Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

PEMANFAATAN TERATAI PUTIH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN SELULOSA MIKROKRISTALIN MENGGUNAKAN HIDROLISIS ENZIMATIK DARI RAYAP Coptotermes sp. Lestari, Yulianita Pratiwi Indah; Mi'rajunnisa; Raudatul Patimah; Rizka Mulya Miranti; Tuty Mulyani
Jurnal Ilmiah Manuntung Vol 10 No 1 (2024): Jurnal Ilmiah Manuntung: Sains Farmasi Dan Kesehatan
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51352/jim.v10i1.742

Abstract

Microcrystalline cellulose is still imported by the Pharmaceutical Industry in Indonesia even though Indonesia has large natural resources but they have not been utilized optimally. Microcrystalline cellulose can be obtained from residue (extraction dregs) in the lotus plant extraction process, namely in the form of simplicia powder which will not be used again (organic solid waste). This research aims to obtain microcrystalline cellulose from several parts of the white lotus plant (Nymphaea nouchali Burm. F.) using the enzymatic hydrolysis method using cellulase from the termite Coptotermes sp., then the quality of the powder will be tested and compared with Avicel PH 101. Each part The white lotus is extracted, then the residue is delignified to obtain α-cellulose, then hydrolyzed with crude extract from Coptotermes sp termite cellulase. so that microcrystalline cellulose is obtained which will then be characterized and compared with the commercial version, namely Avicel® PH 101. The highest yield of microcrystalline cellulose is found in leaves with a yield of 95.3%, followed by leaf stalks 89.3%, flower stalks 75.7%, and the yield lowest in interest with a percentage of 74%. The physical characteristics in the form of color reaction, organoleptics, solubility and pH of white lotus microcrystalline cellulose powder show similarities with the comparison standard. It can be concluded that microcrystalline cellulose powder from several parts of the white lotus plant can be an alternative in obtaining cellulose raw materials from natural sources.
EDUKASI TENTANG DIABETES MELLITUS, UPAYA PENCEGAHAN SAMPAI PENGOBATANNYA, MENUJU DESA KARANG BUNGA SEHAT Mulyani, Tuty; Mi’rajunnisa, Mi’rajunnisa; Yulianita Pratiwi Indah Lestari; Rizka Mulya Miranti; Nurul Fajeriyati
J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 5 No. 2: Juli 2025
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit akibat penumpukan glukosa dalam darah dan terjadi akibat tubuh tidak memproduksi cukup insulin, atau tidak bisa mempergunakan insulin secara tepat yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia dengan gejala khas yaitu buang air kecil terus menerus (dalam jumlah banyak) dengan rasa manis (kencing manis). Diabetes melitus memerlukan penanganan medis, edukasi tentang self management serta dukungan yang berkelanjutan untuk mencegah penyakit komplikasi akut maupun kronis. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait Diabetes Mellitus, cara pencegahan serta pengobatannya. Kegiatan ini dilakukan melalui penyuluhan interaktif, pre-test dan post-test, diskusi tanya jawab dan demonstrasi untuk cara penggunaan insulin dengan benar. Peserta pada penyuluhan ini adalah 20 orang ibu-ibu PKK Desa Katang Bunga, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala. Kegiatan ini berjalan lancer dan baik. Peserta sangat antusias dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan ini. Berdasarkan hasil pre-test dan post-test menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman peserta terkait Diabetes Mellitus, cara pencegahan penyakit hingga penggunaan obat yang tepat.
Efektivitas Sitikolin Dan Pirasetam Pada Perbaikan Neurologis Pasien Stroke Iskemik Di Rsud H. Boejasin Pelaihari Halisa, Siti N; Jihan, Jihan; Ismail, Hasan; Mulyani, Risya; Miranti, Rizka M
Journal of Medicine and Health Vol 7 No 2 (2025)
Publisher : Universitas Kristen Maranatha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.28932/jmh.v7i2.10379

Abstract

Stroke iskemik merupakan salah satu penyebab utama kecacatan neurologis yang memerlukan intervensi farmakologis yang tepat. Sitikolin dan pirasetam merupakan agen neuroprotektif yang umum digunakan dalam praktik klinis, namun perbandingan efektivitas keduanya masih menjadi perdebatan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas kedua obat tersebut terhadap perbaikan fungsi neurologis pasien stroke iskemik, yang dinilai berdasarkan perubahan skor Glasgow Coma Scale (GCS). Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif non-eksperimental dengan pendekatan potong lintang dan data retrospektif. Sebanyak 57 pasien memenuhi kriteria inklusi dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang menerima sitikolin (n=29) dan kelompok yang menerima pirasetam (n=28). Kedua terapi diberikan secara terpisah dengan dosis sitikolin 500–1.000 mg/hari dan pirasetam 4,8–9,6 g/hari selama 7–14 hari perawatan. Analisis statistik menunjukkan peningkatan skor GCS yang signifikan setelah terapi, baik pada kelompok sitikolin (rerata skor 10,5 menjadi 12,8; p<0,001) maupun pada kelompok pirasetam (rerata skor 10,7 menjadi 12,6; p=0,027). Namun, uji Mann–Whitney tidak menunjukkan perbedaan efektivitas yang bermakna antara kedua kelompok (p=0,821). Temuan ini menunjukkan bahwa sitikolin dan pirasetam sama-sama efektif dalam meningkatkan fungsi neurologis pada pasien stroke iskemik, dan keduanya dapat digunakan secara setara berdasarkan pertimbangan klinis dan ketersediaan obat.