Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) DAN NILAI EKONOMI TANAMAN SERAI WANGI (Combopogon nardus) PADA AGROFORESTRI DI IUPHHK-HT PT. INHUTANI II PULAU LAUT Karin Rizki Rahmaniah; Hafizianor Hafizianor; Asysyifa Asysyifa
Jurnal Sylva Scienteae Vol 4, No 6 (2021): Jurnal Sylva Scienteae Volume 4 No 6 Edisi Desember 2021
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (660.978 KB) | DOI: 10.20527/jss.v4i6.4570

Abstract

The agroforestry system is to combine two or more basic components of land processing activities namely forestry, agriculture and farm etc.  Agroforestry can have effect on the economic value of the people who cultivate it. The purpose of this research is to describe the agroforestry of Karet-Serai Wangi Plant Forest (HTSKW), analyze the growth of Karet crops (Hevea brasiliensis) and analyze the economic value of Serai Wangi plants from agroforestry patterns in IUPHHK-HT PT. Inhutani II Pulau Laut. Measurement of Karet plants in the field using Purposive Sampling technique with path method and observation. Meanwhile, for the determination of the sample respondents in measuring the economic value of Serai Wangi fragrance using census method taken directly interview to office employees and field workers as well as company leaders. This agroforetrial blend is carried out management from the beginning including land preparation activities, nurseries, plantings, treatments, Serai Wangi planting, production to marketing. Analysis of Karet (Hevea brasiliensis) plant growth observed in this study that has a 2017 planting year shows the increase in diameter and height of stems can determine the stem of TBM. The economic value of Serai Wangi reviewed by the researchers with in-depth interview methods on the related parties of the company shows that the direct economic value associated with the profit of income and expenses of the company that the expenditure and income is not balanced significantly and has a value of 0.71 or <1 which means it is not feasible or needs to be reviewedSistem agroforestri ialah memadukan dua atau lebih komponen pokok kegiatan pengolahan lahan yaitu kehutanan, pertanian dan peternakan atau sebagainya. Agroforestri dapat berpengaruh terhadap nilai ekonomi masyarakat yang membudidayakannya. Tujuan dari penelitian ini ialah mendeskripsikan agroforestri Hutan Tanaman Karet-Serai Wangi (HTSKW), menganalisis pertumbuhan tanaman karet (Hevea brasiliensis) dan menganalisis nilai ekonomi tanaman serai wangi dari pola agroforestri di IUPHHK-HT PT. Inhutani II Pulau Laut. Pengukuran tanaman karet dilapangan menggunakan teknik Purposive Sampling dengan metode jalur dan teknik observasi. Sedangkan, untuk penentuan sampel responden dalam mengukur nilai ekonomi serai wangi menggunakan metode sensus yang diambil wawancara secara langsung kepada karyawan kantor dan pekerja lapangan serta pimpinan perusahaan PT. Inhutani. Perpaduan agroforestri ini dilakukan pengelolaan sejak awal meliputi kegiatan persiapan lahan, pembibitan, penanaman, perawatan, penanaman serai wangi, produksi hingga pemasaran. Analisis pertumbuhan tanaman karet (Hevea brasiliensis) yang diamati pada penelitian kali ini yang memiliki tahun tanam 2017 menunjukan pertambahan diameter dan tinggi batang dapat menentukan lilit batang TBM. Nilai ekonomi Serai Wangi yang ditinjau oleh peneliti dengan metode wawancara mendalam terhadap pihak terkait perusahaan menunjukan bahwa nilai ekonomi secara langsung yang berkaitan dengan keuntungan pendapatan dan pengeluaran perusahaan bahwa pengeluaran dan pemasukan tidak seimbang secara signifikan dan memiliki nilai 0,71 atau <1 yang artinya kurang layak atau perlu dilakukan peninjauan ulang
KONTRIBUSI SISTEM AGROFORESTRI TRADISIONAL DALAM MENDUKUNG EKSISTENSI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA (Studi di Desa Sungai Langsat, Kabupaten Banjar) ASYSYIFA ASYSYIFA
Jurnal Hutan Tropis Vol 12, No 32 (2011): Jurnal Hutan Tropis Volume 12 Nomer 32, Edisi September 2011
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.186 KB) | DOI: 10.20527/jht.v12i32.1593

Abstract

ABSTRACT.  The Aim of the research was: (1) to study system and process the  agroforestry system, (2) to discriptions management system that cover division of labour, in working and work system with the institute, and (3) to observe composition and plants structure with system agroforestry. This object system agroforestry that developed by society at Sungai Langsat village of Banjar Regency in it consist of kind and the composition that form a system. location that be watchfulness object system agroforestry that managed by society at Sungai Langsat village of Banjar Regency. The result was to show garden management agroforestry at Sungai Langsat village, can be taken conclusion as follows: System agroforestry found at Sungai Langsat village consist of one system agroforestry that is system agrisilvicultur with two sub system, that is sub system agroforestry rubber plantation and mixture fruit garden. Process development history it’s for system agroforestry location watchfulness in the begining nature forest and  or coppice. Then opened by society for effort arable land plants season. Along with walk it time, besides plant season, also plant fruits plants wood and sap producer plants then in fruits plants the development round into mixture fruit garden form that consist of various fruit tree widespread at random and irregular. While rubber planting inclined planted uniformly and coeval. Management system agroforestry at Sungai Langsat village still has tradisional where the tune position property tune each has by one family he . In this tradisional management system is labour a large part uses labour from family member. In working is begun morning until daytime and evening. Operative institute system stills limit of family member and not yet in the form of formal institute organization. Ecological condition based on conditon vegetasi at tune agroforestry resembles nature forest ecosystem condition with plants kind variety consist from 14 fruit producer plants kinds and 1 sap producer plants kind, vertical structure consists of four stratifications, important value index is dominated  kind likes rubber, jackfruit, durian and langsat.Keywords : traditional agroforestry system, contribution, kebun buahABSTRAK. Penelitan ini bertujuan untuk mempelajari : (1) mengetahui kontribusi sistem agroforestri terhadap aspek ekonomi rumah tangga, dan (2) mengetahui nilai sosial sistem agroforestri tradisional bagi petani penerap agroforestry.Lokasi yang menjadi obyek penelitian adalah sistem agroforestri yang dikelola oleh masyarakat di desa Sungai Langsat Kabupaten Banjar. Penelitian ini menunjukkan bahwa sistem agroforestri yang terdapat di desa Sungai Langsat terdiri dari satu sistem agroforestri, yaitu sistem agrisilvikultur dengan dua sub sistem , yakni sub sistem agroforestri kebun karet dan kebun buah campuran. Dari aspek ekonomi kontribusi yang diberikan kebun agroforestri pada pendapatan masyarakat cukup besar, yaitu rata-rata 53,31% dengan pendapatan perkapita sebesar Rp. 5.159.105,- per orang per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi lahan agroforestri pada pendapatan masyarakat cukup besar, sehingga hasil dari lahan agroforestri tersebut masih bisa diinvestasikan dalam bentuk tabungan yang bermanfaat untuk membangun rumah, membeli kendaraan, biaya perkawinan anak, ibadah haji dan sebagainya.Kata Kunci: sistem agroforestri tradisional, kontribusi
KINERJA PENYULUH KEHUTANAN DI KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN (KPH) TANAH LAUT Astri Belinda Nur Asrifa; Asysyifa Asysyifa; Hafizianor Hafizianor
Jurnal Sylva Scienteae Vol 5, No 5 (2022): Jurnal Sylva Scienteae Vol 5 No 5 Edisi Oktober 2022
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v5i5.6689

Abstract

The aims of this research was to analyze the level of foresty intructor performance in KPH Tanah Laut and to analyze the factors that affect the level of foresty intructor performance in KPH Tanah Laut. The research method used is saturation sampling method. Saturation sampling method is the sampling method with entire population. The data was collected by interview and distributing questionnaires as primary data and secondary data of information from journals, report or data from related intitute. The result showed that the performence of forestry intructor in KPH Tanah Laut based on an assessment of 7 criteria (Employee Administration, The Condition of Working Area, The Planning, The Forestry Conseling Activity, Result and Impact of the Forestry Conseling Activity, Monitoring, Evaluation and Reporting, and Development Activities of the Supporting Profession) overall got a “good” level of performance with score of 60,45. Meanwhile, for each respondent such as respondent 1, the performance level was "enough" with a score of 57.88, respondent 2 received a "good" performance level with a score of 67.24 and respondent 3 received a performance level "enough” with a value of 56.24. The factors that influence the level of performance of the forestry instructor in the Tanah Laut KPH are age, education and competence, motivation and independence, and the scope of the forestry instructor's work areaPenelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kinerja penyuluh kehutanan di KPH Tanah Laut dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kinerja penyuluh kehutanan di KPH Tanah Laut. Metode penelitian menggunakan metode sampling jenuh. Metode sampling jenuh adalah metode pengambilan sampel dengan seluruh populasi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pembagian kuesoner sebagai data primer dan data sekunder berupa informasi dari jurnal, laporan, atau data dari instansi terkait. Hasil penelitian menunjukkan kinerja penyuluh kehutanan di KPH Tanah Laut berdasarkan penilaian dari 7 kriteria (Administrasi Kepegawaian, Kondisi Wilayah Kerja/Binaan, Perencanaan, Kegiatan Penyuluhan, Hasil dan Dampak Kegiatan Penyuluhan, Pemantauan, Evaluasi Dan Pelaporan, dan Kegiatan  Pengembangan Profesi Penunjang) secara keseluruhan mendapat tingkat kinerja “bagus” dengan nilai 60,45. Sedangkan untuk masing-masing responden seperti responden 1 mendapat tingkat kinerja “cukup” dengan nilai 57,88, responden 2 mendapat tingkat kinerja “bagus” dengan nilai 67,24 dan responden 3 mendapat tingkat kinerja “cukup” dengan nilai 56,24. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kinerja penyuluh kehutanan di KPH Tanah Laut yaitu usia, pendidikan dan kompetensi, motivasi dan kemandirian, serta cangkupan wilayah kerja penyuluh kehutanan.
KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DAYAK MERATUS DALAM PENGELOLAAN HUTAN SECARA TRADISIONAL DI DESA ATIRAN Miftahul Anwar; Hafizianor Hafizianor; Asysyifa Asysyifa
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 1 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 1 Edisi Februari 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i1.8204

Abstract

The people of Atiran Village as the Dayak Meratus tribe are very dependent on the forest, their average livelihood is as farmers who use the forest for farming, gardening and hunting. The importance of forests for the socio-economic life of a society is now felt to be increasing because cultural values in the form of human wisdom in managing nature are believed to be the best way to manage nature. This study aims to examine the material infrastructure aspect of the local wisdom of the Meratus Dayak community in Atiran Village. Data collection was done by field observations and interviews. Respondents were determined by purposive sampling method. Data processing is carried out by inductive qualitative analysis, which provides a general and comprehensive picture of the actual situation. Based on the results of research on local wisdom of the Meratus Dayak community in traditional forest management in Atiran Village, namely the cultivation pattern carried out by the Atiran Village community with a "gilir balik" cultivation pattern followed by rituals and customary rules and the Meratus Dayak community always uses land that is no longer productive again to be used as a forest gardenMasyarakat Desa Atiran sebagai suku Dayak Meratus sangat bergantung besar kepada hutan, rata-rata mata pencaharian mereka adalah sebagai petani yang memanfaatkan hutan untuk berladang, berkebun dan berburu. Pentingnya hutan bagi kehidupan sosial ekonomi suatu masyarakat kini dirasakan semakin meningkat karena nilai budaya berupa kearifan manusia dalam mengelola alam itulah yang diyakini merupakan cara yang paling baik dalam mengelola alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek infrastruktur material pada kearifan lokal masyarakat Dayak Meratus di Desa Atiran. Pengambilan data dilakukan dengan observasi lapangan dan wawancara. Responden ditentukan dengan metode purposive sampling. Pengolahan data dilakukan dengan analisis kualitatif secara induktif yaitu memberikan gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya. Berdasarkan hasil Penelitian kearifan lokal masyarakat dayak meratus dalam pengelolaan hutan secara tradisional di Desa Atiran yaitu pola perladangan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Atiran dengan pola perladangan “gilir balik” yang diikuti dengan ritual dan aturan adat serta masyarakat Dayak Meratus selalu memanfaatkan lahan yang sudah tidak produktif lagi untuk dijadikan kebun hutan (forest garden).
KONTRIBUSI PROGRAM AGROFORESTRI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI DESA HAKIM MAKMUR KECAMATAN SUNGAI PINANG Nandha Maulidya Pratami; Muhammad Helmi; Asysyifa Asysyifa
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 3 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 3 Edisi Juni 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i3.9212

Abstract

This study aims to analyze the effect of the program agroforestry on the income of the Hakim Makmur Village community and analyze the income contribution of the Hakim Makmur Village community from the agroforestry program. This study was carried out in Hakim Makmur Village by taking a sample 50 of KTH Desa members Hakim Makmur with quantitative method based on a list of questions structured (questionnaire). The agroforestry program has a significant effect on farmers income in Hakim Makmur Village with significance P Value (0.01). The average contribution of income from the people of Hakim Makmur Village from agroforestry is 52.6%.Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh program agroforestri terhadap pendapatan masyarakat Desa Hakim Makmur dan menganalisis kontribusi pendapatan masyarakat Desa Hakim Makmur dari program agroforestri. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Hakim Makmur dengan pengambilan sampel 50 anggota KTH Desa Hakim Makmur menggunakan metode kuantitatif berdasarkan daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner). Program agroforestri berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani di Desa Hakim Makmur. Dengan signifikasi P Value (0,01). Rata-rata kontribusi pendapatan masyarakat Desa Hakim Makmur dari agroforestri adalah sebesar 52,6%.
KONTRIBUSI USAHA PERHUTANAN SOSIAL TERHADAP PENDAPATAN ANGGOTA KELOMPOK USAHA PERHUTANAN SOSIAL (KUPS) DI DESA SUNGAI BAKAR KABUPATEN TANAH LAUT Abdul Haliq Sudin M. Batalipu; Asysyifa Asysyifa; Arfa Agustina Rezekiah
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 4 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 4 Edisi Agustus 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i4.9989

Abstract

Sungai Bakar village has obtained village forest management rights since 2017. The community formed an institution with several social forestry business groups (KUPS). KUPS formed include environmental services, agroforestry, silvopastura, clean water, and kelulut honey. The results of KUPS become one of the contributions in increasing the income of each member. The purpose of this study was to analyze the contribution of KUPS members income from social forestry efforts in Sungai Bakar Village. The research method was conducted through field observation and purposive sampling interviews. The contribution of income to the community obtained from KUPS is known by dividing the KUPS income by the total household income. The observation results obtained KUPS active program is KUPS agroforestry with crops porang 1 ha, Silvopastura with 6 cows and 13 goats, clean water which is still in the phase of clinical trials BPOM, honey kelulut with 17 stup, and environmental services are still in the stage of Coordination Department of Tourism land. The Silvopasturan KUPS contributed 6.43%, clean water management 6.46%, and kelulut honey 11.39%, while the agroforestry and environmental services KUPS in 2021 still did not contribute.Desa Sungai Bakar mendapatkan hak pengelolaan hutan desa sejak tahun 2017. Masarakat membentuk lembaga dengan beberapa kelompok usaha perhutanan sosial (KUPS). KUPS yang dibentuk diantaranya jasa lingkungan, agroforestry, silvopastura, air bersih, dan madu kelulut. Hasil dari KUPS menjadi salah satu kontribusi dalam meningkatkan pendapatan setiap anggotanya. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kontribusi pendapatan anggota KUPS dari Usaha Perhutanan Sosial di Desa Sungai Bakar. Metode penelitian dilakukan dengan melaluai observasi lapangan dan wawancara secara sensus Kontribusi pendapatan untuk masyarakat yang didapat dari KUPS diketahui dengan membagi pendapatan KUPS dengan total pendapatan rumah tangga. Hasil observasi didapatkan program KUPS yang aktif yaitu KUPS agroforestri dengan tanaman porang 1 ha, Silvopastura dengan 6 ekor sapi dan 13 ekor kambing, air bersih yang masih dalam tahap uji klinis BPOM, madu kelulut dengan dengan 17 stup, dan jasa lingkungan yang masih tahap koordinasi Dinas Pariwisata Tanah Laut. KUPS silvopasturan memberikan kontribusi 6,43%, pengelolaan air bersih 6,46%, dan madu kelulut 11,39%, sedangkan KUPS agroforestry dan jasa lingkungan pada tahun 2021 masih belum memberikan kontribusi.
STRUKTUR SOSIAL PADA KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN DI DESA PA’AU KABUPATEN BANJAR Asysyifa Asysyifa; Hafizianor Hafizianor; Rahmawati Rahmawati
Jurnal Hutan Tropis Vol 11, No 3 (2023): Jurnal Hutan Tropis Volume 11 Nomer 3 Edisi September 2023
Publisher : Lambung Mangkurat University-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jht.v11i3.17634

Abstract

Desa Pa'au salah satu desa yang berada di Pegunungan Meratus yang sekarang dihuni oleh masyarakat suku Banjar yang masih memiliki keturunan dari masyarakat suku Dayak Kayutangi, Masyarakat di Desa Pa’au dalam kehidupannya bergantung pada hutan, rata-rata mata pencaharian mereka adalah petani, buruh tani dengan memanfaatkan hutan untuk berladang, berkebun serta berburu. Pentingnya hutan bagi kehidupan sosial ekonomi semakin diakui, karena nilai-nilai budaya berupa kearifan manusia dalam mengelola alam dianggap sebagai cara terbaik untuk mengelola alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek struktur sosial pada kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan hutan di Desa Pa'au. Dimana pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi lapangan. Responden diidentifikasi dengan metode purposive sampling. Pengolahan data dilakukan melalui analisis kualitatif induktif, yang dapat memberikan pemahaman yang menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya. Berdasarkan temuan kajian struktur sosial pada kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan hutan di Desa Pa'au, menggambarkan akulturasi budaya yang membuat adanya perbedaan dari fungsi dan struktur lembaga adat pada masyarakat yang mendiami Pegunungan Meratus pada umumnya. Sedangkan lembaga desa yang ada di desa Pa’au sama dengan lembaga desa pada umumnya. Di Desa Pa’au terdapat aturan yang berkaitan dengan hutan yaitu dilarang memasuki hutan bagian dalam 3 hari sebelum dilakukan ritual sesarahan hutan dan 7 hari setelah dilaksanakan ritual sesarahan hutan. Namun tidak ada sanksi khusus yang diberikan oleh masyarakat apabila ada yang melanggar aturan ini.
DAYA DUKUNG KAWASAN DAN PERSEPSI WISATAWAN EKOWISATA MANGROVE DESA PAGATAN BESAR KECAMATAN TAKISUNG KABUPATEN TANAH LAUT Dicky Renaldy; Arfa Agustina Rezekiah; Asysyifa Asysyifa
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 5 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 5 Edisi Oktober 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i5.10654

Abstract

The carrying capacity of the area is the maximum number of visitors who can physically be accommodated in the area provided at a certain time without causing natural and human disturrances. The abundant number of tourist visits in an ecotourism area will affect the ability of the carrying capacity of the area in the ecotourism and can have an impact on tourists. One of the tourist attractions in South Kalimantan that is a destination is Pagatan Besar Mangrove Ecotourism which is located in Pagatan Besar Village, Takisung District, Tanah Laut Regency, South Kalimantan Province which has an area of approximately 10 Ha. Pagatan Besar Mangrove Ecotourism is one of th einteresting ecotourism locations to know the amount of carrying capacity of the area in one day. This study aims to analyze carrying capacity of Pagatan Besar Mangrove Ecotourism area and analyze tourist perceptions of Pagatan Besar Mangrove Ecotourism. Methods used in this study are qualitative and quantitative data. The number of tourists as respondents in this study was 98 people obtained using the accidental sampling method. Analysis of the carrying capacity of the mangrove ecotourism area in Pagatan Besar Village as many as 305 people/day with operational working hours starting from 10.00 am to 22.00 pm/ traveler perception analysis gave score of 2.11 with sufficient categories. From this data, it shows that the ecotourism area is still ecologically protected from damage caused by visitor who come, and there is still a lot of space for tourists to cary out tourist activities comfortably.Daya dukung kawasan atau DDK merupakan jumlah pengunjung paling banyak (maksimum) yang dapat ditampung di kawasan secara fisik yang telah disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan alam dan manusia. Jumlah kunjungan wisatawan yang berlimpah pada suatu kawasan ekowisata akan berpengaruh terhadap kemampuan daya dukung kawasan di ekowisata tersebut dan dapat berdampak bagi wisatawan. Objek wisata yang ada di Kalimantan salah satunya yang menjadi tujuan yaitu Ekowisata Mangrove Pagatan Besar yang terletak di Desa Pagatan Besar, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan yang memiliki luasan kurang lebih 10 Ha.ekowisata Mangrove Pagatan Besar Merupakan salah satu ekowisata yang menarik untuk diketahui jumlah daya dukung kawasannya dalam satu hari. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis daya dukung kawasan Ekowisata Mangrove Pagatan Besar dan menganalisis persepsi wisatawan terhadap Ekowisata Mangrove Pagatan Besar. Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Jumlah wisatawan sebagai responden dalam penelitian ini sebanyak 98 orang yang didapat menggunakan metode accidental sampling. Analisis daya dukung kawasan ekowisata mangrove di Desa Pagatan Besar sebanyak 305 orang/hari dengan jam kerja operasional dari pukul 10.00 am sampai pukul 22.00 pm. Analisis persepsi wisatawan memberikan nilai sebesar 2.11 dengan kategori cukup. Dari data tersebut menunjukkan bahwa kawasan ekowisata tersebut masih terjaga ekologisnya dari kerusakan yang disebabkan oleh pengunjung yang datang, dan masih banyak ruang untuk wisatawan melakukan kegiatan dengan nyaman.
PERBANDINGAN BIAYA DAN PENDAPATAN POLA AGROFORESTRI DARI ANGGOTA DAN BUKAN ANGGOTA KUPS AGROFORESTRI DI DESA NALUI KECAMATAN JARO Hariyati Safitri; Daniel Itta; Asysyifa Asysyifa
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 5 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 5 Edisi Oktober 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i5.10657

Abstract

This study aims to analyze income cost and benefit of agroforestry patterns from member and non-members Social Forestry Business Group (SFBG) in Nalui Village, Jaro Distric. This research was conducted in Nalui Village, Jaro District by taking a sensus sample of 13 SFBG members and 15 respondentswho ware not SFBG members using a quantitativemethode based on a structure list of  question (questuonnaires). The largest costcomparison is found inrespondents who are not SFBG member of Rp.4.715,361.00/year, the largest income and profit is found in agroforestry SFBG members, which are Rp. 17.731.795,00/year and Rp.22.447.157.00Penelitian ini bertujuan menganalisis biaya pendpataan dan keuntungan pola agroforestri dari anggota dan bukan anggota Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) agroforestri di Desa Nalui Kecamatan Jaro. Penelitian ini dilakasanakan di Desa Nalui Kecamatan Jaro dengan pengambilan sampel secara sensus 13 anggota KUPS dan secara sengaja 15 reponden bukan anggota KUPS menggunakan metode kuantitatif berdasarkan daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner). Perbandingan biaya terbesar terdapat pada responden bukan  anggota KUPS sebesar Rp.4.715.361,00/tahun, perbandingan pendapatan dan keuntungan terbesar terdapat pada anggota KUPS agroforestri yaitu  sebesar Rp.17.731.795,00/tahun dan Rp.22.447.157,00
KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PADA PENGELOLAAN AGROFORESTRI DI DESA BATU NINDAN KABUPATEN KAPUAS Cahyani Hanifah; Hafizianor Hafizianor; Asysyifa Asysyifa
Jurnal Sylva Scienteae Vol 6, No 6 (2023): Jurnal Sylva Scienteae Vol 6 No 6 Edisi Desember 2023
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v6i6.11016

Abstract

Local wisdom is a form of behavior or mindset of the people of an area that is applied in the environment where they live. The purpose of this study was to examine the local wisdom of the community in managing agroforestry land in Batu Nindan Village. This research method is interviewing key respondent (such as village heads, community leaders, and agroforestry farmers) who have information related to the problem under study regarding forms of local community wisdom in managing agroforestry land. The interview method used is in-depth interviews to key respondent. The data were obtained from direct observations in the field. The results of the observation of this study are that there are three components, namely Ideological Superstructure (relating to the carrying out of a traditional ritual during land clearing called the ritual "Ala Ayuning or Dewase Ayu"), Social Structure (absence of customary institutions related to agroforestry land management) and Material Infrastructure (in processing the land is carried out with special treatments, such as making mounds, boiling and applying lime. This treatment is carried out because the condition of the land in Batu Nindan Village is including wetlands).Kearifan lokal adalah bentuk perilaku atau pola pikir dari masyarakat suatu daerah yang diterapkan di lingkungan tempat tinggalnya. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan lahan agroforestri di Desa Batu Nindan. Metode penelitian ini adalah wawancara kepada responden kunci (seperti Kepala Desa, Tokoh Masyarakat, dan Petani Agroforestri) yang mengetahui informasi terkait dengan masalah yang diteliti ini tentang bentuk kearifan lokal masyarakat dalam mengelola lahan agroforestri. Metode wawancara yang digunakan ialah wawancara secara mendalam (Indept Interview) kepada responden kunci. Data-data yang didapatkan dalam penelitian diperoleh dari hasil observasi secara langsung di lapangan. Hasil dari penelitian ini terbagi menjadi tiga komponen yaitu Supesrtruktur Ideologis (Struktur Sosial (tidak adanya kelembagaan secara adat yang berkaitan dengan pengelolaan lahan agroforestri) dan Infrastruktur Material (dalam pengolahan lahannya dilakukan dengan perlakuan khusus, seperti pembuatan guludan tanah, pendangiran dan pemberian kapur. Perlakuan tersebut dilakukan karena kondisi lahan di Desa Batu Nindan termasuk lahan basah).