Suwendar Suwendar
Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung, Bandung, Indonesia

Published : 42 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa

UJI AKTIVITAS ANALGETIKA EKSTRAK n-HEKSANA DAUN AFRIKA (Vernonia amygdalina Delile) TERHADAP MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN Cici Delisma; Sri Peni Fitrianingsih; Suwendar Suwendar
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v1i1.3109

Abstract

ABSTRAKNyeri merupakan persepsi sensorik mengganggu yang dapat ditangani dengan analgetika. Daun afrika (Vernonia amygdalina Delile) secara tradisional digunakan untuk mengobati nyeri seperti sakit gigi. Tujuan penelitian ini untuk menentukan aktivitas analgetika ekstrak n-heksana daun afrika dengan 2 metode pengujian dan menentukan dosis efektifnya. Metode Tail Flick Test untuk menguji aktivitas analgetika sentral dan metode Writhing Test untuk menguji aktivitas analgetika perifer. Mencit dibagi ke dalam 5 kelompok. Kelompok kontrol yang diberi CMC Na, kelompok uji yang diberi ekstrak n-heksana daun afrika dosis 100, 200 dan 400 mg/kg BB serta kelompok pembanding yang diberi tramadol (metode Tail Flick Test) dan aspirin (metode Writhing Test). Analisis data dilakukan dengan ANOVA dan dilanjutkan dengan LSD pada taraf kepercayaan 95% (p ≤ 0,05). Pada metode Tail Flick Test mencit diinduksi nyeri dengan panas suhu 50±2oC dan parameter yang diamati adalah total waktu yang dibutuhkan mencit untuk menjentikkan ekor. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak dengan dosis 400 mg/kg BB secara signifikan memperpanjang waktu mencit menjentikkan ekor dibandingkan terhadap kontrol (p=0,006), tetapi aktivitasnya tidak sebanding dengan tramadol dosis 6,5 mg/kg BB (p=0,000). Pada metode Writhing Test mencit diinduksi nyeri dengan asam asetat 0,6%(v/v) dan parameter yang diamati adalah total geliat mencit selama pengamatan. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak dengan dosis 100, 200 dan 400 mg/kg BB secara signifikan menurunkan total geliat mencit dibandingkan terhadap kontrol (p=0,000), dengan nilai persen efektivitas sebesar 32,01%, 51,60% dan 82,41% yang lebih lemah dibandingkan aspirin dosis 65 mg/kg BB dengan persen efektivitas 100%.Kata kunci:  Daun afrika, Vernonia amygdalina Delile, analgetika, Tail Flick Test, Writhing Test. ABSTRACTPain is a disturbing sensory perception that can be treated with analgesics. Bitter leaf (Vernonia amygdalina Delile) has traditionally noun to treat pain such as toothache. This study aims to evaluate the analgesic activity of n-hexane extract of bitter leaf with 2 testing methods and determine the effective dose. The first method to test central analgesic activity is Tail Flick Test method and the second method is Writhing Test method to test peripheral analgesic activity. The test was done on mice were divided into 5 groups. The control group that was administered to CMC Na, the test group was administered n-hexane extract of bitter leaf dose 100, 200 and 400 mg/kg BW and the comparable group was administered tramadol (for Tail Flick Test method) and aspirin (for Writhing Test method). Data were analyzed by ANOVA test, followed by LSD test at 95% confidence level (p ≤ 0,05). In the Tail Flick Test method, the mice were induced by pain by heat at 50 ± 2℃ and the observed parameters were the total time required of the mice to flick the tail. The results showed that the extract at dose 400 mg/kg BW significantly prolonged the mice's flicking time compared to the control (p=0,006), but the activity was not comparable with tramadol dose of 6,5 mg/kg BW (p=0,000). In the Writhing Test method, the mice were induced by pain by acetic acid 0,6%(v/v) and the observed parameters were the total writhing of mice. The results showed that extracts with doses of 100, 200 and 400 mg/kg BW significantly decrease the total writhing of mice compared to control (p=0,000), with the effectivity percentage of 32,01%, 51,60% and 82,41% which are weaker than 65 mg/kg BW dose aspirin effectivity percentage 100%.Keywords:  Bitter leaf, Vernonia amygdalina Delile, analgesics, Tail Flick Test, Writhing Test.
GAMBARAN KLINIS PENDERITA KANKER SERVIKS SETELAH KEMOTERAPI BERDASARKAN STADIUM Suwendar Suwendar
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v1i2.3254

Abstract

Pengamatan gambaran klinik pada pada penderita kanker serviks merupakan hal yang sangat penting karena dapat mengevaluasi efektivitas kemoterapi. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran klinik pada penderita kanker serviks berdasarkan stadium setelah mendapatkan kemoterapi selama tiga siklus. Dengan demikian dapat dievaluasi lebih lanjut mengenai efektivitas kemoterapi untuk setiap stadium. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental yang bersifat deskriptif dengan melakukan observasi lapangan untuk memperoleh data gambaran klinik. Evaluasi gambaran klinik dilakukan dengan mengamati gejala klinik dan kondisi pasca kemoterapi setelah pasien mendapatkan kemoterapi siklus pertama sampai ketiga.  Hasil menunjukkan bahwa setelah kemoterapi selama tiga siklus, pada gejala klinik, persen hilang gejala pada pasien stadium  I, II, III dan IV untuk keputihan masing-masing adalah 100%, 96%, 93,3% dan 25%; pada gejala pendarahan, masing-masing adalah 100%, 68%, 53,3% dan 0%; sedangkan rata-rata skor nyeri masing-masing adalah 0,9±0,9; 1,0±1,5; 1,4±,4 dan 3,5±1,9.   Pada kondisi pasca kemoterapi, persentase pasien yang dinyatakan mengalami perbaikan pada pasien stadium I, II, III dan IV masing-masing adalah 100%, 96%, 93,9% dan 75%. Hasil di atas  menunjukkan bahwa kemoterapi menunjukkan kecenderungan makin efektif pada pasien kanker serviks  dengan stadium yang makin rendah.Kata kunci : kanker serviks, stadium, kemoterapi, gambaran klinikPengamatan gambaran klinik pada pada penderita kanker serviks merupakan hal yang sangat penting karena dapat mengevaluasi efektivitas kemoterapi. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran klinik pada penderita kanker serviks berdasarkan stadium setelah mendapatkan kemoterapi selama tiga siklus. Dengan demikian dapat dievaluasi lebih lanjut mengenai efektivitas kemoterapi untuk setiap stadium. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental yang bersifat deskriptif dengan melakukan observasi lapangan untuk memperoleh data gambaran klinik. Evaluasi gambaran klinik dilakukan dengan mengamati gejala klinik dan kondisi pasca kemoterapi setelah pasien mendapatkan kemoterapi siklus pertama sampai ketiga.  Hasil menunjukkan bahwa setelah kemoterapi selama tiga siklus, pada gejala klinik, persen hilang gejala pada pasien stadium  I, II, III dan IV untuk keputihan masing-masing adalah 100%, 96%, 93,3% dan 25%; pada gejala pendarahan, masing-masing adalah 100%, 68%, 53,3% dan 0%; sedangkan rata-rata skor nyeri masing-masing adalah 0,9±0,9; 1,0±1,5; 1,4±,4 dan 3,5±1,9.   Pada kondisi pasca kemoterapi, persentase pasien yang dinyatakan mengalami perbaikan pada pasien stadium I, II, III dan IV masing-masing adalah 100%, 96%, 93,9% dan 75%. Hasil di atas  menunjukkan bahwa kemoterapi menunjukkan kecenderungan makin efektif pada pasien kanker serviks  dengan stadium yang makin rendah.Kata kunci : kanker serviks, stadium, kemoterapi, gambaran klinik
POTENSI ANTIBAKTERI FRAKSI AIR DAUN JAMBU AIR [Eugenia aqueum (Burm. F) Alston] TERHADAP Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Lanny Mulqie; Suwendar Suwendar; Ratu Choesrina; Dieni Mardliyani
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v4i1.6818

Abstract

Penyakit infeksi memiliki peranan yang cukup besar untuk terjadinya morbiditas dan mortalitas baik di negara berkembang maupun di negara maju. Penerimaan masyarakat terhadap penggunaan obat tradisional untuk menangani penyakit mencapai 58%. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional yaitu daun jambu air. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri daun jambu air terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli melalui penetapan konsentrasi hambat minimum (KHM) dan tipe kerja fraksi air daun jambu air. Fraksinasi dilakukan dengan cara ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut n-heksana, etil asetat, dan air. Penetapan KHM dilakukan dengan metode difusi agar menggunakan teknik sumur. Penentuan tipe kerja dilakukan dengan metode turbidimetri. Hasil pengujian menunjukkan bahwa fraksi air daun jambu air memiliki aktivitas antibakteri dengan nilai KHM 0,78%. Tipe kerja fraksi air daun jambu air adalah bakterisid primer.
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU AIR [Eugenia aqueum (Burm. F) Alston] DENGAN MIKRODILUSI AGAR Lanny Mulqie; Suwendar Suwendar; Muhammad Fakhrur Rajih; Dieni Mardliyani; Imas Yumniati; Widiasari Widiasari; Zakiyyah Nurrosyidah
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 5, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v5i1.7849

Abstract

Sumber daya alam yang dimiliki Indonesia cukup berlimpah. Tanaman merupakan sumber daya alam yang banyak dimanfaatkan sebagai obat. Salah satu tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah jambu air. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jambu air terhadap S. aureus, dan E.coli dan penetapan nilai konsentrasi hambat minimum (KHM), serta pengujian konsentrasi bunuh minimum (KBM). Ekstraksi dilakukan secara maserasi dengan etanol 96%. Penetapan KHM dilakukan dengan metode mikrodilusi agar. Pengujian KBM dilakukan dengan menggoreskan sejumlah 5 µL alikuot dari sumur pelat mikro yang menunjukkan kejernihan diatas media MHA. Nilai KHM dan KBM ekstrak etanol daun jambu air terhadap S. aureus, dan E.coli yaitu 20.000 μg/mL dan 40.000 μg/mL.
KUALITAS HIDUP PENDERITA KANKER SERVIKS BERDASARKAN JUMLAH KOMORBID, KOMPLIKASI PENYAKIT DAN EFEK SAMPING KEMOTERAPI Suwendar Suwendar
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v2i2.4538

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Kanker serviks adalah salah satu jenis kanker dengan tingkat prevalensi yang tinggi.  Kualitas hidup pasien kanker serviks akan menurun disebabkan penyakitnya maupun terapi yang diberikan. Adanya komorbid, komplikasi penyakit dan efek samping dari kemoterapi yang menyertai akan mempengaruhi kualitas hidup pasien.  Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah komorbid, komplikasi dan efek samping kemoterapi terhadap kualitas hidup pasien kanker serviks. Metode Penelitian: Penelitian dilakukan dengan rancangan cross sectional prospektif.  Subyek penelitian adalah pasien kanker serviks rawat inap yang memenuhi kriteria inklusi.  Data yang diambil adalah kualitas hidup pasien kanker berdasarkan jumlah komorbid, komplikasi dan efek samping kemoterapi yang diderita. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner EQ-5D-3L.  Data dianalisis dengan uji statistik ANOVA dengan uji lanjut LSD (p < 0,05).  Hasil : Pada pasien tanpa komorbid, dengan satu komorbid dan dua komorbid : rata-rata nilai utility masing-masing adalah 0,67±0,13, 0,55±0,15 dan 0,46 ±0,16; rata-rata nilai EQ-5D VAS masing-masing adalah 57,50±24,75;  45,45±9,34 dan 40,00±8,16. Komplikasi yang paling sering dijumpai adalah anemia.  Anemia berat cenderung lebih menurunkan kualitas hidup dibandingkan anemia ringan meskipun tidak signifikan. Untuk pasien dengan anemia ringan dan berat, nilai utility masing-masing adalah : 0,64±0,14 dan 0,48±0,15, sedangkan nilai EQ-5D VAS masing-masing adalah : 46,67±14,15 dan 42,50±15,12.  Efek samping kemoterapi yang paling sering dialami adalah emesis dan trombositopenia.  Kualitas hidup penderita dengan trombositopenia cenderung lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang hanya mengalami emesis, meskipun tidak signifikan.  Pada pasien yang mengalami emesis, rata-rata nilai utility adalah 0,65±4,28 dan nilai EQ-5D VAS adalah 49,54±15,43.  Pada pasien dengan trombositopenia, rata-rata nilai utility adalah 0,43±0,38 dan nilai EQ-5D VAS adalah 35,00±13,23. Kesimpulan : Jika jumlah komorbid yang diderita pasien kanker serviks semakin banyak serta  komplikasi penyakit dan efek samping kemoterapi makin berat maka kualitas hidup pasien akan semakin menurun. Kata kunci : kanker serviks, kualitas hidup, EQ-5D-3L ABSTRACT Background: Cervical cancer is one type of cancer with a high prevalence. The quality of life of patients with cervical cancer will decrease due to the disease or the therapy given. The presence of comorbidities, complications of disease and side effects of chemotherapy that accompany will affect the quality of life of patients. Aims: This study aimed to determine the effect of comorbid amount, complications and side effects of chemotherapy on the quality of life of patients with cervical cancer. Methods: The study was conducted in a prospective cross-sectional design. The subjects of the study were hospitalized cervical cancer patients who met  the inclusion criteria. The data taken were the quality of life of cancer patients based on the number of comorbidities, complications and side effects of chemotherapy suffered. Data collection was carried out using the EQ-5D-3L questionnaire. Data were analyzed by ANOVA statistical test with LSD (p <0.05). Results: In patients without comorbidities, with one comorbid and two comorbid: the average utility value was 0.67 ± 0.13, 0.55 ± 0.15 and 0.46 ± 0.16; the average EQ-5D VAS values were 57.50 ± 24.75; 45.45 ± 9.34 and 40.00 ± 8.16 respectively. The most common complication was anemia. Severe anemia tended to further reduce quality of life compared to mild anemia, although not significant. For patients with mild and severe anemia, the utility values were: 0.64 ± 0.14 and 0.48 ± 0.15, while the EQ-5D VAS values were: 46.67 ± 14.15 and 42.50 ± 15.12 respectively. The most common side effects of chemotherapy were emesis and thrombocytopenia. The quality of life of patients with thrombocytopenia tended to be lower compared to patients who only experience emesis, although not significantly. In patients who experience emesis, the average utility value was 0.65 ± 4.28 and the EQ-5D VAS value was 49.54 ± 15.43. In patients with thrombocytopenia, the average utility value was 0.43 ± 0.38 and the EQ-5D VAS value was 35.00 ± 13.23. Conclusion: If the number of comorbidities suffered by patients with cervical cancer is increasing, the complications of the disease and the side effects of chemotherapy are getting heavier than the patient's quality of life will decrease.Keyword: cervical cancer, quality of life, EQ-5D-3L
POTENSI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN JAMBU AIR [Eugenia aqueum (Burn F.) Alston] TERHADAP STHAPHYLOCOCCUS AUREUS DAN ESCHERICHIA COLI Ratu Choesrina; Suwendar Suwendar; Lanny Mulqie; Dieni Mardliyani
Jurnal Ilmiah Farmasi Farmasyifa Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiff.v2i1.4230

Abstract

Staphylococcus aureus (S. Aureus) is a constituent of the Gram positive type of normal flora. But if the amount is excessive it will become a pathogen in humans. Likewise with Escherichia coli (E. coli) which is a gram negative bacterium.Antibacterials that are available generally have a broad spectrum, so that side effects can damage normal flora if used long-term, according to the results of a study by Hariyati et al. The ethanol extract has great potential as an antimicrobial source. flavonoids, phenolic compounds and tannins have antibacterial properties. This antibacterial activity test uses agar diffusion method with wells to determine MIC, work spectrum, and work type against test bacteria (with turbidimetry method), the series of ethyl acetate fraction concentrations used is 50%; 25%; 12.5%; 6.25%; 3.13%; 1.56%; 0.78%; 0.31%. Then compared with the comparative antibiotic tetracycline using regression analysis. Ethyl acetate fraction of guava leaves has anti-bacterial activity against S. aureus and E. coli with KHM values of 12.50%. The working type of ethyl acetate fraction tends to be bactericidal in both S. aureus and E. coli. Equality of activity against S. aureus from 1 g of ethyl acetate fraction to tetracycline was 0.0295 g whereas for E. coli it was 0.0186 g.Keywords: antibacterial, Staphylococcus aureus, Escherichia coli