Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Adat Ipilah: A Traumatic Life Experience Lanawati Lanawati; Theresia Ivana
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia Vol 8, No 4 (2020): November 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26714/jkj.8.4.2020.425-434

Abstract

Adat Ipilah is a mandatory customary sanction given to women who are pregnant out of wedlock by the Dayak Ma'anyan tribe in Central Kalimantan, Indonesia as a form of sanction for social violations. Carried out on pregnant women in the first trimester, generally in the first pregnancy. Pregnant women will demonstrate in front of traditional and community elders. The implementation of Ipilah can be a stressor and affect the psychological health of pregnant women. The research was to explore the impact of the implementation of the Ipilah custom on the psychology of Dayak Ma'anyan women. Using qualitative methods with an interpretive phenomenology approach. Participants were selected using a purposive sampling technique. Data collection by in-depth interviews. Analyzed using interpretative phenomenological analysis. Get 6 themes; Disappointed with adat, forced to follow Ipilah, afraid of the sanctions that will be received, ashamed to interact with the community, pressured because cannot forget Ipilah, helpless with the situation. Ipilah sanction was a traumatic experience that had a negative psychological impact. Ipilah is a source of stressors that affect the lives of women who experience it. Whether it's psychological or social relations in society. 
Penyuluhan teknik manajemen stres thought stopping dan hipnotis lima jari bagi perempuan Suku Dayak Ma’anyan Lanawati Lanawati; Margareta Martini; Theresia Ivana
Transformasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 18 No. 1 (2022): Transformasi Juni
Publisher : LP2M Universitas Islam Negeri Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/transformasi.v18i1.4728

Abstract

[Bahasa]: Perempuan suku Dayak Ma’anyan terikat pada peraturan adat dalam perilaku sosialnya. Banyak aturan adat yang mengatur kehidupan perempuan pada suku tersebut. Contohnya seperti itampadi pada ibu postpartum dan adat Ipilah pada perempuan yang hamil di luar nikah. Aturan adat yang berlaku ini berpotensi menjadi sumber stressor pada kelompok perempuan tersebut. Oleh sebab itu, penyuluhan kesehatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada perempuan suku Dayak Ma’anyan terkait stres dan proses adaptasi serta manajemen stres dengan teknik thought stopping dan hipnotis lima jari. Penyuluhan ini menggunakan metode ceramah untuk meningkatkan pengetahuan peserta terkait stres dan proses adaptasi, sementara untuk teknik manajemen stres menggunakan metode demonstrasi. Keberhasilan penyuluhan dilakukan dengan mengukur pengetahuan dan kemampuan peserta dalam meredemonstrasikan teknik thought stopping dan hipnotis lima jari. Pre-test dan post-test diberikan untuk mengetahui perubahan pengetahuan peserta dan observasi digunakan untuk mengetahui demonstrasi. Hasil penyuluhan ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan pada kategori cukup sebesar 18,75% dan peningkatan pengetahuan pada kategori baik sebesar 6,25%. Ditemukan pula fakta bahwa 12,5% peserta justru mengalami penurunan pengetahuan. Peserta juga belum mampu secara mandiri menerapkan teknik manajemen stres yang diajarkan. Akan tetapi, secara menyeluruh peserta penyuluhan mampu memahami dan mempraktikan teknik manajemen stres yang diajarkan. Untuk mengoptimalkan kebermanfaatan penyuluhan kesehatan, kedua teknik manajemen stres perlu diberikan dalam bentuk audio atau audio visual. Kata Kunci: hipnotis lima jari, teknik manajemen stres, thought stopping, Suku Dayak Ma’anyan [English]: Ma'anyan Dayak women are bound by customary rules in their social behavior. There were a number of customary rules that regulate the lives of women in the tribe, for example, Itampadi for postpartum mothers and Ipilah for women who get pregnant before marriage. This customary rule has the potential to be a source of stress for this group of women. Therefore, this health education aims to provide understanding to Ma'anyan Dayak women related to stress and the adaptation process as well as stress management with thought-stopping techniques and five-finger hypnosis. The method used in this program was lecturing to increase participants’ knowledge about stress and the adaptation process, while a demonstration was utilized for stress management. The effectiveness of the counseling is measured through the participants’ knowledge and ability to re-demonstrate the thought-stopping techniques and five-finger hypnosis. A pre-test and post-test were administered to examine the increase in the participants’ knowledge and observations were designed to evaluate the demonstrations. The results showed an increase in the participants’ knowledge in the sufficient category by 18.75% and an increase in knowledge in the good category by 6.25%. It was also found that 12.5% ??of the participants experienced a decrease in knowledge. The participants have not been able to independently apply the stress management techniques. However, overall, the participants were able to understand and practice the stress management techniques. To optimize the benefits of health education, stress management techniques need to be provided in audio or audio-visual forms. Keywords: five finger hypnosis, stress management techniques, thought stopping, Ma'anyan Dayak Tribe  
PENERAPAN FUNGSI KELUARGA DAN PERAN LINTAS SEKTOR PADA KAMPUNG KELUARGA BERENCANA DI KALIMANTAN SELATAN Ermeisi Er Unja; Warjiman; Lanawati; Uniek Mulyaning Sari; Yunitia Insani; Oktriyanto; Theresia Ivana
Jurnal Keluarga Berencana Vol. 7 No. 2 (2022): Jurnal Keluarga Berencana
Publisher : Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (472.01 KB) | DOI: 10.37306/kkb.v7i2.103

Abstract

Melalui program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana), pemerintah menginginkan perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga melalui Program Kampung KB. Isu-isu strategis yang muncul salah satunya adalah rendahnya keluarga yang mengetahui delapan fungsi keluarga dimana peran keluarga dalam pembangunan karakter bangsa belum menggembirakan. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi penerapan delapan fungsi keluarga dan peran lintas sektor pada Kampung KB di Kalimantan Selatan. Penelitian ini merupakan cross sectional study dengan pendekatan mix method dimana data dikumpulkan menggunakan instrumen kuesioner 8 fungsi keluarga dan wawancara terstruktur. Sampel pada penelitian ini berjumlah 175 keluarga dan 8 orang informan yang tersebar di 5 Kampung KB Percontohan di 5 kabupaten/koti Provinsi Kalimantan Selatan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ke 8 fungsi keluarga yang dijalankan oleh setiap keluarga dalam kategori “Baik” dan “Cukup”. Semua fungsi terlihat beraneka ragam dari setiap kabupatennya. Peran lintas sektor dari setiap kabupaten baik instansi pemerintah maupun swasta, memiliki dampak yang besar dalam pengembangan pembangunan di masyarakat. Semakin banyak lintas sektor yang terlibat, maka semakin banyak perubahan yang terjadi di masyarakat menjadi lebih baik. Pemerintah disarankan untuk tetap bisa melanjutkan program Bangga Kencana dengan fungsi monitoring yang lebih baik lagi.
Tanda Gejala Depresi yang dialami Lansia di Salah Satu Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia di Kalimantan Selatan Esti Wintiawati Smara; Warjiman Warjiman; Lanawati Lanawati
Jurnal Medika Nusantara Vol. 2 No. 1 (2024): Februari : Jurnal Medika Nusantara
Publisher : Stikes Kesdam IV/Diponegoro Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59680/medika.v2i1.921

Abstract

Depression in the elderly is an issue that is often encountered in society. The aging process which results in a decrease in physical function can affect the psychological and social life of the elderly, thereby reducing the quality of life of the elderly. Changes in roles and changes in physical conditions and social life are risk factors that increase the potential for depression experienced by the elderly. The research aimed to describe the signs of depression experienced by the elderly at one of the PPRSLUs in South Kalimantan. It is using quantitative methods with a descriptive survey design. Data were collected using GDS-15 on 89 elderly people. The research results showed that 70% of elderly people were detected as having signs of depression. There are six symptoms that are most commonly experienced, namely feeling that life is empty, often feeling bored, often feeling helpless, feeling worthless in the current situation, feeling that the situation is hopeless, and feeling dissatisfied with one's life. Therefore, it is necessary to modify daily activities with the principles of group activity therapy, promotive and preventive health services for elderly mental health, as well as regular and consistent depression screening services.
Pencegahan Peningkatan Angka Kejadian Penyakit Tidak Menular Pada Remaja Melalui Program Edukasi Terintegrasi di SMAN 2 Jorong Anastasi Maratning; Margaretha Martini; Gertrudis Tutpai; Bernadetha Tri Handini; Maria Frani Ayu Andari Dias; Lanawati Lanawati; Aulia Rachman; Fransiska Dwi Hapsari; Ermeisi Er Unja
Sejahtera: Jurnal Inspirasi Mengabdi Untuk Negeri Vol. 3 No. 3 (2024): Sejahtera: Jurnal Inspirasi Mengabdi Untuk Negeri
Publisher : Universitas Maritim AMNI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58192/sejahtera.v3i3.2486

Abstract

The phenomenon of non-communicable diseases not only affects adults but is also beginning to threaten the adolescent age group. Research shows that adolescents often do not realize that behaviors they consider normal, such as consuming sugary drinks, spending hours in front of screens, and lack of exercise, significantly contribute to the risk of NCDs later in life. This community service activity will be conducted using methods including a pre-test, lecture, group discussion, and post-test. Before the activity begins, a pre-test will be administered to the participants to assess their initial knowledge about preventing non-communicable diseases in adolescents. Following that, the lecture method will be used to educate the adolescents about the prevention of non-communicable diseases, such as hypertension, diabetes mellitus, and cholesterol, as well as their risk factors. After the lecture, a group discussion and Q&A session between the presenter and the participants will be conducted. A post-test will be administered again one week later to assess the effectiveness of the education. A significant result of this activity is the increase in students' knowledge regarding the prevention of NCDs.
PENGALAMAN EMOSIONAL MENJADI CAREGIVER ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI PANTI ASUHAN BHAKTI LUHUR BANJARMASIN Sapariah Anggraini; Lanawati Lanawati; Annastasia Hoar Berek
JURNAL KEPERAWATAN SUAKA INSAN (JKSI) Vol. 7 No. 2 (2022): Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI)
Publisher : STIKES Suaka Insan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51143/jksi.v7i2.358

Abstract

Latar Belakang : Menjadi caregiver bagi anak berkebutuhan khusus bukanlah peran yang mudah. Tugas dan tanggung jawab Caregiver dapat menjadi beban yang berpotensi menimbulkan banyak masalah emosional dan mempengaruhi kesejahteraan psikologis caregiver. Kondisi mental emosional caregiver yang buruk dapat mempengaruhi pelayanan dan asuhan yang diberikannya kepada ABK. Sehingga, pengalaman caregiver dalam memaknai pengalaman hidupnya menjadi pengasuh profesional bagi anak-anak ABK menjadi penting untuk dieksplorasi. Tujuan Penelitian : Mengeksplorasi makna pengalaman caregiver Panti Asuhan Bhakti Luhur Banjarmasin dalam merawat ABK. Metode : Penelitian ini mengunakan metode Kualitatif dengan pendekatan Fenomenologi interpretatif. Pengumpulan data dilakukan menggunakan teknik indept interview dengan bantuan daftar pertanyaan yang sudah disusun peneliti. Analisis data dilakukan menggunakan teknik 7-steps of IPA. Partisipan berjumlah 5 orang yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Hasil : Penelitian ini menghasilkan 4 tema utama yaitu; (1) Realitas pekerjaan tidak sesuai teori, (2) Kondisi pencetus emosional, (3) Tujuan kerja tidak tercapai (4) Beban psikologis emosional caregiver Kesimpulan : Pengalaman caregiver yang terlibat dalam penelitian ini memaknai pengalamannya bahwa menjadi caregiver bagi ABK bukan suatu pekerjaan yang mudah. Tugas utama dan tambahan yang diberikan sering membuat caregiver merasa kelelahan, kejenuhan dan marah. Tugas dan beban yang tinggi inilah yang sering membawa stres dari tanggung jawabnya sebagai caregiver. Kata Kunci : ABK, Caregiver, Pengalaman Emosional
Perspektif Masyarakat Suku Banjar Terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) Emanuella, Amabel Ellian; Ivana, Theresia; lanawati, lanawati; Jamini, Theresia; Dias, Maria Frani Ayu Andari; Trihandini, Bernadeta
JURNAL KEPERAWATAN SUAKA INSAN (JKSI) Vol. 10 No. 1 (2025): Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI)
Publisher : STIKES Suaka Insan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51143/jksi.v10i1.635

Abstract

Perspektif masyarakat terhadap keberadaan ODGJ dipengaruhi nilai dan keyakinan budaya yang dimiliki, dan dapat memengaruhi kesiapan masyarakat menjalankan peran sosial sebagai sistem pendukung.  Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi perspektif masyarakat suku Banjar terhadap ODGJ menggunakan metode kualitatif. Data diperoleh melalui wawancara mendalam dengan tujuh informan, dipilih secara purposive sampling, dan dilakukan dalam bahasa daerah Banjar. Analisis data menggunakan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Hasil temuan menunjukan perspektif masyarakat suku Banjar serupa dengan perspektif masyarakat  suku lain di Indonesia, yaitu ODGJ dipandang tidak terurus, berpenampilan kotor, penyebabnya dikaitkan dengan faktor spiritual dan supranatural, dianggap berbahaya dan tidak mampu bersosialisasi, serta kurangnya kesadaran masyarakat terhadap tanggung jawab rehabilitasi. Disarankan adanya program edukasi untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan komunitas dalam menghilangkan stigma, serta pendekatan budaya dalam asuhan keperawatan jiwa