Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) PADA PELAKU WIISATA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENINTING TAHUN 2020-2021 Lalu Afrial Imam Anugrah; Icha Aisyah; Nyoman Cahyadi Tri Setiawan; I Gede Angga Adnyana
Cakrawala Medika: Journal of Health Sciences Vol. 1 No. 2 (2023): Cakrawala Medika: Journal of Health Sciences
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Medika Suherman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59981/y6k33131

Abstract

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang dapat menular dari satu orang ke orang yang lain, dapat disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, dan jamur. IMS dapat ditularkan melalui hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral. Penelitian ini bertujuan untuk menganalis faktor risiko yang berhubungan dengan IMS pada pelaku wisata di wilayah kerja Puskesmas Meninting tahun 2020-2021. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel penelitian sebanyak 184 data rekam medis. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji kolerasi Chi-Square. Hasil dari penelitian pada karakteristik sampel didominasi usia ≥ 18 tahun (88,6%), berjenis kelamin perempuan (77,7%), berpendidikan rendah (66,3%), dan berstatus tidak kawin (79,3%). Sampel terjangkit IMS (68,5%) dengan jenis IMS terbanyak adalah Servisitis (40,5%). Pada analisis bivariat didapatkan hasil usia (p=0,029; PR=2,71), jenis kelamin (p=0,000; PR=4,52), tingkat pendidikan (p=0,028; PR=6,44), dan status perkawinan (p=0,438). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan dengan IMS sedangkan status perkawinan tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan IMS.
HUBUNGAN KEBIASAAN MENCUCI TANGAN MENGGUNAKAN AIR BERSIH DAN SABUN DENGAN KEJADIAN DEMAM TIFOID PADA ANAK USIA 7-12 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANTANG David Maulana Abdurraman Qudus; I Gede Angga Adnyana; Hardinata; Herlinawati
Cakrawala Medika: Journal of Health Sciences Vol. 2 No. 1 (2023): Cakrawala Medika: Journal of Health Sciences
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Medika Suherman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59981/k44qj722

Abstract

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Faktor risiko penyebaran terjadinya demam tifoid dapat terjadi melalui berbagai cara, salah satunya dikenal dengan 5F yaitu (food, finger, fomitus, fly, feces). Aspek mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun sangatlah penting, kebiasaan mencuci tangan harus dibiasakan sedini mungkin agar tidak terjadinya kejadian-kejadian klinis yang tidak diinginkan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun dengan kejadian demam tifoid di wilayah kerja Puskesmas Mantang. Desain penelitian ini yaitu observasional analitik dengan pendekatan rancangan case control. Teknik pengambilan sampel non probability sampling dengan pendekatan purposive sampling. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2023. Tempat penelitian dilakukan di wilayah Kerja Puskesmas Mantang Kabupaten Lombok tengah. Sampel penelitian sebanyak 50 responden. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Chi Square. Batas nilai signifikasi adalah (p-value < 0,05). Hasil dari penelitian pada karakteristik responden didominasi berjenis kelamin perempuan (58,0%), berada pada rentang usia 10 dan 12 tahun tahun (32,0%), memiliki kebiasaan mencusi tangan yang baik (60,0%), dan kejadian demam tifoid maupun tidak demam tifoid sebesar (50,0%). Pada analisis bivariat didapatkan p-value sebesar 0,000 (p-value < 0,005) memiliki arti terdapat hubungan yang bermakna atau adanya korelasi yang signifikan antara kebiasaan mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun dengan kejadian demam tifoid. Terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun dengan kejadian demam tifoid di wilayah kerja Puskesmas Mantang.
HUBUNGAN STATUS GIZI, TINGKAT PENGETAHUAN ORANG TUA ATAU WALI DAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA ANAK DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA MATARAM Siti Safira Khairunnisa; Fahriana Azmi; I Gede Angga Adnyana; Ayu Anulus
Indonesian Journal of Health Research Innovation Vol. 2 No. 3 (2025): Indonesian Journal of Health Research Innovation
Publisher : Yayasan Menawan Cerdas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.64094/ydbckb38

Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit endemis di Indonesia yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua kelompok umur, terutama anak-anak yang memiliki daya tahan tubuh lebih lemah sehingga lebih rentan terinfeksi. Risiko terjadinya DBD dipengaruhi interaksi antara vektor, inang, dan kondisi lingkungan; status imun yang terkait dengan status gizi memegang peran penting. Sanitasi lingkungan yang buruk serta rendahnya pengetahuan orang tua turut meningkatkan risiko penularan. Kota Mataram, dengan mobilitas dan kepadatan penduduk yang tinggi, mencatat angka kesakitan DBD yang cukup besar. Penelitian ini, bersifat kasus-kontrol dan dilaksanakan pada Juli–Agustus 2024 di RSUD Kota Mataram, melibatkan 90 anak yang dibandingkan antara kelompok kasus (menderita DBD) dan kontrol (sehat). Data dikumpulkan melalui wawancara, kuesioner, dan rekam medis; variabel independennya meliputi status gizi, pengetahuan orang tua, dan sanitasi lingkungan, sementara variabel dependen adalah kejadian DBD. Analisis dengan uji Chi-square menunjukkan adanya hubungan signifikan antara status gizi (p ≤ 0,001) dan sanitasi lingkungan (p ≤ 0,000) dengan kejadian DBD, sedangkan tingkat pengetahuan orang tua tidak berkaitan secara statistik dengan kejadian DBD (p = 0,205). Dengan demikian, status gizi dan kondisi sanitasi lingkungan berhubungan dengan kejadian DBD pada anak di RSUD Kota Mataram, sedangkan pengetahuan orang tua tidak terbukti berpengaruh.
Relationship Between Body Mass Index, Duration of Diabetes Mellitus, and Physical Activity Degree with The Incidence of Diabetic Retinopathy in Type 2 Diabetes Mellitus Patients at Praya Hospital Asary, Teguh Mayadi; Effendi, Raden Gunawan; Khairunnisai T.; Adnyana, I Gede Angga
Jurnal Biologi Tropis Vol. 24 No. 1b (2024): Special Issue
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v24i1b.8187

Abstract

Diabetes Mellitus is a chronic condition that leads to complications and premature death worldwide. Diabetic retinopathy is a posterior segment anomaly and one of the most prevalent microvascular problems.  The purpose of this study is to examine the link between body mass index, diabetes duration, and level of physical activity with the incidence of diabetic retinopathy in Praya Regional Hospital's type 2 diabetes patients. This study employed a case control design and observational quantitative analytical research as its methodology. Purposive sampling is the method employed, and it involves questionnaire completion, interviews, and medical records. The data was analyzed using the Chi Square test, with a significance level of p < 0.05. The study comprised 54 samples in each case and control group, for a total sample size of 108. Body mass index was substantially linked with the development of diabetic retinopathy (p=0.013). Diabetic retinopathy was significantly associated with diabetes duration (p-value = 0.001). The degree of physical activity had no significant association with the development of diabetic retinopathy (p-value = 0.823). At Praya Regional General Hospital, the incidence of diabetic retinopathy in persons with type 2 diabetes mellitus is linked to body mass index and diabetes duration, but not to physical activity level.
Omega-3 Fatty Acids and Vitamin D Combination Affected TG Levels in Rattusnorvegicus with Limited Fat Intake Adnyana, I Gede Angga; Aji Kresnapati, I Nyoman Bagus; Agus saputra, I Putu Bayu; Diarti, Maruni Wiwin; Jiwintarum, Yunan
Poltekita : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol. 17 No. 3 (2023): November
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33860/jik.v17i3.2248

Abstract

Vitamin D is a group of secosteroids that have fat-soluble properties. Vitamin D regulates calcium absorption, bone growth and remodeling, and regulates metabolic processes and immunity. Omega-3 fatty acids are a type of polyunsaturated fatty acids (PUFAs) that are essential fatty acids for humans. Omega-3 fatty acids have various positive effects on health, especially cardiovascular-related ones. This study aims to determine the effect of omega-3 fatty acid and vitamin D combination on the TG/HDL-C ratio in high fat fed Rattus norvegicus. The research design is experimental study with a post-test-only control group design. This study used 24 male rats aged 3–4 months with a body weight of 250–300 grams which were divided into four groups; negative control group, positive control group; treatment group one; and treatment group two. The high-fat diet (HFD) is an additional (emulsion) feed added to standard feed with increased fat composition. The results showed that increased triglyceride (TG) levels of 83.40 mg/dL and HDL levels of 62.60 mg/dL after consumed high-fat diet. There was a significant decrease in TG levels of 54.15 mg/dL (p=0.026) and a decrease in HDL of 53.00 mg/dL (p>0.05, α=0,05) after administration of Omega-3 and Vitamin D combination. Conclusions in this study is the intake Omega-3 and Vitamin D combination has a positive effect on TG levels. Still, this positive effect must be accompanied by limiting the fat intake to the body. Meanwhile, combining Omega-3 and Vitamin D did not significantly affect HDL levels.
Formulasi dan Uji Efektivitas Sampo Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle L.) Terhadap Mortalitas Kutu Kepala Manusia (Pediculus Humanus Capitis) Susanti, Mahida Rina; Musyarrafah, Musyarrafah; Andriana, Ana; Adnyana, I Gede Angga
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 4, No 6 (2024): Volume 4 Nomor 6 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v4i6.14543

Abstract

ABSTRACT Head lice (Pediculosis capitis) is a skin and head hair health problem caused by Pediculus humanus capitis. Pediculosis capitis is a common health problem that often occurs. Pediculus humanus capitis, also known as head lice, is an ectoparasite that lives on the human scalp. Pediculosis can cause skin irritation, allergic reactions, and bacterial infections due to excessive scratching and sleep disturbances. To determine the effectiveness of green betel leaf extract (Piper betle L.) shampoo formulation against mortalitis of human head lice (Pediculus humanus capitis). This study used a true experimental method with Post Test Only Controlled Group Design, and Completely Randomized Design (CRD) with 6 treatment groups consisting of positive control with premethin 1%, negative control with distilled water, green betel leaf extract shampoo (Piper betle L.) with concentrations of 15%, 20%, 25% and 30%. the results of the Kruskal-Wallis non-parametric test obtained 0.008 value (sig <0.05) which means that green betel leaf extract shampoo (Piper betle L.) has a mortality effect on head lice (Pediculus humanus capitis). Green Betel Leaf (Piper betle L.) extract shampoo formulation is effective against mortality of Human Head Lice (Pediculus humanus capitis) and the most effective shampoo concentration is found in 30% concentration shampoo with 100% mortality rate and takes 5 minutes to kill head lice. Keywords: Green Betel Leaf Extract Shampoo (Piper Betle L.), Mortality, Human Head Lice (Pediculus Humanus Capitis).  ABSTRAK Kutu kepala (Pediculosis capitis) merupakan masalah kesehatan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh Pediculus humanus capitis. Pediculosis capitis merupakan masalah kesehatan umum yang sering terjadi. Pediculus humanus capitis atau sering dikenal dengan kutu kepala merupakan ektoparasit yang hidup pada kulit kepala manusia. Pediculosis dapat menyebabkan iritasi kulit, reaksi alergi, dan infeksi bakteri karena garukan berlebihan serta gangguan tidur. Mengetahui efektivitas formulasi sampo ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap mortalitis kutu kepala manusia (Pediculus humanus capitis). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen sejati (true eksperimental) dengan rancangan Post Test Only Controlled Group Design, dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 kelompok perlakuan yang terdiri atas kontrol positif dengan premethin 1%, kontrol negatif dengan aquadest, sampo ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) dengan konsentrasi 15%, 20%, 25% dan 30%. Hasil uji non parametrik Kruskal-Wallis diperoleh hasil 0,008 nilai (sig<0,05) yang artinya artinya sampo ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.)  memiliki efek mortalitas pada kutu kepala (Pediculus humanus capitis). Formulasi sampo ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) efektif terhadap mortalitas Kutu Kepala Manusia (Pediculus humanus capitis) dan konsentrasi sampo yang paling efektif terdapat pada sampo konsentrasi 30% dengan tingkat mortalitas 100% dan membutuhkan waktu 5 menit untuk membunuh kutu kepala. Kata Kunci: Sampo Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper Betle L.), Mortalitas, Kutu Kepala Manusia (Pediculus Humanus Capitis).
The Correlation Between Smoking Behavior and The Use of “Used Cooking Oil” with Hypertension Incidences at Malimbu Coastal Area Adnyana, I Gede Angga; Kresnapati, I Nyoman Bagus Aji; Saputra, I Putu Bayu Agus; Diarti, Maruni Wiwin; Jiwintarum, Yunan
Jurnal Keperawatan Terpadu (Integrated Nursing Journal) Vol. 5 No. 2 (2023): OKTOBER
Publisher : Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32807/jkt.v5i2.518

Abstract

Hypertension is the main risk factor that leads to cardiovascular disease such as heart attack, heart failure and stroke, which is the highest cause of death in the world. One area with high risk of hypertension is the coastal area. The famous coastal area in the Lombok is Malimbu, located in North Lombok, West Nusa Tenggara Province. This research is an analytical observational study with a cross sectional design. This study aims to determine the correlation between smoking behavior and use of “used cooking oil” and the incidence of hypertension. Samples in this study were 70 people (n=70), and was taken using accidental sampling technique. Data were analyzed using chi-square. The results showed that the incidence of hypertension was 48% of the 70 respondents. Most of the respondents (70%), had no history of hypertension in their family. This research shows that there is no correlation between smoking behavior and the incidence of hypertension (p=0.807) with PR=1.156 (0.354 - 3.797). The use of “used cooking oil” was also found to be not correlated with the incidence of hypertension (p=0.632) with PR=1.275 (0.486 - 3.345). Although several previous studies showed that the smoking behavior and the use of used cooking oil correlate to hypertension, but this study result shows different data. This can be caused by other factors. Future research needs to examine the characteristics of smokers that may be related to the incidence of hypertension