Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA PICTURE STORIES DAN METODE VOCABULARY GAMES DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS RECOUNT PESERTA DIDIK SMP N DI KECAMATAN SLEMAN Kurniawati, Rika; Widyantoro, Agus
Diksi Vol. 24 No. 1: DIKSI MARET 2016
Publisher : Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (879.849 KB) | DOI: 10.21831/diksi.v24i1.11504

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiprestasi membaca peserta didikyang diajar menggunakan media picture stories, metode vocabulary games, dan metodetradisional dan perbedaan yang signifikan dalam prestasi membaca antara peserta didikyang diajar menggunakan media picture stories dan metode vocabulary games denganpeserta didik yang diajar menggunakan metode tradisional. Jenis penelitian ini adalahquasi experiment dengan desain pretest-posttest, nonequivalent control group design.Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII di seluruh SMP Negeri dikecamatan Sleman. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik cluster random sampling.Teknik analisis data menggunakan statistik non-parametrik Kruskal-WallisTest. Penelitianini menunjukkan hasil: media picture stories, metode vocabulary games dan metodetradisional efektif digunakan dalam pembelajaran membaca teks recount dan ada perbedaanyang signifikan dalam prestasi membaca antara siswa yang diajar menggunakan mediapicture stories, metode vocabulary games, dan metode tradisional dalam pembelajaranmembaca teks recount.Kata Kunci: picture stories, vocabulary games, membaca teks recount
KECEMASAN KOMUNIKASI (COMMUNICATION APPREHENSION) FANS DALAM INTERAKSI LANGSUNG DENGAN IDOLA Rika Kurniawati; Hedi Pudjo Santosa; Triono Lukmantoro
Interaksi Online Vol 1, No 3: Agustus 2013
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.482 KB)

Abstract

KECEMASAN KOMUNIKASI (COMMUNICATION APPREHENSION)FANS DALAM INTERAKSI LANGSUNG DENGAN IDOLA(Studi Terhadap Fans Korean Pop di Indonesia)Rika Kurniawati1Abstrak:Kpop berasal dari musik pop Korea yang telah dimodernisasi dengan sedikit gaya Western sepertihiphop atau rock. Permasalahan yang ingin diselidiki dalam penelitian ini adalah mengapa kecemasankomunikasi muncul di dalam interaksi fans dengan idolanya, faktor-faktor apa yang mempengaruhidan tipe-tipe kecemasan yang terjadi sehubungan dengan perubahan media interaksi yangdilakukan.Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menjelaskan mengenai kecemasankomuniaksi yang terjadi, faktor-faktor yang berpengaruh di dalamnya serta tipe-tipe kecemasankomunikasi yang terjadi sehubungan dengan adanya perubahan media interaksi. Denganmenggunakan metoda fenomenologi, penulis berusaha menjawab permasalahan tersebut denganmenggunakan teori kecemasan komunikasi sebagai salah satu penghambat dalam prosesberkomunikasi dan kajian fans dan fandom. Sementara obyek penelitian adalah lima orang fans yangbersedia menjadi informan dengan latar belakang pendidikan yang berbeda. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa kecemasan yang terjadi sangat bervariasi pada semua informan. Kecemasankomunikasi yang terjadi dalam interaksi fans cenderung disebabkan oleh adanya ketidakpastian yangterjadi terkait dengan komunikasi yang sedang berlangsung atau yang sedang diantisipasi. Perbedaanmedia interaksi yang digunakan, dari computer mediated communication menjadi interaksi langsungtatap muka, bisa memicu timbulnya kecemasan namun tidak berpengaruh terhadap tipe-tipekecemasan komunikasi yang terjadi.Key Words: Kecemasan Komunikasi; fans, fandom, dan kajian fans; pengurangan ketidakpastianAbstract:Kpop is the Korean pop music which has been modernized with a Western style such as hip-hop orrock.. The problems investigated in this study is why communication anxiety appears in theinteraction with the fans of his idol, the factors that affect and the types of anxiety that occurs inconnection with the changes made of media interaction.The objectives of this research is to explainthe communication anxiety happens, the factors that influence in it as well as the types ofcommunication anxiety that occurs in connection with a change of media interaction.By using aphenomenological method, the authors sought to answer these problems by using the theory ofcommunication anxiety as one of the obstacles in the process of communicating and study fans andfandom. While the object of the study is five fans who are willing to become informants with differenteducational backgrounds.The results showed that the anxiety occurs with varies greatly in allinformants. Communication anxiety that occurs in the interaction of fans likely to be caused by theuncertainties that occur related to the ongoing communications or are anticipated. Differences in theinteraction of media used, from computer mediated communication to face-to-face direct interaction,can lead to anxiety, but had no effect on the types of communication that occur anxiety.Key words: Communications apprehension; anxiety; fans, fandom and fans studies; uncertainty.1 Mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro angkatan tahun 2008 PendahuluanCommunication Apprehension sendiri seringkali diartikan sebagai perasaan takut,gugup dan cemas ketika hendak berkomunikasi dan atau berinteraksi dengan orang lain.Selama ini fans Kpop yang ada di Indonesia hanya berinteraksi dengan idola mereka melaluimedia online/SNS (social networking system) seperti Twitter, Cyworld, Me2day, Weibo dll.Kesempatan untuk bertemu langsung dengan idola tentu saja tidak sebanyak fans lain yangada di Korea secara langsung.Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut,mengapa CA terjadi dan muncul pada fans Kpop dengan idolanya dalam interaksikomunikasi mereka? Kemudian faktor apa saja yang menyebabkan seorang fans mengalamikecemasan berkomunikasi? Lalu dengan adanya perubahan media interaksi dan pola interaksiyang dilakukan, pengaruh apa yang muncul di dalam tipe kecemasan berkomunikasi yangdialami oleh individu?Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena kecemasan komunikasi antarafans terhadap idolanya, mendeskripsikan penyebab munculnya kecemasan berkomunikasiseorang fans serta mendeskripsikan mengenai perbedaan media interaksi yang digunakansebelumnya dan pola interaksi langsung yang terjadi dengan tipe-tipe kecemasanberkomunikasi yang dialami.Dalam berkomunikasi tatap muka, seringkali ditemui adanya kecemasan komunikasiseorang individu terhadap individu lainnya.Ada 4 (empat) jenis kecemasan komunikasi yang dapat diidentifikasi, yaitu:1. Traitlike CA, merupakan kecenderungan kecemasan komunikasi yang relatifstabil dan panjang waktunya ketika seseorang dihadapkan pada berbagai kontekskomunikasi.2. Context-based CA, yaitu kecemasan komunikasi yang muncul ketika individuindividuharus berbicara di depan umum (public speaking), tetapi dia tidakmengalami kecemasan pada tipe-tipe komunikasi yang lain. Atau dalam istilahlain, kecemasan komunikasi yang dialami oleh tipe ini akan berubah konteksnya.3. Audience-based CA, merupakan kecemasan komunikasi yang dialami olehseseorang ketika ia berkomunikasi dengan tipe-tipe orang tertentu tanpamemandang waktu atau konteks.4. Situational CA, merupakan kecemasan komunikasi yang berhubungan dengansituasi ketika seseorang mendapatkan perhatian yang tidak biasa (unusual) dariorang lain.Fans adalah seseorang yang memiliki ketertarikan yang loyal pada suatu hal(Jenkins, 2002). Mat Hills (Fans Cultures, 2002) mendefinisikan fans sebagai seseorang yangterobsesi dengan bintang, selebriti, film, acara TV atau band; seseorang yang bisamenghasilkan penyebaran informasi di dalam fandom mereka, dan mampu menyitir kalimatatau lirik, bab dan sajak favorit. MetodaTipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang bertujuan untukmenjelaskan fenomena melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya. Metode yangdigunakan dalam penelitian ini adalah fenomenologi. Subjek penelitian adalah para fansKpop di Indonesia tanpa terkait batasan tempat. Pemilihan informan akan dilakukan denganmemperhatikan kualifikasi bahwa calon informan tersebut sudah menjadi fans Kpop minimalselama satu tahun dan sudah pernah bertemu dengan idolanya secara langsung baik melaluikonser maupun acara-acara lainnya.Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara secara mendalam (indepth interview) dengan informan. Sementara proses analisis dan interpretasi datamenggunakan metode yang dikemukakan oleh Von Eckartsberg (1986)(dalam Moustakas,1994) yang melibatkan tahapan sebagai berikut:1. Permasalahan dan Perumusan Pertanyaan Penelitian (The Problem and QuestioningFormulation: The Phenomenon).2. Data yang menghasilkan situasi: Teks Pengalaman Kehidupan (The data generatingSituation:The Protocol Life Text).3. Analisis data: Eksplikasi dan Interpretasi (The Data Analysis: Explication andInterpretating) Hasil PenelitianPemilihan informan berdasarkan 5 orang informan dengan pembagian 2 informanmelalui wawancara langsung sementara 3 informan lainnya dengan wawancara melaluichatting.Informan I dan IV menempatkan idola sebagai sosok teman dan atau saudara yangharus didukung dan sesekali dikritik dengan candaan, namun Informan III dan V masihmenempatkan sosok idola sebagai orang asing yang memiliki jarak dengan mereka meskipunsebagai fans. Informan II mengaku malah kadang dirinya menganggap jika sosok-sosok yangdia lihat di layar kaca atau laptop itu hanyalah tokoh rekaan atau khayalan yang tak mungkinbisa dia temui secara nyata di hidupnya.Bentuk outcomes dari CA yang dialami oleh informan adalah communicativedisruption yang berupa terbata-bata atau stuttering, stuck for words atau hanya bengong danmembeku di tempat sementara fans-fans lain di sekitarnya berusaha menarik perhatian idola,serta talking too much atau bisa dikategorikan dalam kata histeris.Informan I, II, IV dan V mengalami CA berdasarkan pada trait-trait situationalkarena mereka mengantisipasi interaksi dengan orang lain sementara Informan III mengalamiCA berdasarkan trait personal yaitu anxiety muncul dari adanya strong negative expectationterhadap idola yang nantinya hendak berinteraksi langsung dengan dirinya.Informan I dan IV seolah membentuk sebuat self protector dengan mengungkapkanjika mereka tidak berharap muluk-muluk akan idola yang mengenal mereka secara personaldan bahkan menjadi pasangan mereka. Informan II masih merasakan jarak antara dirinya danidola sehingga saat dirinya memiliki kesempatan untuk bertemu dengan idola dirinya justrumembeku dan cenderung menghindari kontak atau interaksi yang mungkin timbul. InformanIII merasakan hal yang sama dengan Informan II, namun dirinya mampu mengatasi perasaantersebut pada saat Informan III berada di depan idolanya tepat dan melakukan interaksi yanglebih intens seperti percakapan singkat, kontak mata dan high-five serta jabatan tangan.Informan V mengaku dirinya sudah merasa biasa saat menghadiri konser karenasudah terhitung berkali-kali dia mengikuti konser idola Kpop kesukaannya. Informan Vmengatakan jika dirinya merasa deg-degan dan makin histeris justru ketika teriakannyaditanggapi oleh idolanya dan mereka melihat ke arah posisi Informan V dalam arena konsertersebut. PembahasanBerdasarkan temuan hasil penelitian, kecemasan komunikasi terjadi dalam faseperubahan interaksi antara fans terhadap idola yang berawal dari interaksi tak langsung danlangsung melalui media online ke interaksi langsung yang berupa komunikasi tatap mukadengan berbagai variasi.Informan I dan Informan IV menyaring segala informasi dan pengetahuan tentangidola yang diterimanya setiap hari dengan cara yang berbeda. Informan I menempatkanstandar humanis bagi idolanya, dalam artian dia menganggap idolanya sebagai seorangsaudara dan sahabat, bahwa seorang idola juga membutuhkan sosok pendamping hidupnantinya, dan bahwa dia hanya sebagai fans dan bukan kekasih mereka. Dengan pikiranpikirantersebut Informan I berusaha melindungi dirinya sendiri dari rasa kecewa dan jugamenunjukkan batas penerimaan penuh atas idolanya sebagai seorang manusia, bukan hanyaperformer di atas panggung. Leon Festinger (dalam West & Turner, 2009) menamakanperasaan yang tidak seimbang ini sebagai disonansi kognitif atau cognitive dissonance. Halini merupakan perasaan yang dimiliki oleh orang ketika mereka ‘menemukan diri merekasendiri melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui, ataumempunyai pendapat yang tidak sesuai dengan pendapat lain yang mereka pegang’.Kecemasan komunikasi terjadi dalam interaksi Informan I terhadap idola dengan parameteryang dialami bahwa secara physiological aspect dirinya mengalami perasaan deg-degan,keringat dingin serta tiba-tiba menangis karena luapan emosi, sementara untuk behavioralmanifestation dan cognitive dimension tidak ditemukan. Informan I juga mengalamicommunicative disruption yang berupa stuttering atau berbicara dengan intonasi tidak jelas.Informan IV mengaku dirinya mengalami kecemasan komunikasi pada awalpertemuan pertama dengan idola. Communicative disruption berupa stuck for words sertatiba-tiba menangis dan mengulang kalimat yang sama ‘apakah ini mimpi?’ saat pertemuanpertama. Beberapa parameter kecemasan komunikasi yang mampu ditemukan dalampengalamannya adalah secara physiological aspect dirinya merasa deg-degan, dan histeris,tidak ditemukan adanya cognitive dimension namun dalam behavioral manifestation dirinyamembentuk sebuah self protector yang mendoktrin bahwa dia hanya akan menerima segalainformasi dan pengetahuan yang menurut dia baik dan menolak menerima pengetahuan yangmengancam dan membuatnya merasa tidak nyaman serta kecewa. Hal ini juga sesuai denganteori cognitive dissonance yang terdapat dalam diri Informan I, namun bedanya Informan IVmenggunakan cognitive dissonance justru sebagai penangkal kecemasan komunikasi. Denganadanya self protector Informan IV mengaku dirinya merasa lebih nyaman dalam beraktivitassebagai fans karena dia tahu semua idola itu memiliki sisi baik dan sisi buruk, sehingga yangdia butuhkan hanya menerima sisi baik dan membiarkan sisi buruk mereka tanpa merasatakut akan kecewa.Informan III juga mengalami kecemasan komunikasi dalam interaksi langsungnyadengan idola. Berdasarkan trait personal dari informan, anxiety muncul dari adanya strongnegative expectation yaitu pada saat fanmeet berlangsung dia histeris dan deg-degan karenaakan berhadapan langsung dengan idola dan sentuhan tangan, tapi saat berhadapan langsungjustru deg-degan hilang dan terasa biasa seperti menghadapi teman lama. Informan III tidakmengalami outcomes berupa communicative disruption yang jelas namun dia mengalamibeberapa parameter dari CA seperti physiological aspect berupa deg-degan, keringat dingin,panik dan cognitive dimension yang berupa merasa minder karena bentuk badannya yanglebih kecil dari fans lain, merasa idola tak akan memberi perhatian kepada dirinya. Sementarabehavioral manifestation tidak ada.Informan III merasa minder dengan fans lain yang memiliki penampilan lebih tinggidan dinilai lebih menarik dari dirinya, sehingga dia takut idolanya tidak akan menanggapiatau memberinya perhatian. Pertemuan pertama yang akan Informan III hadapi dengan idolajuga sarat dengan ketidakpastian, Informan III masih menduga-duga seperti apakahtanggapan dari idola yang akan dia terima nanti ketika sesi high-five dan jabat tanganberlangsung. Karena ketidakpastian tersebut kemudian timbul suatu kecemasan komunikasi,apakah nantinya idola yang dia hadapi ramah? Apakah dia bisa menerima perhatian dansegala perasaaan cintanya yang disampaikan melalui bingkisan serta ucapan dalam bahasainggris? Semua pertanyaan-pertanyaan tersebut membuat Informan III gugup dan berkeringatdingin.Namun kecemasan komunikasi tersebut mampu diatasi seiring dengan hilangnyaketidakpastian yang ditakutkan. Tanggapan bagus yang Informan III terima saat berkontakmata membuatnya merasa sedikit tenang sehingga segala kegugupan dan perasaan kacauyang dia alami sesaat sebelum sesi high-five pun sirna.Bentuk outcomes dari CA yang Informan II alami adalah communicative disruptionyang berupa stuck for words atau hanya bengong dan membeku di tempat sementara fansfanslain di sekitarnya berusaha menarik perhatian idola. CA muncul pada Informan II ketikadia berhadapan dengan seseorang yang dia anggap lebih tinggi posisinya dari dirinya, dalamhal ini Informan II selalu berpikir jika idolanya tersebut seolah adalah tokoh dunia khayalanyang hidup di dunia yang berbeda dengan dunia tempat dia hidup. Beberapa parameter CAyang dialami bisa dilihat dari physiological aspect berupa perasaan deg-degan, badanmembeku serta terasa kaku, dan tangan gemetar. Sementara parameter lain yang berupabehavioral manifestation bisa dilihat dari caranya menghindari interaksi dengan idola dengantidak menarik perhatian si idola tersebut (avoiding communication) dan parameter cognitivedimension tidak ditemukan.Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, menurut McCroskey (1977b) (dalamHoneycutt, Choi dan DeBerry, 2009), kecemasan komunikasi dapat didefinisikan sebagaisebuah level ketakutan atau kecemasan individu dengan komunikasi, yang terjadi serta yangsedang diantisipasi, dengan orang lain atau orang banyak. Kunci penting dalam pernyatantersebut adalah ‘komunikasi yang diantisipasi’, sehingga bisa diambil kesimpulan bahwakecemasan yang disebabkan oleh komunikasi yang akan terjadi bisa sekuat interaksisebenarnya. Kalimat pengandaian, perasaan mengantisipasi, kesan pertama, merupakankualitas-kualitas dari Imagined interaction (IIs). Honeycutt (2003) mendefinisikan ImagineInteraction sebagai proses kognisi sosial di mana seseorang membayangkan dan oleh karenaitu secara tidak langsung telah memiliki pengalaman dalam mengantisipasi ataupun interaksikomunikasi dengan orang lain. Dalam definisi tersebut, dapat dilihat bahwa kecemasankomunikasi dapat memiliki hubungan dengan Imagined Interaction, karena seseorang mamputerpengaruh secara langsung oleh pengalamannya sendiri dalam mengantisipasi sebuahinteraksi melalui imajinasinya atau imajinasi orang lain. Jika Honeycutt mengungkapkanbahwa interaksi yang dibayangkan mampu mengurangi tingkat kecemasan yang terjadisehubungan dengan interaksi nyata yang akan terjadi, maka dalam pengalaman Informan IIsemua itu justru berbanding terbalik. Semua proses-proses Imagined Interactions yangInforman II alami tak mampu mengurangi kecemasannya ketika hendak bertemu denganidolanya. Nyatanya kecemasan komunikasi yang Informan II alami justru terlihat paling kuatsehingga dirinya hanya bisa membeku dan cenderung menghindari kontak mata atauperhatian si idola.Informan V telah berulang kali bertemu dengan idolanya dalam suatu konser.Bahakan Informan V juga mengikuti konser artis lain yang bukan idolanya karena ajakanteman atau promosi harga yang murah. Kecemasan komunikasi terjadi pada saat awalpertemuan pertama dengan parameter kecemasan komunikasi yang dialami Informan V untukphysiological aspect berupa histeris. Untuk behavioral manifestation dan cognitive dimensiontidak ditemukan. Communicative disruption terjadi saat teriakannya ditanggapi oleh idoladengan tatapan mata atau senyuman ke arahnya, biasanya berupa gagap dan menjadi semakinberteriak histeris. Informan V telah berkali-kali mengikuti konser sehingga perasaan degdegankarena cemas berganti dengan perasaan deg-degan karena antusias dan terbawakehebohan suasana konser. Dari sini dapat ditarik kesimpulan jika ternyata kecemasankomunikasi tidak hanya terjadi pada interaksi yang sedang terjadi atau yang diantisipasi,melainkan terjadi variasi kecemasan komunikasi dalam penerimaan feedback.Dari hasil penelitian ditemukan bahwa beberapa penyebab munculnya kecemasankomunikasi dalam interaksi langsung antara fans terhadap idola adalah sebagai berikut:a) Perubahan media interaksi yang dilakukan dari computer mediated communicationmenjadi interaksi tatap muka menyebabkan adanya perasaan yang awalnya dekatnamun tiba-tiba merasa seolah menjadi sosok anonim yang asing.b) Meskipun Honeycutt (2003) telah mengemukakan hasil riset bahwa imaginedinteraction mampu mengurangi adanya kecemasan komunikasi yang timbul, namunternyata justru imagined interaction yang berlebihan pun juga mampu menjadipenyebab seseorang mengalami kecemasan komunikasi.c) Adanya perasaan ketidakpastian yang timbul terhadap sosok idola yang akan ditemuiatau ketidakpastian akan komunikasi yang sedang diantisipasi oleh fans.d) Adanya kasus istimewa, bahwa sosok idola memberi feedback terhadap umpanumpanyang dilontarkan juga memicu adanya kecemasan komunikasi.Dari semua kecemasan komunikasi yang terjadi, dapat dikelompokkan menjadi duatipe kecemasan komunikasi. Informan I, II, III, dan IV mengalami kecemasan komunikasikarena siapa yang mereka hadapi sementara Informan V mengalami kecemasan komunikasikarena apa yang dia dapatkan dari idola, yaitu adanya perhatian yang tidak biasa dari oranglain. Jadi bisa dikatakan Informan I, II, III, dan IV mengalami audience-based CA, bahwakecemasan komunikasi yang dialami terjadi karena dia berkomunikasi dengan tipe-tipe orangtertentu (idola) tanpa memandang waktu atau konteks. Sementara Informan V mengalamisituational CA, karena kecemasan komunikasi yang dia alami berhubungan dengan situasiketika dirinya mendapatkan perhatian yang tidak biasa (unusual) dari orang lain (idola). Darisemua deskripsi tersebut, mampu dirangkum pernyataan jika ternyata tipe media interaksi danperbedaan pola interaksi langsung yang dilakukan tidak berpengaruh pada adanya tipe-tipekecemasan komunikasi yang terjadi.PenutupPembahasan tentang temuan studi ini menghasilkan beberapa hal yang dapatdisimpulkan, yaitu:1) Communication apprehension atau kecemasan komunikasi, yangdidefinisikan sebagai ketakutan atau kecemasan terkait dengan komunikasilangsung atau komunikasi yang akan dan sedang dilakukan dengan oranglain, pada kenyataannya dialami oleh siapa saja tak terkecuali oleh fans.Perubahan media interaksi yang dilakukan dari computer mediatedcommunication menjadi interaksi tatap muka menyebabkan adanya perasaanyang awalnya dekat namun tiba-tiba merasa seolah menjadi sosok anonimyang asing.2) Kecemasan komunikasi yang terjadi dalam interaksi fans cenderungdisebabkan oleh adanya ketidakpastian yang terjadi terkait dengankomunikasi yang sedang berlangsung atau yang sedang diantisipasi. Ketikaketidakpastian di antara fans dan idola tersebut mampu diatasi makakecemasan komunikasi yang dialami juga mampu teratasi dengan lancar.3) Beberapa poin khusus yang terjadi mampu menggeser titik penyebabkecemasan komunikasi tak lagi karena ketidakpastian, namun justru karenadisonansi kognitif dan imagine interaction yang mereka ciptakan dalambenak individu itu sendiri. Hal menarik lainnya adalah, dalam beberapapenelitian terdahulu, imagine interaction justru dimunculkan sebagai salahsatu cara untuk mengatasi kecemasan komunikasi yang terjadi sementaradalam studi ini ditemukan bahwa imagined interaction merupakan salah satupenyebab munculnya kecemasan yang terjadi. Dalam studi ini jugaditemukan jika disonansi kognitif, selain menjadi salah satu penyebab adanyakecemasan komuniaksi yang terjadi, juga mampu digunakan sebagai solusiuntuk mengurangi kecemasan yang dialami.4) Kecemasan komunikasi tak hanya terjadi pada komunikasi yang diantisipasiatau sedang berlangsung, namun juga pada saat timbul feedback dari umpanumpanyang diberikan oleh fans.5) Perbedaan media interaksi yang digunakan, dari computer mediatedcommunication menjadi interaksi langsung tatap muka, bisa memicutimbulnya kecemasan namun tidak berpengaruh terhadap tipe-tipekecemasan komunikasi yang terjadi.Daftar RujukanBuku dan E-BookGriffin, EM. (2012). A First Look at Communication Theory, Eighth Edition. New York: Mc GrawHill.Hills, Matt. (2002). Fan Cultures. New york: Routledge.Honeycutt, J. M. (2003). Imagined Interactions: Daydreaming About Communication. Cresskill, NewJersey: Hampton.Husserl, Edmund. (1970). Logical Investigations (J.N. Findlay. Trans.) (vol. 1). New York:Humanities press.Jenkins, Henry. (1992). Textual Poachers: Television Fans and Participatory Culture. New York:Routledge, Chapman and Hall.Lewis, Glen and Christina Slade. (1994). Critical Communication. Australia: Prentice Hall Australia.Littlejohn, Stephen W and Karen A. Foss. (2008). Theories of Human Communication: InternationalStudent Edition. USA: Thomson Wadsworth.Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Morreale, Sherwyn P. Brian H. Spitzberg, J. Kevin Barge. Julia T. Wood, Sarah J. Tracy. (2004).Introduction to Human Communication: the Hugh Down School of Human Communication. Arizona,USA: Wadsworth Group.Moustakas, Clark. (1994). Phenomenological Research Method. Beverly Hills, CA: SAGEPublications.Artikel atau Bab dalam BukuHoneycutt, James M, Charles W. Choi, and John R. DeBerry (2009). Communication Apprehensionand Imagined Interactions. Dalam Communication Research Reports vol.26, No. 3 (228-236). NewYork: Routledge.McCroskey, J.C. (1982a). Oral Communication Apprehension: A Reconceptualization. Dalam M.Burgoon (Ed.), Communication Yearbook 6 (136-170). Beverly Hills, CA: Sage Publishers.McCroskey, James C. (1984). The communication apprehension perspective. dalam J. A. Daly, andJ. C. McCroskey (Eds.), Avoiding communication: Shyness, reticence, and communication, (pp. 13-38). Beverly Hills, CA: SAGE Publications.McCroskey, J. C. And Beatty, M. J. (1986). Oral Communication Apprehension. Dalam W. H. Jones,J. M. Cheek, & S. R. Briggs (Eds.), Shyness: Perspectives on Research and Treatment (279-293).New York : Plenum Press.Jurnal dan Artikel Media MassaMcCroskey,J.C. (1977). Oral Communication Apprehension: A summary of Recent Theory andResearch. Human Communication Research, 4,(78-96).McCroskey J.C. (2009). Communication Apprehension: What We Have Learned in the Last FourDecades. Human Communication Research 12(2), (179-187).
PENGARUH KEPEMILIKAN INSTRITUSIONAL, CAPITAL ADEQUACY RATIO, (CAR), LOAN DEPOSIT RATIO (LDR) TERHADAP PROFITABILITAS PADA BEBERAPA BANK YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA Rika Kurniawati; Syamsu Alam; Mursalim Nohong
Hasanuddin Journal of Applied Business and Entrepreneurship Vol 2 No 1 (2019)
Publisher : Master of Management, Faculty of Economics and Business, Hasanuddin University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26487/hjabe.v2i1.147

Abstract

This study aims to determine the effect of instrumental ownership, capital adequacy ratio (CAR), loan deposit ratio (LDR) to profitability at several banks listed on the Indonesia Stock Exchange. This research uses descriptive analysis with quantitative approach and using multiple linear regression analysis technique assisted with SPSS program version 24. Quantitative approach is used to find accurate information and data and identify problems or to get justification of circumstances and activities that are being walk. The results showed that institutional ownership had a positive and significant impact on profitability, capital adequacy ratio (CAR) has a positive and significant impact on profitability, and loan deposit ratio (LDR) has a positive and significant impact on profitability.
PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) DAN LOAN DEPOSIT RATIO (LDR) TERHADAP PROFITABILITAS PADA BEBERAPA BANK YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA Rika Kurniawati; Syamsu Alam; Mursalim Nohong
Hasanuddin Journal of Applied Business and Entrepreneurship Vol 2 No 3 (2019)
Publisher : Master of Management, Faculty of Economics and Business, Hasanuddin University.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26487/hjabe.v2i3.244

Abstract

This study aims to determine the effect of institutional ownership, capital adequacy ratio (CAR), loan deposit ratio (LDR) to profitability at several banks listed on the Indonesia Stock Exchange. This research uses descriptive analysis with quantitative approach and using multiple linear regression analysis technique assisted with SPSS program version 24. Quantitative approach is used to find accurate information and data and identify problems or to get justification of circumstances and activities that are being walk. The results showed that institutional ownership had a positive and significant impact on profitability, capital adequacy ratio (CAR) has a positive and significant impact on profitability, and loan deposit ratio (LDR) has a positive and significant impact on profitability.
EVALUASI DAN SUPERVISI BK DI SMA 1 OKU Kurniawati, Rika
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Vol. 3 No. 1 (2024): Volume 3 Nomer 1 (2024)
Publisher : PT. Syaelindra Karya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan upaya yang harus dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Dalam konteks ini, supervisi dan evaluasi program bimbingan dan konseling (BK) di sekolah memainkan peran penting. Latar belakang penelitian ini adalah perlunya supervisi dan evaluasi yang efektif untuk memastikan layanan BK yang berkualitas, yang mendukung perkembangan peserta didik secara optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan proses supervisi dan evaluasi layanan BK di sekolah dalam konteks kebijakan merdeka belajar. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara sebagai alat pengumpulan data. Narasumber utama penelitian ini adalah guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 OKU. Data utama diperoleh dari hasil wawancara, sementara data sekunder didapatkan dari artikel jurnal dan sumber internet yang relevan. Fokus wawancara adalah pada program layanan BK di sekolah, serta supervisi dan evaluasi yang dilakukan. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa supervisi yang efektif, yang melibatkan pengawasan, penilaian, dan pembinaan guru BK, sangat penting untuk meningkatkan kualitas layanan BK. Evaluasi yang sistematis mencakup proses, hasil, dan program secara keseluruhan, memungkinkan perbaikan dan pengembangan layanan yang berkelanjutan. Dukungan dari seluruh pemangku kepentingan di sekolah dan fasilitas yang memadai juga berperan penting dalam keberhasilan program BK. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengembangan lebih lanjut dalam praktik supervisi dan evaluasi BK di sekolah.
Menilai Keterampilan Mencatat, Meringkas dan Kemampuan Interpersonal Peserta Didik di Sekolah Menengah Atas Tryas Amanda Putri; Rika Kurniawati; Tesa Amilia Putri; Muhammad Luthfi Fauzan; Romi Fajar Tanjung; Khadijah Lubis
JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL (JUPENDIS) Vol. 3 No. 2 (2025): JURNAL PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL
Publisher : Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54066/jupendis.v3i2.3129

Abstract

This study aims to understand how note-taking skills, summarizing skills, and interpersonal relationships can enhance the quality of learning and student motivation at SMAN 02 Indralaya Utara. The research will investigate how the application of note-taking skills can increase student motivation, how summarizing skills can help students understand their feelings, and how interpersonal relationships can increase students' awareness of learning problems they face. In this study, students' note-taking and summarizing skills were analyzed quantitatively using a questionnaire technique, with results from 37 respondents showing that most students' note-taking skills were mostly average, while most students' summarizing skills were mostly average and high, indicating that students' interest and desire to record lesson material significantly helps in understanding material already explained by the teacher, and that note-taking and summarizing skills are important skills in the learning process and need to be enhanced through more intensive guidance and practice. Lastly, interpersonal relationships were mostly average, with some students having high levels and others having low levels. Although there were some respondents in the low category, overall, the results can be concluded to be relatively good.
FENOMENA PERILAKU BULLYING PADA REMAJA Rika Kurniawati; Qarsela Tiara Umardi; Citra Finky Lestary; Risma Anita Puriani; Rizki Novirson
HUMANITIS: Jurnal Homaniora, Sosial dan Bisnis Vol. 3 No. 3 (2025): Maret
Publisher : ADISAM PUBLISHER

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study is to provide an overview of bullying behaviour in adolescents. The method used in this research is the literature review method which raises the theme of bullying behaviour with the research subject being adolescents. The research was conducted by collecting and identifying journals in 2020-2024. The results showed that bullying behaviour in adolescents is caused by various factors, the most dominant of which is verbal bullying carried out by adolescents such as: mocking, cheering, making jokes that cause victims of bullying to decrease their level of confidence, become shy, and have an impact on the psychology of victims of bullying. Bullying behaviour that currently occurs is very high, so the need for proper education about the impact of bullying and the formation of empathy and mutual respect in the school environment is an important step in prevention efforts. Cooperation from all parties is needed so that bullying cases can prevent bullying in adolescents. The benefit of this research is that readers can see a picture of bullying behaviour in adolescents in the range of 2020-2024 and become an insight for guidance and counselling teachers regarding the various impacts of bullying that occur in adolescents.
Perbedaan Prokrastinasi Akademik Siswa SMA Ditinjau Dari Jenis Sekolah Ferdiansyah, Muhammad Aldy; Kurniawati, Rika; Jannah, Anisa Raudhatul; Sari, Puspa; Dwita, Adel Karen; Juniarti, Juniarti; Hartono, Yusuf; Lubis, Khadijah
Guidance : Jurnal Bimbingan dan Konseling Vol 22 No 1 (2025): Guidance: Jurnal Bimbingan dan Konseling
Publisher : Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan | Universitas Islam As-Syafi'iyah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34005/guidance.v22i1.4662

Abstract

Penelitian ini bertujuan menguji perbedaan tingkat prokrastinasi akademik berdasarkan jenis sekolah, karena kecenderungan siswa dalam menunda tugas diduga dipengaruhi oleh karakteristik lingkungan pendidikan masing-masing. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode komparatif tipe ex-post facto. Sampel berjumlah 120 siswa dipilih melalui teknik simple random sampling dari ketiga jenis sekolah (SMA Negeri, SMA Swasta, dan SMA Islam). Data dikumpulkan menggunakan angket prokrastinasi akademik dan dianalisis dengan uji One-Way ANOVA serta dilanjutkan uji Post Hoc. Hasil menunjukkan nilai Sig. 0,000, membuktikan adanya perbedaan signifikan antar jenis sekolah. Tingkat prokrastinasi tertinggi terdapat pada siswa SMA Islam, disusul SMA Negeri, dan terendah SMA Swasta. Perbedaan signifikan ditemukan antara SMA Islam dengan dua sekolah lainnya (Sig. 0,001), sementara antara SMA Negeri dan SMA Swasta tidak terdapat perbedaan signifikan (Sig. 1,000).