Articles
PENGARUH JENIS LAPISAN MATERIAL TERHADAP KETAHANAN BALISTIK BAJA
Ahmad Zaedun;
Rusnaldy Rusnaldy;
Ismoyo Haryanto
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 2, No 2 (2014): VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2014
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (623.867 KB)
Penelitian ini mempelajari tentang karakteristik ketahanan balistik baja dengan mengguanakan variasi tiga lapisan (triple layers). Material target yang digunakan yaitu baja dengan tebal 0,2 mm mempunyai nilai kekerasan 481,7 VHN, serta menggunakan mika, kawat ram dan tembaga sebagai kombinasi lapisannya. Ada 4 variasi percobaan yang digunakan diantaranya baja-baja-baja, baja-mika-baja, baja-kawat ram-baja, dan baja-tembaga-baja. Pengujian menggunakan senapan angin berkompresi yang digunakan sebagai peluncur proyektil berkaliber 0,45 mm. Proyektil ini kekerasannya 82,63 VHN memiliki bentuk hidung ogival-nose dengan 10x kokangan yang mewakili kecepatan peluru, yang melewati lintasan peluru menuju material target. Dari percobaan yang sudah dilakakukan bahwa variasi baja-baja-baja ketahanan balistikya paling bagus. Disini diketahui deformasi pelurunya paling besar dan memiliki kedalaman peluru masuk balok paling kecil yang mengindikasikan kecepatan sisa peluru tersebut. Sedangkan pada variasi baja-kawat ram-baja ketahanan balistiknya paling buruk, karena efek kerusakan crater yang sangat besar, namun memiliki deformasi peluru yang kecil sehingga tidak banyak energi peluru yang diserap oleh plat.
UJI PERFORMANSI CUTTING FLUID PADA PROSES PEMESINAN DRILLING PLAT BAJA
Bobby Kharisma;
Rusnaldy Rusnaldy
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 3, No 2 (2015): VOLUME 3, NOMOR 2, APRIL 2015
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (425.115 KB)
Cutting fluid is a very important component in the process of machining (metal-cutting operation), in addition to extend tool life cutting fluid in some cases able to reduce cutting force and refine the product surface machining results.Machining conditions used in this study are machined dry (do not use cutting fluid) and by using cutting fluid dromus and synthetic oil. Workpiece material used as test specimens in this reserches is a steel JIS G3106 SM490YA. And for material of cutting tool used is made of High Speed Steel (HSS).To know the performance of the cutting fluid can be known from measurements such as tool wear generated. Tool wear measurement is done by use spindle speed 2500 rpm and perform ingestion 150 times for each tools and variable. Also, provide load 150 kg on drilling machine handle. From the testing will be known cutting fluid which has the best performance. Good performancecutting fluid is can decrease the friction between the cutting tool with the workpiece so that hasthe smallest tool wear generated so that it can extend cutting tool lifeCutting fluid is a very important component in the process of machining (metal-cutting operation), in addition to extend tool life cutting fluid in some cases able to reduce cutting force and refine the product surface machining results.Machining conditions used in this study are machined dry (do not use cutting fluid) and by using cutting fluid dromus and synthetic oil. Workpiece material used as test specimens in this reserches is a steel JIS G3106 SM490YA. And for material of cutting tool used is made of High Speed Steel (HSS).To know the performance of the cutting fluid can be known from measurements such as tool wear generated. Tool wear measurement is done by use spindle speed 2500 rpm and perform ingestion 150 times for each tools and variable. Also, provide load 150 kg on drilling machine handle. From the testing will be known cutting fluid which has the best performance. Good performancecutting fluid is can decrease the friction between the cutting tool with the workpiece so that hasthe smallest tool wear generated so that it can extend cutting tool life.
PENGARUH WAKTU PENAHANAN PROSES SINTERING TERHADAP NILAI KEKERASAN PRODUK EKSTRUSI PANAS DARI BAHAN BAKU GERAM ALUMINIUM HASIL PROSES PERMESINAN
Bagus Sigit Pambudi;
Rusnaldy Rusnaldy;
Norman Iskandar
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 3, No 1 (2015): VOLUME 3, NOMOR 1, JANUARI 2015
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (657.426 KB)
This research have a purpose to find out effect of hold time in sintering process about density, hardness value and microstructure from recycling aluminium with powder metallurgy process. Aluminium rod is on turning process produce aluminium chips and then is milling process produce powder with mesh 40. Compaction of aluminium powder until reach the green density with 20 mm length and 14 mm diameter continue with heating or sintering temperature is 350°C during 2, 3, 4, and 5 hours and then the specimen is extrude from 14 mm to 12 mm of diameter. Density and hardness value of aluminium with powder metallurgy process is examination. Result is indicate the longer time of hold time in sintering, density value is increase but hardness value is decrease and increase or coarsening of grain size.
PENGARUH KONDISI PEMESINAN TERHADAP TEMPERATUR DAN DAYA PEMESINAN
Akbar Widyastomo;
Rusnaldy Rusnaldy
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 2, No 2 (2014): VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2014
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (437.091 KB)
Cutting fluid adalah komponen yang sangat penting pada proses pemesinan (metal-cutting operation), selain untuk memperpanjang umur pahat cutting fluid dalam beberapa kasus mampu menurunkan gaya potong dan memperhalus permukaan produk hasil pemesinan. Kondisi pemesinan yang digunakan pada penelitian ini adalah pemesinan kering (tidak menggunakan cutting fluid), menggunakan cutting fluid dromus dan synthetic oil. Material benda kerja yang digunakan sebagai spesimen uji dalam penelitian ini adalah baja St 40. Dan untuk material pahat yang digunakan adalah berbahan PVD coated carbide. Untuk pengukuran temperatur dan daya pemesinan dilakukan dengan variasi kecepatan spindle yaitu 580, 850 dan 1400 rpm. Untuk gerak makan (feed) sebesar 0.204 mm/rev. Dan depth of cut sebesar 1 mm. Dari pengujian tersebut diketahui kondisi pemesinan yang paling baik terhadap temperatur adalah kondisi pemesinan menggunakan cutting fluid synthetic oil. Sedangkan kondisi pemesinan yang paling baik terhadap daya pemesinan adalah kondisi pemesinan kering (dry).
OPTIMASI PARAMETER PROSES BUBUT PADA BERBAGAI JENIS BAJA DENGAN MEDIA PENDINGIN COOLED AIR JET COOLING
Muhammad Taufik Fitriadi Febrianto;
Rusnaldy Rusnaldy
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 2, No 3 (2014): VOLUME 2, NOMOR 3, JULI 2014
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (859.262 KB)
Proses bubut merupakan proses permesinan yang digunakan untuk melakukan produksi khususnya untuk pemotongan berbagai jenis logam. Untuk meningkatkan produktivitas, maka dilakukan proses permesinan yang efisien yaitu dengan mengoptimalkan parameter-parameter proses pembubutan saat melakukan pemotongan pada beberapa jenis material logam. Beberapa parameter yang mempengaruhi proses bubut, antara lain putaran spindle, laju pemakanan dan kedalaman potong. Sampai saat ini media pendingin yang sering digunakan masih mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan dan tidak ramah lingkungan. Salah satu solusi yang diterapkan saat ini adalah penggunaan media pendingin udara berkecepatan tinggi yang didinginkan (cooled air jet cooling). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan kondisi parameter permesinan yang paling optimal untuk mendapatkan hasil terbaik dari kekasaran permukaan, temperatur pahat, dan konsumsi daya listrik mesin dari proses bubut baja St 40, St 60 dan stainless steel 304. Metode penelitian yang digunakan adalah secara eksperimental dan dianalisa menggunakan metode taguchi. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa untuk menghasilkan kekasaran permukaan yang halus diperoleh pada kondisi parameter putaran spindle 850 rpm, laju pemakanan 0.125 mm/rev, kedalaman potong 1 mm dan jenis material stainless steel 304. Temperatur pahat yang paling rendah diperoleh pada kondisi parameter putaran spindle 580 rpm, laju pemakanan 0.125 mm/rev, kedalaman potong 0.25 mm dan jenis material St 40. Dan konsumsi daya listrik mesin bubut paling rendah diperoleh pada kondisi parameter putaran spindle 580 rpm, laju pemakanan 0.125 mm/rev, kedalaman potong 0.25 mm dan jenis material stainless steel 304.
PERCOBAAN PROSES UNDERWATER FRICTION WELDING DENGAN BAJA ST 41
Rafael Raka Priambadha;
Rusnaldy Rusnaldy;
Paryanto Paryanto
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 10, No 3 (2022): VOLUME 10, NOMOR 3, JULI 2022
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Friction Welding adalah pengelasan dimana panas dihasilkan dari konversi energi mekanik menjadi panas pada permukaan benda kerja. Temperatur tinggi dapat menyebabkan sifat mekanik dan struktur mikro sambungan las yang buruk. Maka, dengan mempercepat pendinginan diharapkan sifat mekanik dan struktur mikro lebih baik. Underwater merupakan varian FW untuk mengelas logam dengan menghindari panas berlebih sepanjang garis las dengan media pendingin air. Pengelasan dilakukan dengan mesin bubut 3 variasi kecepatan putar sebagai parameter yaitu 400 rpm, 629 rpm, dan 864 rpm. Material pengelasan adalah Baja ST-41 diameter 15mm. Hasil friction welding melalui pengujian kelayakan Non-Destructive yaitu inspeksi visual. Berdasarkan hasil pengelasan, seluruh spesimen berhasil dilas. Waktu yang dibutuhkan pada rpm yang lebih rendah lebih lama dari pada rpm tinggi. Pada rpm rendah, flash yang dihasilkan mengalami kemiringan atau misalignment. Berdasarkan hasil inspeksi visual, bentuk flash pada underwater friction welding menghasilkan flash yang kecil atau bahkan tidak terbentuk sama sekali. Flash dapat terbentuk akibat tekanan aksial pada saat spesimen mengalami suhu tinggi yang memungkinkan deformasi. Pada metode underwater suhu yang timbul relatif lebih rendah akibat pendinginan, maka dari itu pada saat pemberian tekanan, flash yang terbentuk lebih kecil. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa friction welding membutuhkan kecepatan putar yang tinggi agar menghasilkan hasil las yang baik.
RANCANG BANGUN CHAIN CONVEYOR UNTUK KOMPONEN KNUCKLE STEERING D74 DI PT INTI GANDA PERDANA
Stevie Pramudita;
Paryanto Paryanto;
Rusnaldy Rusnaldy
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 10, No 3 (2022): VOLUME 10, NOMOR 3, JULI 2022
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
PT Inti Ganda Perdana (PT IGP) merupakan salah satu perusahaan manufaktur terbesar di Indonesia yang memproduksi rear axle, propeller shaft, knuckle steering, dan lain-lain. Manufaktur di PT IGP sendiri telah mulai berevolusi dari yang menggunakan operator menjadi otomasi dengan menggunakan robot. Adanya proses perubahan menjadi otomasi sendiri diharapkan dapat membawa keuntungan yaitu berupa cost reduction dalam memproduksi suatu produk. Dengan berkurangnya operator maka diperlukan pula sebuah alat untuk mentransportasikan produk yang sedang atau telah selesai dilakukan proses permesinan. Berlatarbelakang hal tersebut maka penulis dalam Tugas Akhir ini membuat sebuah Rancang Bangun Chain Conveyor untuk mentransportasikan knuckle steering berkode D74 yang akan digunakan di Kawasan Industri Mitra (KIM) Karawang. Chain conveyor ini sendiri dibuat dengan ukuran frame 3500 mm x 1250 mm x 900 mm dengan material yang dipakai berupa baja hollow SS400 ukuran 60mm x 60mm x 3mm sebagai frame, plat baja SS400 dan S45C, baja pejal S45C serta nilon MC901. Dalam proses rancang bangun ini juga terdapat analisis berupa analisis ekonomis, analisis akurasi, serta perbandingan antara chain conveyor dan conveyor jenis lainnya yang banyak ditemukan dipasaran.
RANCANG BANGUN ELECTRIC TOWING TRACTOR DI PABRIK PT INTI GANDA PERDANA
Ardyan Prayoga Halim;
Paryanto Paryanto;
Rusnaldy Rusnaldy
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 10, No 3 (2022): VOLUME 10, NOMOR 3, JULI 2022
Publisher : Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
PT Inti Ganda Perdana merupakan perusahaan manufaktur rear axle dan propeller shaft untuk mobil penggerak belakang yang berlokasi di kota Jakarta. Dalam proses manufaktur di pabrik PT Inti Ganda Perdana, diperlukan tingkat mobilisasi yang tinggi dalam proses pemindahan pasokan antar lane di dalam pabrik. Oleh karena itu, dibutuhukannya kendaraan towing tractor untuk menarik kereta atau trolley pasokan untuk proses supply pasokan antar lane di dalam pabrik. Dalam prosesnya selama ini, PT Inti Ganda Perdana menyewa electric towing tractor merk Toyota untuk mendukung mobilisasi pasokan dalam pabrik. Namun, untuk mengurangi biaya pengeluaran atau demi mencapai cost reduction dari PT Inti Ganda Perdana, penulis melakukan riset rancang bangun electric towing tractor sendiri atau pribadi untuk menggantikan electric towing tractor sewaan dari pihak Toyota. Oleh karena itu, penulis merancang seluruh proses manufaktur khususnya manufaktur dengan proses pemesinan untuk merancang electric towing tractor pribadi yang menggunakan bahan material dan komponen yang dimiliki oleh PT Inti Ganda Perdana. Proses rancang bangun yang dilakukan penulis dibatasi oleh komponen mekanikal yang mana nantinya komponen elektrikal akan dibantu oleh pihak PT Inti Ganda Perdana agar selaras dan produk dapat berfungsi menggantikan electric towing tractor sewaan merk Toyota.
Effect of Using Coolant on the Formation of Microcracks, Burr and Delamination in Bone Drilling Process
Rusnaldy Rusnaldy;
Pratama Eka Putra Sijabat;
Paryanto Paryanto;
Toni Prahasto
Journal of Biomedical Science and Bioengineering Vol 1, No 1 (2021)
Publisher : Center for Biomechanics, Biomaterials, Biomechantronics and Biosignal Processing (CBOIM3S)
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (783.313 KB)
|
DOI: 10.14710/jbiomes.2021.v1i1.17-26
Direct approach for bone fracture treatment usually involves restoring the fractured parts to their initial position and immobilizing them with plates, screws and wires. This approach needs a bone surgery drilling to produce hole for screw insertion. But this drilling process causes mechanical damages, i.e microcracks, burr formation and delamination, that can reduce the stability of the fixation. One of the ways to minimize it is by using coolant. Moreover, it is noted that bone has anisotropic microstucture. The object of this study is to understand the effect of coolant on mechanical damages that occur in bone drilling and to understand the effect of microstructure difference on microcracks that occur in the drilled walls holes. Adult bovine bones and adult goat bones were used in this study as the specimens to represent differences in cortical bone microstructure. Five consecutive holes from the distal to the proximal in each specimen were generated using manual hand-drill (spindle speed (n) = 1000 rpm; drill bit (d) = 4 mm diameter) with the use of coolant as variation. The drilling holes then stained and observed using a microscope. As the result, it was found that the use of coolant can significantly reduce the drilling temperature. Microcracks, burr formation and delamination were found to be quite large in the drilling holes without coolant. However, there is no microcrack found in the drilling holes with coolant, there is only a small number of burr formation was found. In addition, it was found that the differences in bone microstructure affect the number and length of microcracks that occur in the wall of the hole. It can be concluded from this study that the application of coolant is very effective to reduce the drilling temperature and enhancing the quality of the hole generated by bone drilling and the higher the density of osteon in cortical bone, the easier the microcrack to initiate and propagate.
Analisis Cacat Proses Pengecoran pada Pembuatan Sekrup Penyambung Tulang dengan Menggunakan Metode Cetakan Lost Wax Casting
Aziz, Moh. Nor Ali;
Santoso, Edi;
Martini, Ninik;
Rusnaldy, Rusnaldy
Jurnal Rekayasa Mesin Vol 17, No 3 (2022): Volume 17, Nomor 3, Desember 2022
Publisher : Mechanical Engineering Department - Semarang State Polytechnic
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.32497/jrm.v17i3.3924
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menerbitkan data bahwa Indonesia masih tergantung produk ortopedi impor hingga mencapai 92% pada Oktober 2017. Oleh sebab itu, inovasi pada proses manufaktur diperlukan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia impor produk ortopedi. Sekrup penyambung tulang termasuk dalam kategori produk ortopedi yang dimana produknya tidak boleh terkorosif, tidak boleh mengalami distorsi dan memiliki akurasi dimensi yang lebih tinggi daripada sekrup pada umumnya. Salah satu proses manufaktur yang berpotensi baik dalam inovasi ini adalah lost wax casting. Berdasarkan kajian litelatur proses lost wax casting mampu menghasilkan sekrup dengan keakurasian dimensi yang baik, sehingga selanjutnya perlu dianalisis cacat yang terjadi pada proses pengecorannya. Bahan utama untuk Sekrup penyambung tulang yang aman bagi tubuh manusia adalah paduan magnesium. Namun, untuk proses pengecoran bahan ini diperlukan alat khusus karena magnesium mudah teroksidasi dan terbakar jika proses penuangan dilakukan diruang terbuka. Oleh sebab itu, untuk menghindari hal ini bahan sementara yang dipertimbangkan adalah timah pewter. Pembahasan dalam penelitian ini meliputi: proses manufakturnya dan pengamatan cacat produk. Penelitian ini dimulai dari metode experimental dengan menggunakan proses investment casting. Pembuatan cetakan pattern wax menggunakan bahan dari silicon rubber dengan pecampuran katalis 2,6% dan pengencer 10%. Sedangkan pembuatan cetakan ceramic slurry adalah campuran antara air dan gypsum dengan perbandingannya 1:1,25.