagaimana yang dilakukan pada penelitian ini. Penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober 2016 di Pulau Barranglompo Makassar. Penelitian diawali dengan mengambil biomassa 6 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule uninervis, Halophila ovalis dan Syringodium isoetifolium pada area seluas 25cm x 25 cm. Pengambilan biomassa setiap jenis lamun dilakukan untuk masing-masing jenis dengan 10 tingkatan persentase tutuapn lamun. sebanyak 10 kali pada persen tutupan jenis lamun yang berbeda-beda, mulai dari tutupan rendah sampai tutupan tertinggi yang ditemukan di lapangan. Penentuan penutupan lamun dilakukan dengan cara visual pada plot berukuran 50cm x 50cm. Selanjutnya dilakukan analisis karbon organik jaringan lamun (daun, rhizoma, akar dan seludang) masing-masing jenis, dengan ulangan 5 kali.  Hasil perkalian antara biomassa lamun dengan kandungan karbonnya merupakan karbon tersimpan lamun tersebut. Hubungan antara persen tutupan jenis lamun dan karbon tersimpan dianalisis menggunakan regresi polynomial.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada semua jenis lamun yang diamati, hubungan antara persen tutupan dengan simpan karbonnya mempunyai hubungan positif yang kuat. Koefisien determinasi, r2 berkisar 0,7413-0,9838 untuk simpanan karbon bagian bawah dan 0,8017-0,9683 untuk simpanan karbon bagian atas.
PRODUKTIVITAS KOMUNITAS LAMUN DI PULAU BARRANGLOMPO MAKASSAR Supriadi -; Richardus F. Kaswadji; Dietrich G. Bengen; Malikusworo Hutomo
Jurnal Akuatika Vol 3, No 2 (2012): Jurnal Akuatika
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.728 KB)

Abstract

Lamun merupakan salah satu ekosistem penting di perairan pesisir dan laut dangkal karena mempunyai banyak peran, baik secara ekologis maupun secara ekonomis. Lamun merupakan produser primer pada struktur tingkatan trofik yang menghasilkan bahan organik melalui proses fotosintesis, dan menjadi salah satu kunci dari peran lamun. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk menentukan besar produktivitas daun dan rhizoma lamun serta kontribusi masing-masing jenis lamun terhadap produktivitas.  Penelitian dilakukan di Pulau barranglompo Makassar.  Pengamatan produktivitas dilakukan dengan metode penandaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas daun lamun berkisar antara 0.604-1.494 gC/m2/hari, sedangkan produktivitas rhizoma berkisar antara 0.013-0.050 gC/m2/hari. Jenis Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii dan Cymodocea rotundata mempunyai kontribusi besar terhadap produktivitas lamun.  Kata kunci : lamun, produktivitas, dan pulau Barranglompo
KARAKTERISASI KONDISI KIMIA-FISIKA LINGKUNGAN PADA TINGKATAN DENSITAS MANGROVE YANG BERBEDA DI AMPALLAS, KABUPATEN MAMUJU, SULAWESI BARAT Rantih Isyrini; Shinta Werorilangi; Supriadi Mashoreng; Ahmad Faizal; Akbar Tahir; Rastina Rachim
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE VOLUME 3 NOMOR 2, 2017
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v3i2.3006

Abstract

Mangroves have numerous ecological functions as well as economical values. In order to achieve successful of mangrove restoration and regain its functions, understanding on the factors affecting the establishment of mangroves are required. This study examined the characteristics of physico-chemical factors from three compartments (sediment, interstitial and seawater) that associated with different mangrove densities in Ampallas, District of Mamuju, West Sulawesi. The Principal Component Analysis and Spearman correlation analysis showed that high densities of adult and seedling mangroves strongly correlated to higher organic contents, dissolved oxygen of interstitial water, seawater salinities and lesser pH of sediments, seawater and interstitial. The reverse conditions applied for the less mangrove densities and control site that had no mangrove. In most cases, there were reciprocal relationships amongst the studied variables.Keywords: chemical-physical factors, density, mangroves.
KARAKTERISASI SPEKTRAL KONDISI PADANG LAMUN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 OLI Taufikurrahman Taufikurrahman; Muhammad Banda Selamat; Supriadi Mashoreng
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE VOLUME 3 NOMOR 2, 2017
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v3i2.3014

Abstract

The high level of human activity in coastal areas has had an impact on seagrass beds. The advancement of satellite imaging technology makes monitoring seaweed conditions even easier. The purpose of this study was to identify the spectral reflectance patterns of different seagrass cover levels and make it the basis for mapping the seagrass condition on Barranglompo Island. Based on google earth has been determined 4 sampling stations that represent the spread of seagrass on Barranglompo Island. Each station is divided into 4 sub-stations from land to sea. Sampling of seagrass cover was carried out by the McKenzie (2003) method modified by close sampling, to 30 x 30 square meters following the spatial resolution of Landsat image 8. Each observation point was estimated the percentage of seagrass cover and the dominant species. Digital seagrass pixel extraction is performed from band 1 to 7 landsat 8 according to point position in the field and then grouped by cover class and condition. Seagrasses found in Barranglampo Island are 8 species: Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, Cymodocea rotundata, Cymodocea serulata, Halodule uninervis, Halodule pinifolia and Syringodium isoetifolium. In general, Enhalus acoroides and Thalassia hemprichii have higher closure than other seagrass species. The spectral reflection of seagrass landscape imagery 8 OLI channel 1 - 7 is good enough to show the seagrass condition in bad category, good enough, and good. Spectral reflection of the seagrass has a peak on the green channel. The worse the seagrass condition the higher the spectral reflection. Seagrass with bad conditions has a low cover so that other substrates such as sand will contribute to the spectral value recorded by satellite sensors. This result will facilitate mapping of seagrass condition on small islands by using Landsat 8 OLI image.Keywords: seagrass condition, spectral reflection, landsat 8, South Sulawesi
SERAPAN KARBON LAMUN Thalassia hemprichii PADA BEBERAPA KEDALAMAN Supriadi Mashoreng; Sheryl Alprianti; Wasir Samad; Rantih Isyrini; Dwi Fajriati Inaku
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE VOLUME 5 NOMOR 1, 2019
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v5i1.7031

Abstract

Ekosistem padang lamun merupakan ekosistem yang umum ditemukan di Kepulauan Spermonde, salah satunya adalah Gusung Bonebatang. Lamun mempunyai kemampuan menyerap karbon untuk proses fotosintesis sehingga berpotensi dalam  mitigasi perubahan iklim.  Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2017 untuk membandingkan penyerapan karbon oleh jenis Thalassia hemprichii  pada beberapa kedalaman perairan. Sampel lamun diambil pada daerah subtidal, kemudian daun lamun dibersihkan dari sedimen dan epifit. Metode perubahan oksigen digunakan untuk mengestimasi serapan karbon. Sebanyak 1 tunas T. hemprichii diinkubasi menggunakan botol kaca bening 70 ml. Inkubasi dilakukan pada jam 09.00-12.00 WITA pada kedalaman 50, 100, 150, 200 dan 250 cm dengan masing-masing 5 kali ulangan setiap kedalaman. Sebelum inkubasi, dilakukan pengukuran konsentrasi oksigen terlarut di perairan sebagai kandungan oksigen awal. Pengukuran oksigen di dalam botol bening kembali dilakukan setelah inkubasi. Selain oksigen terlarut, dilakukan juga pengukuran konsentrasi bikarbonat pada awal dan akhir inkubasi. Sebagai kontrol, inkubasi juga dilakukan pada air laut (mengandung fitoplankton) dengan 5 kali ulangan. Daun lamun yang telah digunakan untuk pengamatan serapan karbon diukur luasnya dengan cara men-scan daun lamun dan dianalisis menggunakan software Imaje-J. Selanjutnya dilakukan pengeringan menggunakan oven dan ditimbang untuk mengetahui biomassa keringnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serapan karbon per tunas berkisar antara 0,928-1,476 mgCO2/tunas/jam, per biomassa berkisar 10,647-25,745 mgCO2/gbk/jam, dan per luas daun berkisar 0,010-0,024 mgCO2/cm2/jam. Serapan karbon tertinggi didapatkan pada kedalaman 200 cm, baik serapan karbon per tunas, biomass maupun luas daun.
THE RELATIONSHIP BETWEEN SEAGRASS Thalassia hemprichii PERCENTAGE COVER AND THEIR BIOMASS Andi Mallombasi; Supriadi Mashoreng; Yayu A. La Nafie
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE VOLUME 6 NOMOR 1, 2020
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v6i1.9922

Abstract

Seagrass has many functions and values, including as carbon sink. However, to estimate carbon in seagrass, it involves seagrass biomass harvesting which is laborious, costly, and destructive. This study aimed to find out the relationship between seagrass Thalassia hemprichii percent cover with their biomass which will provide alternative method for biomass estimation leading to an efficient, less cost and less destructive method for seagrass carbon stock estimation. Seagrass were sampled in Bonebatang island, South Sulawesi, and estimated their percent cover following SeagrassWatch Method from different seagrass condition and sediment type, as well as harvested for their biomass. In the lab, seagrass biomass was dried. Data was analyzed by using simple regression analysis. Results showed that there is a relatively strong relationship between percent cover and the belowground, aboveground and total biomass (R2 = 0.70; 0,81 and 8,3, respectively). Seagrass percent cover (seagrass health status, i.e. healthy, moderate and poor) also resulted a relatively strong influence on total seagrass biomass (R2>50%). However, apart from segarss percent cover, some other parameters are needed to be taken into consideration, such as seagrass densities and seagrass morphologies
SEAGRASS DISTRIBUTION BASED ON THEIR SEDIMENT CHARACTERISTICS IN PUNTONDO WATERS, TAKALAR DISTRICT, SOUTH SULAWESI, INDONESIA MUH.AQRAM RAMADHAN; Yayu A. La Nafie; Syafiuddin; Supriadi Mashoreng; Mahatma Lanuru
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE VOLUME 7 NOMOR 2, 2021
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v7i2.14167

Abstract

Seagrass distribution is influenced by many factors, including sediment characteristics. This study aims to determine the distribution of seagrass based on their sediment characteristics. Observations and sampling were carried out in the waters of the Puntondo Bay, Takalar Regency. This study observed the cover and density of seagrass species, water depth, water transparency, sediment’s total organic matter and size of sediment grains. There were five species of seagrass found in the area, namely Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis and Syringodium isoetifolium with sediment types of medium sand and coarse sand. Results of the regression analysis showed that the relationship between sediment particle size and seagrass density with the  highest coeficient determination (R2=0,3346) was in seagrass Cymodocea rotundata, whereas the lowest was in  Syringodium isoetifolium. Keywords: Seagrass, Puntondo, aters, Sediment grain size, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium.
PERUBAHAN KONSENTRASI NITRAT DAN FOSFAT PADA SEDIMEN SEBAGAI DAMPAK DARI KERUSAKAN LAMUN AKIBAT JANGKAR KAPAL Supriadi Mashoreng; Muh. Hatta; Rahmadani Tambaru; Rahima Rahman
Maspari Journal : Marine Science Research Vol 14, No 1 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/maspari.v14i1.15813

Abstract

Padang lamun yang berada di perairan dangkal sangat rawan terhadap gangguan oleh aktivitas masyarakat. Salah satu kerusakan lamun yang umum terjadi adalah tercabutnya lamun ketika jangkar kapal yang ditambatkan pada area lamun diangkat. Lamun yang tercabut sedikit demi sedikit lama kelamaan akan menyisakan area yang rusak (tidak ditumbuhi lamun). Dampak selanjutnya adalah resuspensi sedimen yang mudah terjadi akibat ombak. Diduga resuspensi sedimen melepaskan beberapa kandungan bahan yang ada, antara lain nutrien. Penelitian dilakukan untuk melihat dampak kerusakan lamun akibat jangkar kapal terhadap perubahan konsentrasi nutrien, khususnya nitrat dan fosfat. Penelitian dilakukan di tiga pulau yaitu Pulau Bonebatang, Pulau Bonetambung dan Pulau Barranglompo. Ketiganya termasuk di dalam gugusan Kepulauan Spermonde Makassar Propinsi Sulawesi Selatan.  Pengambilan sampel sedimen dilakukan pada area lamun yang sudah rusak (area bekas lamun) dan area lamun di sekitarnya yang berada pada lokasi yang digunakan oleh masyarakat menambatkan kapal. Pada ketiga pulau, masing-masing dilakukan pengambilan sampel pada 6 area bekas lamun yang mempunyai luas bervariasi dan area lamun di sekitarnya. Pada kedua area tersebut, dilakukan pengambilan sampel masing-masing sebanyak 3 kali. Sedimen setebal 10 cm pada bagian permukaan diambil menggunakan corer. Analisis nitrat menggunakan metode asam ascorbic dan analisis fosfat menggunakan metode brucin dengan pembacaan absorbansi menggunakan spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan konsentrasi nitrat dan fosfat pada sedimen akibat rusaknya lamun akibat jangkar kapal pada ketiga pulau. Semakin luas kerusakan lamun, maka semakin tinggi penurunan konsentrasi nitrat pada ketiga pulau, namun penurunan konsesntrasi fosfat hanya terlihat berhubungan dengan luas kerusakan lamun di Pulau Barranglompo.
Hubungan Antara Persen Penutupan dan Simpanan Karbon Lamun Supriadi Mashoreng; Muhammad Banda Selamat; Khairul Amri; Yayu Anugerah La Nafie
Akuatika Indonesia Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Akuatika Indonesia (JAkI)
Publisher : Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjadjaran, Grha. Kandaga (P

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.307 KB) | DOI: 10.24198/jaki.v3i1.23437

Abstract

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang berperan sebagai penyimpan karbon yang cukup penting.  Selama ini estimasi karbon tersimpan pada komunitas lamun masih dilakukan menggunakan metode pencuplikan secara langsung. Namun untuk kepentingan survey pada kawasan yang luas, cara tersebut membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu diperlukan metode untuk mengestimasi karbon tersimpan lamun dengan memanfaatkan citra satelit sehingga dapat dilakukan secara cepat, mudah dan murah. Sebagai tahap awal untuk mengestimasi karbon tersimpan menggunakan citra satelit, diperlukan model hubungan antara tutupan jenis lamun dengan karbon tersimpannya sebagaimana yang dilakukan pada penelitian ini. Penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober 2016 di Pulau Barranglompo Makassar. Penelitian diawali dengan mengambil biomassa 6 jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule uninervis, Halophila ovalis dan Syringodium isoetifolium pada area seluas 25cm x 25 cm. Pengambilan biomassa setiap jenis lamun dilakukan untuk masing-masing jenis dengan 10 tingkatan persentase tutuapn lamun. sebanyak 10 kali pada persen tutupan jenis lamun yang berbeda-beda, mulai dari tutupan rendah sampai tutupan tertinggi yang ditemukan di lapangan. Penentuan penutupan lamun dilakukan dengan cara visual pada plot berukuran 50cm x 50cm. Selanjutnya dilakukan analisis karbon organik jaringan lamun (daun, rhizoma, akar dan seludang) masing-masing jenis, dengan ulangan 5 kali.  Hasil perkalian antara biomassa lamun dengan kandungan karbonnya merupakan karbon tersimpan lamun tersebut. Hubungan antara persen tutupan jenis lamun dan karbon tersimpan dianalisis menggunakan regresi polynomial.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada semua jenis lamun yang diamati, hubungan antara persen tutupan dengan simpan karbonnya mempunyai hubungan positif yang kuat. Koefisien determinasi, r2 berkisar 0,7413-0,9838 untuk simpanan karbon bagian bawah dan 0,8017-0,9683 untuk simpanan karbon bagian atas.