Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

PENGETAHUAN DAN PRAKTIK KESEHATAN SEKSUAL DI KALANGAN PELAKU PERKOSAAN DI BENGKULU Kosvianti, Emi
Avicenna: Jurnal Ilmiah Vol 16, No 3 (2021): Jurnal Ilmiah Avicenna
Publisher : Public Health Department, Faculty of Health Science University Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36085/avicenna.v16i3.2801

Abstract

Latarbelakang: Perkosaan merupakan salah satu issu penting kesehatan masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Hal ini antara lain disebabkan karena perkosaan berakibat pada timbulnya berbagai konsekuensi negatif pada kesehatan korban maupun pelaku.  Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa perilaku seksual ini banyak dikaitkan dengan aspek kesehatan fisik seperti kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular seksual, disamping outcome kesehatan mental dan sosial. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi penting dalam rangka menjelaskan tentang pengetahuan dan praktik kesehatan seksual yang dimiliki pelaku perkosaan, khususnya terkait dengan pengetahuan pubertas, pengetahuan dan praktik pencegahan KTD dan PMS. Metode: Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan adalah 29 pelaku perkosaan yang direkrut dari 3 Lembaga Pemasyarakatan (LP) dan 1 Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) yang ada di wilayah provinsi Bengkulu. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam berdasarkan panduan wawancara. Hasil: Penelitian ini menemukan bahwa informan (pelaku perkosaan berusia kurang dari 18 tahun) memiliki riwayat sebagai seksual aktif sejak usia dini. Informan memiliki pengetahuan yang rendah terkait dengan pubertas, KTD dan PMS. Indikasi rendahnya pengetahuan kesehatan seksual ini antara lain terlihat dari banyaknya mitos seksualitas yang berkembang di kalangan pelaku. Temuan lain juga menunjukkan rendahnya upaya informan untuk melakukan pencegahan KTD dan PMS. Kesimpulan: Secara keseluruhan dari penelitian ini menyimpulkan bahwa secara umum pelaku perkosaan berusia kurang dari 18 tahun memiliki pengetahuan kesehatan seksual rendah yang sejalan dengan praktik kesehatan seksual yang buruk. 
PENGETAHUAN DAN PRAKTIK KESEHATAN SEKSUAL DI KALANGAN PELAKU PERKOSAAN DI BENGKULU Emi Kosvianti
Avicenna: Jurnal Ilmiah Vol. 16 No. 3 (2021): Avicenna: Jurnal Ilmiah
Publisher : Public Health Department, Faculty of Health Science University Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36085/avicenna.v16i3.2801

Abstract

Latarbelakang: Perkosaan merupakan salah satu issu penting kesehatan masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Hal ini antara lain disebabkan karena perkosaan berakibat pada timbulnya berbagai konsekuensi negatif pada kesehatan korban maupun pelaku.  Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa perilaku seksual ini banyak dikaitkan dengan aspek kesehatan fisik seperti kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit menular seksual, disamping outcome kesehatan mental dan sosial. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi penting dalam rangka menjelaskan tentang pengetahuan dan praktik kesehatan seksual yang dimiliki pelaku perkosaan, khususnya terkait dengan pengetahuan pubertas, pengetahuan dan praktik pencegahan KTD dan PMS. Metode: Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Informan adalah 29 pelaku perkosaan yang direkrut dari 3 Lembaga Pemasyarakatan (LP) dan 1 Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) yang ada di wilayah provinsi Bengkulu. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam berdasarkan panduan wawancara. Hasil: Penelitian ini menemukan bahwa informan (pelaku perkosaan berusia kurang dari 18 tahun) memiliki riwayat sebagai seksual aktif sejak usia dini. Informan memiliki pengetahuan yang rendah terkait dengan pubertas, KTD dan PMS. Indikasi rendahnya pengetahuan kesehatan seksual ini antara lain terlihat dari banyaknya mitos seksualitas yang berkembang di kalangan pelaku. Temuan lain juga menunjukkan rendahnya upaya informan untuk melakukan pencegahan KTD dan PMS. Kesimpulan: Secara keseluruhan dari penelitian ini menyimpulkan bahwa secara umum pelaku perkosaan berusia kurang dari 18 tahun memiliki pengetahuan kesehatan seksual rendah yang sejalan dengan praktik kesehatan seksual yang buruk. 
Studi Konstruksi Sosial Perkosaan pada Kelompok Pelaku Berusia di Bawah 18 Tahun Emi Kosvianti; Agung Suhadi; Nopia Wati; Riska Yanuarti; Bintang Agustina Pratiwi
Jurnal Kesmas Asclepius Vol 4 No 1 (2022): Jurnal Kesmas Asclepius
Publisher : Institut Penelitian Matematika, Komputer, Keperawatan, Pendidikan dan Ekonomi (IPM2KPE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31539/jka.v4i1.3661

Abstract

This study aims to explain the construction of rape among underage perpetrators (14 to 17 years). The design of this research is qualitative with a phenomenological approach. The results of the study found that boys who were involved in rape cases could interpret rape in 3 forms, namely: as forced sex, consensual sex and deviant solidarity in boys' friendship groups. Overall, the construction they built illustrates the strong existence of patriarchal culture in rape cases involving perpetrators under 18 years of age. This is reflected in the form of domination, oppression, and victim blaming. In conclusion, the role of patriarchal culture in rape and injustice against women. Keywords: Social Construction, Patriarchy, Child Perpetrators, Rape
Edukasi Pentingnya Memenuhi Standar Inspeksi Sanitasi Sumur Gali Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Bali Kota Bengkulu Nopia Wati; Hasan Husin; Emi Kosvianti
Jurnal Buletin Al-Ribaath Vol 19, No 1 (2022): Buletin Al-Ribaath
Publisher : Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/br.v19i1.3551

Abstract

Perancangan ini di latar belakangi oleh hasil temuan inspeksi sanitasi kesehatan lingkungan sumur gali. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada sumur gali di RT 07 Kelurahan Bajak dari 10 sumur gali yang di inspeksi konstruksi sumurnya menggunakan pagar pelindung, dan dari 10 Sampel sumur gali 7 tidak dilengkapi pagar pelindung dan 6 tidak mempunyai penutup sehingga kotoran bisa masuk ke dalam sumur. Padahal sumur yang memenuhi syarat dalam penggunaanya sangatlah penting karena air merupakan sumber utama dalam kehidupan. Permasalahan mitra yaitu masyarakatnya yang belum mengetahui bahwa dalam pembuatan sumur gali ada banyak syarat yang harus dipenuhi untuk memnuhi kategori syarat inspeksi sanitasi lingkungan. Masyarakat yang hampir semua kebutuhan memerlukan air bersih tapi tidak tahu bagaimana pentingnya suatu sanitasi sumur gali, juga banyak dari mereka yang mengesampingkan pemenuhan syarat sumur gali karena beranggapan jika air sudah bersih sudah cukup bagi mereka. Oleh karena itu pada kegaiatan ini masyarakat diberikan sosialisasi dan penyulihan dari rumha ke rumah tentang pentingnya pemenuhan syarat sumur gali yang baik kepada masyarakat sekitar. Setelah dilakukan kegiatan pengabdian ini dapat menambah pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengelola air sebagai sumber kehidupan utama mereka secara baik dan benar.
HUBUNGAN JARAK DAN SANITASI KANDANG DENGAN KEBERADAAN BAKTERI COLIFORM AIR SUMUR DI DESA BANGKAHAN KECAMATAN KAMPUNG MELAYU KOTA BENGKULU Hasan Husin; Riski Wais Al Qorni; Sarkawi Sarkawi; Agus Ramon; Emi Kosvianti
Avicenna: Jurnal Ilmiah Vol. 17 No. 3 (2022): Avicenna: Jurnal Ilmiah
Publisher : Public Health Department, Faculty of Health Science University Muhammadiyah Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36085/avicenna.v17i3.4323

Abstract

ABSTRACT Dug wells are a means of providing clean water that is always used by the community, dug wells are very easily polluted due to seepage from animal waste disposal sites. The presence of bacteria in well water is an indication of bacteriology. The purpose of this study was to determine the relationship between the distance of cattle pens, sanitation of livestock pens, and the bacteriological quality of community dug well water in Bangkahan Village, Kampung Melayu District, Bengkulu City in 2022. This type of research used a cross sectional correlation study to see the relationship between cage spacing, cage sanitation on coliform bacteria in dug well water. The number of population in the study was 17, purposive sampling using the Slovin formula from 15 samples taken 7 dug wells. Measurement of cage distance using a meter, bacteriological testing of well water in the laboratory. The results showed that 7 samples of dug wells were examined, 6 dug wells were contaminated with coliform bacteria. The results of the correlation test showed that there was a relationship between the distance between the cage and the coliform bacteria in dug wells, a value of 0.864, that the relationship between the two variables was very strong, and the sanitation of the cage with coliform bacteria in well water had no relationship with a value of 0.215. The relationship between the two variables was low. It is recommended to the Health Office to conduct counseling to the people of Bangkahan Village about the distance of the cages that meet the requirements and always carry out bacteriological examinations of well water. Keywords: Distance, Sanitation, Coliform Bacteria
Peningkatan Pengetahuan Dan Pencegahan Penyakit ISPA Pada Siswa-Siswi Smpn 6 Bengkulu Tengah Nopia Wati; Agus Ramon; Hasan Husin; Emi Kosvianti
JURNAL PENGABDIAN KESEHATAN Vol. 1 No. 1 (2022): NOVEMBER
Publisher : Gayaku Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.556 KB)

Abstract

Acute Respiratory Tract Infection (ARI) is a major cause of infectious disease morbidity and mortality in the world. One of the causes of the high incidence of ARI is due to lack of knowledge about ARI. One thing that can be done to increase knowledge is to provide health education about ARI. This community service aims to provide education about ARI disease during the pandemic at SMPN 6 Bengkulu Tengah. This activity was attended by 20 students using LCD projectors and leaflets. The method used is lectures and discussions as well as pre-test and post-test. The results of the pre-test of students' knowledge of ARI with the most lack of knowledge were 8 people (40.0%) while after being given education in the form of health counseling, the increase in participants' knowledge became a sufficient level of 10 people (50.0%). Hopefully the results of this research can be useful for students.
Pemberian ASI eksklusif berdasarkan faktor internal ibu di Desa Sri Kuncoro Kabupaten Bengkulu Tengah Bintang Agustina Pratiwi; Junita Junita; Emi Kosvianti; Oktarianita Oktarianita
MEDIA ILMU KESEHATAN Vol 11 No 3 (2022): Media Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30989/mik.v11i3.791

Abstract

Background: There are 775 babies exclusively breastfed from 1,150 babies. Mother is the main character in exclusive breastfeeding. To find out the internal maternal factors associated with exclusive breastfeeding. Objective: To determine the internal maternal factors associated with exclusive breastfeeding. Method: Quantitative with cross-sectional research. November–December 2021 was the Sri Kuncoro Health Center's operating area for the analysis. Just 97 moms were included and excluded from the study's 109 total samples. This study's dependent variable is exclusive breastfeeding, and the independent factors include age, education, employment, number of children, and mother knowledge. Data were acquired using valid and reliable questionnaires and analyzed using univariate and bivariate phases.Results: As many as 63.9 per cent of mothers who provide exclusive breastfeeding, 84.5 per cent aged 20-35 years, work in the informal sector 71.1 per cent, have low education 55.7 per cent, number of children ≤ 2 children and have poor knowledge 54.6 per cent. There is a relationship between work, education and knowledge of mothers and exclusive breastfeeding (p-value < 0.05) Conclusion: Mothers will exclusively breastfeed their children if they work in the informal sector, have higher education and are well-rounded
Kesehatan Reproduksi Remaja Pesisir Emi Kosvianti; Riska Yanuarti; Nopia Wati; Egi Alifia putri
JURNAL PENGABDIAN KESEHATAN Vol. 1 No. 2 (2023): MEI
Publisher : Gayaku Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58222/jupengkes.v1i2.124

Abstract

Masyarakat pesisir pada umumnya telah menjadi bagian masyarakat yang pluraristik tapi masih tetap memiliki jiwa kebersamaan. Artinya bahwa struktur masyarakat pesisir ratarata merupakan gabungan karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan. Hal menarik adalah bahwa bagi masyarakat pesisir, hidup di dekat pantai merupakan hal yang paling diinginkan untuk dilakukan mengingat segenap aspek kemudahan dapat mereka peroleh dalam berbagai aktivitas kesehariannya. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangan biologis dan psikologis. Secara biologis ditandai dengan tumbuh dan berkembangnya seks primer dan seks sekunder sedangkan secara psikologis ditandai dengan sikap dan perasaan, keinginan dan emosi yang labil atau tidak menentu. Masa remaja merupakan masa fungsi organ reproduksi dan sistem hormonal mulai bekerja, secara alamiah remaja menjadi sangat ingin tahu tentang seks. Keingintahuan remaja biasanya disalurkan lewat perbincangan dengan teman sebaya, mencari informasi dari sumber-sumber pornografi, dan lalu mempraktekkan dengan diri sendiri, pacar, teman, atau orang lain. Pada survey yang dilaksanakan tim ke SMK Negeri 07 Kota Bengkulu, yang dilaksanakan pada tanggal 10 November 2022, diketahui dari hasil wawancara dengan salah satu guru yang mengejar di SKM Negeri 07 Kota Bengkulu, siswa/i yang bersekolah di SMK 07 Negeri Kota Bengkulu memang banyak yang berasal dari masyarakat pesisir pantai, sehingga tim memutuskan melakukan kegiatan penyuluhan di SKM 07 Negeri Kota Bengkulu dengan pertimbangan pada sekolah tersebut ada beberapa kasus anak yang putus sekolah yang didukung banyak faktor seperti, pernikahan, kenakalan remaja dan masih banyak lagi. Sehingga tema yang akan kami sampaikan pada saat penyuluhan berkaitan guna untuk memenuhi tugas mata kuliah kesehatan masyarakat pesisir.
KEPATUHAN MEMBAYAR IURAN PESERTA MANDIRI BPJS KESEHATAN DI KECAMATAN SELEBAR Putri Wulan Dari; Bintang Agustina Pratiwi; Emi Kosvianti; Riska Yanuarti
Mitra Raflesia (Journal of Health Science) Vol 15, No 1 (2023)
Publisher : LPPM STIKES BHAKTI HUSADA BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Bertambahnya kepesertaan mandiri PBPU (Pekerja Bukan Penerima Upah) tidak sejalan dengan kepatuhan pembayaran iuran JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), yang menyebabkan tunggakan iuran meningkat. Analisis variabel-variabel yang mempengaruhi kepatuhan peserta mandiri dalam membayar iuran BPJS Kesehatan merupakan tujuan utama penelitian iniMetode : Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan pengisian kuesioner oleh responden. Populasi  dalam penelitian ini adalah peserta mandiri BPJS Kesehatan yang berobat di Puskesmas Telaga Dewa Kecamatan Selebar dalam 3 bulan terakhir yaitu April-Juni 2022, yaitu 984 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sistematik random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 91 orang. Teknik analisis data yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.Hasil : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan (p-value = 0,180) dan pengetahuan (p-value = 0,663) tidak memiliki hubungan dengan kepatuhan peserta mandiri membayar iuran BPJS Kesehatan. Ada hubungan antara jumlah anggota keluarga terdaftar BPJS Kesehatan (p-value = 0,000), pendapatan (p-value = 0,000), dan persepsi (p-value = 0,002) dengan kepatuhan membayar iuran BPJS Kesehatan.Simpulan : Kepatuhan pembayaran iuran peserta BPJS mandiri dipengaruhi oleh faktor jumlah anggota keluarga yang terdaftar, pendapatan dan persepsi.
PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI PUPUK CAIR DEKOMPOSER SEBAGAI UPAYA PENGURANGAN SAMPAH DI RT 05 KEBUN DAHRI KOTA BENGKULU Lia Fitriani; Fera Anggraeni; Aji Putra Utama; Henni Febriawati; Wulan Angraini; Emi Kosvianti; Iis Suryani
JURNAL PENGABDIAN MANDIRI Vol. 2 No. 8: Agustus 2023
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penghasil sampah organik terbanyak adalah rumah tangga, selama ini di RT 05 Kebun Dahri masyarakat belum mengelola sampah organiknya dengan baik. Adapun tujuan kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini adalah untuk memberikan pelatihan pengolahan sampah organik rumah tangga menjadi pupuk organik cair dengan memanfaatkan barang tak terpakai, Metode dalam kegiatan ini dilakukan bentuk edukasi berupa pelatihan secara langsung kepada ibu-ibu tentang pengolahan sampah organik menjadi pupuk organik ciar dengan metode dokomposer. Dari sosialisasi yang dilakukan di RT 05 Kebun Dahri bahwa semua ibu-ibu belum melakukan pemilahan sampah, melainkan sampah yang dihasilkan di rumah tangga dibuang di tempat sampah kemudian diangkat petugas menuju TPA. Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini diharapkan dapat terus terlaksana secara kontinyu untuk membantu ibu-ibu RT 05 Kebun Dahri dalam mengelolah sampah organik dirumah sehingga bisa diolah menjadi pupuk dekomposter yang bermanfaat.