Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM KAMPUNG UNGGULAN DI KOTA SURABAYA (STUDI KASUS KAMPUNG KUE DI RUNGKUT LOR GANG II, KELURAHAN KALI RUNGKUT, KECAMATAN RUNGKUT, KOTA SURABAYA) SANYEN PASARIBU; GALIH WAHYU PRADANA
Publika Vol 8 No 2 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/publika.v8n2.p%p

Abstract

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya yang dilakukan pemerintah untuk melepaskan masyarakat dari jeratan kemiskinan dan keterbelakangan demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Upaya pemberdayaan dapat ditempuh melalui berbagai macam cara salah satunya dengan pembinaan kampung yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Kampung Kue yang berlokasi di Rungkut Lor Gang II Kelurahan Kali Rungkut merupakan kampung yang dipilih oleh Disperdagain Surabaya untuk diberi pembinaan. Hal ini dikarenakan kampung kue memiliki potensi untuk dikembangkan yang dapat dilihat dari karakteristik masyarakatnya yang kebanyakan menggantungkan kehidupannya dengan berjualan kue. Mereka sudah memiliki usaha kue turun-temurun dari orang tuanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pengolahan kue di Kampung Kue pada program Kampung Unggulan binaan Disperdagin Surabaya. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Fokus pada penelitian ini adalah proses pemberdayaan masyarakat menurut (Suharto, 2010) yang meliputi pemungkinan, penguatan, perlindungan, penyokongan dan pemeliharaan. Dalam menentukan subyek penelitian menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, triangulasi data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan pengrajin kue di Kampung Kue Rungkut Lor Gang II, Kelurahan Kali Rungkut, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya apabila dilihat dari aspek proses pemungkinan menunjukkan adanya pemberian bantuan alat-alat dalam proses pembuatan kue, proses penguatan yakni diberikan pelatihan keterampilan dan manajemen pembukuan namun partisipasi dari para pengrajin kue masih cukup minim, proses perlindungan berupa pemberian legalitas usaha, HAKI dan pemberian label halal, namun masih sedikit para pengrajin kue yang memilikinya dikarenakan para pengrajin kue ada yang berpandangan bahwa legalitas usaha, HAKI dan pemberian label halal tidak dibutuhkan dan alasan kesibukan, proses penyokongan yakni diadakannya pameran di sejumlah Mall Surabaya, proses pemeliharaan adalah membantu mencarikan pasar penjualan bagi para pengrajin kue. Sehingga peneliti memberikan saran yaitu perlu diberikan sosialisasi terus menerus untuk masyarakat terkait pentingnya memiliki legalitas usaha, HAKI dan pemberian label halal, membuat terobosan baru guna meningkatkan partisipasi para pengrajin kue dalam pelatihan maupun keterampilan dalam pembuatan kue, mengatasi permasalahan bahan pokok pembuatan kue yang cenderung tidak stabil yang berdampak pada meruginya para pengrajin kue dan perlu diciptakannya inovasi pemasaran kue secara online yang dapat diakses masyarakat luas. Kata Kunci: Proses, Pemberdayaan Masyarakat, Kampung Kue
Efektivitas Kebijakan Pahlawan Ekonomi Guna Menurunkan Tingkat Kemiskinan Di Kota Surabaya Aditya Wanda Rahmansyah; Galih Wahyu Pradana
Publika Vol 8 No 4 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/publika.v8n4.p%p

Abstract

Kemiskinan masih terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Tak terkecuali terjadi di Kota Surabaya sehingga Tri Rismaharini,Walikota Surabaya menggagas suatukebijakan dengan cara memberdayakan masyarakat Kota Surabaya. Cara ini dipilih karena terdapat potensi ibu rumah tangga dari keluarga miskin untuk diberdayakan agar mereka dapat meningkatkan perekonomian keluarganya dan Kota Surabaya serta dapat menurunkan tingkat kemiskinan. Penelitian inibertujuan untuk Mengetahui Efektivitas Kebijakan Pahlawan Ekonomi Guna Menurunkan Tingkat Kemiskinan Kota Surabaya. Metode yang digunakan ialahstudi pustaka dengan cara menghimpun informasi dan data yang relevan dengan masalah penelitian yang diperoleh dari karya ilmiah, disertasi, tesis, dan lainsebagainya. Penelitian ini termasuk jenis deskriptif, dengan pendekatan kualitatif. Teori yang digunakan ialah Teori Efektivitas menurut William N. Dunn (2003:430) menyebutkan beberapa variabel yaitu efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas dan ketepatan. Melalui metode studi pustaka, diperoleh hasil bahwa kebijakan pahlawan ekonomi dapat menurunkan tingkat kemiskinan di Kota Surabaya dengan efektif. Secara efisiensi, kebijakan tersebut mampu menggunakan sumber daya secara optimal untuk mencapai tujuannya. Secara kecukupan, kebijakan tesebut mampu menjadi salah satu alternatif gunamenurunkan tingkat kemiskinan di Kota Surabaya. Secara perataan, kebijakan tersebut terbuka untuk umum dan siapapun dapat mendaftar untuk mengikutiprogram ini dan mendapatkan fasilitas yang sama. Secara responsivitas, kebijakan tersebut mendapatkan respon yang baik dari masyarakat, terbuktidengan terus meningkatnya jumlah pahlawan ekonomi yang pada tahun pertama atau tahun 2010 sebanyak ±92 dan pada tahun 2018 mencapai 9.148 anggota.Secara ketepatan, kebijakan tersebut dinilai tepat dikarenakan kebijakan tersebut memiliki sasaran utama yaitu ibu rumah tangga yang dinilai mempunyai potensi besar jika diberdayakan.Kata kunci : kemiskinan, efektivitas, pahlawan ekonomiAbstractPoverty still occurs in big cities in Indonesia. No exception happened in the city of Surabaya so that Tri Rismaharini, the Mayor of Surabaya initiated a policy byempowering the people of Surabaya. This method was chosen because there is the potential of housewives from poor families to be empowered so that they canimprove the economy of their families and the city of Surabaya and can reduce poverty levels. This study aims to determine the effectiveness of the Heroes ofEconomic Policy to reduce poverty in the city of Surabaya. The method used is a literature study by collecting information and data relevant to research problems obtained from scientific work, dissertations, theses, and so forth. This research is a descriptive type, with a qualitative approach. The theory used is the Effectiveness Theory according to William N. Dunn (2003: 430) mentions several variables, namely efficiency, adequacy, leveling, responsiveness, and accuracy. Through the literature study method, the results are obtained that economic hero policies can reduce poverty levels in Surabaya effectively. Efficiently, the policy can use resources optimally to achieve its objectives. Adequately, the policy can be one alternative to reduce poverty in the city of Surabaya. On an equal basis, the policy is open to the public and anyone can register to join this program and get the same facilities. In responsiveness, the policy received a good response from the public, as evidenced by the continued increase in the number of economic heroes which in the first year or 2010 amounted to ± 92, and in 2018 it reached 9,148 members. Accurately, the policy is considered appropriate because the policy has the main target of being a housewife who is considered to have great potential if empowered.Keywords: poverty, effectiveness, economic heroes
Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Bandung Melalui Collaborative Governance (Studi Pada Taman Ganesha) Achmad Raihan Hidayat; Galih Wahyu Pradana
Publika Vol 8 No 4 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/publika.v8n4.p%p

Abstract

Pemanasan global erat kaitannya dengan kualitas lingkungan. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalamperbaikan kualitas lingkungan adalah penataan ruang. Menurut Dirjen Cipta Karya dan Pekerjaan Umumpenyediaan ruang terbuka hijau diperkotaan dapat berbentuk taman kota yang dibuat menggunakan konsepgreen city. Taman Ganesha adalah taman yang ada di Kota Bandung dimana dalam pembangunannya terdapatkolaborasi antar institusi, baik itu dari pemerintah, masyarakat serta pihak ketiga. Jenis penelitian yangdigunakan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan sumber data sekunder. Fokus penelitian yangdigunakan adalah model collaborative governance menurut Ansell dan Gash (2007:550). Teknik pengumpulandata yang digunakan adalah teknik dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan merupakan teknikanalisis data menurut Krippendorf. Pada Kondisi awal terdapat tiga indikator yaitu sumberdaya, keuntungandan hambatan serta riwayat kerjasama. Bentuk kepemimpinan fasilitatif ditunjukan oleh Kepala Dinas DPKP3,Rektor ITB beserta jajaran staff di bidang sarana dan prasarana selaku penguasa dan pengelola taman. Bentukkelembagaan tertuang dalam aturan yang berlaku. Pada proses kolaborasi yang dilakukan terdapat empattahapan diantaranya a) face to face dialogue; b) trust building; c) commitmen to process; d) sharedunderstanding. Pada tahap pertama proses kolaborasi terdapat dialog tatap muka diprakarsai Pemerintah KotaBandung melalui DPKP3. Tahap Membangun kepercayaan tercermin dari Pemerintah Kota Bandung melaluiDPKP3 selaku fasilitator. Selanjutnya para pihak saling berkomitmen dalam mengelol Taman Ganesha sesuaidengan aturan dan kesepakatan yang berlaku. Hasil yang didapat dari terciptnya kolaborasi ini adalah TamanGanesha berperan dalam peningkatan fungsi ekologis dan fungsi rekreasi bagi sebuah taman kota.Kata Kunci: Collaborative Governance, Penyediaan Ruang Terbuka Hijau AbstractGlobal warming is closely related to environmental quality. One aspect that must be considered in improvingenvironmental quality is spatial planning. According to the Director General of Human Settlements and PublicWorks the provision of green open spaces in cities can be in the form of urban parks that are made using the conceptof green city. Taman Ganesha is a park in the city of Bandung where in its development there is collaborationbetween institutions, both from the government, the community and third parties. This type of research is aqualitative descriptive study with secondary data sources. The focus of research used is a collaborative governancemodel according to Ansell and Gash (2007: 550). The data collection technique used is the documentationtechnique. The data analysis technique used is the data analysis technique according to Krippendorf. In the initialconditions there are three indicators namely resources, benefits and constraints as well as a history of cooperation.The facilitative form of leadership was shown by the Head of the DPKP3 Office, the Rector of ITB along with thestaff in the field of facilities and infrastructure as the authorities and park managers. The institutional form iscontained in the applicable rules. In the collaboration process, there are four stages including a) face to facedialogue; b) trust building; c) commitment to process; d) shared understanding. In the first stage of the collaborationprocess there was a face-to-face dialogue initiated by the Bandung City Government through the DPKP3. The phaseof building trust is reflected in the Bandung City Government through DPKP3 as the facilitator. Furthermore, theparties are committed to managing each other in the Ganesha Park in accordance with applicable rules andagreements. The results obtained from the creation of this collaboration is that Ganesha Park plays a role inenhancing the ecological and recreational functions of a city park.Keywords: Collaborative Governance, Provision of Green Open Space
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN BURSA INOVASI DESA (BID) DI KABUPATEN BOJONEGORO (STUDI PADA BURSA INOVASI DESA CLUSTER VI TAHUN 2019) Nidiar Febrian Vidyananda; Galih Wahyu Pradana
Publika Vol 8 No 4 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/publika.v8n4.p%p

Abstract

Pada tahun 2017 pemerintah melalui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi(PDTT) meluncuran Program Inovasi Desa (PID) sebagai program strategis pemerintah. Kegiatan utamadalam PID adalah kegiatan Pengelolaan Pengetahuan Inovasi Desa (PPID) yang dilaksanakan dengantahapan pokok berupa penyelenggaraan Bursa Inovasi Desa yang selanjutnya disebut BID. BIDdiselenggarakan untuk membantu desa dalam meningkatkan kualiatas kegiatan-kegiatan pembangunan desadan pemberdayaan masyarakat yang akan didanai oleh dana desa. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui bagaimana efektivitas pelaksanaan BID di salah satu daerah di Jawa Timur yaitu KabupatenBojonegoro (studi pada BID cluster VI tahun 2019). Fokus penelitian ini dikaji menggunakan 10 (sepuluh)dari 21 (duapuluhsatu) indikator untuk mengukur efektifitas menurut Campbell dalam Sutrisno (2007:131-133), yakni : kualitas, produktivitas, kesiapsiagaan, efisiensi, pertumbuhan, motivasi, kepuasan, internalisasitujuan organisasi, konflik kohesi, dan fleksibilitas adaptasi. Subyek dari penelitian ini ditentukan denganteknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dandokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,triangulasi data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaanBID di Kabupaten Bojonegoro khususnya pada cluster VI tahun 2019 masih kurang efektif. Dari 10(sepuluh) indikator penilaian efektivitas, hanya indikator kualitas dan internalisasi tujuan organisasi yangmenunjukan penilaian cukup efektif. Penilaian pada indikator lainya menunjukan hasil yang masih kurangefektif. Sehingga sangat perlu ditingkatkan lagi perihal langkah sosialisasi, komunikasi, dan koordinasi antaraktor yang terlibat dalam pelaksanaan BID serta perlu adanya jaminan kesejahteraan yang lebih baik untukanggota TPID (Tim Pelaksana Inovasi Daerah) di kecamatan.Kata Kunci: efektivitas program, bursa inovasi desa, pemerintah desa AbstractIn 2017 the government through the Ministry of Villages, Disadvantaged Regions and Transmigration(PDTT) launched the Village Innovation Program (PID) as the government's strategic program. The mainactivity in the PID is the Village Innovation Knowledge Management (PPID) activity which is carried outwith the main stages of organizing the Village Innovation Exchange, hereinafter referred to as BID. BID isheld to assist villages in improving the quality of village development activities and communityempowerment that will be funded by village funds. The purpose of this research is to find out how effectivethe implementation of BID is in one area in East Java, Bojonegoro Regency (study on BID cluster VI in2019). The focus of this study was examined using 10 (ten) of 21 (twenty one) indicators to measureeffectiveness according to Campbell in Sutrisno (2007: 131-133), namely: quality, productivity,preparedness, efficiency, growth, motivation, satisfaction, internalization of organizational goals, cohesionconflict, and adaptability flexibility. The subject of this study was determined by purposive samplingtechnique. Data collection techniques used were interviews, observation and documentation. Analysis of thedata used is data collection, data reduction, data presentation, data triangulation and drawing conclusions.Based on the results of the study showed that the implementation of BID in Bojonegoro Regency, especiallyin cluster VI in 2019 was still less effective. Of the 10 (ten) indicators of effectiveness assessment, onlyindicators of quality and internalisation of organizational goals indicate that the assessment is quite effective.Ratings on other indicators show results that are still less effective. So it really needs to be improved againregarding the steps of socialization, communication, and coordination between actors involved in theimplementation of BID and the need for a better welfare guarantee for TPID members (Regional InnovationImplementation Team) in the district.Keywords: program effectiveness, village inovation exchanges, village governmet
PERAN PEMERINTAH DESA KO’OLAN DALAM PENEKANAN STUNTING MELALUI PROGRAM GOPO (GOJEK POSYANDU) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BANGKALAN Lailatus Suhroh; Galih Wahyu Pradana
Publika Vol 9 No 1 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/publika.v9n1.p93-104

Abstract

Pembangunan berkelanjutan yang diselenggarakan oleh suatu negara berkembang khususnya di Indonesia, membutuhkan adanya pemerataan yang tidak hanya terfokus pada infrastruktur dan perekonomian saja, melainkan juga dapat diselenggarakan melalui peningkatan mutu sumber daya manusia dan aspek kelayakan hidup masyakat yang dapat ditinjau dari segi kesehatan. Upaya tersebut, dapat dilakukan dengan cara mengurangi angka kurang gizi (stunting) yang menjadi salah satu faktor penghambat berlangsunngnya proses pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Upaya ini telah dilaksanakan oleh pemerintah Desa Ko’olan, Kecamatan Blega Kabupaten Bangkalan melalui program GOPO (Gojek Posyandu) yang diselenggarakan oleh Karang Taruna dan Bidan desa, dengan tujuan memberikan layanan antar-jemput bagi peserta posyandu. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yang dilakukan melalui proses wawancara, dokumentasi dan observasi. Fokus penelitian mengunakan 4 indikator menurut (Yeti, 2014: 24) meliputi : 1) Ketersediaan sarana dan prasarana, tersedianya sepeda motor yang digunakan berasal dari relawan, pemerintah desa sejauh ini hanya memberikan bantuan berupa 3 unit HT (Handy Talky) untuk memudahkan relawan gojek posyandu dalam menjalankan program ini. 2) Ketersediaan anggaran, tidak adanya alokasi dana desa yang dikhususkan untuk program GOPO, karena anggaran dana dikhususkan untuk pembangunan sekolah 3) Kemitraan, dalam menjalankan program ini telah melibatkan karang taruna, bidan desa, pemerintah desa serta Puskesmas Kecamatan Blega dan 4) Partisipasi dari masyarakat, mendukung adanya program, baik secara tenaga ataupun finansial. Sehingga melalui penelitian ini, diharapkan nantinya Pemerintah Desa Ko’olan mampu mengoptimalkan fungsinya dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat dalam menekan stunting, melalui program GOPO (Gojek Posyandu) sebagai salah satu wadah yang telah dibentuk oleh karang taruna. Kata Kunci : Pembangunan berkelanjutan, stunting, GOPO (Gojek Posyandu) Sustainable development which is carried out by a developing country, especially in Indonesia, requires equality that is not only focused on infrastructure and the economy, but can also be carried out through improving the quality of human resources and aspects of the feasibility of community life which can be viewed from a health perspective. These efforts can be done by reducing the number of malnutrition (stunting), which is one of the inhibiting factors for the continuation of the sustainable development process in Indonesia. This effort has been carried out by the Ko'olan Village government, Blega District, Bangkalan Regency through the GOPO (Gojek Posyandu) program organized by Karang Taruna and village midwives, with the aim of providing shuttle services for posyandu participants. This type of research uses a descriptive method using a qualitative approach, which is carried out through a process of interviewing, documentation and observation. The research focus uses 4 indicators according to (Yeti, 2014: 24) including: 1) The availability of facilities and infrastructure, the availability of motorbikes used come from volunteers, the village government has so far only provided assistance in the form of 3 HT units (Handy Talky) to facilitate motorbike taxi volunteers posyandu in carrying out this program. 2) Availability of budget, there is no allocation of village funds specifically for the GOPO program, because the budget is devoted to school construction 3) Partnership, in carrying out this program has involved youth organizations, village midwives, village government and Puskesmas Blega District and 4) Participation from community, support the program, both physically and financially. So that through this research, it is hoped that later the Ko'olan Village Government will be able to optimize its function in providing health services to the community in reducing stunting, through the GOPO program (Gojek Posyandu) as one of the platforms that have been formed by Karang Taruna. Keywords: Sustainable development, stunting, GOPO (Gojek Posyandu)
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT TUNAGRAHITA MELALUI PROGRAM RUMAH HARAPAN (STUDI KASUS DI DESA KARANGPATIHAN KECAMATAN BALONG KABUPATEN PONOROGO) Dian Nikmal Anugrawati; Galih Wahyu Pradana
Publika Vol 9 No 1 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/publika.v9n1.p135-144

Abstract

Salah satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan adalah kemiskinan. Permasalahan kemiskinan yang dapat kita jumpai pada salah satu desa yang ada di Kabupaten Ponorogo yaitu di Desa Karangpatihan Kecamatan Balong. Permasalahan kemiskinan ini dibarengi dengan adanya beberapa masyarakatnya yang menderita tunagrahita. Terciptanya ide pembentukan program khusus untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang dialami oleh masyarakat tunagrahita, program tersebut dinamakan Rumah Harapan, yang terdiri dari dua jenis kegiatan yaitu beternak hewan dan kerajinan tangan. Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yang dilakukan dengan cara mencari data yang berkaitan dengan penelitian, seperti: catatan, transkip, buku, surat kabar dan data lainnya yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat. Teknik analisis data yang digunakan merupakan teknik analisis data menurut Krippendorff. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tahapan program pemberdayaan masyarakat tunagrahita melalui program rumah harapan, adapun beberapa tahapan pemberdayaan masyarakat yaitu pertama, mengidentifikasi dan mengkaji potensi wilayah permasalahan, serta peluang-peluangnya; kedua, menyusun rencana kegiatan kelompok; ketiga, menerapkan rencana kegiatan kelompok; keempat, memantau proses hasil kegiatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemberdayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Tunagrahita Melalui Program Rumah Harapan telah dilaksanakan dengan cukup baik. Saran dari penelitian ini adalah untuk menambahkan kreasi baru dan unik pada setiap produk kerajinan tangan yang di produksi oleh masyarakat tunagrahita, sebaiknya Pemerintah Kabupaten Ponorogo dapat memberikan bantuan berupa dana untuk menunjang berjalannya kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui kerajinan tangan di Desa Karangpatihan, serta upah untuk para pelatih kerajinan tangan. Kata Kunci: Pemberdayaan, Tunagrahita, Kemiskinan One of the things that cannot be separated from people's life, both in urban and rural areas, is poverty. The problem of poverty that we can find in one of the villages in Ponorogo Regency is Karangpatihan Village, Balong District. This poverty problem is accompanied by the existence of several people who suffer from mental retardation. The creation of the idea of ​​forming a special program to address the problems of poverty experienced by mentally retarded people, the program is called Rumah Harapan, which consists of two types of activities, namely raising animals and handicrafts. The documentation technique is data collection technique in this research which is carried out by searching for data related to research, such as: notes, transcripts, books, newspapers and other data related to community empowerment. The data analysis technique used is data analysis technique according to Krippendorff. For several stages of community empowerment, first, identifying and assessing the potential problem areas and opportunities; second, compiling a group activity plan; third, implementing group activity plans; fourth, monitor the process of activity results. The results of this study indicate that Community Empowerment in Increasing the Income of the Mentally Retarded Community through the Rumah Harapan has been implemented quite well. Suggestion from this research is to add new and unique creations to every handicraft product produced by mentally retarded communities, it is better if the Ponorogo Regency Government can provide assistance in the form of funds to support community empowerment activities through handicrafts in Karangpatihan Village. Keywords: empowerment, mentally disabled, poorness
SINERGI DESA DINAS DAN DESA ADAT DALAM PENATAAN KONSEP TRI HITA KARANA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN DESA YANG BERKESINAMBUNGAN (STUDI DESA DINAS DAN DESA ADAT KALIAKAH, JEMBRANA-BALI) I Made Prastika Angga; Galih Wahyu Pradana
Publika Vol 9 No 4 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/publika.v9n4.p529-544

Abstract

The province of Bali with its uniqueness in village governance has two forms of villages, namely the Office Village and the Taditional Village which are regulated in the Bali Provincial Regulation No. 4 of 2019 concerning traditional villages, the concept of Tri Hita Karana underlies the synergy between villages in the Village government system. With the advantages and disadvantages of each village, where the Traditional Village has a strong influence on community participation while the Office Village has formal duties and authority about government administration in the village. Where based on data from the Bali Province Central Statistics Agency, 2018 related to the Village Development Index (IPD), Jembrana Regency experienced the lowest increase compared to other regencies in Bali Province. For this reason, Village development requires the influence of Traditional Villages in community participation and Village Office in affairs administrations that synergize with each other through good communication and coordination. This study uses a qualitative descriptive approach, with the determination of informants by purposive sampling, which develops into snowball sampling. The focus of the research is communication and coordination. Data analysis techniques used in this study This study uses four stages, namely data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results showed that the Office Village and Traditional Village had synergized well in terms of communication and coordination as evidenced by the delivery of information, participatory and understanding between the official Village and the Traditional Village, the participation and understanding were in harmony. Each village institution has its own credibility and coordination is carried out by means of meetings or deliberation on the basis of established regulations to reach a mutual agreement between the offices in Kaliakah Village which is based on the Tri Hita Karana concept. Keywords : Synergy, Village Office, Village People, Tri Hita Karana, Development, Village Provinsi Bali dengan keunikannya di dalam pemerintahan desa memiliki dua bentuk desa, yaitu Desa Dinas dan Desa Adat yang diatur dalam Perda Provinsi Bali No. 4 Tahun 2019 tentang desa adat, adanya konsep Tri Hita Karana mendasari sinergi antara desa dalam sistem pemerintahan Desa.Dengan adanya kelebihan dan kekurangan dari masing-masing desa, dimana Desa Adat memiliki pengaruh kuat terhadap partisipasi masyarakat sedangkan Desa Dinas memiliki tugas dan wewenang secara formal tentang administrasi pemerintahan di Desa. Dimana berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2018 terkait Indeks pembangunan Desa (IPD), Kabupaten Jembrana mengalami peningkatan paling rendah dibandingakan kabupaten lainnya yang ada di Provinsi Bali.Untuk itu pembangunan Desa memerlukan pengaruh dari Desa Adat dalam partisipasi masyarakat dan Desa Dinas dalam urusan administrasi yang saling bersinergi satu sama lain melalui komunikasi dan koordinasi yang baik .Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif, dengan penentuan informan dengan cara purposive sampling, yang berkembang menjadi snowball sampling .Fokus penelitian adalah komunikasi dan koordinasi.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan empat tahapan yaitu pengumpulan data, reduksi data.penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Desa Dinas dan Desa Adat Kaliakah sudah bersinergi dengan baik dalam hal komunikasi dan koordinasi yang dibuktikan penyampaian informasi, partisipatif dan kesepahaman antara Desa dinas dan Desa Adat, adanya partisipasi dan kesepahaman yang selaras. Setiap Lembaga desa ini memiliki kredibilitasnya masing-masing dan untuk koordinasi dilakukan dengan cara rapat atau musyawarah atas dasar peraturan yang sudah ditetapkan untuk mencapai kesepakatan bersama antara dinas di Desa Kaliakah yang berlandaskan Konsep Tri Hita Karana. Kata Kunci: Sinergi, Desa Dinas, Desa Adat, Tri Hita Karana, Pembangunan, Desa
KOLABORASI MODEL PENTAHELIX DALAM UPAYA PENANGANAN BENCANA WABAH COVID-19 DI KABUPATEN BOJONEGORO Fikky Ardiansyah; Galih Wahyu Pradana
Publika Vol 9 No 4 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/publika.v9n4.p545-560

Abstract

The COVID-19 plague has effected Indonesia significantly not only the health sector but also other sectors such as education, economics, sosial and culture, tourism to politics. The worsening climate has led Indonesia to take decision to categorize the COVID-19 plague as a national disaster poured at Keppres No. 12 years of 2020. Since the first case of COVID-19 breakout efforts to mitigate the COVID-19 plague have continued one of them trougt the pentahelix collaboration scheme which is an area in accordance with what was delivered by chairman of the satgas COVID-19. The narative calls for local government to be ready to take the leading combating the COVID-19 plague in their respective areas. Researchers are therefore interested in doing research on effort to mitigate the COVID-19 plague by using a collaborating model of pentahelix in Bojonegoro district. Study uses the combination research method of sequential explaratory model. The data analysis techniques using model presenteted by miles and huberman in qualitative stage. Whereas at the quantitative stage data analysis techniques use the likert scale. Research indicate that the five element of the collaborative model pentahelix contribute to effortd to mitigate the COVID-19 plague in the Bojonegoro, and Bojonegoro society which became a reasearch sample also agrees. This can be seen form a continum line showing result as follows, the grain statment 1 until 15 are located in the agreed area (S), except at the grain statement 8 located in hesitant area (RR). Grain statements 7 and 8 are statement to prove the hypothesis regarding academic contribution (teacher/educators) at the learning concept during the pandemic in an effort to mitigate the COVID-19 plague in Bojonegoro. although the results of the 8 statement in hasitant area (RR), but the role of academics elements as the concept could still be said good because at the grain statement 7 is still in the agreed area (S). So it can be concluded that academic elements (teacher/educators) have a role driving the concept of learning during the pandemic, but in implementating the concept is still cannot be said to be effective. Keywords: Pentahelix, disaster mitigation, COVID-19 plague. Wabah COVID-19 telah memberikan dampak signifikan bagi Indonesia, bukan hanya pada sektor kesehatan tetapi juga sektor lain seperti pendidikan, ekonomi, sosial budaya, pariwisata hingga politik. Situsi yang kian memburuk membuat Indonesia mengambil keputusan untuk mengkategorikan wabah COVID-19 sebagai bencana nasional yang tertuang pada Keppers No. 12 tahun 2020. Sejak kasus pertama muncul upaya mitigasi bencana wabah COVID-19 terus dilakukan salah satunya melalui skema kolaborasi pentahelix yang bersifat kedaerahan sesuai dengan apa yang disampaikan oleh ketua satgas COVID-19. Dengan wacana tersebut menuntut pemerintah daerah untuk siap menjadi leading dalam memerangi wabah COVID-19 di daerahnya masing-masing. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait upaya mitigasi bencana wabah COVID-19 melalui model kolaborasi pengtahelix di Kabupaten Bojonegoro. Pada tahapan kualitatif, penelitian menggunakan metode penelitian kombinasi model sequential exploratory dengan teknik analisis data menggunakan model yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Sedangkan pada tahapan kuantitatif teknik analisis data menggunakan skala Likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima unsur pada kolaborasi model pentahelix turut berkontribusi dalam upaya mitigasi bencana wabah COVID-19 di Bojonegoro, dan masyarakat Bojonegoro yang menjadi sampel penelitian sebagai validator eksternal mayoritas juga menyetujuinya. Hal tersebut dapat dilihat dari gambaran garis kontinum yang menunjukkan hasil sebagai berikut, butir pernyataan 1 sampai butir pernyataan 15 terletak pada daerah setuju (S), kecuali pada butir pernyataan 8 yang terletak pada daerah ragu-ragu (RR). Butir pernyataan 7 dan 8 merupakan pernyataan untuk membuktikan hipotesis mengenai adanya kontribusi akademisi (guru/pendidik) pada konsep pembelajaran selama pandemi dalam upaya mitigasi bencana wabah COVID-19 di Bojonegoro. Walaupun hasil pernyataan 8 terdapat pada daerah ragu-ragu (RR), namun peran akademisi sebagai konseptor masih bisa dikatakan baik karena pada butir pernyataan 7 masih berada pada daerah setuju (S). Sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa unsur akademisi (guru/pendidik) berperan dalam membuat konsep pembelajaran selama masa pandemi, tetapi dalam implementasi konsep masih belum dapat dikatakan efektif. Kata Kunci: Pentahelix, Mitigasi Bencana, Wabah COVID-19.
INOVASI PELAYANAN E-SIAP (ELEKTRONIK SISTEM APLIKASI PENDAFTARAN) DALAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BLITAR Lisa Ardelia; Galih Wahyu Pradana
Publika Vol 10 No 1 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/publika.v10n1.p309-322

Abstract

Electronic Registration Application System (E-SIAP) is an innovation presented by the Department of Population and Civil Registration of Blitar Regency, this innovation is presented with the overcoming the problem where queues are always booming every day and make it easier for the public to manage population documents without having to come to the office. With innovation, it can increase efficiency and effectiveness in service delivery. In this way the level of community satisfaction can increase. The purpose of study is to describe and analyze the implementation of the E-SIAP innovation. This research use desciptive qualitative approach. Data collection techniques consist of observation, interviews, and documentation. Data analysis techniques are carried out by collecting data, reducing data, presenting data, and drawing conclusions. The results of the study indicate that the E-SIAP innovation has been running well according to the direction of the Director General of Civil Registration of the Ministry of Home Affairs, which has declared go-digital and the Population Administration Law. The source of innovation ideas is obtained from the the community and the government of the Dispendukcapil Regency of Blitar Regency. There are still some people who take care of the innovation culture manually, namely those who do not have proper access. The capabilities and tools contained in the E-SIAP innovation can support the smooth delivery of services to the community. The goals and results are considered good by facilitating service. Then there is a good response from the community and the most basic obstacle is that there are still several generations who are not technology literate. In collecting innovation data for a single innovation, the Dispendukcapil does not only involve internal organizations but also stakeholders such as collaborating with all villages in Blitar Regency with Salam Sak Jangkah. Keywords: Service Innovation, E-SIAP, service quality.
REHABILITASI SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS INTELEKTUAL MELALUI SHELTERED WORKSHOP PEDULI (SWP) BASKARA DI DESA GEBYOG OLEH DINAS SOSIAL KABUPATEN MAGETAN Muhammad Khoirul Ichwan; Galih Wahyu Pradana
Publika Vol 10 No 1 (2022)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/publika.v10n1.p205-218

Abstract

The Kartini Social Rehabilitation Center for People with Intellectual Disabilities (BBRSPDI) in Temanggung is in collaboration with the Social Service of Magetan to organize non-institutional social rehabilitation program for people with intellectual disabilities, focusing on productive economic activities to achieve independence and create an inclusive environment. This study aims to describe the process of social rehabilitation for persons with intellectual disabilities through SWP Baskara in Gebyog Village. The focus in this study uses the theory of empowerment of the EPE (Engagement-Participation-Empowerment), consisting of four stages of empowerment, namely (i) exogenous, (ii) exogenous and endogenous, (iii) endogenous and exogenous. (iv) endogenous. Data was collected through interviews, observations and documentation study of secondary data related to the topic. The data analyzed descriptively qualitative. The results showed that the implementation of rehabilitation through SWP Baskara had a positive impact on persons with intellectual disabilities/beneficiaries in Gebyog Village, both from a social and economic perspective. Suggestions from this research are the need to develop splashed batik both in terms of products and marketing in order to increase competitiveness. In addition, increasing accessibility for persons with intellectual disabilities/beneficiaries living outside Gebyog Village is also important so that they routinely participate in activities at SWP Baskara.