Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search
Journal : ASPIRATOR - Journal of Vector-Borne Diseases Studies

Analisis Kondisi Lingkungan pada Kejadian Leptospirosis di Kabupaten Banyumas dengan Pendekatan Spasial: Environmental Conditions Analysis of Leptospirosis Incidence in Banyumas Regency with a Spatial Approach Janah, Miftakhul; Rejeki, Dwi Sarwani Sri; Nurlaela, Sri
Aspirator Vol 13 No 2 (2021): Jurnal Aspirator Volume 13 Nomor 2 2021
Publisher : Perkumpulan Entomologi Kesehatan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/asp.v13i2.4837

Abstract

Abstract. Leptospirosis is still becoming a public health problem in Indonesia. Banyumas was one of the highest cases in Central Java by 2019 so it could be potentially endemic. GIS (Geographic Information System) is used to determine spatial patterns related to the environment. This research aimed to know the distribution and spatial grouping of leptospirosis in Banyumas 2019. The type of this research is an observational study with a cross-sectional spatial analysis design to observe the spreading and grouping pattern. The subjects of this study were 140 leptospirosis cases in Banyumas 2019. House coordinate was collected by using GPS (Global Positioning System). The data collection is done for a month. Data Analyzes was performed through ArcGIS 10.2, and SaTScan 9.7. The distribution of leptospirosis in Banyumas was spread over 14 districts, 45% cases in Cilongok, 25,71% cases were >56 years old, 62,1% cases were male, 40% cases were farmers. The results of the spatial analysis showed 77.14% cases in residential land use areas, 70% cases with moderate population density (5.00-1.249 people/km²), 62.85% cases in 0-199 altitude, 63.57% cases with low rainfall 500 meters, and significant grouping pattern with p-value = 0.009 primary which is located in Cilongok and Ajibarang. Leptospirosis spread over in residential land use areas, moderate population density, low altitude, low rainfall, no history of flooding, a radius of river 500 meters, and occurs clustering in Cilongok and Ajibarang. The location intervention of leptospirosis prevention and control can be prioritized in these areas. Abstrak. Leptospirosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Banyumas merupakan salah satu wilayah yang memiliki kasus tertinggi di Jawa Tengah pada tahun 2019 sehingga berpotensi terjadinya endemis. GIS (Geographic Information System) berguna untuk mengetahui pola spasial penyakit yang berkaitan dengan lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengetahui distribusi dan pengelompokkan leptospirosis secara spasial di Banyumas Tahun 2019. Jenis penelitian ini adalah studi observasional dengan desain analisis spasial cross-sectional untuk mengamati pola penyebaran dan pengelompokkan kasus. Sampel yang dikumpulkan adalah 140 kasus leptospirosis di Banyumas tahun 2019. Pengumpulan data koordinat rumah menggunakan Global Positioning System (GPS). Pengambilan data dilakukan selama 1 bulan. Analisis data dilakukan melalui ArcGIS 10.2, dan SaTScan 9.7. Hasil penelitian menunjukkan distribusi leptospirosis di Banyumas tersebar di 14 kecamatan, 45% kasus berada di Cilongok, 25,71% mayoritas penderita berumur >56 tahun, 62,1% laki-laki, dan 40% bekerja sebagai petani. Hasil analisis spasial menunjukkan 77,14% mayoritas penderita berada pada lahan pemukiman, 70% kepadatan penduduk sedang (5.00-1.249 jiwa/km²), 62,85% ketinggian 0–199 mdpl, 63,57% curah hujan rendah 500 meter, dan pola cluster terindentifikasi signifikan secara statistik dengan nilai p-value = 0,009 cluster primer berlokasi di Cilongok dan Ajibarang. Kejadian leptospirosis cenderung menyebar di tata guna lahan pemukiman, kepadatan penduduk sedang, ketinggian tempat rendah, curah hujan rendah, tidak ada banjir, radius sungai 500 meter, dan terjadi kluster di Cilongok dan Ajibarang. Lokasi intervensi pencegahan dan pengendalian leptospirosis dapat diprioritaskan daerah tersebut.