Claim Missing Document
Check
Articles

KARAKTERISTIK PARAMETER KEKUATAN TANAH YANG DIPADATKAN DENGAN UJI TRIAKSIAL METODE UU susilo, Alfred Jonathan; Sentosa, Gregorius Sandjaja; Sumarli, Inda; Prihatiningsih, Aniek
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 2, No 2 (2018): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v2i2.2721

Abstract

Landfill that will be used as the foundation of a main road is usually compacted by being flattened with certain energy. Soil strength can be identified through cohesion values and deep shear angles. When compaction is done in the field, the ideal condition is when optimum water content cannot always be obtained, so compaction can occur drier or wetter than optimum water content. As a result, the value of the cohesion parameters and the shear angle shift in a certain range of values. This research was conducted by simulating compaction conditions at optimum water content, 98% drier than optimum moisture content and 98% wetter than optimum moisture content. Soil samples are made in a laboratory and tested on a triaxial device. Soil strength parameters obtained from triaxial tests with unconsolidated undrained (UU) with compacted soil samples have been tested in the laboratory. Triaxial test standard uses ASTM D2850-87 and SNI 4813-2015 standards. The composition of grain size of soil samples is dominated by silt type, which is more than 60%, around 25% of sand, and the rest being fine-grained soil. Compaction is carried out at optimum moisture content, 98% drier than optimum moisture content and 98% wetter than optimum moisture content. Compaction is carried out with the AASHTO standard, T-99 standard for standard compaction and T-180 standard for modified compaction. The average cohesion values obtained tend to be almost the same, however, compaction with optimum moisture content conditions sees an increase of nearly 900% between standard and modified compaction. While the shear angle parameters tend to decrease when compacted under wetter conditions than the optimum water content.Keywords: cohesion, deep shear angle, triaxial, standard compaction, modified compaction Timbunan tanah yang akan digunakan sebagai fondasi jalan raya biasanya dipadatkan dengan cara digilas dengan energi tertentu. Kekuatan tanah dapat diidentifikasi melalui nilai kohesi dan sudut geser dalam. Ketika pemadatan dilakukan di lapangan kondisi ideal yaitu pada saat kadar air optimum tidak selalu bisa diperoleh, sehingga pemadatan dapat terjadi lebih kering atau lebih basah dari kadar air optimum. Akibatnya nilai parameter kohesi dan sudut geser dalam mengalami pergeseran pada rentang nilai tertentu. Penelitian ini dilakukan dengan simulasi kondisi pemadatan pada kadar air optimum, 98% lebih kering dari kadar air optimum dan 98% lebih basah dari kadar air optimum. Contoh tanah dibuat di laboratorium dan diuji pada alat triaksial. Parameter kekuatan tanah yang diperoleh dari uji triaksial dengan unconsolidated undrained (UU) dengan sampel tanah yang dipadatkan telah dicoba di laboratorium. Standar uji Triaksial menggunakan standar ASTM D2850-87 dan SNI 4813-2015.Komposisi ukuran butir contoh tanah didominasi oleh jenis lanau, lebih dari 60%, pasir sekitar 25% dan selebihnya tanah berbutir halus. Pemadatan dilakukan untuk kondisi kadar air optimum, 98% lebih kering dari kadar air optimum dan 98% lebih basah dari kadar air optimum. Untuk pemadatan dilakukan dengan standar AASHTO, standar T-99 untuk pemadatan standar dan standar T-180 untuk pemadatan modifikasi. Nilai kohesi rata-rata yang diperoleh cenderung hampir sama, tetapi pada pemadatan dengan kondisi kadar air optimum terlihat terjadi peningkatan hampir 900% antara pemadatan standar dan modifikasi. Sedangkan parameter sudut geser dalam cenderung turun ketika dipadatkan pada kondisi lebih basah dari pada kadar air optimum.Kata kunci: kohesi, sudut geser dalam, triaksial, pemadatan standar, pemadatan modifikasi
POTENSI KEHANCURAN TANAH LANAU KELEMPUNGAN YANG DIPADATKAN DI LABORATORIUM DENGAN KANDUNGAN LEMPUNG YANG BERBEDA Prihatiningsih, Aniek; Susilo, Alfred Jonathan; Sentosa, Gregorius Sandjaja
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v3i1.3576

Abstract

Kehancuran tanah mendadak (Collapsible soil) adalah tanah yang mengalami penyusutan volume secara ekstrim dan mendadak. Peremeter yang menggambarkan kehancuran mendadak dilihat dari nilai Cp (potensi collapse), semakin meningkat nilai Cp maka tingkat kesulitannya akan semakin besar. Pemadatan tanah yang dilakukan dalam kondisi lebih kering daripada kadar air optimum cenderung dapat terjadi kehancuran mendadak (collapsible soil). Tanah yang mengandung lempung yang lebih banyak telah diuji pemadatan di laboratorium pada kondisi lebih kering daripada kadar air optimum (95% lebih kering dari kadar air optimum) untuk mengetahui potensi kehancuran mendadak. Tanah yang dipadatkan tersebut diuji pada alat konsolidasi dengan kondisi awal tanpa direndam pada tegangan prakonsolidasi, kemudian contoh tanah direndam 24 jam dengan kondisi diberi tegangan tetap pada tegangan prakonsolidasi. Tanah yang mengandung lempung lebih banyak akan memperlihatkan potensi kehancuran mendadak yang lebih rendah dibandingkan tanah yang mengandung lempung lebih sedikit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi kehancuran mendadak pada tanah dengan kandungan lempung yang berbeda. Contoh tanah yang di teliti diambil dari Sidrap-Sulawesi Selatan dan Citra-Banten. Penelitian dilakukan di laboratorium makanika tanah universitas Tarumanagara. Hasil pengujian karakteristik tanah menunjukkan tanah Sidrap-Sulawesi dan tanah Citra-Banten dengan menggunakan AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Officials) keduanya tergolong dalam jenis yang sama yaitu A-7-5. Dari hasil pengujian kandungan lempung untuk tanah Sidrap-Sulawesi sebesar 17.42% dan Citra-Banten sebesar 10.53%. Tanah Citra-Banten memiliki kandungan lempung lebih sedikit memperlihatkan potensi kehancuran mendadak yang lebih rendah.   Sudden destruction of land (Collapsible soil) is land that experiences extreme and sudden volume depreciation. Peremeter which illustrates the sudden collapse seen from the value of Cp (potential collapse), the more the value of Cp, the greater the difficulty level. Soil compaction carried out in conditions drier than the optimum moisture content tends to occur sudden destruction (collapsible soil). Soil containing more clay has been tested compaction in a laboratory at drier conditions than the optimum moisture content (95% drier than the optimum water content) to determine the potential for sudden destruction. The compacted soil is tested on a consolidation tool with initial conditions without being immersed at the preconsolidation stress, then the soil sample is soaked for 24 hours with a constant stressed condition at the preconsolidation voltage. Soils containing more clay will show a lower potential for sudden destruction than soils containing less clay. The purpose of this study is to determine the potential for sudden destruction on soils with different clay contents. Examples of examined soil were taken from Sidrap-South Sulawesi and Citra-Banten. The study was conducted at the Tarumanagara University soil food laboratory. The results of the soil characteristics test show that Sidrap-Sulawesi and Citra-Banten soils using AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Officials) are both classified in the same type, A-7-5. From the test results the clay content for Sidrap-Sulawesi was 17.42% and Citra-Banten was 10.53%. Citra-Banten soil has less clay content showing a lower potential for sudden destruction.
AUDIT KESELAMATAN JALAN UNTUK JALAN TOL YANG OPERASIONAL DI BAWAH 1 TAHUN Setyarini, Ni Luh Shinta Putu Eka; Prihatiningsih, Aniek; Sianturi, Liana Fentani Natalia; Gea, Stephen Deprianto
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v5i2.10233

Abstract

The imbalance population and number of vehicles increasing from year to year with number of roads causing traffic jam. Build toll road is the government's effort to solve traffic jam. The construction of toll roads that carried out by Government is expected to be able reduce traffic jam on arterial roads but in reality, does not reduce traffic jam even though traffic jam still exist on toll roads. Traffic jam causes stress and fatigue and can lead to traffic accidents. Indonesia has a much higher mortality rate compared to other countries. Traffic accidents are influenced by three main factors: human factors, vehicle factors, and road factors. To improve road safety and high number of deaths each year, it will be carried out research by direct observation using the Road Safety Audit (RSA) form of the Kunciran-Serpong Toll Road. The result of this research by direct observation on Kunciran-Serpong Toll Road in general there are still many shortcomings, such as various types of road damage and pavement, there are no signs to bend to the left or right, the drainage system is not good on several roads, and the median is not good because not all segments get fenced. Keywords: Traffic Jam; Accident, Toll; Road Safety AuditAbstrakSeiring dengan pertambahan jumlah penduduk maka jumlah kendaraanpun terus berkembang dari tahun ke tahun, sedangkan panjang ruas jalan tidak dapat menyusul secara signifikan, hal ini mengakibatkan terjadinya kemacetan lalu lintas. Upaya pemerintah mengurangi kemacetan dengan membangun jalan Tol yang diharapkan untuk mampu mengurangi kemacetan yang ada di jalan arteri. namun pada kenyataannya tidak mengurangi kemacetan bahkan jalan tol saat ini juga mengalami kemacetan. Beberapa jalan tol dibangun untuk mengurangi kemacetan yang ada di ruas jalan tol yang lama, karena apabila tidak dikurangi maka kemacetan menyebabkan stres dan lelah fisik, mengurangi produktifitas yang akhirnya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas. Indonesia memiliki tingkat kematian yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara lainnya di ASEAN. Kecelakaan lalu lintas dipengaruhi tiga faktor utama yaitu faktor manusia, faktor kendaraan, dan faktor jalan. Dalam rangka upaya meningkatkan keselamatan jalan dan mengurangi angka kematian setiap tahunnya maka dilaksanakan observasi langung dengan mengunakan formulir Audit Keselamatan Jalan (AKJ) atau Road Safety Audit (RSA) pada ruas jalan tol operasional. Hasil dari observasi langung pada ruas jalan tol operasional di bawah 1 tahun secara umum masih terdapat banyak kekurangannya, seperti berbagai jenis kerusakan jalan terutama pada perkerasan, tidak adanya rambu peringatan tikungan ke kiri maupun ke kanan dan beberapa rambu lainnya, kecepatan eksisting yang lebih besar dari kecepatan rencana, dan median yang kurang baik karena tidak semua ruas terdapat pembatas
ANALISIS PERBANDINGAN DESAIN DINDING PENAHAN TANAH DENGAN VARIASI KONSISTENSI TANAH ASLI DAN TANAH TIMBUNAN Valencia Renata; Aniek Prihatiningsih
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 5, Nomor 2, Mei 2022
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v5i2.16717

Abstract

Retaining wall is a structure that is built to retain inclined land or on land where its stability is easilydisturbed. Retaining wall structures are used to withstand lateral soil pressures caused by embankment soilor unstable original soil due to topographic conditions. However, it is also common to find cases oflandslides at project sites where retaining walls have been installed. The failure of this retaining wall isgenerally caused by a design that is not in accordance with the soil conditions at th e project site or due toexternal factors that are not considered in the planning process. Therefore, in designing retaining walls,the parameters and properties of the soil, both original soil and embankment soil, are important factors tobe considered. The purpose of this study is to compare 5 designs of gravity retaining walls in 2 soilconditions that have different consistency of original soil and embankment soil. The design of retainingwalls is checked for shear stability, overturning, soil bearing capacity, global failure, and deformation.Calculation of soil pressure is calculated using conservative method with Rankine Theory and thecalculation of stability to the failure of the bearing capacity of the soil is calculated based on the Hansenand Vesic equations based on soil characteristics and technical data (c and ϕ). Analysis of shear stability,overturning, and bearing capacity of retaining walls was carried out using conventional method , whilestability calculations against global failure and deformation were carried out u sing the finite elementmethod-based program using CPT data and SPT value on project located in Bukit Asam area, Palembang.and Buleleng Regency, Bali.
STUDI FONDASI TIANG BOR UNTUK JEMBATAN DI LAUT Arvin Arvin; Aniek Prihatiningsih
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil VOLUME 4, NOMOR 3, AGUSTUS 2021
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v0i0.11062

Abstract

Structurally, the bridge is separated into the upperstructure, and substructure such as foundation. According to its function, the foundation of the bridge supports and transmits the load from the superstructure to a strong and stable layer of soil. The construction of a bridge at sea has a high level of difficulty and risk. There are forces that influence the foundation at sea. The greater the loads that are held by the foundation, the greater the bearing capacity required for the foundation. The foundation used the bored pile casing method. The concept of a bored pile foundation casing method itself uses a steel casing pipe that is installed to a specified depth. This method is used when the borehole is very prone to landslides, so it is very suitable to be applied to soil which is sand below the groundwater level or at sea. In this paper, we will discuss the bearing capacity of the bored pile foundation and the loads that affect the bearing capacity of the foundation. Bearing capacity includes axial and lateral bearing capacity. So the results of this study will show how much effective bearing capacity must be considered when creating a foundation for bridges at sea.Secara struktural jembatan dipisahkan menjadi struktur atas, dan struktur bagian bawah seperti fondasi. Sesuai fungsinya, fondasi jembatan menopang dan meneruskan beban dari bangunan atas jembatan ke lapisan tanah yang kuat dan stabil/solid. Pembangunan jembatan panjang di tengah laut memiliki tingkat kesulitan dan resiko tinggi. Terdapat gaya-gaya yang mempengaruhi fondasi yang dibuat di laut. Semakin besar beban-beban yang ditahan fondasi maka semakin besar pula daya dukung yang dibutuhkan fondasi. Fondasi yang dipakai adalah fondasi tiang bor dengan metode casing. Konsep dari fondasi tiang bor metode casing sendiri menggunakan pipa selubung baja (casing) yang diinstall sampai kedalaman yang ditentukan. Metode ini digunakan bila lubang bor sangat mudah longsor, sehingga sangat cocok untuk diaplikasikan pada tanah yang merupakan pasir di bawah muka air tanah atau di laut. Pada penulisan ini akan dibahas mengenai daya dukung fondasi tiang bor dan beban-beban yang mempengaruhi daya dukung fondasi tersebut. Daya dukung mencakup daya dukung aksial dan lateral. Sehingga hasil studi ini akan menunjukan seberapa besar daya dukung efektif yang harus dipertimbangkan pada saat ingin membuat fondasi untuk jembatan di laut.
ANALISIS PERBANDINGAN JENIS DINDING PENAHAN TANAH PADA TANAH GAMBUT David Thomson; Aniek Prihatiningsih
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil VOLUME 4, NOMOR 3, AGUSTUS 2021
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v0i0.12615

Abstract

Kalimantan is one of the 3 islands in Indonesia which has the largest peatlands. Moreover, in 2019 the President of the Republic of Indonesia Ir. H. Joko Widodo inaugurated the move of Indonesia's capital city from DKI Jakarta to East Kalimantan. The development of supporting infrastructure for the Capital City will inevitably occur, so that construction on peatlands cannot be avoided. The characteristics of peatlands as well as the impacts and risks that will occur when working on peatlands need to be considered. In this thesis, we will discuss the types of retaining walls that are most effective when applied to peatlands. Types of retaining walls that will be compared include gravity retaining walls, sheet sheet-type retaining walls, and soldier piles. The analysis will be carried out on the lateral stresses that occur and the collapse in each type of retaining wall. Coulumb soil pressure theory and Rankine soil lateral pressure theory are also used to support this analysis. Theoretically, solid or gap-free retaining walls are likely to be effective when applied to peat soils. This is due to the nature of peat soil which has high water and organic content. The depth of excavation on peat soil is calculated as deep as 9 meters. The deflection that occurs in the diaphragm wall is 0.354 m, the secant pile is 0.751 m, the concrete sheet pile is 1.09 m and the steel sheet pile is 2.73 m. Kalimantan adalah salah satu dari 3 pulau di Indonesia yang memiliki lahan gambut terluas. Terlebih lagi pada tahun 2019 Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo meresmikan perpindahan Ibukota Indonesia dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur. Pembangunan infrastruktur – infrastruktur pendukung Ibukota pasti akan terjadi, sehingga kontruksi pada lahan gambut tidak akan dapat terhindarkan. Sifat-sifat dari lahan gambut maupun dampak dan resiko yang akan terjadi pada saat melakukan pekerjaan di lahan gambut perlu dipertimbangkan. Pada skripsi ini akan membahas tentang jenis dinding penahan tanah yang paling efektif ketika diaplikasikan ke lahan gambut. Jenis dinding penahan tanah yang akan dibandingkan antara lain dinding penahan gravitasi, dinding penahan tanah tipe turap, dan soldier pile. Analisa akan dilakukan pada tekanan lateral yang terjadi dan keruntuhan pada tiap jenis dinding penahan tanah. Teori tekanan tanah Coulumb dan teori tekanan lateral tanah Rankine dipakai juga untuk mendukung analisis ini. Secara teoritis, dinding penahan tanah yang solid atau yang tidak mempunyai celah yang berkemungkinan akan efektif ketika diaplikasikan pada tanah gambut. Hal ini dikarenakan sifat tanah gambut yang mempunyai kadar air dan organik yang tinggi. Kedalaman galian pada tanah gambut yang diperhitungkan sedalam 9 meter. Defleksi yang terjadi pada diaphragm wall adalah sebesar 0,354 m, pada secant pile sebesar 0,751 m, pada turap beton sebesar 1,09 m dan pada turap baja sebesar 2,73 m.
ANALISIS DINDING DIAFRAGMA PADA KONSTRUKSI BASEMENT DI JAKARTA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ELEMEN HINGGA 3 DIMENSI Calvin Wijaya; Ali Iskandar; Aniek Prihatiningsih
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 3, Nomor 2, Mei 2020
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v3i2.7062

Abstract

Basement is an underground building that can serve as an utility room and parking space. In the basement the work can be done in various ways that also at the time of operation can give effect change in the soil around the work. The analysis was taken from the case study of basement development project in Jakarta. The construction method is the top down method. The diaphragm wall is 1 metre thick, 55 meters depth, 71.5 meters in length and 60 meters in width. This analysis will focus more on the calculation of the diaphragm wall deformation and the iternal forces that occurs in the structure that is inside the Diaphragm wall. The analysis will be assisted with 3-dimensional finite element  program with modelling Mohr-Coulomb soil failure and attempted in drained conditions. Project land with a depth of 120 meters divided into 7 layers. The analysis is done in 5 stages ranging from 1st excavation to the 5th excavation. From the 5th  stage, the analysis results of  diaphragm wall is in safe condition.AbstrakBesmen adalah sebuah struktur bawah tanah yang dapat berfungsi sebagai ruangan utilitas dan tempat parkir. Dalam pengerjaan basement dapat dilakukan dengan berbagai cara yang juga pada saat pengerjaanny dapat memberikan efek perubahan pada tanah disekitar perkerjaannya. Analisis yang dilakukan diambil dari studi kasus proyek pembangungan basement di Jakarta. Metode konstruksi yang dilakukan adalah metode top down. Dinding diafragma yang diguanakan berukuran tebal 1 meter, dalam 55 meter, panjang 71.5 meter dan lebar 60 meter. Analisis ini akan lebih berfokus pada perhitungan deformasi dinding diafragma dan gaya dalam yang terjadi pada struktur yang ada di dalam dinding diafragmanya. Analisis akan dibantu dengan program elemen hingga 3 dimensi dengan pemodelan kegagalan tanah mohr-coulomb dan dicoba pada kondisi drained. tanah proyek dengan kedalaman 120 meter dibagi menjadi 7 lapisan. analisis dilakukan dalam 5 tahap mulai dari galian 1 sampai galian ke-5. Dari ke-5 tahap tersebut didapatkan hasil analisis bahwa dinding diafragma dalam kondisi aman.
STUDI PENGGUNAAN BAHAN MORTAR SIKADUR-52 SEBAGAI PELINDUNG TANAH CLAY SHLAE TERHADAP PELAPUKAN Julio Suryajaya; Aniek Prihatiningsih
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 2, Nomor 3, Agustus 2019
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v2i3.5779

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rawannya tanah clay shale atau clay stone, mengalami pelapukan secara cepat jika terekpose udara dan air.  Untuk mencegah terjadinya pelapukan, diperlukan usaha perlindungan tanah dengan cara melapisi tanah dengan bahan tambahan seperti mortar yang mudah diaplikasikan di lapangan agar tanah terlindung dari udara dan air. Penelitian dilakukan pada sampel tanah yang telah dilapisi mortar, dalam kondisi terendam air dan kondisi kering udara selama kurun waktu 1,3,5, dan 7 minggu. Setelah dilakukan pengkondisian tersebut akan dilakukan uji unconfined untuk mengetahui nilai tekan  tanah dalam kondisi terlindungi. Hasil dari uji unconfined diharapkan, tidak ada perubahan pada nilai kuat tekan bebas dari masing-masing benda uji selama kurun waktu 1,3,5, dan 7 minggu.  Pemilihan bahan mortar diharapkan menjadi bahan yang mudah di aplikasikan dan ekonomis, yang dapat melindungi tanah clay shale atau clay stone dari pelapukan yang disebabkan oleh udara dan air. Pada penelitian ini menunjukan bahan Sikadur-52 dapat melindungi tanah clay shale dengan cara pelapisan yang sempurna tanpa ada celah pada saat bahan dilapisi.
PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR DENGAN STABILISASI TANAH SECARA KIMIAWI Satya Bodhinanda; Aniek Prihatiningsih
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 4, Nomor 1, Februari 2021
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v0i0.10700

Abstract

Landfill soil (TPA) has great potential of utilization in construction purpose. Landfill soil has similar characteristic with clay soil that has high water content also contain organic and inorganic material caused by garbage heap. One of the problem in utilizing landfill soil was the low quality of the soil that cause big settlement for the structure. Settlement was an important aspect in performing a construction. Soil stabilization for the landfill soil needed to decrease amount of settlement. Structure model using one, two, three, four floor of load and calculate the settlement occur on the heaviest load location of the foundation. Foundation base was circle and using shallow foundation reconsidering shallow foundation effective for four floor load. Chemical stabilization using 2 methods: Sodium Hydroxide 6% and Limestone 3-4,5%. Based on the calculation, found that Sodium Hydroxide is more effective in decreasing settlement occurred and able to decrease the settlement until 32,42% for the  floor load. However, those methods can’t fulfil the 15 cm settlement limit. Tanah bekas tempat pembuangan akhir (TPA) memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan dalam bidang konstruksi. Tanah bekas TPA umumnya memiliki karakteristik serupa dengan tanah lempung berkadar air serta memiliki material organik dan anorganik dari timbunan sampah. Salah satu masalah dalam memanfaatkan tanah bekas TPA adalah rendahnya kualitas tanah yang mengakibatkan penurunan besar pada struktur. Perbaikan pada tanah bekas TPA diperlukan untuk mengurangi besarnya penurunan yang terjadi. Penurunan merupakan aspek penting dalam suatu perancangan konstruksi, maka dari itu batasan pada penurunan ditetapkan untuk menghindari penurunan yang berlebihan yang dapat merusak struktur. Permodelan menggunakan beban struktur 1,2,3, dan 4 lantai dan dihitung penurunan yang terjadi pada fondasi dengan beban struktur terbesar. Penampang fondasi berbentuk lingkaran mempertimbangkan beban percobaan hingga 4 lantai cocok untuk fondasi dangkal. Stabilisasi tanah secara kimiawi menggunakan 2 metode yaitu Sodium Hidroksida 6% dan batu kapur 3-4,5%. Berdasarkan hasil perhitungan, didapati stabilisasi menggunakan Sodium Hidroksida lebih efektif dalam mengurangi penurunan tanah yang terjadi dan mampu mengurangi besarnya penurunan hingga 32,42% pada beban struktur 4 lantai. Namun, stabilisasi tanah menggunakan kedua metode belum dapat mencapai batas aman penurunan sebesar 15 cm.
STUDI MANFAAT DAYA DUKUNG BELLED PILE DAN MULTI-BELLED PILE Kevin Septiadi; Aniek Prihatiningsih
JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil Volume 3, Nomor 4, November 2020
Publisher : Prodi Sarjana Teknik Sipil, FT, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmts.v3i4.8394

Abstract

Foundation is a part of a structure which has a function for to resist and distribute the structure load on it to the soil. The greater load of structure resisted by the foundation make the greater uplift capacity needed. In the pile foundation the bearing capacity be affected by skin friction of the pile and end-bearing resistance, therefore one of the alternative for increase bearing capacity of the pile foundation is by use belled pile or multi-belled pile. Belled pile and multi-belled pile was a modification from the bore pile. The concept of belled pile is enlarge the size of  the base pile with purpose to increase end-bearing resistance of the pile. In multi-belled pile enlarge size happen more than once, the enlarge size happen in the hard layer soil so this alternative will be suitable to applied in the soil that have a thin layer hard soil in the middle. In this study will be explained about bearing capacity behavior of the bore pile, belled-pile and multi-belled pile. The bearing capacity and volume of concrete of three type of pile will be compared. So the result of this study  will show how efficient the use of multi-belled pile compared by straight bore pile. Fondasi adalah sebuah bagian dari stukrtur yang berfungsi untuk menahan dan menyalurkan beban bangunan yang ada diatasnya ke tanah. Semakin besar beban bangunan yang ditahan fondasi maka semakin besar pula daya dukung yang dibutuhkan fondasi. Pada fondasi tiang daya dukung fondasi dipengaruhi oleh gesekan selimut tiang dan tahanan ujung tiang sehingga salah satu cara untuk meningkatkan daya dukung fondasi adalah dengan menggunakan belled pile atau multi-belled pile. Belled pile dan multi-belled pile merupakan hasil modifikasi dari fondasi tiang bor. Konsep dari belled-pile sendiri adalah memperbesar ukuran penampang ujung tiang sehingga diharapkan tahanan ujung dari tiang akan meningkat. Pada multi-belled pile perbesaran penampang terjadi lebih dari satu kali yaitu pada lapisan tanah keras sehingga sangat cocok untuk diaplikasikan pada lapisan tanah yang memiliki lapisan keras tipis di bagian tengah. Pada penulisan ini akan dibahas mengenai perilaku daya dukung fondasi tiang bor biasa, belled pile dan multi-belled. Daya dukung dan volume beton yang digunakan dari ketiga jenis tiang tersebut akan dibandingkan. Sehingga hasil studi ini akan menunjukan seberapa efisien pengunaan belled-pile dan multi-belled pile dibandingkan dengan fondasi tiang bor biasa.