Claim Missing Document
Check
Articles

Munculnya Tingkah Laku Baru Para Pengguna Internet pada Masyarakat Desa Broadband Asy Syifa Rakhmadevi; Karolina Lamtiur Dalimunthe; Retno Hanggarani Ninin; Noer Fauzi Rachman
SOSIOHUMANIORA: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 7 No 2 (2021): Agustus 2021
Publisher : LP2M Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30738/sosio.v7i2.10405

Abstract

This research aims to describe a villager's behavior as a new internet user in a broadband village. Qualitative methods with ethnographic approaches were used, and the data was obtained based on the experience of living in Broadband Village for two months. This research was conducted in Mandalamemar Village, certified as Broadband Village by the Ministry of Communication and Information. Results have shown that internet emerging villagers new behavior from the individual, group and community levels. The new behavior consists such as; the emergence of awareness to find out new things from the internet, a new needs of tertiary things, internet addiction, a new way of online communication between groups, the rise of more people creating new groups and lastly, the public concern due to hoaxes spread through the internet.
Persepsi Stigmatisasi Dan Intensi Pencarian Bantuan Kesehatan Mental Pada Mahasiswa S1 Arina Shabrina; Ahmad Gimmy Prathama; Retno Hanggarani Ninin
JURNAL PSIKOLOGI Vol 17, No 1 (2021): Jurnal Psikologi
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jp.v17i1.11399

Abstract

AbstrakPenelitian-penelitian terdahulu menyatakan terdapat proporsi mahasiswa S1 di Indonesia yang mengalami masalah kesehatan mental. Beberapa studi sebelumnya juga memperlihatkan hanya sebagian kecil mahasiswa dengan masalah tersebut yang mencari dan mendapatkan bantuan. Hasil survei daring awal pada mahasiswa S1 menunjukkan hambatan urutan pertama dalam mencari bantuan adalah rasa takut atas judgement dan pandangan negatif dari lingkungan sosial yang dijelaskan dengan konsep persepsi stigmatisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah persepsi stigmatisasi berhubungan dengan intensi pencarian bantuan kesehatan mental pada mahasiswa S1. Penelitian ini adalah studi cross-sectional yang melibatkan 480 mahasiswa S1 di kota Bandung yang direkrut secara daring dengan menyebarkan tautan survei melalui media sosial. Perception of Stigmatization by Others for Seeking Help (PSOSH) digunakan untuk mengukur persepsi stigmatisasi dan intensi pencarian bantuan diukur menggunakan Mental Help Seeking Intention Scale (MHSIS). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan korelasional. Skor rata-rata persepsi stigmatisasi adalah 15.81 (SD=4.54) dan intensi pencarian bantuan kesehatan mental sebesar 14.53 (SD=4.31). Tidak terdapat hubungan signifikan antara persepsi stigmatisasi dan intensi pencarian bantuan kesehatan mental, r (478) = .053, p > .05. Berdasarkan hasil dari analisis data dapat disimpulkan bahwa persepsi stigmatisasi tidak berhubungan dengan intensi pencarian bantuan kesehatan mental pada sampel mahasiswa S1 di kota Bandung.Kata Kunci:persepsi stigmatisasi, intensi pencarian bantuan, mahasiswa
DIRI RELIGIUS: SUATU PERSPEKTIF PSIKOLOGI TERHADAP KEPRIBADIAN AKHLAQUL KARIMAH Retno Hanggarani Ninin
Psikis : Jurnal Psikologi Islami Vol 5 No 1 (2019): Psikis: Jurnal Psikologi Islami
Publisher : Program Studi Psikologi Islam, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19109/Psikis.v5i1.2041

Abstract

Akhlaqul karimah in general is a temperament that contains elements of goodness. The characteristics consistent with morals, ethics, morality, dignity, and kindness in accordance with reference to the Quran and the Sunnah of the Prophet Muhammad. From psychologycal perspective, “self” is the aggregate related. Defined as an awareness of one’s own unique existence, self is the crucial factor of regulatory and control functions over the thoughts, feelings, motives, and behavior. Accordingly, the proposed concept “religious self” can be defined as an awareness of the one’s own existence in relation to God,in which the awareness of the relationship will be the critical factor that regulate and control the thoughts, feelings, motives, and behavior. Religious self is being argued as having four dimensions:Godness belief, awareness of God-self connectednes, acceptance of God's willpowertoward them, and motif of obedience to God’s order. In term of akhlaqul karimah, each dimension of religious self is analogous to the concept of iman (faith), ikhsan (feel of being observed by the Divine), tawakal (resignation), and taqwa (piety), which are features indicate the quality of akhlaqul karimah. Critical review of concepts in common psychology ie religiosity, spirituality, personality, and self, offers new conceptualisation of akhlaqul karimah by the way of psychology.
Psikoetnografi sebagai metode asesmen psikologi komunitas Retno Hanggarani Ninin; Noer Fauzi Rachman; Karolina Lamtiur Dalimunthe; Asysyifa Rakhmadevi; Hammad Zahid Muharram; Sitti Muthia Maghfirah Massinai; Syifa Adilla; Yunita Anggraeni
Jurnal Psikologi Sosial Vol 18 No 2 (2020): Special Issue - Methodological Trends in Social Psychology: Indonesian Context
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/jps.2020.16

Abstract

Meskipun ilmu tentang asesmen sebagai pengukuran berkembang pesat di bidang psikologi, namun asesmen psikologi di arena alamiah (natural setting) masih belum banyak dibahas, dibandingkan dengan pembahasan tentang asesmen dan pengukuran psikologi di setting khusus seperti di ruang klinik dan industriDiperlukan suatu metode asesmen yang menjadikan komunitas bukan hanya sebagai tempat munculnya perilaku, melainkan sebagai modalitas yang menjadi bagian dari perilaku. Memanfaatkan keilmuan psikologi komunitas, dan etnografi, studi ini mengeksplorasi potensi etnografi sebagai instrumen untuk asesmen psikologi di setting alamiah. Kami memberikan contoh riset yang kami lakukan untuk menggambarkan pendekatan psikoetnografi. Riset tindakan dipilih sebagai pendekatan, dengan memanfaatkan mata kuliah etnografi yang diselenggarakan di program pasca sarjana psikologi. Tiga dosen dan lima mahasiswa peserta mata kuliah tersebut adalah tim peneliti, tiga lokasi dipilih, dan para mahasiswa belajar metode dan contoh-contoh etnografi di kelas, lalu mempraktekkan etnografi. Data yang dihasilkan berupa catatan etnografi, logbook kegiatan lapangan, dan laporan dalam format makalah, selanjutnya diperlakukan sebagai data asesmen yang akan diinterpretasikan aspek psikologisnya. Interpretasi yang dilakukan menunjukkan kemampuan etnografi untuk menghasilkan data psikologis yang dibutuhkan untuk asesmen psikologi. Dengan demikian, psikoetnografi dapat dipertimbangkan sebagai alat kerja psikolog untuk melakukan asesmen psikologi pada sekelompok individu di setting komunitas sebagai lingkungan naturalnya.
HUBUNGAN BELIEF IN AFTERLIFE DENGAN KECEMASAN TERHADAP KEMATIAN (Studi pada Individu Muslim Usia 18-21 Tahun) Kayisa Zariayufa; Retno Hanggarani Ninin; Tiara Ratih Widiastuti
Psikoislamedia : Jurnal Psikologi Vol 4, No 1 (2019): PSIKOISLAMEDIA : JURNAL PSIKOLOGI
Publisher : State Islamic University (UIN) Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (747.002 KB) | DOI: 10.22373/psikoislamedia.v4i1.6352

Abstract

The purpose of this study was to determine the relationship between belief in afterlife and death anxiety. The subjects of this study were 481 muslims ranging in age from 18 to 21 who came from various cities in Indonesia such as Bandung, Jakarta, Pekanbaru and others. Belief in afterlife was measured using Afterlife Belief Scale for Muslims consisting of three dimensions, positive afterlife belief (7 items); negative afterlife belief (5 items) and extinction (11 items) and death Anxiety Scale-Extended (52 items) was used to measure the death anxiety level. The results of this study indicated no negative relationship between positive afterlife belief and death anxiety. The results of this study also also found a positive relationship between negative afterlife belief and death anxiety but the relationship was classified as a weak relationship (r = 0.115). For the third dimension, the results of also indicated a positive relationship between extinction and death anxiety (r = 0.081). Due to the correlation coefficient, the relationshipwas also classified as weak relationship.
Studi Religiusitas pada Anak-Anak Dari Orangtua Berbeda Agama Anindita Karunia; Retno Hanggarani Ninin
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio Vol. 14 No. 1 (2022): Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Missio
Publisher : Unika Santu Paulus Ruteng

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36928/jpkm.v14i1.944

Abstract

Interfaith marriage is a controversial marriage, either by religion or by the law that is applied in Indonesia. When interfaith couples marry and have children, how is the child’s religious life as one who was exposed to two different religious views? This research was conducted to depict religiosity in children with interfaith parents by using Glock & Stark’s five aspects of religiosity. Three respondents were involved and we use a qualitative approach for this research. All respondents have positive religious affect and religious knowledge. There’s uniqueness in their religious belief and religious practice, and two respondents have positive religious rituals
GAMBARAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA IBU RUMAH TANGGA DI KOTA BANDUNG Fauziah Taslim; Retno Hanggarani Ninin; Sri Rahayu Astuti
Psyche: Jurnal Psikologi Vol 3, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36269/psyche.v3i2.387

Abstract

ABSTRACTThis study aims to measure the psychological well-being of the housewives. The research method used is a mixed method that combines quantitative and qualitative methods. The chosen mix method approach was sequential designs with an explanatory strategy, which was characterized by collecting and analyzing quantitative data followed by data collection and qualitative data analysis. This study uses convenience sampling technique. The sample consisted of 66 women aged 18-40 years. The technique used is descriptive, so that no hypothesis is tested. The measuring instrument used was the Psychological Well-Being Scale questionnaire. Based on the analysis of the results of the research conducted, it was found that the the majority had moderate psychological well-being. Based on the tests, there were no significant differences in psychological well-being based on demographic factors such as age at marriage, work status before marriage, and monthly income.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengukur psychological well being istri yang berperan sebagai Ibu Rumah Tangga. Metode penelitian yang digunakan adalah mixed method yang menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan mix method yang dipilih adalah sequential designs dengan strategi explanatory yang ditandai dengan pengumpulan dan analisa data kuantitatif terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data dan analisa data kualitatif. Penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling. Sampel terdiri dari 66 orang perempuan berusia 18-40 tahun. Teknik yang digunakan adalah deskriptif, sehingga tak ada hipotesis yang diuji. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Psychological Well-Being Scale (PWBS). Berdasarkan analisis hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa ibu rumah tangga mayoritas memiliki psychological well-being yang sedang. Berdasarkan pengujiian, tidak ditemukan perbedaan psychological well-being yang signifikan berdasarkan faktor demografi seperti usia pernikahan, status kerja sebelum menikah, dan penghasilan bulanan.
ANALISIS TERHADAP KEBAHAGIAAN IBU DENGAN ANAK USIA DINI Gitta Suganda; Retno Hanggarani Ninin
Golden Age: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol 5, No 2 (2021): Golden Age : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/ga:jpaud.v5i2.7687

Abstract

The purpose of this study was to understand the determinants of happiness for parents with young children. This study used a qualitative approach to semi-structured interviews. There were five subjects, and the participant criteria in this study was a married woman with children aged 2-5 and directly participating in childcare. Obtained results about the factors that determine the mother’s happiness, namely: 1) When children get better care than what they (mothers) got as a child. 2) Parent consciously, healthily, happily, and not promote negative emotions in children. 3) Understand, master, and enjoy parenting challenges. 4) Establish close and flexible relationships with children. 5) Be able to respond to children's bad behavior constructively towards the mother-child relationship. 6) Successfully carry out their role with confidence so that there was no need to compare themself with others or compare their children with other children. 7) Accept all abilities and limitations as a mother. 8) When children grow up healthy, happy, and adaptive.Keywords: Happiness, Early Childhood, Mother.   Abstrak Peneliti ingin melihat hal-hal apa saja yang menjadi penentu kebahagiaan orang tua dengan anak usia dini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif menggunakan wawancara semi terstruktur. Subyek berjumlah lima orang dengan kriteria partisipan dalam penelitian ini adalah wanita menikah, memiliki anak berusia 2-5 tahun, dan sehari-hari terlibat langsung dalam pengasuhan anak. Didapatkan hasil mengenai hal-hal yang menjadi penentu kebahagiaan menjadi ibu yaitu: 1) Ketika anak mendapat pengasuhan yang lebih baik dari apa yang mereka (ibu) dapatkan sewaktu kecil. 2) Dapat mengasuh secara sadar, sehat, bahagia, dan tidak mengedepankan emosi negatif pada anak. 3) Dapat memahami, menguasai sekaligus menikmati tantangan-tantangan pengasuhan. 4) Menjalin hubungan yang akrab dan fleksibel dengan anak. 5) Dapat menyikapi perilaku anak yang tidak baik dengan konstruktif terhadap relasi ibu-anak. 6) Dapat berhasil menjalani perannya dengan percaya diri sehingga tidak perlu membandingkan diri sendiri dengan orang lain atau membandingkan anak dengan anak lain. 7) Dapat menerima segala kemampuan dan keterbatasan diri sebagai ibu. 8) Ketika anak tumbuh dengan sehat, bahagia, dan adaptif.Kata Kunci: Kebahagiaan, Anak usia dini, Ibu.
Can Teenagers Put Their ‘Shoes’ On Prepetrators and Victims of Bullying? Mumtaz Azoma; Retno Hanggarani Ninin
Psikostudia : Jurnal Psikologi Vol 11, No 2 (2022): Volume 11, Issue 2, June 2022
Publisher : Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/psikostudia.v11i2.7321

Abstract

Social perspective taking (SPT) skills are needed to be able to understand that others have different thoughts than ourselves. This ability is one of the cohesive factors of bullying behavior. This study aims to find out the picture of the ability of early adolescent returns in perpetrators and victims of bullying. Conducted using a qualitative approach to explore adolescents' ability to understand other perception, the study involved subjects of 6 adolescents (3 boys and 3 girls) aged between 13 and 15 years. Data collection is done with open questionnaires and interviews based on the instrument The Social Perspective Taking Acts Measure (SPTAM). The object of the study is three themes, namely, the ability to identify the characteristics of the perpetrator and victim (acknowledgement), the thoughts and feelings of the perpetrator and victim (articulation) and the actions of the perpetrator and victim (positioning). The results showed that each participant was able to acknowledgement and positioning and had difficulty articulation. Articulation, which is the ability to identify the thoughts and feelings of perpetrators and victims, involves higher order thinking, which in the adolescent age range is still in the process of development. Thus, it seems that this is an aspect that needs to be improved with external (adult) help in order to be formed so that minimal prerequisites are met to prevent adolescents from engaging in bullying activities. Kemampuan social perspective taking (SPT) diperlukan untuk dapat memahami bahwa orang lain memiliki pemikiran yang berbeda dari diri kita. Kemampuan tersebut merupakan salah satu faktor korelat dari perilaku perundungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemampuan SPT remaja awal pada pelaku dan korban perundungan. Dilakukan dengan memanfaatkan pendekatan kualitatif untuk mengeksplorasi kemampuan remaja dalam memahami sudut pandang orang lain, penelitian ini melibatkan subyek yaitu 6 remaja (3 laki-laki dan 3 perempuan) berusia antara 13 dan 15 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner terbuka dan wawancara berdasarkan instrumen The Social Perspective Taking Acts Measure (SPTAM). Obyek studinya adalah tiga tema yaitu, kemampuan mengidentifikasi karakteristik pelaku dan korban (acknowledgement), pemikiran dan perasaan pelaku dan korban (articulation) serta tindakan pelaku dan korban (positioning). Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing partisipan mampu melakukan acknowledgement dan positioning dan mengalami kesulitan melakukan articulation. Articulation, yaitu kemampuan mengidentifikasi pikiran dan perasaan pelaku dan korban, secara melibatkan higher order thinking, yang di kisaran usia remaja masih berada dalam proses perkembangan. Dengan demikian, maka tampaknya ini adalah aspek yang perlu ditingkatkan dengan bantuan eksternal (orang dewasa) agar terbentuk sehingga terpenuhi prasyarat minimal yang diperlukan untuk mencegah remaja dari terlibat dalam kegiatan perundungan
Kesejahteraan Spiritual pada Mahasiswa Penghafal Al-Qur’an Widwi Mukhabibah; Retno Hanggarani Ninin; Poeti Joefiani
Jurnal Studia Insania Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : Faculty of Ushuluddin and Humanities

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18592/jsi.v5i2.1508

Abstract

Nowadays, memorizing the Qur'an is growing and interested in children to adults, including college students. The activity is interesting because in the perspective of Islamic Shari'ah, memorizing the Qur'an is not an obligation. Therefore, in psychological science, it will be useful to find any factors that encourage students to do so. An initial survey found that students had belief associated with the spiritual domain of divinity and felt calm when memorizing the Qur’an. Those factors will be studied in the concept of spiritual well-being by Ellison (1983). This quantitative study was conducted on students at Universitas Padjadjaran. There were 40 students selected with snowball sampling. The result showed that as many as 85% of students had high spiritual well-being. It showed that the majority of students have a harmonious and stable life indicated by the closeness with Allah SWT and life satisfaction.
Co-Authors Adilla, Syifa Ahmad Gimmy Pratama Siswadi Ahmad Gimmy Prathama Ahmad Gimmy Prathama Siswadi Allam, Muhammad Haidar Anggraeni Yunita Anindita Karunia Annisa, Maulin Ardhana, Dewa Ayu Venny Arina Shabrina Army Triasari Asteria Devy Kumalasari Astuti, Sri Rahayu Asy Syifa Rakhmadevi Asysyifa Rakhmadevi Azka, Fhirsa Afina Bernadette Btari Kania Putri Bewizta Maurilla Hasyyati Eka Riyanti Purboningsih Elmira N. Sumintardja Ery Muhayar Syafari Fauziah Taslim Fitri Ariyanti Abidin Freddy A. R. Simanjuntak Fredrick Dermawan Purba Gitta Suganda Hammad Zahid Muharram Hendriati Agustiani Ikhwanul Ihsan Armalid Iskandar, Tb.Zulrizka Iskandarsyah, Aulia Karolina Lamtiur Dalimunthe Karunia, Anindita Kayisa Zariayufa Kendhawati, Lenny Kusuma Wijaya, Susan Octavianna Langgersari Elsari Novianti LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI, LANGGERSARI ELSARI Masbul, Hajrah Rizkiyani Muliadi, Rahmad Mumtaz Azoma Nabilla Fazahra Gunawan Najiah, Salwa Noer Fauzi Rachman Noer Fauzi Rachman Noer Fauzi Rachman, Noer Fauzi Novilia Anggraeni Nurbaiah, Salwa Nurul Wardhani Poeti Joefiani Poeti Joefiani, Poeti Putu Satwika Arya Govinda Reiha Fadila Riestyane, Riestyane Roswita Amelinda Shabrina, Arina Siswadi, Ahmad Gimmy Pratama Sitti Fathimah Herdarina Darsim Sitti Muthia Maghfirah Massinai Sri Rahayu Astuti Sukmayanti Sukmayanti Syifa Adilla Tb.Zulrizka Iskandar Tiara Ratih Widiastuti Tjipto Susana Widiastuti, Tiara Ratih Widwi Mukhabibah Widwi Mukhabibah, Widwi Widyastuti, Agnes Yogaswari, Novalda Yuliana Hanami Yunita Anggraeni Yustikasari Lubis , Fitriani Zariayufa, Kayisa