Claim Missing Document
Check
Articles

EVALUASI PERHITUNGAN KAPASITAS MENURUT METODE MKJI 1997 DAN METODE PERHITUNGAN KAPASITAS DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA PERILAKU KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS PADA RUAS JALAN ANTAR KOTA (STUDI KASUS MANADO - BITUNG) Merentek, Taufan Guntur Stallone; Sendow, Theo K.; Manoppo, Mecky R. E.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 4, No 3 (2016): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ruas jalan Manado – Bitung sebagai jalan nasional harus dievaluasi untuk dapat dinilai karakteristiknya. Evaluasi kapasitas Ruas Jalan dapat dilakukan dengan menggunakan metode MKJI 1997 dan metode analisa perilaku karakteristik arus lalu lintas dengan metode Greenshields, Greenberg, dan Underwood. Kota Bitung merupakan kota pelabuhan sebagai pintu gerbang masuk dan keluarnya penumpang, barang dan kendaraan dari provinsi Sulawesi Utara. Kota Manado adalah ibukota propinsi Sulawesi Utara yang merupakan pusat kegiatan baik perekonomian, pendidikan, bahkan kegiatan  lainnya. Untuk mengevaluasi ruas jalan yang diteliti yaitu Ruas Jalan Manado - Bitung maka terlebih dahulu harus menentukan Kapasitas Ruas Jalan. Untuk penentuan kapasistas ruas jalan dapat dihitung dengan menggunakan MKJI 1997 dan metode analisa perilaku karakteristik arus lalu lintas seperti volume (flow), kecepatan (speed) dan kepadatan (density), atau dengan menggunakan model Greenshields, Greenberg, dan Underwood yang kemudian dibandingkan dengan kapasitas menggunakan metode MKJI 1997. Kapasitas dengan menggunakan pemodelan Greenshields, Greenberg, dan Underwood didapat dengan terlebih dahulu mencari hubungan matematis antara parameter Volume-Kecepatan-Kepadatan dan koefisien determinasi (R2) yang tertinggi untuk tiga hari survey. Dari hasil pemodelan didapat untuk model Greenshields koefisien tertinggi adalah hari Rabu, 31 Juli 2013 (arah Manado-Bitung) dengan R2 = 0,6386 dengan persamaan Hubungan (S–D), S = 45,9717-0,4541.D dan Kapasitas (VM) = 2835,394 smp/jam. Untuk model Greenberg yang memiliki koefisien determinasi tertinggi adalah hari Sabtu, 03 Agustus 2013 (arah Bitung-Manado) dengan R2 = 0,718686 dengan persamaan Hubungan (S – D), S = 82,3752 - 14,9825.LnD dan Kapasitas (VM) = 1346,124 smp/jam. Untuk model Underwood koefisien determinasi   tertinggi adalah hari Rabu, 31 Juli 2013 dengan R2 = 0,81108 dengan persamaan Hubungan (S – D), S = 49,77676.e-0,00998.D dan Kapasitas (VM) = 1172,17 smp/jam. Untuk perhitungan dengan menggunakan MKJI didapat kapasitas (VM) = 2883 smp/jam. Berdasarkan perhitungan dari ketiga model tersebut yang paling mendekati dengan perhitungan MKJI adalah model Underwood dengan Kapasitas (VM) = 2855.447467 smp/jam. Kata kunci : Kapasitas, Greenshield, Greenberg, Underwood
ANALISA TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN BARU DENGAN METODE BINA MARGA 2017 DIBANDINGKAN METODE AASHTO 1993 Mantiri, Cynthia Claudia; Sendow, Theo K.; Manoppo, Mecky R. E.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 7, No 10 (2019): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Metode perhitungan merupakan salah satu faktor dalam mendesain tebal perkerasan lentur jalan baru. Ada beberapa metode mendesain tebal perkerasan lentur jalan baru, namun untuk penelitian ini digunakan dua metode mendesain tebal perkerasan lentur yaitu metode yang disediakan oleh America Asociation of State Highway Traffic Officials (AASHTO) dan metode untuk Indonesia sendiri ditetapkan oleh Kemetrian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jendral Bina Marga.Kedua metode tersebut memiliki parameter – parameter data yang sama yaitu beban lalu lintas, CBR tanah dasar, R, ZR, S0, IP0, IPt, ∆Psi, koefisien drainase, material lapis perkerasan, akan tetapi kedua metode ini memiliki perbedaan dalam teknis perhitungan tebal perkerasan lentur jalan baru. Penelitian ini dilakukan variasi nilai CBR tanah dasar (kekuatan tanah) dari 6% sampai 40% dan nilai beban sumbu kendaraan (ESAL) dari 1.000.000 ESAL sampai 25.000.000 ESAL sehingga akan diperoleh 200 macam variasi nilai untuk mengukur sensitivitas terhadap tebal perkerasan lentur melalui kedua metode tersebut.Hasil yang didapat berupa perbedaan tebal perkerasaan dimana AASHTO 1993 mendapatkan nilai tebal perkerasan yang lebih besar untuk lapis pondasi atas (Granular Treated Base) yaitu dengan variasi CBR dan beban sumbu kendaraan didapat 44 cm ~ 62.5 cm sedangkan Bina Marga 2017 didapat sebesar 44 cm ~ 50.5 cm. Sedangkan untuk lapis pondasi atas (Cement Treated Base) didapatkan hasil yang bervariasi untuk AASHTO 1993 dan Bina Marga 2017 dimana tebal perkerasan berkisar 45.5 cm ~ 51.5 cm untuk variasi CBR AASHTO 1993 dan untuk Bina Marga 2017 didapatkan hasil tebal perkerasan yang sama untuk semua variasi CBR yaitu 47.5 cm.Kata Kunci: AASHTO, Bina Marga, Perkerasan Lentur, Jalan Baru
PERBANDINGAN KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-WC) YANG MENGGUNAKAN ASBUTON MODIFIKASI (RETONA BLEND) DENGAN ASPAL PENETRASI 60/70 (Studi Kasus: Penggunaan Material Agregat Dari Kema Sulawesi Utara) Giroth, Mega Indah; Sendow, Theo K.; Palenewen, Steve Ch.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 7, No 11 (2019): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Aspal Batu Buton (disingkat Asbuton) telah diolah secara pabrikasi dan salah satu produk dikenal dengan Retona Blend oleh PT Olah Bumi Mandiri sebagai produsen. Setelah melalui proses penelitian di Litbang Jalan kemudian oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia telah menganjurkan melalui Spesifikasi Teknik Jalan Tahun 2010 Revisi 3 untuk memanfaatkan produk hasil olahan Asbuton tersebut sebagai salah satu alternatif pengganti aspal panas penetrasi 60/70 atau 80/100 yang sudah sering digunakan sebelumnya. Jenis campuran yang menggunakan hasil olahan Asbuton dikenal dengan Campuran Beraspal Panas Modifikasi (Spesifikasi Bina Marga Tahun 2010 Revisi 3) disyaratkan nilai abrasi agregat kasarnya ≤ 30%. Di Sulawesi Utara salah satu lokasi sumber agregat yang memenuhi syarat tersebut adalah dari Kema di Kabupaten Minahasa Utara; dan selanjutnya, karena metode Marshall masih digunakan sampai saat ini untuk mengukur kinerja campuran, maka akan dilakukan penelitian terhadap Campuran Beraspal Panas dengan penggunaan agregat dari lokasi sumber Kema yang sebelumnya secara umum hanya menggunakan aspal penetrasi 60/70 sebagai bahan pengikat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membandingkan kriteria Marshall campuran beraspal panas dengan agregat dari lokasi sumber yang sama (Kema) dan diatur dilaboratorium sehingga memiliki parameter komposisi campuran yang sama sebagai bahan pengisi, tetapi menggunakan bahan pengikat yang berbeda yakni yang satu menggunakan Retona Blend dan lainnya menggunakan aspal penetrasi 60/70.Proses penelitian dimulai dengan pemeriksaan material, kemudian dibuat rancangan campuran berdasarkan komposisi agregat sesuai dengan persyaratan gradasi LASTON (Asphalt Concrete - Wearing Course) disingkat AC-WC dan dicari kadar aspal perkiraan dibuat benda uji Marshall. Dari perkiraan kadar aspal ditetapkan dahulu menggunakan Retona Blend sebagai bahan pengikat dan dibuat benda uji Marshall dengan 5 varisai kadar aspal. Kemudian dilanjutkan dengan pengujian Marshall sehingga diperoleh kriteria Marshall campuran tersebut. Selanjutnya dibuat rancangan komposisi campuran menggunakan aspal penetrasi 60/70 dengan proses yang sama.Hasil penelitian menunjukkan pada campuran yang menggunakan aspal buton modifikasi jenis Retona Blend didapat kadar aspal terbaik 6.45% diperoleh nilai Stabilitas 1669 Kg, Flow 3,43 mm, Ratio Filler-Bitumen Effective = 1,25, VIM = 4,715 %, VMA = 15.13%, VFB = 68.84% dan Density 2,387 grn/cm3 Kemudian untuk campuran yang menggunakan aspal penetrasi 60/70 diperoleh kadar aspal terbaik sebesar 6.40% dan  nilai Stabilitas = 1624 kg, Flow =3,50 mm, Ratio Filler/Bitumen Effektive = 1,30, VIM = 4,726%, VMA = 15.26%, VFB = 69.02% dan Density = 2,386 gr/cm3. Semua besaran nilai kriteria Marshall yang didapat, memenuhi batas-batas Spesifikasi Teknik Bina Marga.  Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh bahwa Campuran Beton Aspal Modifikasi atau yang menggunakan Retona Blend sebagai bahan pengikat menunjukkan kinerja yang lebih baik ditinjau dari stabilitas dibandingkan dengan Campuran Beton Aspal yang menggunakan aspal penetrasi 60/70. Dengan demikian disarankan jika menghendaki mutu lapis perkerasan campuran aspal panas dengan kinerja yang relatif lebih baik untuk jenis campuran AC-WC, disarankan untuk menggunakan Retona Blend sebagai bahan pengikat. Kata Kunci : AC-WC Modifikasi, Retona Blend, Aspal Penetrasi 60/70, Kriteria Marshal
PENGARUH HUBUNGAN BEBAN LALU LINTAS & CBR SUBGRADE TERHADAP DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN BARU PADA DAERAH IKLIM I & DAERAH IKLIM II Wowor, Flandieh S. E.; Waani, Joice E.; Sendow, Theo K.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 7, No 1 (2019): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam menghitung desain tebal perkerasan lentur, salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah faktor kondisi lingkungan, dalam hal ini menyangkut iklim dan curah hujan. Pada beberapa tahun terakhir kita sering mendengar bahkan membahas tentang perubahan iklim atau yang dikenal dengan climate change. Menurut penelitian dari National Aeronautics and Space Administration (NASA) yang dimuat dalam situsnya, salah satu dampak dari climate change adalah perubahan pola curah hujan dalam skala global. Hal ini menyebabkan terjadinya peralihan, dimana daerah yang awalnya memiliki tingkat curah hujan rendah akan mengalami perubahan tingkat curah hujan menjadi tinggi.Perhitungan desain tebal perkerasan lentur jalan baru dengan metode AASHTO 1972 mempertimbangkan faktor regional dalam hal ini iklim & curah hujan. Dimana untuk daerah iklim I dengan tingkat curah hujan < 900 mm/thn digunakan FR = 1 sedangkan daerah iklim II dengan tingkat curah hujan > 900 mm/thn digunakan FR = 1.5. Untuk perhitungan dengan metode AASHTO 1986 diperkenalkan konsep koefisien drainase untuk mengakomodasi kualitas sistem drainase yang dimiliki perkerasan jalan.Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data-data yang akan digunakan seperti CBR tanah dasar, beban lalu lintas, ZR, S0, ∆Psi, koefisien drainase, material lapis perkerasan, Mr , dll. Dimana data yang digunakan bersifat asumsi untuk menggambarkan beberapa kondisi dilapangan yang mungkin terjadi pada waktu yang akan datang. Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa tebal total perkerasan menggunakan metode AASHTO 1972 untuk daerah iklim I, dengan variasi CBR tanah dasar dan variasi beban lalu lintas adalah berkisar 32 ~ 73.5 cm sedangkan untuk daerah iklim II, dengan variasi CBR tanah dasar dan variasi beban lalu lintas adalah berkisar 32.5 ~ 78 cm. Kemudian menggunakan metode AASHTO 1986, dengan variasi CBR tanah dasar dan variasi beban lalu lintas didapatkan tebal perkerasan total,untuk tipe Granular Roadbase – Structrual Surface adalah berkisar 33.5  ~ 60 cm sedangkan untuk tipe Cement Treated Base – Structrual Surface, adalah berkisar 28 ~ 55 cm.. Dari hasil analisa data maka didapatkan perbandingan tebal total perkerasan dengan variasi nilai CBR tanah dasar dan beban lalu lintas. Serta didapatkan model matematis yang dapat digunakan untuk memperkirakan tebal total dengan nilai CBR tanah dasar yang lain. Kata Kunci: curah hujan, CBR tanah dasar, tebal lapis perkerasan, AASHTO
DAMPAK PUSAT PERBELANJAAN SAKURA MART TERHADAP KINERJA RUAS JALAN TRANS SULAWESI DI KOTA AMURANG Katihokang, Meila Femina; Timboeleng, James A.; Sendow, Theo K.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 4, No 12 (2016): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kota Amurang adalah ibukota Kabupaten  Minahasa Selatan yang merupakan pusat kegiatan baik perekonomian, pendidikan bahkan kegiatan lainnya di Kabupaten Minahasa Selatan. Oleh karena itu, perlu diimbangi dengan berbagai fasilitas untuk memenuhi berbagai kebutuhan warga kota. Dari semua sarana fasilitas umum yang ada, pusat perbelanjaan, merupakan sesuatu hal yang tentunya sangat dibutuhkan keberadaanya. Kota Amurang saat ini memiliki salah supermarket yang paling ramai di kota ini dan terletak didekat Jalan Trans Sulawesi. Pusat perbelanjaan yang dimaksud adalah Sakura Mart.  Dengan adanya Sakura Mart ini maka banyak penduduk baik didalam kota maupun dari daerah pinggiran kota ini ke wilayah kota Amurang. Hal ini menyebabkan meningkatnya jumlah lalu lintas yang mengakibatkan banyaknya kendaraan yang berhenti untuk menaikkan dan menurunkan penumpang, adanya pejalan kaki yang menyeberang jalan, dan aktivitas kendaraan yang keluar masuk jalan utama, sehingga menyebabkan menurunnya kecepatan lalu lintas dan kapasitas jalan tersebut. Studi yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat riset yang dilakukan di ruas jalan Trans Sulawesi selama tujuh (7) hari survei. Survei dilakukan pada pukul 06.00 - 22.00 dan bertujuan untuk mengetahui volume, kecepatan, hambatan samping dan Kinerja ruas jalan tersebut dengan hambatan samping eksisting dan kinerja ruas jalan tanpa hambatan samping. Teknik analisa data dilakukan dengan menggunakan MKJI 1997. Berdasarkan hasil survei, diperoleh hasil penelitian yaitu volume (Q) puncak berkisar antara 1154 smp/jam sampai 1412 smp/jam dengan volume puncak tertinggi terjadi pada hari Senin, 22 Februari 2016. Kecepatan rata-rata berkisar pada 13,01 km/jam – 33,99 km/jam. Dalam menganalisa kinerja ruas jalan Trans Sulawesi dengan menggunakan MKJI (1997), ditinjau dari kapasitas dan derajat kejenuhan untuk kondisi hambatan samping eksisting diperoleh kapasitas 2044 smp/jam, dengan derajat kejenuhan sebesar 0,69 Sedangkan pada kondisi tanpa hambatan samping diperoleh kapasitas 2248 smp/jam, dengan derajat kejenuhan 0,63. Kata Kunci : Hambatan Samping, Volume, Kecepatan, VCR
ANALISA KECEPATAN YANG DIINGINKAN OLEH PENGEMUDI (STUDI KASUS RUAS JALAN MANADO-BITUNG) Kawulur, Cindy Irene; Sendow, Theo K.; Lintong, Elisabeth; Rumajar, Audie L. E.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 1, No 4 (2013): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Pengemudi kendaraan dalam menentukan kecepatan mana yang dipilih akan dipengaruhi oleh potongan melintang, tikungan, lengkung vertikal, jarak pandangan dan kepadatan lalu-lintas Untuk menjamin kestabilan kondisi pengemudi dan kendaraan selama perjalanan maka dilakukan penelitian terhadap kecepatan kendaraan yang diinginkan oleh pengemudi agar menjadi acuan bagi pengemudi dalam mengemudikan kendaraannya, dengan memperhatikan kecepatan rencana jalan yang dilalui, hal ini menyangkut keselamatan dari pengemudi itu sendiri. Penelitian ini adalah tentang kecepatan kendaraan yang diinginkan oleh pengemudi diruas jalan Manado-Bitung. Penelitian ini adalah tentang kecepatan kendaraan yang diinginkan oleh pengemudi diruas jalan Manado-Bitung. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah kecepatan dan volume lalu lintas yang dilakukan selama delapan hari. Dalam perhitungan analisa data menggunakan dua metode yaitu Metode Kecepatan 85 Persentil, dan Metode Pengujian Taraf Nyata. Dari hasil perhitungan perbandingan kecepatan dengan Metode Kecepatan 85 Persentil dan metode Pengujian Taraf Nyata, diperoleh kecepatan kendaraan yang digunakan oleh pengemudi masih dalam taraf terkontrol karena tidak melebihi kecepatan desain.Dari hasil perhitungan metode kecepatan 85 persentil diperoleh nilai kecepatan yang digunakan oleh 85 persen pengemudi pada jalan tikungan yaitu berkisar pada 54 km/jam sampai 60 km/jam. Sedangkan pada jalan tanjakan, berkisar pada kecepatan 55 km/jam sampai 60 km/jam. Dan untuk perhitungan kecepatan dengan menggunakan metode taraf nyata pengujian, yaitu dengan 95 % tingkat kepercayaan, didapat kecepatan terbesar pada hari rabu, 11 juli 2012 arah Manado-Bitung yaitu 55.31336 km/jam.Kata kunci : kecepatan rencana, kecepatan lapangan, Metode kecepatan 85 persentil, metode taraf nyata, pengujian
EVALUASI KINERJA SIMPANG TIDAK BERSINYAL MENGGUNAKAN PROGRAM aaSIDRA (Studi Kasus: Persimpangan Jalan TNI–Jalan Tikala Ares–Jalan Daan Mogot–Jalan Pomorow, Kota Manado) Marpaung, Olivia Rosalyn; Sendow, Theo K.; Lintong, Elisabeth; Longdong, Jefferson
JURNAL SIPIL STATIK Vol 1, No 1 (2012): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persimpangan  jalan  merupakan  jaringan  daerah  kritis  dalam  melayani  arus  lalu  lintas, terlebih bila persimpangan  tersebut tidak diatur berdasarkan kecukupan ruang untuk keluar masuk  kendaraan  dari  berbagai  jenis,  mengakibatkan  terjadi  tundaan  yang  cukup  besar. Persimpangan juga merupakan tempat rawan terhadap kecelakaan karena terjadinya konflik antara kendaraan dengan kendaraan lainnya ataupun kendaraan dengan pejalan kaki.  Lokasi  penelitian  di  kota Manado,  yaitu  persimpangan  empat  lengan  antara  Jalan  TNI  - Jalan  Tikala  Ares  –  Jalan  Daan  Mogot  –  Jalan  Pomorow,  yang  sangat  sering  terjadi kemacetan.  Evaluasi  kinerja  simpang  empat  lengan  tidak  bersinyal  dilakukan  dengan menggunakan  program  aaSIDRA  dan Metode MKJI  1997,  dimana  dapat  diketahui  derajat kejenuhan, kapasitas total, panjang antrian, kontrol tundaan dan tingkat pelayanan. Hasil  analisa menggunakan  program  aaSIDRA menunjukkan  bahwa  pada  simpang  terjadi kondisi  arus  lalulintas  yang  stabil  dan  memiliki  kebebasan  manuver  yang  terbatas, sedangkan  hasil  analisa  menggunakan  metode  MKJI  1997  menunjukkan  bahwa  pada simpang terjadi sedikit hambatan. Kata kunci: persimpangan tidak bersinyal, kontrol tundaan, tingkat pelayanan, aaSIDRA
ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM PENUMPANG KOTA MANADO (Studi Kasus : Paal Dua –Politeknik) Siagian Junior, Natal Pangondian; Rumajar, Audie L. E.; Sendow, Theo K.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 4, No 6 (2016): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keterbatasan pelayanan angkutan umum serta panjangnya jarak menuju pusat kota menyebabkan masyarakat berusaha untuk memfasilitasi pergerakannya sendiri dengan kendaraan pribadi. Akibatnya terjadi over supply pada sebagian besar rute trayek di kota Manado. Jika hal ini tidak diantisipasi maka penyediaan angkutan umum hanya akan memberikan kerugian bagi pengguna jasa maupun operator. Penelitian ini mengambil salah satu rute trayek di Manado yaitu trayek Paal Dua – Politeknik. Kebutuhan jumlah armada optimal dapat dihitung dengan meninjau besarnya load factor dan biaya operasional kendaraan, dimana load factor merupakan nisbah antara permintaan (demand) yang ada dengan pemasokan (supply) yang tersedia. Adapun pengertian dari biaya operasional kendaraan total biaya yang dikeluarkan oleh pemakai jalan dengan menggunakan moda tertentu dari zona asal ke zona tujuan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah armada optimal berdasarkan pendapatan operator sesuai tarif yang berlaku dilapangan terhadap jumlah pengguna jasa eksisting yang ada dengan menghitung biaya operasional kendaraan (BOK) dan load factor menggunakan metode DLLAJ. Komponen biaya yang akan dihitung untuk mengetahui besarnya biaya operasional kendaraan dalam metode DLLAJ adalah biaya langsung dan biaya tidak langsung. Untuk mengetahui jumlah armada optimal dapat dihitung dengan meninjau besarnya load faktor pada kondisi break event dan load factor eksisting serta besarnya jumlah populasi armada saat ini. Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah penumpang/hari adalah 141 penumpang dengan load factor sebesar 0.538 %. Pendapatan rata-rata yang diperoleh oleh operator per tahun adalah Rp.191.724.000 sedangkan besarnya biaya operasional kendaraan (BOK) per tahun adalah Rp.195.860.314 - Rp.232.550.076. Dengan demikian dapat dilihat bahwa jumlah armada eksisting (66 armada) belum memenuhi kondisi keseimbangan usaha bagi operator kendaraan. Kebutuhan jumlah armada pada trayek Paal Dua – Politeknik berdasarkan tarif menurut SK Walikota Manado adalah 58 kendaraan. Kebutuhan jumlah armada pada trayek Paal dua – Politeknik berdasarkan tarif yang berlaku dilapangan adalah 60 kendaraan.. Kata Kunci : Biaya Operasional Kendaraan (BOK), Load Faktor, Armada optimal
STUDI POTENSI JARINGAN LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DAN KONSTRUKSI PERKERASAN REL. (STUDI KASUS: KORIDOR KECAMATAN SINGKIL, KECAMATAN TUMINTING DAN KECAMATAN BUNAKEN) Pandeiroth, Jerivo; Sendow, Theo K.; Lalamentik, Lucia G. J.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 7, No 11 (2019): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pesatnya perkembangan di Kota Manado baik dalam aspek pertambahan penduduk serta meningkatnya pembangunan pada pusat-pusat kegiatan perkotaan akan menyebabkan permasalahan pada sistem transportasi yang ada. Permintaan lalu lintas yang melebihi penyediaan ruang jalan mengakibatkan kepadatan dan kemacetan lalu lintas, sehingga pemerintah beberapa kali berupaya untuk mencoba mengatasi kemacetan namun belum sepenuhnya dapat mengurai kemacetan. Maka dari itu diperlukan program transportasi berkelanjutan (Sustainable Transport Mode) dengan sarana yang direkomendasi adalah Light Rail Transit atau LRT. Penelitian ini bertujuan untuk memodelkan bangkitan pergerakan serta pola distribusi perjalanan, mengkonsepkan jaringan koridor, dan menganalisa konstruksi perkerasan jalan relnya.Light Rail Transit merupakan salah satu sistem kereta api penumpang (kereta api ringan) yang biasanya beroperasi dikawasan perkotaan yang memiliki konstruksi ringan dan dapat berjalan dalam lintasan khusus. Konstruksi jalan rel merupakan suatu sistem struktur yan menghimpun komponen-komponen seperti rel, bantalan, penambat, lapisan fondasi serta tanah dasar secara terpadu yang disusun dalam sistem konstruksi.Pengumpulan data primer dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada responden/rumah tangga sesuai jumlah sampel dimasing-masing kecamatan dan data sekunder dikumpulkan dari beberapa instansi terkait. Hasil survei di analisa dengan bantuan Microsoft office excel serta pemodelan menggunakan persamaan linear berganda dengan variabel bebas yang diukur yaitu komposisi keluarga (X1), jumlah anggota yang bekerja (X2), jumlah anggota yang bersekolah (X3), jumlah anggota yang bekerja dan bersekolah (X4), kepemilikan kendaraan (X5), penghasilan keluarga (X6), dan variabel terikat (Y) sebagai jumlah pergerakan keluarga perhari.Hasil pemodelan diperoleh persamaan terbaik yaitu Y = 0.022 + 5.091 X1 + 0.093 X2 + 0.097 X3 – 0.013 X6 dan nilai Koefisien Determinan (R²) yang diperoleh yaitu sebesar 0,924 atau 92.4%.  Konsep jaringan Light Rail Transit  5 titik koridor yaitu Koridor Singkil, Koridor Tuminting 1, Koridor Tuminting Pasar dan Koridor Bailang Raya. Dalam hasil penelitian untuk konstruksi perkerasan rel  menurut Peraturan Menteri No. 60 tahun 2012 sesuai data rencana dikategorikan di Kelas Jalan V dengan penggunaan tipe rel R.42, jenis bantalan Kayu/Baja, dan jenis penambat bisa menggunakan tunggal atau rangkap. Kata Kunci : LRT(Light Rail Transit), Konstruksi Perkerasan Rel, Konsep Jaringan 
ANALISIS PERHITUNGAN TEBAL LAPIS TAMBAHAN (OVERLAY) PADA PERKERASAN LENTUR DENGAN MENGGUNAKAN MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN 2013 (STUDI KASUS : RUAS JALAN KAIRAGI – MAPANGET) Romauli, Theresia Dwiriani; Waani, Joice E.; Sendow, Theo K.
JURNAL SIPIL STATIK Vol 4, No 12 (2016): JURNAL SIPIL STATIK
Publisher : JURNAL SIPIL STATIK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Manual Desain Perkerasan Jalan No, 02/M/BM/2013 (Bina Marga 2013), memberikan suatu pendekatan perencanaan dan desain untuk merencanakan tebal lapis tambah (overlay) pada struktur perkerasan jalan serta menanggulangi isu empat tantangan yang berkaitan dengan kinerja aset jalan, yaitu beban berlebih, temperatur perkerasan tinggi, curah hujan tinggi, dan tanah lunak. Keempat tantangan tersebut dideskripsikan dengan chart secara komperehensif. Pedoman desain perkerasan yang ada diantaranya Pd T-05-2005-B (Bina Marga 2005) dan No.002/P/BM/2011 (Bina Marga 2011) tetap valid namun harus memenuhi persyaratan sesuai ketentuan dalam manual ini. Berdasarkan data lendutan balik Benkelman Beam tahun 2015 yang diperoleh dari P2JN Bina Marga Provinsi Sulawesi Utara, maka dilakukan studi kasus ruas jalan Kairagi - Mapanget untuk melihat hasil perhitungan tebal lapis tambah dari setiap metode tersebut, membandingkan dan memilih tebal desain yang akan dipakai. Hasil analisa lendutan menyatakan bahwa menurut Bina Marga 2005 menghasilkan nilai dwakil = 1,25 mm dan nilai CF = 0,21 mm, menurut Bina Marga 2011 menghasilkan nilai dwakil = 1,29 mm dan nilai CF = 0,21 mm, dan menurut Bina Marga 2013 menghasilkan nilai dwakil = 1,45 mm dan nilai CF = 0,24 mm. Hasil survey lalu lintas di bulan Juli 2016 menyatakan bahwa LHR pada lajur rencana, untuk maksud perhitungan CESA, adalah sebesar 10.273 kendaraan per hari dengan proporsi LV = 93,8% dan HV = 6,2% tanpa memperhitungkan MC. Untuk perhitungan CESA, digunakan umur rencana 10 tahun dan pertumbuhan lalu lintas i  = 3,5%. Perhitungan CESA menurut Bina Marga 2005 adalah sebesar 5.206.601 ESAL, menurut Bina Marga 2011 adalah sebesar 3.384.337 ESAL, dan menurut Bina Marga 2013 CESA4 adalah sebesar 5.425.870 ESAL dan CESA5 adalah sebesar 9.766.566 ESAL. Perbedaan perhitungan nilai CESA adalah karena penentuan angka ekivalen dan nilai VDF yang berbeda untuk tiap-tiap metode. Hasil perhitungan tebal lapis tambah menurut Bina Marga 2005 menghasilkan tebal lapis tambah setebal 12,0 cm, Bina Marga 2011 setebal 17,5 cm, dan Bina Marga 2013 setebal 12,5 cm. Dengan memperhatikan faktor koreksi terhadap MAPT, maka tebal lapis tambah menurut Bina Marga 2013 yaitu setebal 12,5 cm adalah yang dipilih sebagai lapis tambah pada ruas jalan Kairagi - Mapanget.   Kata kunci : Bina Marga 2013, tebal lapis tambah perkerasan, Overlay, CESA, Benkelman Beam
Co-Authors Alelo, Ivana Junia Appi Yamsos Solossa Armin Lumban Toruan Audie L. E. Rumajar Audie L. E. Rumayar Benjamin, Hendry Samuel Bolung, Ayuni Laurentia Bongso, Shofian E. H. Cindy Irene Kawulur Clinton Yan Uguy, Clinton Yan David W. Rambitan Dhewanty Rahayu Puteri, Dhewanty Rahayu Diah Anggraeni Damiyanti Masalle, Diah Anggraeni Damiyanti Dimas F. Robot Dwijayanto Pribadi Elisabeth Lintong Febrina Ishak Syahabudin, Febrina Ishak Fergianti Suawah, Fergianti Ferry Yakob, Ferry Freddy Jansen Freyti Silvia Mawu, Freyti Silvia Giroth, Mega Indah Hasibuan, Lamrumenta Marianti Herman Rauf, Herman Hermi R. A. Gultom Ignatius Tri Prasetyo Samponu, Ignatius Tri Prasetyo James A. Timboeleng Jefferson Longdong Joice E. Waani Jori George Kherel Kastanya Joy Andre Dio Mosey Julia Astuti Djumati Jurike Ireyne Toar Kairupan, Liani Anggreini Katihokang, Meila Femina Kiding Allo, Agatha Desiwanty Kindangen, Natalia V. L. J. Undap Lalamentik, Lucia G. J. Lendy Arthur Kolinug Lexie F. Kereh Liando, Stanley Lintong Elisabeth Lucia G. J. Lalamentik Lucia G. J. Lalamentik M. J. Paransa Manangi, Sri Rachmila Manguande, Jeisya Manoppo, Cheryl N. Manoppo, Mecky R. Mantiri, Cynthia Claudia Masinambow, Christmas E. L. Mecky R. E. Manoppo Meggie Huwae, Meggie Natal Pangondian Siagian Junior, Natal Pangondian Nathanael Pieter Siriwa Novita Lucia Senduk Olivia Rosalyn Marpaung Oscar H. Kaseke Paat, Geraldo Niki Imanuel Palenewen, Steve Ch. Pandeiroth, Jerivo Pangerapan, Monica Linny Pasiak, Imanuel S. Praycilia Inri Badar Priskila Gedoa Tamila Romauli, Theresia Dwiriani Royke Limpong, Royke Rumondor, Eko Randy Rusdianto Horman Lalenoh, Rusdianto Horman Safitra, Putri Angelia Samuel A. R. Warouw Sembung, Nadya Tesalonika Semuel Y. R. Rompis, Semuel Y. R. Sinaga, Lerinsah Steve Ch. N. Palenewen Sweetly Manopo Tambajong, Brenda E. Taufan Guntur Stallone Merentek, Taufan Guntur Stallone Tawalujan, Kevin Filindo Timpal, Greyti S. J. Toding, Risman Bismar Tombeg, Charlie Valentino Untu, Viena Mia Gratia Untung, Evangelina Viandany Zulfian Muslim Vrisilya Bawangun, Vrisilya Winardi M. F. Sumardi Wowor, Flandieh S. E. Yauri, Ricky