Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

The Effect Of Feed Restriction And Exercise On Growt Of Merino Sheep Hartoyo, B; Purbojo, S Widi; Yuwono, Pambudi; Soeprapto, Hery
ANIMAL PRODUCTION Vol 2, No 1 (2000): January
Publisher : Universitas Jenderal Soedirman, Faculty of Animal Science, Purwokerto-Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.973 KB)

Abstract

Penelitian dengan judul “Pengaruh Pembatasan  Pakan dan Exercise terhadap Pertumbuhan Domba Merino” dilakukan untuk mempelajari perubahan bobot badan dan komposisi tubuh selama periode pembatasan pakan dan kerja (exercise) yang kemudian diikuti oleh pemberian pakan secara adlibitum dan berhenti bekerja.penelitian ini terdiri dari dua periode.Pada periode pertama, 1,5 ekor Domba Merino kastrasi umur 4-5 bulan dibagi menjadi tiga perlakuan ,yaitu pembatasan pakan dan exercise selama 2,50 jam (perlakuan I), pembatasan pakan tanpa Exercise (perlakuan II), serta pemberian pakan secara ad libitum tanpa Exercise (perlakuan III), yang masing-masing perlakuan diulang lima kali. Pada periode kedua ,semua domba diberi pakan ad libitum tanpa exercise. Hasil penelitian menunjukankan bahwa pada akhir penelitian periode pertama ,domba dalam perlakuan satu I dan perlakuan II mengalami penurunan bobot badan sebesar 28 dan 27 persen dari bobot badan awal. Selama periode kedua, domba dalam perlakuan I dan perlakuan II tumbuh lebih cepat dari pada domba perlakuan III. Pada akhir periode pertama, domba dalam perlakuan I kehilangan lemak lebih banyak dari pada perlakuan II.Selama periode ke dua ,penimbunan protein pada perlakuan I dan II lebih cepat dibanding  perlakuan III. Domba pada perlakuan III mengalami penimbunan lemak lebih banyak dari pada perlakuan I dan II. Domba pada perlakuan I dan II selama periode ke dua mempunyai kemampuan makan lebih tinggi per kilogram bobot badan metabolis dibanding domba pada perlakuan III. (Animal Production 2(1): 18-24 (2000)Kata kunci: pembatasan pakan , komposisi tubuh , kemampuan makan, pertumbuhan.
Bobot Potong, Persentase Karkas Semu dan Index Konformasi Karkas Domba Lokal Pada Penggemukan yang Diberi Pakan Berbasis Indigofera Sp Setyaningrum, Agustinah; Yuwono, Pambudi; Haryoko, Imbang; Trisdianto, Billy
Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Veterinary Science) Vol 11 No 3 (2021): Jurnal Ilmu Peternakan dan Veteriner Tropis (Journal of Tropical Animal and Vete
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46549/jipvet.v11i3.158

Abstract

Abstract The aims of this study were to examine the slaughter weight, the percentage of apparent carcasses and the conformation index of carcasses of local sheep fed indigofera sp. as a substitute for commercial concentrates with different levels. The research method was an experiment with a Completely Randomized Design (CRD). The experiment was in vivo in 18 sheep fed different level of indigofera sp, P0 treatment being a basal ration as a control consisting of concentrate (K) and elephant grass (RG) with a ratio of 80: 20%. P1 was 40% K: 40% indigofera: 20% RG, and P2 was 30% K: 50% indigofera: 20% RG. Each treament was repeated 6 times. Sheep were offered feed 4% of body weight on dry matter basis. slaughter weight data were analyzed using Ancova, SPSS program version 16 with initial body weight as covariate. Apparent carcass percentage data and carcass conformation index were analyzed with anava. The results of covariance analysis showed no significant difference (P > 0.05) amongst treatments. The average initial body weights of P0, P1 and P2 were 9.58 ± 1.68, 10.58 ± 3.09 and 9.28 ± 1.91 kg, respectively. after receiving treatment for 70 days the slaughter weights for P0, P1 and P2 were 15.57 ± 3.64, 13.58 ± 2.76, 12.58 ± 1.65 kg, respectively. The average consumption of dry matter for P0, P1 and P2 were 400.19 g / head / day, 401.20 g / head / day and 398.59 g / head / day, repectively. The average percentage of apparent carcasses for P0: 40.61 ± 2.43%; P1: 34.33 ± 0.63% and P2: 34.03 ± 4.61%. Average carcass conformation index for P0: 0.47 ± 0.04; P1: 0.43 ± 0.01 and P2: 0.43 ± 0.01. Indigofera sp had no significant effect (P> 0.05) on the percentage of apparent carcass and carcass conformation index. In Conclusion, indigofera sp. does not decrease local sheep productivity and can be used to replace concentrates as a source of protein. Keywords: Apparent carcass percentage; Index of carcass conformation; Indigofera sp.; Local sheep; Slaughter weight. Abstrak Penelitian bertujuan mengkaji bobot potong, persentase karkas semu dan index konformasi karkas domba lokal yang diberi Indigofera sp. sebagai pengganti konsentrat komersial dengan level yang berbeda. Metode penelitian adalah eksperimental. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian berlangsung secara in vivo pada domba sebanyak 18 ekor, dengan perlakuan P0 adalah ransum basal sebagai kontrol yang terdiri dari konsentrat (K) dan rumput gajah (RG) dengan perbandingan 80%: 20%. P1 adalah 40% K: 40% indigofera: 20% RG, dan P2 adalah 30%K: 50% indigofera: 20%RG. Masing2 perlakuan diulang 6 kali. Pemberian pakan sebesar 4% bobot badan berdasarkan bahan kering. Data bobot potong dianalisis dengan Ancova, program SPSS versi 16 dengan bobot badan awal sebagai covariat. Data persentase karkas semu dan index konformasi karkas dianalisis dengan anava. Hasil analisis covariansi menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05) antar perlakuan. Rataan bobot badan awal P0, P1 dan P2 masing-masing adalah 9,58±1,68, 10,58±3,09 dan 9,28±1,91 kg, setelah mendapatkan perlakuan selama 70 hari bobot potong untuk P0, P1 dan P2 berturut-turut 15,57±3,64, 13,58±2,76 dan 12,58±1,65 kg. Rataan konsumsi bahan kering P0, P1 dan P2 berturut-turut adalah: 400,19g/ek/hr, 401,20g/ek/hr dan 398,59g/ek/hr Rataan persentase karkas semu pada P0: 40,61±2,43%, P1: 34,33±0,63% dan P2: 34,03±4,61%. Rataan index konformasi karkas untuk P0: 0,47±0,04, P1: 0,43±0,01 dan P2: 0,43±0,01. Pemberian Indigofera sp tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap persentase karkas semu maupun index konformasi karkas. Kesimpulan Indigofera sp. tidak menurunkan produktivitas ternak domba lokal, dan dapat digunakan untuk menggantikan konsentrat sebagai bahan sumber protein. Kata kunci: Bobot potong; Domba lokal; Index konformasi karkas; Indigofera sp.; Persentase karkas semu
PERTAMBAHAN BOBOT BADAN HARIAN DAN BODY CONDITION SCORE KAMBING YANG DISUPLEMENTASI TEPUNG BAWANG PUTIH DAN MINERAL CHROMIUM ORGANIK PADA PAKAN Zian Fahri Ahreza; Caribu Hadi Prayitno; Pambudi Yuwono
Media Peternakan Vol 22, No 2 (2020): Media Peternakan
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Wijaya Kusuma Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (988.581 KB)

Abstract

ABSTRAK            Kebanyakan peternakan kambing potong berupa usaha sampingan dengan mengandalkan pakan rumput seadanya. Pemberian pakan kwalitas rendah maka akan memunculkan kondisi pakan yang diberikan kurang baik dan masalah pemanasan global, terutama emisi metana sehingga dapat diatasi dengan penambahan feed supplement seperti bawang putih dan mineral chromium organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi tepung bawang putih (Allium sativum) dan mineral chromium organik terhadap petambahan bobot badan harian dan Body Condition Score pada kambing PE.Materi yang digunakan berupa 18 ekor kambing PE jantan. Pakan yang diberikan yaitu 4% dari bahan kering. Pakan perlakuan terdiri 60% Konsentrat, 40% Hijauan, tepung bawang putih 250 ppm, mineral chromium organik 1,5 ppm, dan air minum. Rancangan penelitian yang digunakan berupa 3 perlakuan dan ulangan sebanyak 6 kali. Susunan perlakuan terdiri dari R0 : Konsentrat 60% + Hijauan 40% (PK 14,36% dan TDN 66,32%)., R1 : Pakan R0 + 250 ppm tepung bawang putih (Allium sativum)., R2 : Pakan R1 + 1,5 ppm mineral chromium organik. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan yang diberikanberpengaruh nyata terhadap peubah yang diukur yakni PBBH pada R0 (106.40±12.1), R1 (104.81±3.75) dan R2 (123.53±12.13), sedangkan hasil nilai BCS adalah (2.17±0.21), R1 (2.531±0.23) dan R2 (2.643±0.37). Kesimpulan penelitian ini adalah suplementasi tepung bawang putih (Allium sativum) dan mineral chromium organik dalam pakan kambing dapat meningkatkan petambahan bobot badan harian dan body condition score yang signifikan, tetapi pada pemberian suplementasi tepung bawang putih saja kurang memberikan laju pertambahan bobot badan harian.Kata Kunci: Tepung bawang putih, Mineral chromium organik, Kambing PE, PBBH, BCSABSTRACT            Most of the goat farms in the form of side businesses by relying on improvised grass feed. Low quality feeds will lead to poor feed conditions and global warming problems, especially methane emissions so that they can be overcome by adding feed supplements such as garlic and organic chromium minerals. This study aims to determine the effect of garlic flour (Allium sativum) supplementation and minerals Chromium organic on daily body weight gain and Body Condition Score on PE goats. The material used in the form of 18 male PE goats. The feed given is 4% of the dry matter. The treatment feed consisted of 60% concentrate, 40% forage, 250 ppm garlic flour, mineral chromium 1.5 ppm organic, and drinking water. The study design used was 3 treatments and 6 replications. The composition of the treatment consisted of R0: Concentrate 60% + Forage 40% (PK 14.36% and TDN 66.32%)., R1: Feed R0 + 250 ppm garlic flour (Allium sativum)., R2: Feed R1 + 1 , 5 ppm organic chromium mineral. The results showed that the treatment given significantly affected the measured variables namely PBBH at R0 (106.40 ± 12.1), R1 (104.81 ± 3.75) and R2 (123.53 ± 12.13), while the results of BCS values were (2.17 ± 0.21), R1 (2,531 ± 0.23) and R2 (2,643 ± 0.37). The conclusion of this study is supplementation of garlic flour (Allium sativum) and organic chromium minerals in goat feed can increase daily body weight gain and body condition scores significantly.Keywords : Garlic flour, Mineral organic chromium, Goat PE, PBBH, BCS
APLIKASI TEKNOLOGI PRESERVASI PAKAN SILASE UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETERNAK DI DESA BANJARSARI WETAN, KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS Nurasih, Ari Dwi; Prihambodo, Tri Rachmanto; Yuwono, Pambudi; Haryoko, Imbang; Setyaningrum, Agustinah; Sodiq, Akhmad
Dharmakarya Vol 13, No 2 (2024): Juni : 2024
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/dharmakarya.v13i2.51239

Abstract

Pakan merupakan salah satu faktor dalam usaha peternakan, sehingga ketersediaan pakan harus berkesinambungan. Permasalahan ketersediaan pakan secara mandiri dan pakan yang kurang berkualitas merupakan masalah yang dialami oleh peternak domba dan kambing di desa Banjarsari Wetan, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas. Daerah tersebut memiliki potensi hijauan yang cukup sehingga diperlukan kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan peternak. Menjaga ketersediaan pakan diperlukan upaya untuk mengembangkan metode penyimpanan hijauan dalam jangka waktu tertentu. Salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan pakan apalagi saat musim kemarau adalah dengan mengawetkan hijauan dalam bentuk silase. Silase merupakan pakan ternak yang dapat dibuat dari berbagai macam limbah pertanian dan jenis hijauan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan peternak pengetahuan dan keterampilan tentang cara menggunakan pakan silase untuk mempertahankan produktivitas ternak dan menjaga ketersediaan pakan untuk waktu yang lama. Metode pelaksanaan adalah dengan pendidikan masyarakat, melalui sosialisasi (Penyuluhan) pengenalan teknologi preservasi silase dan pelatihan, praktik pembuatan silase. Kegiatan berjalan dengan lancar dan baik yang diikuti oleh 25 peternak domba dan kambing dengan berbagai umur. Indikator keberhasilan PKM dapat dilihat dari silase yang dihasilkan saat praktik pembuatan silase menghasilkan silase yang beraroma segar, warna hijau kecokelatan dan tidak terdapat jamur. Hal ini merupakan ciri silase yang baik dan mengandung nutrisi yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Sehingga dapat dikatakan program ini telah berhasil meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak untuk mengaplikasikan teknologi preservasi pakan silase.
PENYUSUTAN BOBOT BADAN DAN FREKUENSI RESPIRASI SAPI MADURASETELAH MENEMPUH PERJALANAN DENGAN LAMA WAKTU YANG BERBEDA Nugroho, Fauzan Anggi; Yuwono, Pambudi; Setyaningrum, Agustinah
ANGON: Journal of Animal Science and Technology Vol 3 No 3 (2021): JURNAL ANGON
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.052 KB) | DOI: 10.20884/1.angon.2021.3.3.p297-301

Abstract

Backgrund. This study aims to determine the loss of body weight and respiration frequency of Madura cattle after traveling for different lengths of time. Materials and Methods. The material used in this study were 45 Madura cattle that had traveled through different distances. The method used in this research was survey. The research variables were consisted of Body Weight Before Delivery, Arrival Body Weight, Depreciation Body Weight and Respiration Frequency. Data were analysed using descriptive analysis and variance analysis to determine whether there was an influence of travel time on body weight and respiration frequency of Madura cattle. Results. The average weight loss of Madura cattle after traveling with different lengths of time were W1 (5-10 hours) of 5.17±1.34%, W2 (>10-15 hours) of 8.19±1.20% and W3 (>15-20 hours) in the amount of 12.19±2.88%. After BNJ test, different results were obtained for the value of depreciation, namely W1 (5-10 hours) of 13.05±1.69%, W2 (> 10-15 hours) of 16.52±2.09% and W3 (>15-20 hours) at 20.30±2.50% .Based on the results of the Variance test showed that the weight loss of Madura cattle after traveling with a different travel time had a very significant effect (P<0.01) on body weight loss. The average frequency of Madura cattle respiration after traveling with different lengths of time were W1 (5-10 hours) of 29.9±1.5 times/minute, W2 (>10-15 hours) of 30.8 ± 2.0 times/minute and W3 (>15-20 hour) of 30.9±1.5 times/minute. Based on the variance test results obtained which significance value (P>0.05) means that there was no significance influence of travel time on the frequency of respiration. Conclusion. In conclusion this is longer travel time during shipping, higher the weight loss of Madura cattle.
HUBUNGAN PENGETAHUAN PETERNAK DENGAN KETERAMPILAN PEMBERIAN PAKAN LOKAL PADA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN BAWANG KABUPATEN BANJARNEGARA Sakti, Dian Putri Maulia; Setianto, Novie Andri; Yuwono, Pambudi
ANGON: Journal of Animal Science and Technology Vol 3 No 3 (2021): JURNAL ANGON
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1029.503 KB) | DOI: 10.20884/1.angon.2021.3.3.p312-322

Abstract

Backgrund. This study aims to determine breeders 'knowledge and local feeding skills for beef cattle and to analyze the relationship between breeders' knowledge and local feeding skills for beef cattle in Bawang District, Banjarnegara Regency. The characteristics of breeders 'skills studied were farmer education level, age of breeders, and length of breeding in feeding balance, composition of feed and frequency of local feeding as well as breeders' knowledge of local feed. Materials and Methods. The research method used is a survey method. The determination of the sample area was carried out by purposive sampling method, namely taking areas that have a group of beef cattle breeders in Bawang District. Respondents were collected using the census method, namely by selecting members of the livestock farmer groups who were active and kept livestock in the last one year. The total number of respondents was 40 people, and the test used was the descriptive test and the Spearman rank correlation test. Results. The results showed that the level of knowledge of breeders in Bawang District was in the medium category. Skills in moderate feed composition, not skilled in determining the balance of feed and very skilled in frequency of feeding. The results of the spearman rank correlation analysis between breeders' knowledge and local feeding skills have a significant relationship with a strong correlation value of 0,411. This illustrates that with sufficient knowledge, the skills of farmers are sufficiently supportive in providing local feed to livestock. Knowledge has a positive influence on breeders' skills, so that increased knowledge about local feed will also be followed by increasing farmer skills in local feeding. Conclusion. The conclusion of the study is that there is a correlation between breeders' knowledge and local feeding skills in the highly skilled category of feeding frequency.
konsumsi KONSUMSI DAN KECERNAAN PROTEIN KASAR PAKAN SAPI BALI JANTAN YANG DIBERI COMPLETE RUMEN MODIFIER Syafiq, Muhammad; Suhartati, Fransisca Maria; Yuwono, Pambudi
ANGON: Journal of Animal Science and Technology Vol 6 No 3 (2024): JURNAL ANGON
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT Research aimed to examine the effect of giving Complete Rumen Modifier on the intake and digestibility of Crude Protein (CP) feed of Bali bulls. The material used is 3 male Balinese cows, the feed given consists of concentrate 2% of the cow's body weight and voluntary feed intake hay. The concentrate is composed of onggok 38,58%, rice bran 14,29%, coconut cake 13,14%, palm cake 10%, pollard 9,43%, molasses 4,86%, coffee husk 4,8%, dolomite 1,43%, aminosine 1,2%, salt 0,86%, urea 0,86%, zeolite 0,57%, and minerals 0,28%. The composition of CRM consists of noni leaf flour 30%, cassava vine leaf meal 30%, dry tea pulp 30%, Saccharomyches cerevisiae 3%, methionin 2%, urea 1% and sulfur 4%. The research used the experimental method of Latin Square Design, there were three treatments tested, namely P0 (concentrate 2% body weight cow and straw voluntary feed intake), P1 (P0 + CRM 0.5% from Dry Matter concentrate), and P2 (P0 + CRM 1% from concentrate). The variables measured are intake and Digestibility of crude protein, the data obtained were tested using analysis of variance and differences in treatment with the Orthogonal Polynomial test. The results of the analysis of variance showed that the treated feed given CRM had no significant effect (P>0.05) on PK digestibility. Meanwhile, PK consumption had a significant effect (P<0.05) on feed treated with P1 and P2 compared to P0. The conclusion obtained from this study is that the provision of CRM can increase consumption of PK while the digestibility of PK decreases when given CRM.
ANALISIS TREND POPULASI DAN PEMETAAN WILAYAH BASIS PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BREBES Halimah, Nur; Hidayat, Nunung Noor; Yuwono, Pambudi
ANGON: Journal of Animal Science and Technology Vol 6 No 2 (2024): JURNAL ANGON
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.angon.2024.6.2.p224-230

Abstract

NURHALIMAH, Analisis Trend Populasi dan Pemetaan Wilayah Basis Pengembangan Ternak Kerbau di Kabupaten Brebes. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 desember 2022 sampai 13 Juli 2023 di Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah, dengan tujuan mengetahui dan menganalisis trend populasi ternak kerbau di Kabupaten Brebes selama 10 tahun terakhir dan mengetahui basis pengembangan ternak kerbau di Kabupaten Brebes. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode survey dengan menggunakan data sekunder sebagai data utama. Data pendukung dapat menggunakan data primer dengan metode purposive sampling yaitu berdasarkan wilayah yang mempunyai indeks LQ>1. Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif, analisis regresi linier sederhana dan indeks LQ. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada tahun 2022 populasi ternak kerbau di Kabupaten Brebes mencapai 6.553 ekor dan populasi ternak ruminansia sebanyak 227.293 ekor. Hasil analisis trend dapat menghasilkan persamaan regresi Y=7964,3-79,933x. Hasil tersebut menunjukan bahwa populasi ternak kerbau dari tahun 2013 sampai dengan 2022 menunjukan trend yang negatif atau mengalami penurunan 80 ekor untuk setiap tahunnya. Kecamatan yang merupakan wilayah basis pengembangan ternak kerbau dengan kriteria LQ>1 antara lain Kecamatan Salem, Bantarkawung, Tonjong, Larangan, dan Songgom.
HUBUNGAN ANTARA BOBOT LAHIR DENGAN BOBOT SAPIH BERDASARKAN BANGSA DAN JENIS KELAMIN PADA SAPI POTONG DI PT KEJORA PELITA SEMESTA Afiansyah, Laksmana Ilyas; Susanto, Agus; Yuwono, Pambudi
ANGON: Journal of Animal Science and Technology Vol 6 No 3 (2024): JURNAL ANGON
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.angon.2024.6.3.p268-279

Abstract

Penelitian ini bertujuan utuk mengetahui tingkat keeratan antara bobot lahir dan bobot sapih sapi potong berdasarkan bangsa dan jenis kelamin. Materi yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari 20 sapi Peranakan Simmental lepas sapih dan 20 sapi Peranakan Limousin lepas sapih yang berusia 3 – 6 bulan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, uji T dan analisis korelasi. Nilai bobot sapih dapat ditaksir menggunakan faktor koreksi dengan menyeragamkan faktor koreksi umur. Hasil dari persamaan regresi pada bobot lahir dan bobot sapih berdasarkan bangsa pada sapi limousin memiliki persamaan regresi Y= 67,536 + 0,9818X, koefisien determinasi (R2) = 0,3274 dan nilai korelasi (r) = 0,569, sedangkan sapi Peranakan Simmental mempunyai persamaan regresi Y = 66,61 + 0,9357X, nilai korelasi sebesar 0,648, dan koefisien determinasi = 0,4194. Analisis regresi bobot lahir dan bobot sapih pada sapi jantan memiliki persamaan regresi Y = 87,783 + 0,4602 X, koefisien determinasi (R2) = 0,1155 dan nilai korelasi (r)= 0,397 sedangkan sapi betina memiliki persamaan Y= 66,679 + 0,9182X, koefisien determinasi (R2) = 0,2507 dan nilai korelasi (r) = 0,501. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah tingkat keeratan bobot lahir dan bobot sapih berdasarkan bangsa mempunyai tingkat keeratan yang kuat sedangkan tingkat keeratan bobot lahir dengan bobot sapih berdasarkan jenis kelamin mempunyai tingkat keeratan yang sedang.