Popalo Village is one of the villages in North Gorontalo Regency, Gorontalo Province, which has a mangrove land area of 51.08 ha, 30 ha of which is the target location of the Forest and Land Rehabilitation programme of the Gorontalo Sunga Watershed-Hutan Lindung (BPDAS-HL). The existence of these mangroves is only intended to prevent abrasion, while some of them are converted by the community into ponds. The lack of public knowledge about the benefits of mangrove plants, especially mangrove fruit, which can be used as raw material for making coffee-like drinks, makes this mangrove not utilised by the community properly. This condition became one of the reasons for training and mentoring the community to be able to process mangrove fruit into coffee-like drinks. The training was conducted using a survey of locations and types of mangroves that grow a lot, training in making mangrove coffee powder, and softlaunching mangrove coffee of various flavours. The results of this training showed that the knowledge of the community, especially forest farmer groups, about mangrove utilisation had increased from not knowing to knowing. In addition, this training is expected to be followed up by the village government so that it becomes one of the opportunities for other community income sources. One form of the village government's seriousness with this activity is softlaunching mangrove coffee products with the Gorontalo Utara Regent.ABSTRAKDesa Popalo merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo yang memiliki luas lahan mangrove 51,08 ha, 30 ha diantaranya merupakan lokasi sasaran program Rehabilitasi Hutan dan Lahan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sunga-Hutan Lindung (BPDAS-HL) Gorontalo. Keberadaan mangrove ini hanya diperuntukkan untuk mencegah terjadinya abrasi, sedangkan sebagiannya lagi diubah oleh masyarakat menjadi lahan tambak. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat tanaman mangrove khususnya bagian buah mangrove, yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan minuman mirip kopi menjadikan mangrove ini tidak dimanfaatkan oleh masyarakat dengan baik. Kondisi ini menjadi salah satu alasan dilakukan pelatihan dan pendampingan kepada masyarakat untuk dapat mengolah buah mangrove menjadi minuman mirip kopi. Pelatihan dilakukan dengan menggunakan metode survei lokasi dan jenis mangrove yang banyak tumbuh, pelatihan pembuatan serbuk kopi mangrove, dan softlaunching kopi mangrove aneka rasa. Hasil dari pelatihan ini menunjukkan pengetahuan masyarakat khususnya kelompok tani hutan tentang pemanfaatan mangrove mengalami peningkatan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Selain itu pelatihan ini diharapkan dapat ditindaklanjuti oleh pihak pemerintah desa sehingga menjadi salah satu peluang sumber pendapatan masyarakat lainnya. Salah satu bentuk keseriusan pemerintah desa dengan kegiatan ini adalah melakukan softlaunching produk kopi mangrove bersama Bupati Gorontalo Utara.