Aloysius Suryawan
Universitas Kristen Maranatha

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Effect Effect of Moringa Leaves (Moringa oleifera) on Fasting Blood Sugar Levels in Prediabetes Steffi, Steffi; Rahardjo, Theresia Monica; Suryawan, Aloysius
Bahasa Indonesia Vol 23 No 3 (2024): Damianus Journal of Medicine
Publisher : Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/djm.v23i3.5576

Abstract

Pendahuluan: Prediabetes merupakan fase awal dari Diabetes Melitus tipe 2 (DM2). Dalam setahun, sekitar 5-10% pasien prediabetes akan berlanjut menjadi Diabetes Melitus tipe 2. Daun kelor memiliki potensi dalam mengontrol kadar gula darah, khususnya sebagai terapi tambahan alami dalam pencegahan dan terapi Diabetes Melitus tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak daun kelor terhadap kadar gula darah puasa pada individu dengan prediabetes Metode: Penelitian ini menggunakan desain randomized controlled trial (RCT). Pengambilan sampel dilakukan di sebuah klinik di Bekasi secara consecutive sampling, dengan 88 subjek yang memenuhi kriteria: prediabetes, usia 25-55 tahun, tidak menggunakan ADO dan insulin minimal 3 bulan sebelum penelitian, serta tidak sedang hamil dan menyusui. Subjek dibagi menjadi dua bagian kelompok yaitu: kelompok perlakuan (MO) yang mendapat kapsul daun kelor 2.400 mg/hari (n=45) dan kelompok kontrol (PLC) yang mendapat kapsul plasebo (n=43) selama 50 hari. Pemeriksaan kadar gula darah puasa dilakukan setiap 3 hari, dan data dianalisis menggunakan uji T-test tidak berpasangan dan Mann-Whitney (α=0,05) Hasil: Terdapat perubahan yang bermakna dari rerata nilai kadar gula darah puasa pada kelompok perlakuan secara signifikan p <0.001 yaitu setelah 38 hari perlakuan. Simpulan: Pemberian daun kelor selama 38 hari memengaruhi kadar gula darah puasa pasien prediabetes (p=0.001).
Ethnopharmacological insights and clinical prospects of ten Indonesian medicinal plants for pregnancy, postpartum, and lactation: a systematic review Sanjaya, I Nyoman Hariyasa; Andonotopo, Wiku; Bachnas, Muhammad Adrianes; Dewantiningrum, Julian; Pramono, Mochammad Besari Adi; Mulyana, Ryan Saktika; Pangkahila, Evert Solomon; Akbar, Muhammad Ilham Aldika; Rahardjo, Theresia Monica; Suryawan, Aloysius; Rahardjo, Bambang; Yeni, Cut Meurah; Aldiansyah, Dudy; Bernolian, Nuswil; Wiradnyana, Anak Agung Gede Putra; Sulistyowati, Sri; Stanojevic, Milan; Kurjak, Asim
Indonesian Journal of Perinatology Vol. 6 No. 1 (2025): (Available online: 1 June 2025)
Publisher : The Indonesian Society of Perinatology, South Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/inajperinatol.v6i1.77

Abstract

Background: The perinatal period involves significant physiological and metabolic transitions, particularly concerning hypertensive disorders, preeclampsia, hemorrhage, lactation challenges, and oxidative stress. Although pharmacological therapies are available, their safety and accessibility remain inconsistent, especially in resource-limited settings. Indonesia’s extensive biodiversity and deep-rooted ethnomedicinal traditions offer promising yet underutilized botanical alternatives. This study aimed to review the efficacy of Indonesian medicinal plants used in pregnancy, postpartum, and lactation. Methods: This systematic review investigates ten Indonesian medicinal plants traditionally used during pregnancy, postpartum recovery, and lactation: Sauropus androgynus, Curcuma longa, Moringa oleifera, Nigella sativa, Centella asiatica, Orthosiphon aristatus, Syzygium polyanthum, Andrographis paniculata, Solanum nigrum, and Zingiber officinale. Literature from 2000 to 2025 was reviewed using PRISMA guidelines across global and regional databases. Phytochemical composition, mechanisms of action, therapeutic effects (e.g., antihypertensive, antidiabetic, galactagogue, hemostatic, antioxidant), and clinical relevance were critically evaluated. Results: All ten plants demonstrated pharmacological potential relevant to perinatal health challenges. Notably, Zingiber officinale offers antiemetic and anti-inflammatory benefits during early pregnancy, complementing the lactogenic, antihypertensive, and wound-healing properties of other species. However, gaps persist in human trials, dosage standardization, and regulatory oversight. Conclusion: The review highlights the importance of integrating validated traditional botanicals into perinatal care through interdisciplinary research, targeted clinical trials, and culturally responsive health policies. Bridging ethnopharmacology with maternal health systems offers a scalable, sustainable pathway toward maternal wellness and equity in Indonesia and comparable global settings.
Kafein dan Asam Hialuronat Topikal Menurunkan Derajat Keparahan Melasma Pasien Melasma Monica, Monica; Suryawan, Aloysius; Rahardjo, Theresia Monica
Bahasa Indonesia Vol 24 No 2 (2025): Damianus Journal of Medicine
Publisher : Atma Jaya Catholic University of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/djm.v24i2.5585

Abstract

Pendahuluan: Melasma merupakan kondisi yang ditandai dengan makula hiperpigmentasi dan dapat memengaruhi kualitas hidup. Baku emas pengobatan hiperpigmentasi kulit adalah hidrokuinon, namun banyak yang melaporkan efek samping dari penggunaan jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efek kafein dan asam hialuronat sebagai modalitas tambahan untuk meningkatkan efektivitas dan mengurangi efek samping krim hidrokuinon. Metode: Penelitian ini adalah eksperimental murni dengan pretest-posttest control group design. Subjek adalah perempuan dewasa (20-40 tahun), menderita melasma, dan bekerja di RS Mitra Keluarga Bekasi selama rentang periode Januari sampai April 2024. Seluruh subjek kemudian dibagi menjadi 2 kelompok (n= 18), yaitu kelompok yang diberikan krim hidrokuion 2% dan plasebo (P1) dan kelompok yang diberikan krim hidrokuion 2%, kafein 3%, dan asam hialuronat 0.01% (P2). Sebelum (pretest) dan 8 minggu setelah perlakuan (posttest), derajat keparahan melasma diukur dengan Modified Melasma Area and Severity Index (m-MASI). Hasil: Analisis efek perlakuan yang membandingkan nilai pretest dan posttest lebih lanjut membuktikan terjadi perubahan skor m-MASI yang signifikan pada kelompok P1 (p<0,05) dan P2 (p<0,05). Namun pada kelompok P2 memberikan hasil yang lebih baik daripada P1, dengan terjadinya penurunan skor m-MASI setelah perlakuan selama 8 minggu (p<0,05). Simpulan: Terapi hidrokuinon 2% topikal selama 8 minggu saja menurunkan skor m-MASI pada pasien melasma, namun dengan penambahan asam hialuronat 0.01% dan kafein 3%  lebih meningkatkan efektivitas terapi hidrokuinon 2% topikal pada pasien melasma terhadap skor m-MASI.