Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

PEMAAFAN PADA INDIVIDU YANG MENGALAMI PERSELINGKUHAN DALAM PERNIKAHAN: PEMAAFAN Maya Khairani; Dian Purnamasari
AN-NAFS Vol. 13 No. 01 (2019)
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.137 KB)

Abstract

Abstract Marital infidelity is one of the problems that often caused the breakdown of a marriage, which can be done by husband or wife. Forgiveness is considered as one of the effective efforts to resolve problems in marriage, including infidelity. This study aims to analyze gender differences in forgiveness between individuals who experience marital infidelity. The samples of this study were 60 persons (30 females and 30 males) selected through quota sampling. Data were collected using Transgression-Related Interpersonal Motivation (TRIM-18). Data analysis using Mann Whitney Test showed a significance value p = 0.000 (p<0.05), meaning there was a difference in forgiveness between females and males. Statistical analysis showed that females average score was lower compared to males, specifically 20,48 (females) < 40,52 (males), where the lower of the mean rank therefore the higher of the forgiveness level, and vice versa. It can be concluded that females tend to be more forgiving compared to males. Keywords : Forgiveness, Marital Infidelity, Gender Abstrak Perselingkuhan merupakan salah satu permasalahan yang kerap menjadi penyebab retaknya sebuah pernikahan yang dapat dilakukan baik oleh suami maupun istri. Pemaafan merupakan salah satu upaya efektif untuk menyelesaikan permasalahan dalam rumah tangga, termasuk masalah perselingkuhan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan pemaafan pada individu yang mengalami perselingkuhan dalam pernikahan ditinjau dari jenis kelamin. Sampel dalam penelitian ini adalah suami istri yang mengalami perselingkuhan sebanyak 60 orang (30 perempuan dan 30 laki-laki), dengan pengambilan sampel menggunakan teknik sampling kuota. Pengumpulan data menggunakan Transgression-Related Interpersonal Motivation (TRIM-18). Analisis data dengan menggunakan uji Mann Whitney menunjukkan nilai signifikansi p = 0,000 (p<0,05), artinya terdapat perbedaan pemaafan secara signifikan antara laki-laki dan perempuan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai rata-rata skor perempuan lebih rendah dibandingkan laki-laki, yaitu 20,48 (perempuan) ˂ 40,52 (laki-laki) dimana semakin rendah nilai mean rank maka semakin tinggi pemaafan, sebaliknya semakin tinggi nilai mean rank maka semakin rendah pemaafan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa perempuan memiliki tingkat pemaafan yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Kata kunci : Pemaafan, Perselingkuhan, Jenis Kelamin
RELIGIUSITAS DAN KECEMASAN KEMATIAN PADA DEWASA MADYA Liza Merizka; Maya Khairani; Dahlia Dahlia; Syarifah Faradina
AN-NAFS Vol. 13 No. 2 (2019): Psikologi Islam dan Solusi dalam Berbagai Aspek kehidupan
Publisher : UIR Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.544 KB)

Abstract

Middle adulthood has age range between 40-60 years and characterized by physical caused by biological changes such as generativity and health problems. When health decreases, individuals tend to feel more concerned about death. Death anxiety increases at this age compared to other ages. One of the effective strategies in dealing with death anxiety is to increase religiosity. The sampling technique used was incidental sampling. The total sample consisted of 60 middle-aged individuals (35 men and 25 women). Data were collected using the MRPI scale and Templer's Death Anxiety Scale. The results of data analysis using Spearman correlation technique showed correlation coefficient (r) = -0.461 with a significance value (p) = 0.004 (p <0.05) thus meant that there was negative correlation between religiosity and death anxiety in middle adulthood. This indicated that the higher the religiosity score, the lower the death anxiety score, and vice versa. Therefore, it can be concluded that religiosity is significantly correlated to death anxiety in middle-aged individuals. Keywords : Religiosity, death anxiety, middle adulthood Abstrak Masa dewasa madya biasa disebut dengan masa paruh baya atau masa peralihan dari dewasa awal menuju dewasa akhir yang memiliki rentang usia antara 40–60 tahun. Masa ini ditandai oleh adanya perubahan-perubahan fisik dikarenakan terjadinya perubahan secara biologis seperti generativitas dan menurunnya kesehatan. Saat kesehatan menurun, maka individu merasa lebih memikirkan akan kematian. Kecemasan terhadap kematian menjadi lebih meningkat pada usia ini dibandingkan dengan usia lainnya. Salah satu strategi yang efektif untuk menghadapi kecemasan kematian adalah meningkatkan religiusitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan kecemasan kematian pada dewasa madya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah insidental sampling. Sampel penelitian berjumlah 60 individu dewasa madya (35 laki-laki dan 25 perempuan). Pengumpulan data menggunakan skala MRPI dan DAS. Analisis data menggunakan teknik korelasi Spearman yang menunjukkan nilai (r) = -0,461 p = 0,004 (p < 0,05) sehingga dapat diartikan bahwa terdapat hubungan negatif antara religiusitas dengan kecemasan kematian pada dewasa madya. Hal ini mengindikasikan semakin tinggi skor religiusitas maka semakin rendah skor kecemasan kematian, demikian juga sebaliknya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa religiusitas berkaitan dengan kecemasan kematian pada dewasa madya. Kata kunci : religiusitas, kecemasan kematian, dewasa madya
Kepuasan Pasien Ditinjau dari Komunikasi Perawat-Pasien Maya Khairani; Desi Salviana; Abu Bakar
Jurnal Penelitian Psikologi Vol. 12 No. 1 (2021): Jurnal Penelitian Psikologi
Publisher : Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29080/jpp.v12i1.520

Abstract

Kepuasan pasien sebagai salah satu aspek penting dalam pelayanan kesehatan seringkali dilihat dari berbagai aspek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi perawat dengan kepuasan pasien. Sejumlah 95 pasien rawat inap di Rumah Sakit X menjadi responden dalam penelitian ini. Data dikumpulkan melalui Skala Komunikasi Perawat-Pasien dan Skala Kepuasan Pasien. Hasil analisis data dengan menggunakan korelasi pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara komunikasi perawat-pasien dengan kepuasan pasien. Dengan kata lain komunikasi efektif yang dilakukan oleh perawat terhadap pasien akan meningkatkan kepuasan para pasien. Penelitian ini berimplikasi pada budaya organisasi rumah sakit yang mengedepankan komunikasi efektif baik antar sesama tenaga kesehatan maupun dengan para pasien.
Developing Communication Book for Schizophrenia in Aceh: Prospects and Challenges Maya Khairani; Rizanna Rosemary; Risana Rachmatan; Lely Safrina
Jurnal Ilmu Perilaku Vol 5 No 1 (2021): Jurnal Ilmu Perilaku
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jip.5.1.76-91.2021

Abstract

he lack of media information about Schizophrenia in Aceh explains caregivers’ limited understanding of mental disorders. Research on patient discharge systems found that communication media about Schizophrenia were still limited, mostly in the form of posters, flyers, or booklets. There was no specific information about the mental illness needed by the family or caregivers after the patient's discharged from the hospital. This study aims to develop and test a communication medium that can support the recovery process of post-discharge patients from the Mental Health Hospital or Rumah Sakit Jiwa (RSJ) in Aceh. This action research was carried out through focus group discussions (FGDs), interviews, and surveys to health practitioners (mental health nurses, psychiatrists, psychologists, community leaders) and family or caregivers of Patients with Schizophrenia (PWS). The study found that messages about Schizophrenia which are developed through a community-based approach are likely to be better accepted than the expert-led information.
KELEKATAN DAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL DI KOTA BANDA ACEH Putri Soraiya; Maya Khairani; Risana Rachmatan; Kartika Sari; Arum Sulistyani
Jurnal Psikologi Vol 15, No 1 (2016): April 2016
Publisher : Faculty of Psychology, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (288.712 KB) | DOI: 10.14710/jpu.15.1.36-42

Abstract

Any married couple willing to have satisfaction in their marriage. However, not all couples could achievesatisfaction in their marriage. The quality of marriage was determined by three attachments style; secureattachment style, avoidant attachment style, and anxiety attachments style. This study aimed to investigate therelationship between attachment and marital satisfaction for early adulthood in Banda Aceh. This study used purposive sampling technique and selected 120 subjects (27 male and 93 female), mean of age 30.75 years old, mean of age marriage was 5-7 years, mean of children is 2. Data collected using ENRICH Marital Satisfaction (EMS) which developed by Fowers and Olson (15 statements, α= .962), and attachment scale (consist of 30items) compiled by researcher based on the theory of Hazan and Shaver (secure attachment α= .864, avoidant α= .877, anxiety α= .691). The results showed that there is a positive and significant correlation between secure attachment and marital satisfaction (rxy=.455; p =.000; p< .001). The result also showed that there is a negative and significant correlation between insecure attachment and marital satisfaction (rxy avoidant = - .460 ; p= .000; p< .001, rxy anxiety = - .231 ; p= .011; p< .05). Among the three attachment, secure attachment style has the highest significant relationship with marital satisfaction. It meant that the higher score of secure attachment style obtained, the higher satisfaction obtained by these couples.
Hubungan Stres dan Kesejahteraan (Well-being) dengan Moderasi Kebersyukuran Erlis Manita; Marty Mawarpury; Maya Khairani; Kartika Sari
Gadjah Mada Journal of Psychology (GamaJoP) Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.955 KB) | DOI: 10.22146/gamajop.50121

Abstract

This study aimed to determine the correlation of stress and well-being with gratitude moderation in early adults in Aceh. The method of this research was carried out using a quantitative approach. This study involved 349 early adults (264 female, 85 male) with age range of 20-40 years (M = 22.20) selected through the nonprobability sampling method with incidental sampling techniques. Individual’s stress levels were measured using the Perceived Stress Scale, well-being was measured using the Warwick-Edinburgh Mental Well-being Scale, and gratitude was measured using the Skala Bersyukur Indonesia. Data were analyzed using moderated regression analysis to test the research hypothesis. The results showed that stress had a significant negative relationship to well-being (β1 = -0.788; p < 0.05), then gratitude was able to moderate the relationship of stress and well-being (β3 = 3.257; p < 0.05). This study showed that there was a correlation between stress and well-being with gratitude moderation. It meant that grateful people focus on things that are grateful for every day, so that the impact on low stress levels and can improve individual well-being.
Program KEMAS untuk Menurunkan Kecemasan pada Dewasa Awal di Masa Pandemi Covid-19 Syifa Nabila; Maya Khairani; Kartika Sari; Syarifah Faradina
Gadjah Mada Journal of Professional Psychology (GamaJPP) Vol 7, No 2 (2021)
Publisher : Faculty of Psychology, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/gamajpp.69432

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Program Kemas bagi dewasa awal di masa pandemi Covid-19. Penelitian ini merupakan penelitian praeksperimen dengan desain satu kelompok prates-pascates. Penelitian dilakukan secara daring yang melibatkan 36 subjek yang diperoleh dengan teknik insidental. Data penelitian dikumpulkan melalui subskala kecemasan DASS-21 kemudian dianalisis menggunakan metode non parametrik, yaitu Wilcoxon signed-rank test dengan hasil koefisien (z) = -4,584, dan nilai signifikan (p) = 0,00 (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Program KEMAS bagi dewasa awal di masa pandemi Covid-19. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan kategori kecemasan pada subjek saat sebelum dan sesudah perlakuan, yaitu 80,6% subjek mengalami penurunan skor kecemasan; 13,9% berada pada skor kecemasan yang sama; 5,5% subjek mengalami peningkatan skor kecemasan.
Senyuman untuk Lansia di Masa Pandemi Maya Khairani; Samia Sakinah Mahdi; Syarifa Nessa; Rachmad Farazi; Trivia Febriyanti
Jurnal Studia Insania Vol 10, No 1 (2022)
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Humanities

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/jsi.v10i1.4896

Abstract

The COVID-19 pandemic demands everyone to adjust with new customs in everyday life. The implementation of social distancing has been an issue on it’s own for the elderly. Those who have to live separately from their families become further isolated due to these regulations. Psychological issues have began to emerge in the elderly such as feelings of loneliness, sadness from not being able to meet grandchildren, fear, anxiety, feelings of worry, etc. Responding to these issues, a video entitled “Senyuman untuk Lansia” or “A Smile for the Elderly”  was created to give encouragement to the elderly. 32 respondents (Mage = 66,02) partcipated in a survey to give their impression of the video. There are four major themes gathered from the surve, namely the impression, positive emotions, negative emotions, and hopes or expectations that arised after watching the video. 
Hubungan antara Mindfulness dengan Regulasi Emosi pada Guru yang Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus Irmayani Irmayani; Zaujatul Amna; Maya Khairani; Novita Sari
Psycho Idea Vol 21, No 1 (2023): Psycho Idea
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.863 KB) | DOI: 10.30595/psychoidea.v21i1.16156

Abstract

Guru yang mengajar anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah inklusi memiliki banyak tantangan dibandingkan guru non-inklusi. Secara tidak langsung tantangan dari pekerjaan tersebut berpengaruh terhadap emosinya, oleh karena itu dibutuhkan regulasi emosi yang baik. Salah satu strategi yang memengaruhi regulasi emosi yaitu mindfulness, karena mindfulness dapat membantu seseorang fokus pada proses dan tujuan hidup, serta mampu mengontrol pikiran agar tidak bereaksi secara berlebihan terhadap kondisi yang tidak menyenangkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterkaitan antara mindfulness dengan regulasi emosi pada guru yang mengajar ABK di sekolah inklusi di Aceh melalui pendekatan kuantitatif dengan metode korelasi. Sebanyak 116 guru sekolah inklusi terlibat sebagai sampel penelitian yang dipilih menggunakan teknik non probability sampling jenis insidental. Regulasi emosi diukur menggunakan Emotion Regulation Questionnaire (ERQ), sedangkan mindfulness diukur menggunakan Mindful Attention Awareness Scale (MAAS). Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara mindfulness dengan regulasi emosi pada guru yang mengajar ABK. Meskipun tidak terdapat hubungan diantara variabel, hasil menunjukkan guru memiliki regulasi emosi dan mindfulness yang tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi variabel tersebut.
Pengaruh Program Empathic Caring Consultation terhadap Professional Quality of Life Pada Psikolog Anya Asbar; Maya Khairani; Marty Mawarpury
JIP (Jurnal Intervensi Psikologi) Vol. 12 No. 2 (2020): Jurnal Intervensi Psikologi
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/intervensipsikologi.vol12.iss2.art3

Abstract

ABSTRACTThis study aims to determine the effect of the Empathic CaringConsultation (ECC) program on Professional Quality of Life (ProQOL) inpsychologists. This study involved seven psychologists. The researchsample was taken using purposive sampling method. The researchmethod used was one group pretest-post test design. ProQOL is measuredusing the Professional Quality of Life Version V scale, while theimplementation of ECC training refers to the concept of Prawitasari.Analysis using Wilcoxon signed-rank test with a significant value (p) =0.340 (BO); 0.932 (STS); 0.496 (CS) (p&gt; 0.05). The results of the studyshowed that there was no effect of the ECC program on ProQOL onpsychologists. This is because there are several variations of the threeProQOL components before and after treatment.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh programEmpathic Caring Consultation (ECC) terhadap Professional Quality ofLife (ProQOL) pada psikolog. Penelitian ini melibatkan tujuh psikolog.Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode purposivesampling. Metode penelitian yang digunakan adalah desain one groupprates-paskates. ProQOL diukur menggunakan skala ProfessionalQuality of Life Version V, sedangkan pelaksanaan pelatihan ECCmerujuk pada konsep Prawitasari. Analisis menggunakan wilcoxonsigned-rank test dengan nilai signifikan (p)=0.340 (BO); 0.932(STS);0.496(CS) (p&gt;0.05). Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapatpengaruh program ECC terhadap ProQOL pada psikolog. Hal initerdapat beberapa variasi dari tiga komponen ProQOL sebelum dansesudah pemberian perlakuan.