Claim Missing Document
Check
Articles

Found 30 Documents
Search

RASIO KARBON:NITROGEN DALAM PENGAWETAN HIJAUAN SUMBER PROTEIN MEMPENGARUHI KUALITAS NUTRISI PRODUK BIOFERMENTASI Marthen L. Mullik; Gustaf Oematan; Twen O. Dami Dato; Yelly M. Mullik
Pastura : Jurnal Ilmu Tumbuhan Pakan Ternak Vol 9 No 1 (2019): Pastura Vol. 9 No. 1 Tahun 2019
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (934.371 KB) | DOI: 10.24843/Pastura.2019.v09.i01.p03

Abstract

Permasalahan utama yang ditemui dalam pengawetan hijauan sumber protein menjadi silase adalah proses pembusukan akibat dari sifat buffer protein yang tinggi dalam hijauan yang mungkin berkaitan dengan rasio karbon:nitrogen (C/N) yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio C/N dalam proses ensilage terhadap kualitas silage Chromolaena odorata yang merupakan salah satu hijauan sumber protein. Telah diuji empat perlakuan yaitu C0N = Chromolaeana tanpa penambahan sumber karbon (rasio C/N 14,9); CN20= Chromolaeana + tepung putak (Corypha gebanga) sebagai sumber karbon untuk mencapai rasio C/N 20, atau 25 (CN25) atau 30 (CN30) menggunakan prinsip rancangan acak lengkap 4 × 3. Variabel yang diamati adalah profil organoleptik, proporsi yang rusak, dan kandungan nutrisi silase. Data dianalisis menggunakan analisis varian untuk RAL dan perbedaan perlakuan ditentukan menggunakan Duncan test yang ditetapkan pada nilai Alfa 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meninggkatkan rasio C/N hingga 30, secara nyata meningkatkan profil organoleptik, kandungan bahan organik, protein kasar, serta menurunkan komponen serat kasar dalam silase. Disimpulkan bahwa rasio C/N dalam proses pembuatan silase hijauan sumber protein sangat penting di mana hasil terbaik dicapai dalam penelitian ini adalah rasio C/N 30. Namun, belum dapat direkomendasikan sebagai rasio yang terbaik karena hingga rasio 30, tren pengaruhnya masih berbentuk linear. Kata kunci: Chromolaena odorata, rasio C/N, silase, hijauan sumber protein, nutrisi
Pemanfatan Nutrisi pada Sapi Bali Betina Afkir yang Diberi Pakan Komplit Fermentasi Berbasis Daun Gamal dengan Level Energi Berbeda M. M. Sadipun; I Gusti N. Jelantik; M. L. Mullik
JAS Vol 1 No 4 (2016): Journal of Animal Science (JAS) - October 2016
Publisher : Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Timor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32938/ja.v1i04.256

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menilai respon kenaikan berat badan sapi bali yang diberi pakan komplit fermentasi berbasis daun gamal (Gliricidia sepium) yang mengandung tingkat tambahan energi metabolis sebesar 7 MJ. Rancangan penelitian menggunakan RAL dengan dua puluh satu ekor sapi Bali (berumur 5-8 tahun dan berat badan 174,8 - 188,9 kg) yang terdiri dari tiga perlakuan dan tujuh ulangan. Pemberian pakan berlangsung selama 12 minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan komplit fermentasi berbasis daun gamal dengan level energi metabolis berbeda (EM 7 MJ/Kg BK, EM 8 MJ/Kg BK dan EM 9 MJ/Kg BK) tidak mempengaruhi konsumsi dan kecernaan protein kasar, energy metabolis, konsumsi bahan kering tercerna, konsumsi nutrien kemudian juga cenderung meningkatkan PBB sapi Bali betina afkir yang digemukan dengan protein kasar 12,3%, dari pakan EM 8 MJ/kgBK menjadi EM 9 MJ/kgBK cenderung meningkatkan PBBHnya sebesar 0,63-0,75kg/hari. ©2016 dipublikasikan oleh JAS.
Pengaruh Pemupukan dan Interval Penyiraman terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Gajah Odot (Pennisetum purpereum cv Mott) M. L. Ressie; M. L. Mullik; T. D. Dato
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 13, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.13.2.182-188

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pemupukan pupuk kompos dan interval penyiraman terhadap pertumbuhan dan produksi rumput gajah Odot (P. purpereum cv Mott) di daerah semi arid. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 3 dengan 3 ulangan. Dosis pupuk kompos (D) sebagai faktor A: D0 (kontrol); D1 (5 ton/ha); dan D2 (10 ton/ha) dan interval penyiraman (I) sebagai faktor B: I0 (kontrol); I2 (siram 2 hari sekali 4 liter/m2); dan I2 (siram 4 hari sekali 4 liter/m2). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, produksi bahan segar dan bahan kering. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi berpengaruh sangat nyata (P?0,01) terhadap produksi bahan segar dan produksi bahan kering; berpengaruh sangat nyata (P?0,05) terhadap tinggi tanaman; dan tidak  berpengaruh terhadap jumlah rumput gajah Odot (P. purpereum cv Mott).Kata kunci : rumput gajah Odot (P. purpereum cv Mott), pupuk kompos, interval penyiraman, semi arid
Performans Ayam Broiler melalui Penggunaan Tepung Krokot (Portulaca oleracea L) yang Disubtitusikan dalam Ransum Komersial M. E. Manafe; M. L. Mullik; F. M. S. Telupere
Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol 12, No 4 (2017)
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jspi.id.12.4.379-388

Abstract

Penelitian ini dengan tujuan mengetahui pengaruh dan level penggunaan tepung krokot (Portulaca oleracea L) yang disubtitusi dalam ransum ayam broiler terhadap performans, telah dilakukan di kandang ayam milik Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Berblok (RAL B) yang terdiri dari 4 perlakuan, 5 blok dan 5 ulangan dengan masing-masing ulangan sebanyak 5 ekor sehingga total ayam adalah 100 ekor. Perlakuan tersebut yaitu Kr0= Ransum komersial tanpa tepung krokot, Kr5= Ransum komersial yang mengandung 5% tepung krokot,  Kr10= Ransum komersial yang mengandung 10% tepung krokot dan Kr15= Ransum komersial yang mengandung 15% tepung krokot. Parameter yang diukur adalah konsumsi (bahan kering, protein kasar dan serat kasar), pertambahan berat badan, konversi ransum dan berat lemak abdomen. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung krokot dalam ransum berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi, pertambahan bobot badan dan konversi ransum tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap berat lemak abdomen. Penggunaan krokot dalam ransum hingga level 15% tidak memperbaiki performans ayam broiler.Kata Kunci : Ayam broiler, tepung krokot, performans.
Pola produksi dan nutrisi rumput Kume (Shorgum plumosum var. Timorense) pada lingkungan alamiahnya Yohana Kamlasi; Marthen L. Mullik; Twen O. Dami Dato
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan (Indonesian Journal of Animal Science) Vol 24, No 2 (2014)
Publisher : Faculty of Animal Science, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of the study was to know the production system and nutrition content of Kume grass (Shorgum plumosum var. Timorense). The study used experimental method. The data were analyzed descriptively to know the production system and nutrition content of Kume grass. Two variables namely independent variables (cutting age) and dependent variables (nutritive values, plant height, dry matter production, organic matter and crude protein) were analysed statistically using correlation. The growth pattern of Kume grass from 14 to 112 days was polinomial. The increase of cutting age was followed by the increase of dry matter, organic matter, crude fiber and the decrease of crude protein. The crude fiber also increased together with the cutting age. Keywords:growth, production, nutrition, Kume grass
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KROKOT DALAM RANSUM TERHADAP KANDUNGAN TOTAL KOLESTEROL, OMEGA 3 DAN OMEGA 6 DALAM DAGING AYAM BROILER Simon Edison Mulik; Marthen Luther Mullik; Johanis Ly
JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN Vol 3 No 1 (2016): Juni 2016
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/nukleus.v3i1.790

Abstract

The aim of the experiment was to evaluate the effect of increamental level portulaca flour (Portulaca oleracea L) inclusion into commercial ration on total cholesterol, omega 3 and omega 6 of broiler meat. One hundred DOC were used in this experiment. Method used was completely randomized design (CRD) four treatments withfive replicates. The treatments were Kr00= commercial ration without portulaca flour, Kr25= commercial ration + 2,5% portulaca flour, Kr50= commercial ration + 5%portulaca flour, and Kr75= commercial ration + 7,5% portulaca flour. The results showed that including portulaca flour into commercial ration inhibit cholesterol formation resulted in a lower total cholesterol concentration by 24% in the meat. Increasing level of portulaca flour in the ration did not have effect on omega 3 concentration, but significantly reduced omega 6 concentration from 410,44 mg/100 g meat to195,52 mg/100 g meat.It can be concluded that inclusion of portulaca flour in the ration can reduce total cholesterol concentration and improve the ratio of omega 6 : omega 3 in the meat of broiler chicken. ABSTRAK Suatu penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan tepung krokot (Portulaca oleracea L) dalam ransum terhadap kandungan total kolesterol, omega 3 dan omega 6 dalam daging ayam broiler. Penelitian ini menggunakan 100 ekor ayam broiler. Metode yang digunakan adalah metode percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 ulangan. Empat perlakuan tersebut Kr00= ransum komersial tanpa tepung krokot, Kr25= ransum komersial + 2,5% tepung krokot, Kr50= ransum komersial + 5% tapung krokot, dan Kr75= ransum komersial + 7,5% tepung krokot. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan tepung krokot dalam ransum menghambat pembentukan kolesterol sehingga menurunkan total kolesterol sebesar 24%. Kandungan asam lemak omega 3 dalam daging tidak nyata dipengaruhi oleh level tepung krokot, sebaliknya asam lemak omega 6 menurun secara drastis dari 410, 44 mg/100 g daging ke 195,52 mg/100 g daging, sehingga terjadi penurunan rasio omega 6 : omega 3 dari 6,43 ke 3,77. Disimpulkan bahwa penambahan tapung krokot dalam ransum komersial untuk broiler dapat menurunkan kadar kolesterol daging dan menyebabkan rasio omega 6 : omega 3 menjadi lebih baik
QUANTIFICATION OF THE CONTRIBUTION OF MAIZE PLANTING-HARVEST CATTLE PROGRAM TO FEED AND LIVESTOCK PRODUCTION IN EAST NUSA TENGGARA PROVINCE Marthen L. Mullik; Twen O. Dami Dato; Bambang Permana; Bambang Permana; Tony Basuki; Debora Kanahau
Pastura : Jurnal Ilmu Tumbuhan Pakan Ternak Vol 11 No 2 (2022): Pastura Vol. 11 No. 2 Tahun 2022
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/Pastura.2022.v11.i02.p08

Abstract

Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bertujuan mendongkrak ekonomi petani melalui integrasi jagung-ternak. Penelitian ini mengukur penyediaan bahan baku pakan, serta estimasi daya dukung pakan bagi pengembangan ternak sapi, babi, dan ayam pada priode tanam jagung 2019-2021. Metode yang digunakan adalah Kaji Tindak. Lokasi penelitian di semua kelompok tani (n=1.867) penerima program TJPS. Pengukuran produksi biomasa jagung dilakukan saat panen memakai teknik ubinan (2,5×2,5 m). Seluruh biomasa dipanen, dipisahkan biji dari limbah (biji, klobot, tongkol, daun, batang) lalu ditimbang. Sampel setiap komponen diambil, selanjutnya semua sampel digabung sesuai komponen tanaman. Sub-sampel diambil dan diproses untuk analisis kandungan nutrisi. Variabel yang diukur adalah produksi biomasa, persentase komponen tanaman, produktivitas, dan kandungan nutrisi. Kontribusi penyediaan bahan baku, produksi pakan komplit, dan ternak dikalkulasi dari produksi biomasa. Analisis data memakai statistik deskriptif. Hasil memperlihatkan bahwa total produksi biomasa jagung selama 3 tahun adalah 193.008,87 ton bahan kering dari 22.310,5 ha lahan. Proporsi biji sebesar 46,59% dan 53,63% limbah. Potensi pakan sebesar 386.017,7 ton. Estimasi jumlah ternak yang dapat pelihara per tahun adalah 197.367 babi, atau 49.341.896 ayam, dan 94.027 sapi. Disimpulkan bahwa Program TJPS mampu menyediakan biomasa bahan baku cukup besar untuk produksi pakan ternak di NTT. Kata kunci: jagung, limbah pangan, pakan, ternak
PENGARUH RASIO KARBON-NITROGEN DALAM ENSILAGE CAMPURAN MUKUNA LOKAL (MUCUNA SP) DAN RUMPUT KUME (SORGHUM PLUMOSUM VAR. TIMORENSE) SEGAR TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI PRODUK (The effects of carbon-nitrogen ratio in ensilage of local mucuna (mucuna sp.) And... Vinensius Darmin; Twenfosel O. Dami Dato; Marthen Luther Mullik
JURNAL NUKLEUS PETERNAKAN Vol 9 No 2 (2022): Desember
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/nukleus.v9i2.7835

Abstract

The main problem in preservation of protein source forages in silage making is spoilage due to high buffering characteristic of protein. This might relates to low carbon-nitrogen (C-N) ratio in these plants. This study aimed at determining the best level of C-N ratio in ensilage process of a grass-legume mixture. A 3x4 completely randomized design (CRD) was deployed to test three C-N ratio levels as treatments. The treatments were CN20 (Mucuna sp + kume grass + rice bran to reach C-N ratio of 20, or 30 (CN30) or 40 (CN40). Variables measured were dry matter (DM), organic matter (OM), crude protein (CP), ether extract (EE), and crude fiber (CF) content of the silage. Data were analyzed using General Linear Model for CRD with an alfa value of 0.05. Treatment differences were determined using Duncan test. The results showed that C-N ratio had high significant effects on DM content (ranged from 22.5 to 32.0%), and CP content (ranged from 7.5 to 9.6%). Significant treatment effects were detected in OM content (ranged from 90.5 to 91.8%), and EE content (ranged from 2.82 to 3.66%). Meanwhile, CF was not effected by C-N ratio (ranged from 39.0 to 3.0%. 44.2%). It could be concluded that C-N the ratio of 30 is the best treatment in silage making using mixture of lelehanak-kume grass as it shows the highest OM content and had no significant difference with CN20 in CP content.
Pengaruh Pemberian Silase Rumput Odot dengan Jerami Padi Sebagai Absorban Terhadap Konsentrasi Metabolit Darah pada Ternak Kambing Maria Anaroja Naibesi; Marthen L. Mullik; Mariana Nenobais
JINGLER : Jurnal Teknik Pengolahan Pertanian Vol. 2 No. 1 (2024): Juni: JINGLER : Jurnal Teknik Pengolahan Pertanian
Publisher : Politeknik Kampar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59061/jingler.v2i1.768

Abstract

This study aims to determine the effect of giving odot grass silage with rice straw as absorbent on blood metabolite concentrations in goats. This study used a Latin square design with 4 treatments and 4 replications. The four treatments were JP0: silase consisting of 100% buckwheat, JP10: silase consisting of 90% mutton and 10% rice straw, JP20: silase consisting of 80% mutton and 20% rice straw, JP30: silase consisting of 70% odot and 30% rice straw. The data obtained were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) using SPSS 21. The parameters measured consisted of levels of erythrocytes, leukocytes, hemoglobin (Hb), packed cell volume (PCV). Absorbance had no significant effect (P>0,05) on the levels of erythrocytes, leukocytes, packed cell volume, and blood hemoglobin of kacang goats.
QUANTIFICATION OF THE EFFICIENCY OF RUMEN MICROBIAL PROTEIN SYNTHESIS IN STEERS FED GREEN TROPICAL GRASS MULLIK, MARTHEN L.; POPP, DENNIS P.; McLENNAN, STUART R.
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 11 No 1 (2008)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.185 KB)

Abstract

ABSTRACT The rate of rumen microbial crude protein (MCP) supply to the intestines is a crucial element in the current rumen models to predict respond of ruminants to a certain diet. Data from tropical pastures always below predicted results from the existing rumen models. Thus, quantification of the rumen MCP supply from tropical grass will improve predictive rate under tropical feeding conditions. Four Brahman crossbred steers (457±20.1 kg) were used in a metabolism study. Pangola grass (Digitaria erianthe cv. Steudal) was harvested every morning and fed to the animals soon after. Parameters measured were EMPS, intake, fractional passage rates, and rumen ammonia concentration. The EMPS was estimated using purine derivative excretion in urine. Crude protein and water soluble carbohydrates content were 6.3 and 7.4% of dry matter (DM) respectively. DM intake was 1.6% live weight. Average rumen ammonia concentration was 69 mg/L whilst rumen passage rates were 7.84 and 6.92 %/h for fluid and solids respectively. EMPS was only 72 g MCP/kg digestible organic matter. It might be concluded that EMPS in steers consuming green pangola grass was below the minimum level for forage diets adopted in the current feeding standards. ABSTRAK Tingkat pasokan protein mikroba rumen (MCP) ke usus halus merupakan salah satu unsur kunci dalam meramal respon pertumbuhan ruminan terhadap ransum tertentu. Data MCP hijauan tropis selalu berada di bawah nilai prediksi model rumen yang dipakai saat ini. Dengan demikian, kuantifikasi pasokan MCP rumput tropis diharapkan menjadi masukan untuk meningkatkan kemampuan prediksi model rumen untuk pakan daerah tropis. Empat sapi jantan muda Brahman persilangan (457±20,1 kg) digunakan dalam sebuah penelitian metabolisme. Rumput pangola (Digitaria erianthe cv. Steudal) dipanen setiap pagi dan langsung diberikan kepada ternak dalam kandang metabolis. Parameter yang diukur adalah produksi MCP dan efisiensi sintesis MCP (Emps), konsumsi, laju alir digesta, dan konsentrasi amonia rumen. Nilai EMPS diestimasi menggunakan turunan purin dalam urin. Kandungan protein kasar dan karbohidrat mudah larut adalah 6.3 % and 7.4%. Rata-rata konsumsi BK adalah 1.6% berat badan. Konsentrasi amonia rumen 69 mg/L, sedangkan laju alir digesta cair sebesar 7.84 %/jam and padat sebesar 6.92 %/jam. Rata-rata EMPS hanya 72 g MCP/kg bahan organik tercerna. Disimpulkan bahwa nilai EMPS untuk rumput tropis segar yang dikonsumsi oleh sapi jantan berada di bawah nilai standar hijauan yang dipedomani dewasa ini.