Claim Missing Document
Check
Articles

Produksi, isolasi dan karakterisasi superoksida dismutase dari Spirulina platensis yang dibiakkan dalam serum lateks Production, isolation, and characterization of superoxyde dismutase from Spirulina platensis cultured on latex serum . TRI-PANJI; . SUHARYANTO; Marini WIJAYANTI
E-Journal Menara Perkebunan Vol 77, No 1: Juni 2009
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (374.392 KB) | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v77i1.113

Abstract

AbstractSpirulina platensis is a blue-green microalgawhich is frequently used for food and feedsupplements and cosmetic active agent. Thismicroalga also produces a strong antioxidantnamely superoxide dismutase (SOD) used ascosmetic active agent for anti aging and anti freeradicals. SOD was isolated from S. platensis cellbiomass from local isolate grown on latex serumon semipilot (3.5 m 3 ) and pilot scale (40 m 3 )then dried with spray drying or sun drying andcharacterized. SOD was purified with sequentialtwo-stage sedimentation using ammoniumsulphate and fractionated in chromatographiccolumn containing Sephadex G 200. Thefractions were analysed to determine the activity,cofactor metal and amino acid composition of theantioxidant. The results showed thatsedimentation of SOD extract with 80%ammonium sulphate produced SOD with higheractivity compared to that of SOD fromcommercial S. platensis biomass. This SOD wassuccessfully isolated and purified. MetaloenzymeSOD was composed of subunits with molecularweight of 77.78; 71.74; and 19.2 kDa, whichcontained nine types of amino acids with tyrosineand lysine as the major amino acid components.Zn was the most predominant metal on SOD, thenfollowed by Fe and Mn. The main subunitcofactors consisted of Zn 72%, Fe 25%, Mn 2%,and Cu 1%, which were different from thesmall subunit that contained of Zn 55%, Mn 31%,Fe 14%, and Cu 4%. The stability of SOD wasachieved on pH 7.5 and temperature below 25 o C.AbstrakSpirulina platensis adalah mikroalga hijaubiru yang banyak digunakan sebagai suplemenpangan, pakan, dan bahan aktif kosmetika.Mikroalga ini juga menghasilkan antioksidankuat yaitu superoksida dismutase (SOD), yangmerupakan bahan aktif kosmetika anti penuaandini dan pencegah efek radikal bebas. SODdiisolasi dari biomassa sel S. platensis isolat lokalyang dibiakkan dalam serum lateks skalasemipilot (3,5 m 3 ) dan pilot (40 m 3 ) sertadikeringkan dengan cara pengeringan kabut(spray drying) atau penjemuran untuk kemudiandikarakterisasi. SOD dimurnikan dengan peng-endapan bertingkat menggunakan ammoniumsulfat dan dipisahkan dengan kolom kromatografiberisi Sephadex G 200. Hasil pemisahankemudian dianalisis untuk menentukan aktivitas,logam kofaktor serta komposisi asam amino antioksidan tersebut. Hasil penelitian menunjukkanbahwa pengendapan ekstrak SOD denganSOD lebih tinggi dari SOD asal biomassaS. platensis komersial. SOD tersebut telahberhasil diisolasi dan dimurnikan. MetaloenzimSOD tersusun atas subunit dengan BM 77,78;71,74; dan 19,2 kDa, yang mengandungsembilan jenis asam amino dengan tirosin danlisin sebagai komponen asam amino utama.Logam yang dominan pada SOD adalah Zn,disusul kemudian Fe dan Mn. Kofaktor sub unitbesar terdiri dari Zn 72%, Fe 25%, Mn 2%, danCu 1%, berbeda dengan sub unit kecil yangmengandung Zn 55%, Mn 31%, Fe 14%, dan Cu4%. Stabilitas SOD S. platensis dicapai pada pH7,5 dan suhu di bawah 25 o Cammonium sulfat 80% menghasilkan aktivitas
Continuously increasing of unsaturation level of crude palm oil using fermentation broth of Absidia corymbifera Peningkatan ketidakjenuhan minyak sawit kasar secara kontinyu menggunakan cairan fermentasi Absidia corymbifera . TRI-PANJI
E-Journal Menara Perkebunan Vol 68, No 1: Juni 2000
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (137.791 KB) | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v68i1.136

Abstract

Ringkasan Absidia corymbifera merupakan fungi peng­hasil asam lemak takjenuh majemuk yaitu asam linoleat dan asam y-linolenat. Produksi asam lemak jenis ini berkaitan dengan aktivitas enzim desaturase yang terdapat balk di dalam sel maupun di dalam cairan fermentasi (di luar sel). Enzim ini berpotensi untuk dimanfaatkan dalam biokonversi enzimatik guna meningkatkan ketidak­jenuhan minyak sawit kasar (CPO). Penelitian ini bertujuan meningkatkan ketidakjenuhan minyak sawit kasar melalui biokonversi enzimatis secara kontinyu menggunakan cairan fermentasi Absidia corymbifera Pertama, fungi ini dikulturkan dalam media cair mengandung CPO dengan suplemen garam tertentu menggunakan bioreaktor film per­mukaan. Setelah inkubasi, biomassa fungi disaring dan sisa CPO dipisahkan. Cairan fermentasi diisi­kan ke dalam kolom gelas dan CPO dipompakan dari bagian bawah kolom menggunakan pompa peristaltik Analisis komposisi asam lemak dilaku­kan terhadap CPO sebelum dan setelah bio­konversi serta terhadap lipid biomassa. Karakter­isasi lipid dilakukan terhadap CPO sebelum dan setelah biokonversi, meliputi angka asam, angka iod, dan angka penyabunan. Hasil penelitian me­nunjukkan bahwa cairan fermentasi A. corym­bifera mampu meningkatkan ketidakjenuhan CPO dan kandungan asam lemak talfenuh majemuk Peningkatan ketidakjenuhan berkurang selama proses biokonversi kontinyu yang diduga disebab­kan menurunnya aktivitas enzim desaturase. Angka asam dan angka penyabunan tidak me­ningkat secara nyata yang menunjukkan bahwa pada proses tersebut tidak terjadi pemecahan gliserida dari CPO.Summary Absidia corymbifera is a fungus producing polyunsaturated fatty acids (PUFA), namely linoleic and y-linolenic acids. Production of these kind of fatty acids is related to the acitivity of desaturase enzyme existing both inside and outside cell (in fermentation broth). This enzyme is potential to be used in enzymatic bioconversion for increasing unsaturation level of crude palm oil (CPO). The objective of this research was to increase unsaturation level of CPO through con­tinuous enzymatic bioconversion using fermen­tation broth of A. corymbifera. This fungus was firstly cultured on a media containing CPO supplemented with certain salts using surface film bioreactor. After incubation, fungal biomass was filtered and residual CPO was then separated. Fermentation broth was filled to a glass column and CPO was pumped from the bottom side of the column using a peristaltic pump. Analysis of fatty acid composition was carried out on CPO before and after bioconversion as well as to lipid biomass. Lipid characterization was carried out for CPO before and after bioconversion, including acid, iodine and saponification numbers. The results showed that fermentation broth of A. corymbifera was capable of increasing unsaturation level CPO and the content of polyunsaturated fatty acids. Desaturation process decreased during bioconversion which was possibly caused by the decrease of activity of desaturase enzyme. Acid and saponification numbers did not increase significantly, indicated that hydrolysis glyceride of CPO did not occur.
Produksi dan kualitas jamur tiram (Pleurotus ostreatus) pada beberapa konsentrasi limbah sludge pabrik kertas Production and quality of oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) on selected concentration of sludge of paper industry Happy WIDIASTUTI; . TRI-PANJI
E-Journal Menara Perkebunan Vol 76, No 2: Desember 2008
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.788 KB) | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v76i2.86

Abstract

Summary An experiment has been conducted to study the effect of sludge concentration,  waste of paper industry using raw material of recycled paper, as media on oyster mushroom production and quality. Twelve treatment tested are combination of two oyster mushroom strains are oyster mushroom of Bogor (JTB) and oyster mushroom of Taiwan (JTT), three media composition (sawdust, sludge, and sawdust+ sludge (50/50, v/v), and two levels of supplement addition (with rice bran+gypsum+ lime and without) with 10 replications. The production of the  mushroom was conducted  in bag log capacity of 1 kg fresh weight (water content 50%). The result showed that sludge can be used as mixture of oyster mushroom production with the composition 50:50 v/v of sawdust and sludge. Since the higher number of contamination, addition of supplement reduce oyster mushroom production as well as biological efficiency, but increased protein content of fruiting body. The content of Cd, and Pb were below the permissible limits, Cu was higher than the limits but still in the range. The Fe content of mushroom fruit body was higher both in sawdust (147.92 – 149.56 ppm) and sawdust+sludge (295.82 – 335.12 ppm) as media. However, the uptake of Fe of JTT was less (49.08-59.64 ppm) compared to that of JTB (147.92-335.12 ppm).Ringkasan Penelitian dilakukan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi sludge limbah pabrik kertas berbahan baku karton bekas sebagai medium terhadap produksi dan kualitas jamur tiram. Dua belas perlakuan yang diuji merupakan kombinasi dua galur jamur tiram, yaitu Jamur Tiram Bogor (JTB) dan Jamur Tiram Taiwan (JTT), tiga jenis komposisi medium (serbuk gergaji, sludge, dan sludge+ serbuk gergaji), dan dua tingkat suplemen (dengan dan tanpa) yang diulang 10 kali untuk masing-masing perlakuan. Produksi jamur tiram dilakukan menggunakan bag log  berkapasitas 1 kg basah (kadar air 50%). Hasil percobaan menunjukkan bahwa sludge dapat digunakan sebagai campuran serbuk gergaji dalam produksi jamur tiram dengan per-bandingan 50:50 (v/v). Pemberian suplemen menurunkan produksi jamur tiram demikian pula efisiensi biologi namun meningkatkan kadar protein tubuh buah. Di dalam tubuh buah JTB, kandungan logam Cd, dan Pb berada di bawah batas yang diijinkan, sedangkan kandungan Cu di atas ambang walaupun masih dalam kisaran. Kandungan  Fe dalam tubuh buah jamur relatif tinggi baik yang ditumbuhkan pada serbuk gergaji sebagai medium standar (147,92 - 149,56 ppm) maupun yang ditumbuhkan pada medium campuran sludge+serbuk gergaji (295,82 - 335,12 ppm). Serapan Fe tubuh buah JTT jauh lebih rendah (49,08- 59,64 ppm) dibandingkan dengan serapan Fe JTB (147,92-335,12 ppm).  
Isolasi dan mikroenkapsulasi vitamin E dari crude palm oil sebagai sumber antioksidan bahan pangan Isolation and microencapsulation of vitamin E from crude palm oil as source of food antioxidant Irma KRESNAWATY; Asmini BUDIANI; . TRI-PANJI; . SUHARYANTO
E-Journal Menara Perkebunan Vol 80, No 2: Desember 2012
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.43 KB) | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v80i2.38

Abstract

AbstractIn order to increase  value added  and  to support downstream industry of  palm oil, minor components of the oil such as β-carotene and vitamin E should be utilized. Vitamin E is a high value  vitamin  that could be used as material for pharmaceutical and  neutraceutical products. Technological constraints encountered in the utilization of  vitamin E from CPO are lack of optimal extraction and purification method as well as the way to stabilize of the product. The research was conducted to find optimal extraction and purification method of vitamin E from CPO and microencapsulation method of vitamin E as pharmaceutical and neutraceutical product. The research showed that vitamin E could be recovered  from CPO by several steps process including saponification using NaOH, separation of unsaponificated  solution,  followed by dissolution using 2-propanol in hexane and extraction  using methanol. Raw extract of vitamin E was then purified by coloumn chromatography with stationary phase of silica gel and mobile phase (eluent) of petroleum benzene/ diethyl ether/acetic acid 70 : 30 : 0,2. Purified vitamin E could be collected as fraction 4-8. Vitamin E obtained  had  similar antioxidant activity as in pure vitamin E (Sigma) and vitamin C. Microencapsulation method could be conducted using arabic gum as coating material followed by spray drying and resulted IC50-DPPH value 132.55  ppm which considered middle activity category.AbstrakUntuk meningkatkan nilai tambah dan mengem-bangkan industri hilir minyak kelapa sawit (CPO), komponen minor minyak tersebut seperti vitamin E dan β-karoten perlu dimanfaatkan. Vitamin E merupakan produk bernilai ekonomis tinggi sebagai bahan farmaseutikal dan neutrasetikal. Kendala yang dihadapi dalam pemanfaatan vitamin E dari CPO, yaitu belum tersedianya teknik ekstraksi dan purifikasi yang optimal dan cara memper-tahankan stabilitas vitamin E. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh teknik ekstraksi dan purifikasi vitamin E dari CPO dan teknik mikroenkapsulasi vitamin E sebagai bahan farmaseutikal dan neutrasetikal.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa vitamin E dapat diproduksi dengan beberapa tahapan yakni saponifikasi dengan NaOH, pemisahan lapisan pekat tak tersabunkan, pelarutan dengan2-propanol dalam heksana, ekstraksi dengan metanol dan pelarutan ekstrak dengan 2-propanol dalam heksana. Ekstrak kasar vitamin E dimurnikan dengan kromatografi kolom dengan fasa diam silika gel dan fasa gerak petroleum benzen/dietil eter/asam asetat = 70 : 30 : 0,2. Vitamin E dapat dimurnikan pada fraksi ke-4 sampai dengan ke-8. Aktivitas antioksidan vitamin E hasil ekstraksi tersebut setara dengan vitamin E murni (Sigma). Teknik mikroenkapsulasi vitamin E hasil ekstraksi dari CPO dapat dilakukan dengan penyalut gum arab dan pengeringan dengan spray dryer  yang menghasilkan anti-oksidan dengan aktivitas IC50 DPPH = 132,55 ppm yang termasuk kategori beraktivitas sedang.
Sintesis gliserol ester berbasis asam oleat sawit dan karakteristik sifat fisika kimia Firda DIMAWARNITA; Erliza HAMBALI; Tri PANJI; . MUSLICH; Yora FARAMITHA
E-Journal Menara Perkebunan Vol 89, No 2 (2021): Oktober, 2021
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v89i2.464

Abstract

Peningkatan kapasitas produksi biodiesel menyebabkan meningkatnya produksi gliserol. Salah satu cara alternatif untuk meningkatkan nilai ekonomi gliserol adalah melalui esterifikasi gliserol menjadi surfaktan, yaitu gliserol ester (GE). Penelitian ini bertujuan melakukan sintesis GE berbasis asam oleat sawit dengan waktu reaksi 180 menit menggunakan katalis p-toluenesulfonic acid (PTSA). Suhu sintesis yang digunakan, yaitu:140, 160, 180, dan 240°C. Hasil uji ANOVA dan Duncan (α = 0,05) menunjukkan bahwa suhu sintesis berpengaruh nyata pada rendemen, angka asam, dan viskositas. Proses sintesis GE optimum diperoleh pada suhu sintesis 160°C dengan nilai rendemen GE sebesar 95,66%, pH 7, nilai angka asam 11,28 mg KOH/g sampel, viskositas kinematis 75,76 cst, dan densitas 0,944 g cm-3. Suhu sintesis 160°C, 180°C, dan 240°C menghasilkan rendemen yang tinggi, berkisar 95,66-97,07% dan tidak berbeda nyata antara ketiganya. Analisis menggunakan metode Analytical Hierarchy Process(AHP) juga menghasilkan suhu terbaik untuk sintesis GE adalah 160°C. Produk GE yang terbentuk mengandung gugus ester, asam karboksilat, dan alkohol yang muncul pada 1240,41-1739,62 cm-1.[Kata kunci: biodiesel, esterifikasi, katalis PTSA, surfaktan]  
Karakterisasi gen penyandi lipase dari kapang Rhizopus oryzae dan Absidia corymbifera Characterization of gene encoding lipase from fungus Rhizopus oryzae and Absidia corymbifera Riza A PUTRANTO; Djoko SANTOSO; . TRI-PANJI; . SUHARYANTO; Asmini BUDIANI
E-Journal Menara Perkebunan Vol 74, No 1: Juni 2006
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (471.091 KB) | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v74i1.118

Abstract

SummaryLipase is a group of enzymes which catalyze fat hydrolysis. Lipase is recently used to produce diacylglycerol (DAG) from triacylglycerol (TAG). Lipase  can be used to produce healthy oil. Having a rich biodiversity, Indonesia has the opportunity to produce lipase using indigenous microbes, such as molds. This research aimed to detect  LIPASE  gene on several strains of molds employing PCR technique. Genomic DNAs were isolated from four strains of molds (M. sitophila, R. oryzae, R. microsporus, and A. corymbifera). Heterologous primers for LIPASE  were designed based on the conserved region of 12 LIPASE  sequences accessed from GenBank and used to amplify the genomic DNA resulted in a 466 bp fragmen. BLAST analysis showed that the bands of DNAs have high homology with common lipase protein in several strains of  Rhizopus.Ringkasan Lipase merupakan kelompok enzim yang berfungsi sebagai biokatalis hidrolisis lemak. Lipase banyak digunakan untuk konversi triasilgliserol (TAG) menjadi diasilgliserol (DAG). Penggunaan lipase penting untuk produksi minyak sehat (healthy oil). Indonesia dengan keanekaragaman hayati tinggi berpeluang besar   mengembangkan   produksi   lipase   dari mikroba lokal, salah satunya adalah kapang. Deteksi gen merupakan langkah awal dalam upaya peningkatan produksi lipase melalui rekayasa genetika. DNA genomik empat galur kapang (M. sitophila, R. oryzae, R. microsporus, dan A. corymbifera) telah berhasil diisolasi. Sepasang primer heterologous telah berhasil dirancang berdasarkan daerah terkonservasi 12 sekuen gen LIPASE dari GenBank. Amplikon DNA yang diperoleh pada PCR menggunakan pasangan primer RLP memiliki panjang 466 bp. Analisis BLAST memperlihatkan bahwa amplikon PCR memiliki homologi yang tinggi dengan protein LIPASE  beberapa galur Rhizopus. 
Gliserolisis enzimatik CPO dengan lipase amobil untuk produksi diasil dan monoasil gliserol (Enzymatic glicerolysis of CPO using immobilized lipase for production of diacyl- and monoacyl glycerol) TRI - PANJI; Firda DIMAWARNITA; Irma KRESNAWATY; Susy SAADAH; Tri AMININGSIH; Mira MIRANTI
E-Journal Menara Perkebunan Vol 87, No 1 (2019): April, 2019
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.681 KB) | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v87i1.321

Abstract

 CPO is one of the largest plantation commodities that has a lot of derrivative products, among others are DiAcyl Glycerol (DAG) and MonoAcyl Glycerol (MAG). These derivative products have much higher added value because these can serve as healthy oil that able to prevent fat accumulation  in human body.The industry of the derivative products is not yet developed in Indonesia, among others are caused by underdeveloped technology of specific lipase enzyme for the production of DAG 1.3- glycerides, the stability and the activity of lipase enzyme need to be improved. This research was conducted with the aim to develop the production technology for 1.3-glycerides, developthe technology forlipase immobilization, develop the technology for CPO glycerolysis with immobilized lipase, and obtain the data composition of glycerolysis products. Lipase-producing fungi were isolated from tempeh, then cultured in a growth medium containing CPO. Lipase was then immobilized on severall solid support. Glycerolysis product composition was analyzed by Thin Layer Chromatography. The research results showed that the immobilization of lipases from Rhyzopus oryzae with adsorption techniques can be performed using zeolite, CaCO3, silica gel, and cow bones. The highest activity of immobilized lipase is on CaCO3as much as 99.46%, then on cow bones (91.56%), on zeolite (90.69%), andsilica gel (59.63%). The optimum condition of non immobillized lipase is pH 7 and temperature 30 °C, while immobilized lipase on CaCO3 is at  pH 8 and temperature35 ° C. Lipase immobilized on zeolite is at pH 8 and temperature of 30 ° C, on cow bone is at pH 7 and temperature of 30° C, andon silica gel is at pH 8 and temperature of 30° C. The all immobilized lipases are more stable than the free enzyme since the first week of storage. The optimum time of DAG production by immobilized lipase on CaCO3 is 18 hours to produce DAG level of 34.49% of the substrate.[Keywords: enzymatic glycerolysis, lipase, DAG, MAG, enzyme immobilization] AbstrakCPO merupakan komoditas perkebunan  yang memiliki banyak produk turunan, di antaranya Diasil Gliserol (DAG) dan Monoasil Gliserol(MAG). Produk turunan  tersebut memiliki nilai jual yang  tinggi karena dapat berfungsi sebagai minyak sehat dengan kemampuannya mencegah akumulasi lemak dalam tubuh. Industri produk turunan ini belum banyak berkembang di Indonesia karena belum berkembangnya teknologi produksienzim lipase spesifik 1,3 gliserida untuk produksi DAG, serta stabilitas dan aktivitas enzim lipase yang masih perlu ditingkatkan.Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi produksi lipase spesifik 1,3-gliserida, teknologi amobilisasi lipase, teknologi gliserolisis CPO dengan lipase amobil, dan memperoleh data komposisi produk gliserolisis. Fungi penghasil lipase diisolasi dari tempe atau oncom, kemudian dibiakkan dalam media tumbuh mengandung CPO. Lipase kemudian diamobilisasi dalam beebrapa padatan pendukung. Komposisi produk gliserolisis dianalisis dengan metode Kromatografi Lapis Tipis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa amobilisasi enzim lipase Rhyzopus oryzaedengan teknik adsorpsi dapat dilakukan menggunakanzeolit, CaCO3, silika gel, dan tulang sapi. Aktivitas enzim  tertinggi terdapat pada enzim yang diamobilisasi CaCO3sebesar 99,46%, kemudiantulang sapi 91,56%, zeolit 90,69%, dan silika gel 59,63%. Kondisi optimum lipase bebas ialah pH 7 dan temperatur 30 °C, sedangkan lipase teramobilpada CaCO3ialah pH 8temperatur 35 °C,lipase teramobil zeolit ialah pH 8 temperatur 30°C, lipase teramobil tulang sapi ialahpada  pH 7 temperatur 30°C, dan lipase teramobilsilika gel ialah pH 8 temperatur 30 °C. Seluruh lipase teramobil lebih stabil dibandingkan enzim bebas sejak penyimpanan pada minggu pertama.Waktu optimum produksi DAG dengan lipase teramobil pada CaCO3ialah selama 18 jam menghasilkan kadar DAG sebesar 34,49%  dan MAG 29,22% dari substratnya.[Kata kunci: gliserolisis enzimatik, lipase, DAG, MAG, amobilisasi enzim
Pola aktivitas enzim ligninolitik Pleurotus ostreatus pada limbah sludge pabrik kertas Activity pattern of ligninolytic enzyme of Pleurotus ostreatus in sludge waste of paper factory Happy WIDIASTUTI; . TRI-PANJI
E-Journal Menara Perkebunan Vol 76, No 1: Juni 2008
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.108 KB) | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v76i1.95

Abstract

Summary Sludge is a solid waste abundantly available on paper factory that is economically unutilized and tends to pollute environment. This waste can be used as growth media for oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) as edible mushroom and ligninolytic enzymes production as well. A research has been conducted to study the activity pattern of ligninolytic enzymes of oyster mushroom grown on the sludge waste of recycle paper factory. Six treatments were examinated consisted of three media combinations (sawdust, sludge, sludge mixed with sawdust), with and without supplementing with rice bran, lime, and gypsum, and two mushroom strains Bogor oyster mushroom (JTB) and China Taipei oyster mushroom (JTT). Monitoring of ligninolytic enzyme activity consisting of laccase, mangan peroxidase (Mn-P) and lignin peroxidase (Li-P),  was subsequently regularly started since inoculation, at vegetative phase (four and six weeks), primordial formation, phase of fruiting body formation, and two weeks after formation of fruiting body. Each treatment was repeated three times, so that 216 bag logs of oyster mushroom cultures were performed. The results showed that laccase, Mn-P, and Li-P activities could be observed on sludge or mixture of sludge+sawdust media inoculated with P. ostreatus. Generally, the highest activity of ligninolytic enzymes especially for laccase and MnP were observed at the first vegetative growth phase i.e. before emerging primordial of fruiting body (1.697 & 2.113 U/mL, 4.394 & 2.314 U/mL  respectively for JTB and JTT laccase and JTB & JTT Mn-P). The highest Li-P activity was affected by the kind of media and strain of inoculum. In sludge medium, the highest Li-P activity was observed in  vegetative growth phase (2.706 & 4.014 U/mL respectively for JTB and JTT) while in a mixture of sludge + sawdust the highest activity of that enzyme was observed in primordial phase of growth (2.509 & 1.9 U/mL respectively for JTB and JTT). Addition of supplement to the sludge increased ligninolytic activity, while laccase activity of sludge was suggested could be more enhanced by mixing the sludge with sawdust and enrich with rice bran, gypsum and lime. Ringkasan                                                Sludge merupakan limbah padat yang tersedia melimpah di pabrik kertas dan belum dimanfaatkan secara ekonomis sehingga berpotensi mencemari lingkungan. Limbah ini dapat dimanfaatkan sebagai medium tumbuh jamur konsumsi seperti jamur tiram (Pleurotus ostreatus) dan penghasil enzim ligninolitik. Penelitian dilakukan untuk mempelajari pola aktivitas enzim ligninolitik jamur tiram pada limbah sludge pabrik kertas selama fase vegetatif sampai setelah fase generatif. Enam perlakuan yang diuji berupa tiga kombinasi komposisi medium (serbuk gergaji, sludge, campuran sludge dan serbuk gergaji), dengan dan tanpa pengayaan, yaitu penambahan dedak, kapur, dan gipsum,  serta dua strain jamur tiram Bogor (JTB) dan jamur tiram China Taipei (JTT). Pengamatan aktivitas enzim ligninolitik meliputi lakase, mangan peroksidase (Mn-P) dan lignin peroksidase  (Li-P) dilakukan sejak saat inokulasi, pada fase vegetatif (empat dan enam minggu), pada saat pembentukan primordia, fase tubuh buah, dan dua minggu setelah pembentukan tubuh buah. Masing-masing perlakuan diulang tiga kali sehingga terdapat 216 bag log jamur tiram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas ligninolitik dijumpai pada medium sludge dan campuran sludge+serbuk gergaji yang diino-kulasi P. ostreatus. Aktivitas enzim ligninolitik tertinggi khususnya lakase dan MnP teramati pada fase pertumbuhan vegetatif pertama yaitu sebelum terbentuknya primordia (1,697 & 2,113 U/mL, 4,394 & 2,314 U/mL  masing-masing untuk lakase JTB dan JTT dan MnP  JTB & JTT). Aktivitas LiP tertinggi dipengaruhi oleh jenis medium dan strain inokulum. Pada medium sludge, aktivitas LiP tertinggi dijumpai pada fase vegetatif (2,706 & 4,014 U/ml masing-masing untuk JTB dan JTT) sedangkan pada medium campuran sludge+serbuk gergaji, aktivitas enzim  ter-tinggi dijumpai  pada fase primordia (2,509 & 1,9 U/ml berturut-turut untuk JTB dan JTT). Pengayaan sludge meningkatkan aktivitas ligninolitik, sedangkan aktivitas lakase pada sludge diduga dapat lebih ditingkatkan dengan menambahkan serbuk gergaji disertai pengayaan berupa gipsum, dedak, dan kapur.
Fortifikasi senyawa selenium pada jamur tiram coklat (Pleurotus pulmonarius dan Pleurotus sajor-caju) Firda DIMAWARNITA; Yora FARAMITA; . TRI-PANJI
E-Journal Menara Perkebunan Vol 88, No 1 (2020): April, 2020
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.798 KB) | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v88i1.353

Abstract

Selenium (Se) is one of the most important micronutrients needed for human health. However, the content of Se compound in animals and plants isrelativelysmallin order to meet recommended intakes of Se. Therefore, Se fortification in food source, such as mushroom, is needed. In this study, fortification was carried out by adding sodium selenite to the growth media (the mixture of sawdust and OPEFB) of brown oyster mushrooms included Pleurotus pulmonarius and Pleurotus sajor-caju, in various concentrations of 100, 200, 300, and 400 ppm. The results showed that the highest absorption of Se in P. pulmonarius and P. sojur caju (3.51 and 2.31 %, respectively) obtained from 200 ppm sodium selenite addition. High concentrations of sodium selenite in baglog media tend to inhibit mycellium growth and the production of mushroom fruiting body. The additions of 200 ppm sodium selenite in baglog media of P. pulmonarius and P. sajor-caju were the best treatment in term of the fastest mycelium coverage in 40 and 37 days with the highest biological efficiency ratio (BER) value of 18.80 and 17.89 %, respectively.Layu Senyawa selenium (Se) merupakan salah satu mikronutrien terpenting yang harus dipenuhi kebutuhannya dalam tubuh. Akan tetapi, kandungan senyawa Se pada hewan dan tumbuhan sangat kecil untuk memenuhi kebutuhan asupan Se yang dianjurkan. Oleh karena itu, fortifikasi Se pada sumber pangan seperti pada jamur diperlukan. Dalam penelitian ini, fortifikasi dilakukan dengan menambahkan sodium selenit ke dalam media pertumbuhan (campuran serbuk gergaji dan TKKS) jamur tiram coklat, yaitu Pleurotus pulmonarius dan Pleurotus sajor-caju dengan berbagai konsentrasi,diantaranya: 100, 200, 300, dan 400 ppm. Hasil penelitian menunjukkan penyerapan Se tertinggi pada P. pulmonarius dan P. sojurcaju yaitu masing-masingsebesar 3,51 dan 2,31% diperoleh dari penambahan sodium selenit 200 ppm. Konsentrasi sodium selenit yang tinggi pada media baglog cenderung menghambat pertumbuhan miselium dan produksi tubuh buah jamur. Penambahan sodium selenit sebanyak 200 ppm pada media baglog P. pulmonarius dan P. sajor-caju merupakan perlakuan terbaik ditinjau dari waktu tercepat pertumbuhan miselium jamur menutupi media dalam baglog, yaitu masing-masing 40 dan 37 hari dengan nilai biological efficiency ratio (BER) tertinggi, yaitu 18,80 dan 17,89 % secara berurutan.
Optimisasi dan pemurnian IAA yang dihasilkan Rhizobium sp. dalam medium serum lateks dengan suplementasi triptofan dari pupuk kandang Optimization and purification of IAA produced by Rhizobium sp. in latex serum media supplemented with tryptophan from chicken manure Irma KRESNAWATY; Syeda ANDANAWARIH; . SUHARYANTO; . TRI-PANJI
E-Journal Menara Perkebunan Vol 76, No 2: Desember 2008
Publisher : INDONESIAN RESEARCH INSTITUTE FOR BIOTECHNOLOGY AND BIOINDUSTRY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.428 KB) | DOI: 10.22302/iribb.jur.mp.v76i2.83

Abstract

Summary Concentrated latex effluent had not been economically utilized, consequently it had become source of environmental pollution and conflicts with surrounding community. Whereas, the concentrated latex effluent could be used as substrate for microbes growth media due to its high concentration of carbon and nitrogen. One of the economical benefits of growing Rhizobium sp. in this waste is the production of  indole acetic acid (IAA) that  can be used for plant promotion growth. The aims of this research were to get the optimal IAA production of Rhizobium sp. by optimizing its tryptophan supplementation through hydrolysis of chicken manure and to purify IAA produced using chromatographic method. The use of chicken manure directly caused the browning effect, therefore these experiments were carried out the variation of NaOH 2 N hydrolysis treatments to reduce the effect. Direct hydrolysis as the first media  was obtained by mixing latex serum and manure, and then this mixture was hydrolyzed. Meanwhile, separated hydrolysis was done by adding water to manure, being hydrolyzed, and divided to become second and third media. The second media  was made by mixing manure hydrolysate and latex serum directly, whereas in third media, hydrolisate was added with alum as coagulating agent. Rhizobium sp. was then inoculated to all media and incubated for 24, 48, and 72 hours in 27-30oC. IAA was analyzed by spectrophotometric method with Salkowsky reagent and Thin Layer Chromatography (TLC). IAA was then extracted with ethyl acetate and purified with silica gel column chromatography. The separated hydrolysis without coagulation (second media) produced the highest IAA concentration, that is 14.40 mg/mL, whereas IAA produced by direct hydrolysis (first media) was 14.13 mg/mL and 0.90 mg/mL for third media  during 48 hours. The fractionation result  for each mediums showed that the highest IAA distribution in first media  was the 12th fraction (38.70%), meanwhile in second media  was the 15th fraction (50.25%) and in the third  media was the 13th fraction (26.16%). Ringkasan Limbah lateks pekat saat ini belum di-manfaatkan secara ekonomis, bahkan menjadi sumber pencemaran lingkungan dan konflik dengan masyarakat sekitarnya. Padahal limbah lateks pekat dapat digunakan sebagai substrat pertumbuhan mikroba karena memiliki kandungan karbon dan nitrogen yang cukup tinggi.  Salah  satu  nilai  ekonomis yang dapat diperoleh dengan ditumbuhkannya Rhizobium sp. pada limbah tersebut, yaitu dihasilkannya asam indol asetat (indol acetic acid/IAA) yang dapat digunakan untuk memacu pertumbuhan tanaman. Penelitian ini bertujuan memperoleh produksi IAA optimal yang dihasilkan Rhizobium sp. dengan asupan triptofan dari hidrolisis pupuk kandang dan memurnikan IAA yang dihasilkan tersebut dengan metode kromatografi. Penggunaan pupuk kandang secara langsung menyebabkan efek pen-cokelatan, maka dilakukan variasi perlakuan hidrolisis dengan NaOH 2 N untuk mengurangi efek tersebut. Hidrolisis langsung sebagai medium pertama diperoleh dengan mencampur serum lateks dan pupuk kandang, sedangkan hidrolisis terpisah dilakukan dengan menambah pupuk kandang dengan air,  dan dibagi menjadi medium kedua dan ketiga. Medium kedua dibuat dengan cara  langsung mencampur hidrolisat dan serum lateks, sedangkan pada medium ketiga, hidrolisat diendapkan dengan alum sebagai bahan pengendap.  Kemudian ke dalam masing-masing medium diinokulasi  Rhizobium sp. dan diinkubasi selama 24 ,48, dan 72 jam pada suhu 27-30oC. Analisis IAA dilakukan secara spektrofotometri dengan metode Salkowski dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). IAA diekstraksi menggunakan etil asetat dan dimurnikan dengan kromatografi kolom silika gel. Hidrolisis terpisah tanpa pengendapan (medium kedua) menghasilkan IAA tertinggi, yaitu 14,40 mg/mL, sedangkan hidrolis langsung (medium pertama) menghasilkan IAA sebesar 14,13 mg/mL dan medium ketiga sebesar 0,90 mg/mL selama 48 jam. Hasil fraksinasi untuk masing-masing medium menunjukkan sebaran IAA tertinggi pada medium pertama berada pada fraksi ke-12 (38,70%), sedangkan pada medium kedua pada fraksi ke-15 (50,25%), dan pada medium ketiga ialah fraksi ke-13 (26,16%).