Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

Interactions Between Environmental Factors and Zinc Concentrations in Porewater and Roots of Rhizophora sp. in Ampallas, Mamuju, West Sulawesi, Indonesia Rantih Isyrini; Shinta Werorilangi; Supriadi Mashoreng; Ahmad Faizal; Rastina Rachim; Akbar Tahir
Molekul Vol 13, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.762 KB) | DOI: 10.20884/1.jm.2018.13.1.380

Abstract

The study was to determine the concentrations of Zn in porewater and fine roots of Rhizophora sp., and to examine their interactions with mangrove densities and physico-chemical. Porewater samples, fine roots,  and sediments were collected in a 100 m2 plot at each site with different mangrove densities. The average Zn concentrations in mangrove roots in the study area were 0 – 58.21 mg/kg, suggested the capability of mangrove roots in retaining Zn. The average dissolved Zn concentrations in porewater were 0.63 mg/L – 3.50 mg/L, illustrated the amount of Zn bioavailable form and its potential release to the adjacent environment. The Zn concentrations in porewater did not correlate significantly with the densities of mangroves. The concentrations of Zn in roots increased as the densities were higher, which is possibly caused by the absence of mangrove at Site 1. The study discovered the important roles of organic content and silt/clay in Zn sorption thus affect Zn levels in porewater. The concentrations of Zn in mangrove roots increased as the pH of sediment and porewater decreased.
Kajian Stok Karbon Mangrove di Bebanga Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat Muhammad Syukri; Supriadi Mashoreng; Shinta Werorilangi; Rantih Isyrini; Rastina Rastina; Ahmad Faizal; Akbar Tahir; Sulaiman Gosalam
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 5 (2018): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL V KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (519.392 KB)

Abstract

Percepatan pemanasan global dan perubahan iklim terutama disebabkan oleh aktifitas manusia. Salah satu strategi untuk mitigasi pemanasan global dengan memanfaatkan ekosistem, misalnya ekosistem mangrove untuk menyerap dan menyimpan karbon dalam bentuk biomassa. Penelitian dilakukan untuk mengkaji stok karbon mangrove dilaksanakan pada bulan Mei 2016 di Kelurahan Bebanga Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Metode yang digunakan adalah non-destructive dengan pendekatan biomassa melalui persamaan allometrik. Asumsi yang digunakan adalah stok karbon sebesar 50% dari nilai biomassanya. Sampling dilakukan pada empat stasiun dengan kerapatan mangrove yang berbeda, mulai dari kategori jarang sampai kategori padat. Selain stok karbon juga dilakukan pengamatan tutupan kanopi menggunakan metode hemisperical photograph. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan enam jenis mangrove di lokasi penelitian, yaitu Rhizophora mucronata, R. apiculata, Sonneratia alba, Avicennia alba, A. marina, dan Bruguiera Gymnhorriza. Jenis mangrove yang mendominasi Stasiun 1 adalah R. apiculata dan S. alba, Stasiun 2 dan Stasiun 3 oleh jenis R. mucronata, sedangkan Stasiun 4 adalah jenis S. alba. Secara berturut-turut, total stok karbon pada Stasiun 1, 2, 3 dan 4 adalah: 342,86 ton C/ha, 689,29 ton C/ha, 1202,54 ton C/ha dan 357,25 ton C/ha. Jenis mangrove Rhizophora mucronata mempunyai kontribusi terbesar terhadap total stok karbon pada semua stasiun kecuali pada Stasiun 1 yang didominasi oleh Sonneratia alba. Hasil analisis regresi linear menunjukkan bahwa stok karbon dan tutupan kanopi mangrove tidak menunjukkan hubungan yang erat. Kata Kunci: biomassa mangrove, stok karbon mangrove, tutupan kanopi mangrove, mamuju. 
Dampak Budidaya Rumput Laut Terhadap Sebaran dan Biodiversitas Makrozoobentos Parman Parakkasi; Chair Rani; Radjuddin Syamsuddin; Nadjamuddin Nadjamuddin; Supriadi Mashoreng
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 6 (2019): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL VI KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (274.048 KB)

Abstract

Penelitian dilakukan untuk menganalisis dampak budidaya rumput laut terhadap sebaran dandiversitas makrozoobentos pada area budidaya dan sekitarnya. Penelitian dilakukan di PerairanPulau Karampuang Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat pada bulan September-November2017. Pengambilan sampel makrozoobentos dilakukan sebelum dan setelah dilakukan budidayarumput laut dalam area budidaya serta 25 m dan 50 m dari area budidaya. Substrat dasar diambilmenggunakan Grab Sampler, kemudian diayak dengan sieve net (mesh size 0,5 mm) untukmemisahkan pasir dengan sampel makrozoobentos. Sampel substrat juga diambil sebanyak 200gram untuk dianalisis kandungan bahan organik total, keasaman dan potensi redoks. Sampelmakrozoobentos selanjutnya dianalisis di bawah makroskop untuk menentukan jenis dan jumlahindividunya. Perbandingan kelimpahan dan indeks keanekeragaman, antar jarak dari area budidayadan antar waktu diuji menggunakan Analisis Varians, sedangkan hubungan kelimpahan dan indekskeanekaragaman makrozoobentos dengan faktor lingkungan dianalisis menggunakan korelasipearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 67 jenis dari 3 kelas ditemukan padapenelitian ini yang didominasi oleh gastropoda. Berdasarkan waktu sampling, kelimpahan danindeks keanekaragaman makrozoobentos cenderung mengalami penurunan pada minggu ke-6budidaya, namun berdasarkan jarak dari area budidaya, tidak terlihat adanya perbedaan padakelimpahan maupun indeks keanekaragaman makrozoobentos antara area budidaya dan sekitararea buddidaya. Faktor lingkungan yang mempunyai korelasi kuat dengan kelimpahan dan indekskeanekaragaman makrozoobentos adalah kandungan bahan organik total dan potensi redokssedimen. Secara umum pada penelitian ini terindikasi adanya pengaruh perubahan terhadapmakrozoobentos setelah 1,5 bulan budidaya, dan pengaruh tersebut masih didapatkan sampai padajarak 50 meter dari area budidaya.Kata kunci: Dampak budidaya rumput laut, sebaran makrozoobentos, diversitas makrozoobentos, Pulau Karampuang  
Kepadatan Bakteri Simbion Rumput Laut (Eucheuma spinosum) yang Berasal dari Perairan Puntondo, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Rahmayanti S; Arniati Massinai; Supriadi Mashoreng
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 6 (2019): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL VI KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.28 KB)

Abstract

Umumnya organisme yang hidup di laut bersimbion dengan bakteri, termasuk rumput lautEucheuma spinosum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan bakteri simbionrumput laut Eucheuma spinosum yang dibudidayakan di perairan Puntondo, Kabupaten Takalar.Pengambilan sampel dilakukan pada 5 stasiun disepanjang pantai perairan Puntondo. Inokulsisuspensi bakteri dengan metode tuang, perhitungan jumlah bakteri dengan metode angka lempengtotal. Hasil perhitungan didapatkan kepadatan bakteri simbion rumput laut Eucheuma spinosumsecara berurutan dari jumlah yang tinggi ke rendah stasiun 4 (2,49 x 10 5 cfu/g), stasiun 2 (2,48 x10 5 cfu/g), stasiun 5 (2,34 x 10 5 cfu/g), stasiun 3 (1,62 x 10 5 cfu/g) dan stasiun 1 (1,23 x 10 5 cfu/g).Berdasarkan morfologi koloni yaitu bentuk, elevasi, tepi, tekstur dan warna didapatkan 5 isolatbakteri yang berbeda.Kata kunci: bakteri simbion, rumput laut, Eucheuma spinosum.
Serapan Karbon Lamun Thalassodendron ciliatum di Perairan Panrangluhu Kabupaten Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan Supriadi Mashoreng; Rahima Rahman; Nurdina A. Rahman; Fathin Nur Rahman
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 6 (2019): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL VI KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.243 KB)

Abstract

Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2019 untuk mengestimasi penyerapan karbon oleh jenisThalassodendron ciliatum pada beberapa kedalaman perairan. Sampel lamun diambil utuh,kemudian daun lamun dibersihkan dari sedimen dan epifit. Metode perubahan oksigen digunakanuntuk mengestimasi serapan karbon. Sebanyak 1 tunas T. ciliatum diinkubasi menggunakan botolkaca bening dan gelap dengan volume 270 ml. Inkubasi dilakukan pada jam 09.00-12.00 WITApada kedalaman 50, 100 dan 150 cm dengan masing-masing 5 kali ulangan setiap kedalaman.Sebelum inkubasi, dilakukan pengukuran konsentrasi oksigen terlarut di perairan sebagaikandungan oksigen awal. Pengukuran oksigen di dalam botol beningdan gelap kembali dilakukansetelah inkubasi. Sebagai kontrol, inkubasi juga dilakukan pada air laut (mengandungfitoplankton) dengan 5 kali ulangan. Daun lamun yang telah digunakan untuk pengamatan serapankarbon diukur luasnya dengan cara men-scan daun lamun dan dianalisis menggunakan softwareImage-J. Selanjutnya dilakukan pengeringan menggunakan oven dan ditimbang untuk mengetahuibiomassa keringnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serapan karbon per tunas berkisarantara 3,84-6,52 mgCO 2 /tunas/jam, per biomassa berkisar 28,51-48,45 mgCO 2 /gbk/jam, dan perluas daun berkisar 0,08-0,13 mgCO 2 /cm 2 /jam. Serapan karbon tertinggi didapatkan padakedalaman 150 cm, baik serapan karbon per tunas, biomass maupun luas daun. Berbeda denganpenyerapan karbon, pelepasan karbon relatif sama antar kedlaman. Pelepasan karbon per tegakanberkisar antara 3,18-3,91 mgO 2 /tegakan/jam, per biomassa daun berkisar 23,67-29,08 mgO 2 /gberat kering/jam dan per luas daun berkisar 0,30-0,034 mgO 2 /cm 2 /jam.Kata kunci: serapan karbon, lamun, Thalassodendron ciliatum, Panrangluhu Bulukumba,karbondiokasida, pemanasan global.
SEDIMENT ORGANIC MATTER CONTENT BASED ON THE DIFFERENT AGES OF MANGROVE VEGETATION IN THE LANTEBUNG MANGROVE ECOTOURISM AREA, MAKASSAR Supriadi Mashoreng; Muh. Hatta; Rusti Rusti
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE VOLUME 8 NOMOR 1, 2022
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v8i1.19589

Abstract

Salah satu peran ekosistem mangrove bagi lingkungan adalah sebagai penyedia bahan organik melalui serasah yang jatuh. Serasah tersebut sebagian besar didekomposisi oleh bakteri pada sedimen, sebagian lainnya diekspor ke ekosistem lain dan sebagian kecil dimanfaatkan langsung oleh biota. Kandungan bahan organik pada sedimen diduga berkaitan dengan umur vegetasi mangrove. Penelitian dilakukan di kawasan ekowisata mangrove Lantebung Kota Makassar. Sebanyak empat stasiun sampling dibuat untuk menganalisis kandungan bahan organiknya. Stasiun tersebut ditempatkan berdasarkan jarak dari darat dengan asumsi bahwa semakin jauh dari darat, maka umur vegetasi mangrove semakin muda. Analisis bahan organik pada sedimen dilakukan menggunakan metode pembakaran pada suhu tinggi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga jenis mangrove yaitu Avicennia marina, Rhizophora mucronata dan Excoecaria agallocha. Jenis A. marina dominan pada bagian dalam dan tengah, sedangkan R. mucronata dominan pada bagian luar. Kandungan bahan organik sedimen berkisar 5,77-7,40% dengan rata-rata 6,68±0,68%. Pada lapisan sedimen 0-30 cm, terlihat bahwa semakin muda umur vegetasi mangrove maka kandungan bahan organik semakin kecil. Namun pada lapisan sedimen di bawahnya kandungan bahan organik relatif sama antar umur vegetasi yang berbeda. Total bahan organik pada kawasan mangrove Lantebung yang dijadikan sebagai area ekowisata (6,5 ha) sebesar 2.769 ton atau rata-rata 426 ton per hektar.
DENSITY AND DISTRIBUTION PATTERNS OF FULL-BLOODED CLAM (GELOINA EXPANSA; MOUSSON, 1849) IN MANGROVE ECOSYSTEMS Nuryani Khadijah Syahputri; Supriadi Mashoreng; Abdul Haris; Chair Rani; Yayu A. La Nafie
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE VOLUME 9 NOMOR 1, 2023
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v9i1.19757

Abstract

Geloina expansa is a clam found in mangrove forests. The high level of public consumption and high economic value, is suspected as the cause of overfishing. It is not impossible that continuous harvesting will result in a decrease in the population of G. expansa. The habitat of G. expansa has experienced a lot of land conversion and this will result in a decrease in the natural carrying capacity of its habitat. The purpose of this study was to determine the distribution and density, distribution pattern and size distribution of the population of G. expansa based on the ecology of its habitat in West Malangke waters. The method was carried out randomly, the transect was placed in a 5x5 m2 sample plot with 3 replications and collected directly by hand. Sampling was carried out on each plot at the lowest ebb. Environmental parameters measured in the field included salinity, temperature and substrate while parameters measured in the laboratory were total organic matter (TOM). The density value of G. expansa in the intertidal zone was 9.90 ind/m2 while in the subtidal zone it was 0.78 ind/m2. The distribution pattern found in the intertidal and subtidal zones is clustered. The size distribution of G. expansa in the intertidal zone found that the dominant G. expansa was adult size, and the lowest was in the old size class while in the subtidal zone the dominant size was young and the lowest was in the old size class. Zone and type of substrate affect the existence of G. expansa. G. expansa was found more in the intertidal zone than in the subtidal zone and clay-type of substrates were a determining factor for the presence of full-blooded clams while clay and sand-type substrates were limiting factors for the presence of full-blooded clams.
ANALYSIS OF THE OCEANOGRAPHIC CONDITIONS OF MEOSBEKWAN ISLAND (RAJA AMPAT DISTRICT) FOR THE SUITABILITY OF SEAWEED CULTIVATION Mahatma Lanuru; Khairul Amri; Supriadi Mashoreng; Dahlan Dahlan; Yunus Paulangan
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE VOLUME 9 NOMOR 2, 2023
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v9i2.27367

Abstract

Seaweed cultivation is an alternative community livelihood that potentially helping to reduce pressure on coral reefs in the area of Raja Ampat Archipelago. This study was aimed to conduct an oceanographic analysis of the waters of Meosbekwan Island (Raja Ampat Regency) for the suitability of seaweed cultivation. Oceanographic data collection was carried out at three points (M1, M2, and M3) on the western side of Meosbekwan Island. Analysis of suitability for aquaculture was initiated with an analysis of key parameters, i.e., depth, protection and shipping traffic. The suitability analysis was followed by an analysis of the oceanographic parameters of the waters by weighting them using a ranking system. Furthermore, the final stage of suitability analysis was to evaluate the feasibility level of seaweed cultivation. The results showed that the depth of the waters on the western side of Meosbekwan Island ranged from 1.3 m – 5.8 m with an average depth of 1.5 m in the south (M1), 2.2 m in the middle (M2), and 3.9 m to the north (M3). Wave height during the study ranged from 0.1 – 0.3 m with an average value of 0.25 m at all points. The velocity of the water currents ranged from 0.08 – 0.25 m/s. The salinity of the waters was relatively homogeneous (30 - 31 o/oo). Water temperature also has small and relatively homogeneous variations with a range of 30 - 31˚C. The brightness of the waters ranged from 2.5 – 3.5 m. The bottom of the waters on the west side of Meosbekwan Island generally consists of coarse sand, rubble, and seagrass vegetation Enhalus acoroides and Cymodocea sp. In general, the oceanographic conditions of the waters are suitable for the life and growth of seaweed. The results of the location suitability evaluation indicated that the waters on the western side of Meosbekwan Island were technically feasible to serve as a location for seaweed cultivation.
The estimation of carbon storage in the seagrass meadows of Badi Island Baharuddin, Nurazizah Pratiwi; Yaqin, Khusnul; Mashoreng, Supriadi
Akuatikisle: Jurnal Akuakultur, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Vol 7, No 2 (2023)
Publisher : Sangia Research Media and Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29239/j.akuatikisle.7.2.117-124

Abstract

Global warming is becoming increasingly apprehensive day by day, marked by the continued increase in levels of carbon dioxide (CO2) in nature. One of the efforts made to reduce the effects of global warming is biosequestration by empowering photosynthetic organisms, one of which is seagrass beds. This study aims to measure the density and percentage of seagrass cover, biomass value, and estimate carbon storage in seagrass biomass in the form of tissue at the top (leaves and upright stems) and tissue at the bottom (roots and rhizomes), as well as estimate carbon storage in sediments. Sampling was carried out using line transect and quadrant plot methods at each station. Calculation seagrass carbon storage using the Loss of Ignition (LOI) method at the Soil Chemistry Laboratory of the Pangkep State Agricultural Polytechnic, a total of 5 species of seagrass were found, namely Enhalus accoroides, Thalassia hemprichii, Halodule uninervis, Halopila ovalis, and Cymodocea rotundata. The average seagrass carbon storage on Badi Island is 18.92 gC/m2, or 0.189 MgC/ha. The species that act as the largest contributor to carbon storage are Cymodocea rotundata, namely 35.44 gC/m2, and Halopila ovalis, which acts as the lowest contributor to carbon storage, namely 1.92 gC/m2. The average seagrass carbon storage at the bottom of the substrate was three times greater than that at the top of the substrate, namely 14.10 gC/m2 at the bottom and 4.82 gC/m2 at the top. The average carbon storage in sediments is 10.98 gC/m2, or 0.109 MgC/ha.
ESTIMASI STOK KARBON BIOMASSA PADA EKOSISTEM MANGROVE MENGGUNAKAN DATA SATELIT DI PULAU NUNUKAN KABUPATEN NUNUKAN KALIMANTAN UTARA Marzuki; Nurjannah Nurdin; Inayah Yasir; Supriadi Mashoreng; Muhammad Banda Selamat
Majalah Ilmiah Globe Vol. 25 No. 1 (2023): GLOBE VOL 25 NO 1 TAHUN 2023
Publisher : Badan Informasi Geospasial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ekosistem mangrove mempunyai kemampuan yang sangat efektif dalam mengurangi konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) di alam. Estimasi stok karbon dapat dilakukan menggunakan teknologi penginderaan jauh yang mengacu pada indeks vegetasi dari suatu area. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Desember 2020 di Pulau Nunukan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi stok karbon permukaan (Above Ground Carbon) di Pulau Nunukan menggunakan citra Landsat-8 dan pengukuran in situ. Pengukuran nilai cadangan karbon di lapangan dengan menggunakan persamaan alometrik yang dihitung berdasarkan jenis vegetasi. Penggunaan citra Landsat-8 OLI dilakukan setelah pra-processing dengan koreksi geometrik dan radiometrik. Selanjutnya citra Landsat-8 OLI dilakukan klasifikasi unsupervised untuk menentukan batas wilayah sebaran mangrove, lalu ditransformasi ke persamaan Normalized Difference Vegetation Index (NDVI). Nilai NDVI dengan nilai stok karbon pada setiap titik sampel diuji dengan 3 jenis regresi. Dari 3 jenis uji regresi nilai R2 tertinggi ditetapkan sebagai persamaan untuk membangun model estimasi stok karbon permukaan. Dua jenis model estimasi stok karbon yang dibangun, yaitu model yang menggunakan seluruh jenis yang teridentifikasi sebagai sampel, dan model yang hanya menggunakan jenis dominan yang ditemukan pada wilayah kajian. Jenis mangrove yang mendominasi di Pulau Nunukan yaitu Rhizophora apiculata, sehingga jenis tersebut digunakan sebagai sampel dalam model estimasi stok karbon jenis dominan. Nilai R2 yang tertinggi dari persaaman regresi yang digunakan untuk mengestimasi stok karbon yaitu persamaan regresi kuadratik. Sehingga persamaan regresi kuadratik digunakan sebagai dasar model estimasi cadangan karbon. Nilai estimasi stok karbon permukaan (C) yang menggunakan model estimasi stok karbon seluruh jenis adalah 6.401.988,95 ton, sedangkan nilai estimasi stok karbon untuk model estimasi stok karbon jenis dominan adalah 5.616.404,46 ton.