Yeniar Indriana
Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro

Published : 58 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP METODE PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMAN 1 PANGKALAN KERINCI, RIAU Pramitasari, Amelia; Indriana, Yeniar; Ariati, Jati
Jurnal Psikologi Vol 9, No 1 (2011): April 2011
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.407 KB) | DOI: 10.14710/jpu.9.1.

Abstract

Biologi merupakan salah satu pelajaran yang sangat penting dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Biologi tumbuh seiring perkembangan zaman dan teknologi dan memiliki prosepek yang menjanjikan. Untuk dapat berhasil dan menghasilkan hasil yang optimal dalam pelajaran Biologi, guru perlu memperhatikan metode pembelajaran yang digunakan sehingga motivasi siswa untuk belajar Biologi dapat meningkat. Motivasi belajar Biologi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan dan memberikan arah pada kegiatan belajar pada pelajaran Biologi, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat dicapai. Salah satu metode pembelajaran yang kemungkinan dapat meningkatkan motivasi belajar adalah metode pembelajaran kontekstual. Penerapan metode pembelajaran kontekstual ini pada pelajaran Biologi akan dinilai oleh siswa baik secara kognitif maupun afektif. Persepsi siswa terhadap metode pembelajaran kontekstual akan mempengaruhi perilaku belajar siswa. Siswa yang memiliki persepsi positif akan memiliki motivasi belajar Biologi yang tinggi sedangkan siswa yang memiliki persepsi yang negatif terhadap pembelajaran kontekstual memiliki motivasi belajar Biologi yang rendah. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMAN 1 Pangkalan Kerinci berjumlah 153 orang siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah sampel jenuh. Alat ukur yang digunakan adalah skala persepsi terhadap pembelajaran kontekstual yang berjumlah 29 aitem (α = 0.919) dan skala motivasi belajar Biologi yang berjumlah 29 aitem (α = 0.914). Hasil analisis data dengan metode analisis regresi sederhana menunjukkan hasil rxy sebesar 0.804 dengan p = 0.000 (p<0.05). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap metode pembelajaran kontekstual dengan motivasi belajar Biologi. Efektifitas regresi dalam penelitian ini adalah sebesar 64.7%, artinya motivasi belajar Biologi siswa kelas XI IPA 64.7% ditentukan oleh persepsi terhadap pembelajaran kontekstual.Kata kunci: persepsi, pembelajaran kontekstual, motivasi belajar Biologi, siswa kelas XI IPA
DINAMIKA PSIKOLOGIS TAFAKUR PADA ANGGOTA THARIQAH QADIRIYYAH WA NAQSYABANDIYYAH DI PONDOK PESANTREN FUTUHIYYAH, MRANGGEN, DEMAK Mawarni, Nancy Indah; Indriana, Yeniar; Masykur, Achmad Mujab
Jurnal Psikologi Vol 3, No 2 (2006): Desember 2006
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.542 KB) | DOI: 10.14710/jpu.3.2.49 - 68

Abstract

Tafakur merupakan aktivitas perenungan pada alam semesta beserta isinya, yang melibatkan aspek kognisi, afeksi serta spiritualSeseorang yang bertafakur berarti memproses informasi yang didapatkan dari panca indera, melibatkan perasaan dalam memahami makhluk ciptaannya. Urgensi bertafakur adalah dalam rangka membiasakan aktivitasinternal manusia khususnya aspek kognisi dan afeksi sehingga memunculkan perilaku positif.             Penelitian dilakukan dalam latar belakang dunia tasawuf thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyyah yang erat kaitannya dengan usaha pembinaan diri serta peningkatan dimensi esoteris dalam dunia Islam. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif fenomenologis, dimana peneliti berusaha memahami dinamika pengalaman subjek sebagaimana subjek memandang dunia pengalamannya.             Hasil penelitian menunjukkan bahwa dinamika psikologis anggota thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyyah dalam bertafakur, yaitu suatu perenungan secarareflektif maupun kontemplatif tentang segala hal, meliputi segala fenomena dalam alam semesta maupun kehidupan pribadi dalam rangka menemukan hikmah, kemudian menimbulkan maupun memperkuat keimanan kepada Tuhan. Pola dinamika tafakur menunjukkan interaksi antara hati (aspek afeksi), akal (aspek kognisi) serta spiritual, kemudian menimbulkan pengalaman beragama.             Kesimpulan akhir dari penelitian ini adalah tafakur mendorong individu mengoptimalkan fungsi kognisi serta afeksi, kemudian akan membawa pengaruh yang positif bila ditransendensikan kepada Tuhan, sehingga banyak manfaatnya jika dilakukan secara intensif dan berkesinambungan.   Kata Kunci : tafakur, thariqah Qadiriyah wa Naqsyabandiyyah
TINGKAT STRES LANSIA DI PANTI WREDHA “PUCANG GADING” SEMARANG Indriana, Yeniar; Kristiana, Ika Febrian; Sonda, Andrewinata A.; Intanirian, Annisa
Jurnal Psikologi Vol 8, No 2 (2010): Oktober 2010
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.437 KB) | DOI: 10.14710/jpu.8.2.87-96

Abstract

Tingkat stres lansia penghuni panti merupakan menjadi fenomena yang menarik untuk diteliti. Gambaran mengenai tingkat stres dan faktor-faktor penyebab atau sumber stres bagi lansia di panti akan dapat memberikan manfaat bagi peneliti dan pihak-pihak di sekitar lansia untuk membantu mereka menjalani masa tua dengan sukses. Tingkat stres lansia panti diukur dengan asesmen stress yang diadaptasi dari sub bagian asesmen stres yang sudah tervalidasi yaitu Stress Assessment Tools : A self assessment Health Promotion Program Work Life staff Alameda-USA, sub bagian asesmen ke-2 dan ke-3 tentang sumber-sumber stres dan perubahan hidup. Subjek penelitian sejumlah 32 lansia Panti Wredha Pucang Gading Semarang menunjukkan tingkat stres yang tinggi dengan skor di atas 150 dengan 81,25% menunjukkan keluhan berat dan 18,75% menunjukkan keluhan sedang. Faktor-faktor yang menyebabkan stres bagi para lansia Panti Wredha ini dalam urutan 5 besar antara lain : perubahan dalam aktivitas sehari-hari, perubahan dalam perkumpulan keluarga, kematian pasangan, kematian anggota keluarga, dan perubahan dalam pilihan maupun kuantitas olahraga maupun rekreasi, dan perubahan dalam pekerjaan.Kata kunci: lansia, tingkat stress, Stress Assessment ToolsPermalink :
RELIGIOSITAS, KEBERADAAN PASANGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (SOCIAL WELL BEING) PADA LANSIA BINAAN PMI CABANG SEMARANG Indriana, Yeniar; Desiningrum, Dinie Ratri; Kristiana, Ika Febrian
Jurnal Psikologi Vol 10, No 2 (2011): Oktober 2011
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.877 KB) | DOI: 10.14710/jpu.10.2.184-193

Abstract

Succesfull aging atau memasuki masa tua dengan sukses tentu menjadi dambaan bagi semua individu yang memasuki usia dewasa akhir. Bagaimanapun tua tetap sebagai bagian dari rentang kehidupan individu sehingga tidak ubahnya seperti masa-masa sebelumnya bahwa kesejahteraan juga menjadi impian bagi yang menjalani masa ini. Memasuki masa lansia yang bahagia identik dengan kesiapan untuk menerima segala perubahan dalam aspek-aspek kehidupan. Sosial merupakan salah satu aspek yang mengalami perubahan cukup signifikan pada masa lansia. Banyak lansia yang mampu tetap optimal dalam bidang-bidang sosial dan mencapai kondisi yang dikatakan sejahtera atau dengan kata lain lansia tersebut mencapai kesejahteraan sosial. Kesejahteraan yang dicapai lansia ditengarai dipengaruhi oleh kondisi religiositas dan keberadaan pasangan. Penelitian merupakan penelitian korelasional dan komparasi dengan pendekatan kuantitatif yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal yang diolah dengan metode statistika. Dalam hal ini adalah hubungan antara religiositas dan kesejahteraan sosial pada lansia binaan PMI Semarang dengan mengkomparasi kelompok lansia yang masih memiliki pasangan hidup dan tidak memiliki pasangan hidup. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis korelasi bivariate Kendal dan diperoleh hasil dengan taraf signifikansi 5% keberadaan pasangan hidup berkorelasi negative dengan kesejahteraan sosial sebesar -0,153 dan dengan religiositas sebesar -0,052. Hal ini berarti bahwa keberadaan pasangan tidak meningkatkan kesejahteraan sosial maupun religiositas pada lansia. Hasil lain yang diperoleh dari uji statistic di atas adalah adanya korelasi positif antara religiositas dengan kesejahteraan sosial pada lansia dengan koefisien korelasi sebesar 0,434.Kata kunci : keberadaan pasangan hidup, religiositas, sosial well-beingPermalink : http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/2900
MAKNA ANAK TUNA DAKSA BAGI IBU The Meaning of Children with Physical Disability for a Mother Suri, Oni Ranita; Indriana, Yeniar
Jurnal EMPATI Jurnal Empati: Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017 (Juli 2017)
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/empati.2017.19756

Abstract

Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada sepasang suami istri. Tidak semua anak lahir dan dibesarkan dengan kondisi yang sama, misalnya anak-anak yang terlahir dengan kekurangan atau hambatan fisik. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk menggambarkan makna anak bagi Ibu yang memiliki anak tuna daksa. Pendekatan kualitatif yang dipilih adalah fenomenologis deskriptif. Subjek pada penelitian ini adalah tiga orang Ibu yang memiliki anak tuna daksa. Pemilihan subjek dilakukan secara purposive dan snowball. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi pergeseran makna anak tuna daksa bagi Ibu dari makna yang negatif menjadi positif. Awalnya anak tuna daksa dimaknai sebagai pembawa beban psikologis untuk Ibu. Ibu merasa sedih, kecewa, khawatir, dan memiliki perasaan bersalah saat pertama kali mengetahui kondisi anak tuna daksa. Namun, seiring berjalannya waktu, pemaknaan anak sebagai beban semakin menghilang. Penerimaan diri Ibu, dukungan-dukungan dari orang-orang sekitar dan kasih sayang yang didapat dari kebersamaan antara Ibu dengan anak perlahan merubah persepsi Ibu terkait makna anak. Pada akhirnya anak memberikan makna yang positif bagi Ibu. Terdapat harapan-harapan Ibu pada anak tuna daksa. Harapan utama ketiga subjek adalah anak tuna daksa dapat menjadi normal seperti teman-teman seusianya. Perbedaan usia anak tuna daksa membentuk harapan yang berbeda pula pada tiap-tiap subjek. Harapan dari subjek  petama dan ketiga adalah anak tuna daksa dapat terus bersekolah untuk masa depan, sedangkan pada subjek kedua, anak tuna daksa dapat hidup mandiri dan bisa memiliki pasangan hidup.
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DUKUNGAN EMOSIONAL PEMBIMBING BALAI DENGAN OPTIMISME MENGHADAPI MASA DEPAN PADA REMAJA DI BALAI REHABILITASI SOSIAL ANAK “WIRA ADHI KARYA” UNGARAN Adiputri, Marcelina Khunti; Indriana, Yeniar
Jurnal EMPATI Jurnal Empati: Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017 (Januari 2017)
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (388.084 KB) | DOI: 10.14710/empati.2017.15092

Abstract

Putus sekolah merupakan salah satu masalah bagi remaja. Balai resos memberikan solusi bagi remaja yang putus sekolah, salah satunya dengan pembinaan keterampilan untuk bekerja. Bagi remaja putus sekolah yang tinggal di balai resos, sikap optimisme sangat diperlukan untuk menghadapi masa depan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara persepsi terhadap dukungan emosional pembimbing balai dengan optimisme menghadapi masa depan pada remaja di balai resos anak “Wira Adhi Karya” Ungaran. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putus sekolah, dengan sampel penelitian sebanyak 40 orang.Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling.Metode pengumpulan data menggunakan skala optimisme menghadapi masa depan sebanyak 22 aitem (α= 0,830) dan skala persepsi terhadap dukungan emosional sebanyak 38 aitem (α= 0,940). Metode analisis menggunakan analisis regresi sederhana dan hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang positif signifikan antara persepsi terhadap dukungan emosional dengan optimisme menghadapi masa depan dengan perolehan rxy = 0,493 ;p = 0,001 . Persepsi terhadap dukungan emosional memberikan kontribusi sebesar 24,3% terhadap optimisme menghadapi masa depan. Terdapat faktor lain sebesar 75,7% yang berperan namun tidak terungkap dalam penelitian ini.
KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DITINJAU DARI IDENTITAS DIRI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO Purba, Evi Junita; Indriana, Yeniar
Empati Vol 2, No 4 (2013): Empati Fak. Psikologi
Publisher : Empati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (41.856 KB)

Abstract

Beragamnya latar belakang geografis dan etnis di antara teman-teman, merupakan kondisi yang pertama kali dihadapi individu ketika memasuki dunia perkuliahan. Kondisi ini menuntut kemampuan mahasiswa tahun pertama dalam menjalin komunikasi yang baik dengan orang-orang baru di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara identitas diri dengan kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang.Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang. Sampel penelitian berjumlah 120 mahasiswa angkatan 2012, yang diperoleh melalui teknik simple random sampling. Alat pengumpulan data penelitian adalah Skala Kemampuan Komunikasi Interpersonal (35 aitem valid, a = 0,92) dan Skala Identitas Diri (34 aitem valid, a = 0,93) yang telah diujicobakan pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang.Data yang didapatkan berdasarkan hasil analisis regresi sederhana menunjukkan nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,22 dan s = 0,00 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara identitas diri dengan kemampuan komunikasi interpersonal. Semakin positif identitas diri maka akan semakin tinggi kemampuan komunikasi interpersonal. Sebaliknya, semakin negatif identitas diri maka kemampuan komunikasi interpersonal juga akan semakin rendah. Sumbangan efektif identitas diri terhadap kemampuan komunikasi interpersonal sebesar 5%. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa terdapat faktor lain sebesar 95% yang ikut berperan mempengaruhi kemampuan komunikasi interpersonal seperti faktor individu, faktor lingkungan, maupun faktor situasional.
PENGARUH PSIKOEDUKASI DARING TERHADAP INTENSI “HEALTH-SEEKING” INFORMAL PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DIPONEGORO Prabandari, Kirana; Indriana, Yeniar
Jurnal EMPATI Jurnal Empati Volume 7, Nomor 3, Agustus 2018
Publisher : Jurnal EMPATI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (528.521 KB)

Abstract

Intensi health-seeking informal adalah sebuah keputusan terencana yang dilakukan dengan cara mengkomunikasikan masalahnya pada orang terdekat (significant others) dengan tujuan untuk mendapatkan saran, dukungan, dan bantuan untuk menurunkan taraf permasalahan yang dimiliki. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh empat tema intervensi psikoedukasi daring yakni insomnia, self-injury, sindrom stockholm, dan bunuh diri yang diberikan selama tujuh hari terhadap intensi health-seeking informal. Hipotesis dalam penelitian ini ialah terdapat perbedaan skor intensi health-seeking informal yang signifikan pada subjek sebelum dan sesudah mendapat psikoedukasi daring. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan one-group pretest-posttest design. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro angkatan 2017. Subjek penelitian berjumlah 40 mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro angkatan 2017 yang didapatkan dengan menggunakan teknik two stages cluster random sampling. Pengumpulan data menggunakan skala intensi health-seeking informal (34 aitem dengan α = 0,914). Berdasarkan hasil analisis paired sample t-test menunjukkan adanya kenaikan yang signifikan pada skor intensi health-seeking informal pada subjek setelah mendapatkan psikoedukasi via daring/instagram (Msebelum = 100,23; SDsebelum = 9,407;  Msesudah = 101,68; SDsesudah = 9,975; t (39) = -2,243; p = 0,031), sehingga hipotesis yang diajukan oleh peneliti terbukti.Kata kunci: Intensi; Health-Seeking; Psikoedukasi; Daring; Mahasiswa 
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN AGRESIVITAS PADA SISWA KELAS XI SMK ISLAMIYAH ADIWERNA KABUPATEN TEGAL Ayunnisa, Ulya; Indriana, Yeniar
Jurnal EMPATI Jurnal Empati: Volume 7, Nomor 4, Tahun 2018 (Oktober 2018)
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (434.929 KB) | DOI: 10.14710/empati.2018.23435

Abstract

Masa remaja adalah masa dimana individu akan mengalami perubahan yang dapat memicu terjadinya agresivitas. Oleh karena itu, dibutuhkan peran kecerdasan emosional agar dapat mengendalikan dorongannya saat menghadapi konflik.  Agresivitas merupakan kecenderungan seseorang untuk menjadi agresif. Kecerdasan emosional adalah kemampuan memahami dan mengelola emosi diri sendiri maupun orang lain dan menggunakan perasaan tersebut untuk memandu pikiran dan tindakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan agresivitas pada remaja. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Islmiyah Adiwerna yang berjumlah 399 dengan sampel penelitian 199. Siswa yang dipilih menggunakan teknik cluster random sampling. Data yang dikumpulkan menggunakan dua buah skala yaitu skala agresivitas (20 aitem valid, α = 0,899) dan skala kecerdasan emosi (24 aitem, α = 0,888). Hasil penelitian ini menunjukkan koefisien korelasi rxy = -0,700 dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan diterima, yaitu terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara variabel kecerdasan emosional dengan agresivitas. Semakin tinggi kecerdasan emosional maka semakin rendah agresivitas. Sumbangan efektif yang diberikan oleh kecerdasan emosional terhadap variabel agresivitas sebesar 49 % dan sisanya 51 % dipengaruhi oleh sosial, kebudayaan, situasional, sumber daya dan media massa.
PENGALAMAN BEKERJA MENJADI CAREGIVER DI PANTI WREDHA: ANALISIS FENOMENOLOGIS INTERPRETATIF Ayu, Aprillia Sekar; Indriana, Yeniar
Jurnal EMPATI Jurnal Empati: Volume 9, Nomor 6, Tahun 2020 (Desember 2020)
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/empati.2020.30422

Abstract

Merawat adiyuswa khususnya di Panti Wredha merupakan hal yang jarang diminati individu untuk berkarir. Hal tersebut dikarenakan, mengurus adiyuswa dengan keunikannya masing-masing harus siap menerima segala konsekuensi dan mempersiapkan diri untuk menghadapi segala hal termasuk permasalahan yang terjadi. Seseorang yang bekerja membantu memenuhi segala kebutuhan maupun aktivitas adiyuswa selama berada di Panti Wredha disebut caregiver. Tujuan dari penelitian untuk menggambarkan bagaimana pengalaman bekerja menjadi caregiver di Panti Wredha. Fokus penelitian ini pada pengalaman bekerja menjadi caregiver hingga bertahan menjalani profesi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis yang melibatkan tiga partisipan berusia 30-31 tahun, telah bekerja kurang lebih 10 tahun dan menjadi caregiver tetap di Panti Wredha Dewanata. Partisipan dipilih menggunakan teknik purposive sampling serta menggunakan wawancara mendalam (in-depthh interview) sebagai teknik pengambilan data. Hasil dari penelitian ini yaitu, keputusan bekerja sebagai caregiver Panti Wredha, konsekuensi yang dirasakan ketika bekerja, dan bagaimana upaya bertahan dengan pekerjaan. Melalui penelitian ini, partisipan menyampaikan pengalamannya selama merawat adiyuswa, tantangan dan dampak selama bekerja, dukungan yang didapatkan, bagaimana upaya adaptasi yang dilakukan dan bagaimana cara partisipan bertahan menjalani pekerjaan tersebut. Kata kunci: bertahan, caregiver, panti wredhaÂ