Pemahaman tentang hakikat Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta ritual upacara (yadnya) yang dilakukan umat Hindu memiliki dinamika yang berbeda antara sebelum pandemi Covid-19 dengan saat pandemi. Sebelum pandemi, pemahaman umat Hindu mayoritas terpaku pada aspek Personal God (Saguna Brahman), serta dalam praktik pemujaannya sangat tergantung pada nyasa rupa. Sebaliknya pemahaman Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam tataran Impersonal God sangat jarang dipahami dan dipelajari. Begitu pula dalam pelaksanaan yadnya, tidak jarang tingkatan uttama selalu menjadi pilihan, meskipun taraf ekonomi kurang mendukung karena orientasinya justru adalah hasrat sosial. Hal inilah yang menyebabkan ajaran Hindu terkesan kaku bagi sebagian kalangan. Selain itu komodifikasi dan profanisasi juga kerap mengiringi perjalanan kehidupan religi dan sosio-kultural umat Hindu, terutama di daerah pariwisata. Adanya pandemi Covid-19 dapat dimaknai secara positif untuk merefleksi kembali sekaligus introspeksi diri terhadap pergeseran dan distorsi pemaknaan yang telah terjadi. Pndemi Covid-19 juga dapat menjadi momentum untuk meninjau kembali fleksibilitas pemahaman akan Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta pelaksanaan yadnya agar selaras dengan standar protokol pencegahan Covid-19. Untuk jangka panjang, hal ini penting dalam mewujudkan tatanan baru yang mencerminkan wajah Hindu yang fleksibel, baik dalam pemahaman maupun pelaksanaannya secara berkesinambungan pasca pandemi.