Landfill that will be used as the foundation of a main road is usually compacted by being flattened with certain energy. Soil strength can be identified through cohesion values and deep shear angles. When compaction is done in the field, the ideal condition is when optimum water content cannot always be obtained, so compaction can occur drier or wetter than optimum water content. As a result, the value of the cohesion parameters and the shear angle shift in a certain range of values. This research was conducted by simulating compaction conditions at optimum water content, 98% drier than optimum moisture content and 98% wetter than optimum moisture content. Soil samples are made in a laboratory and tested on a triaxial device. Soil strength parameters obtained from triaxial tests with unconsolidated undrained (UU) with compacted soil samples have been tested in the laboratory. Triaxial test standard uses ASTM D2850-87 and SNI 4813-2015 standards. The composition of grain size of soil samples is dominated by silt type, which is more than 60%, around 25% of sand, and the rest being fine-grained soil. Compaction is carried out at optimum moisture content, 98% drier than optimum moisture content and 98% wetter than optimum moisture content. Compaction is carried out with the AASHTO standard, T-99 standard for standard compaction and T-180 standard for modified compaction. The average cohesion values obtained tend to be almost the same, however, compaction with optimum moisture content conditions sees an increase of nearly 900% between standard and modified compaction. While the shear angle parameters tend to decrease when compacted under wetter conditions than the optimum water content.Keywords: cohesion, deep shear angle, triaxial, standard compaction, modified compaction Timbunan tanah yang akan digunakan sebagai fondasi jalan raya biasanya dipadatkan dengan cara digilas dengan energi tertentu. Kekuatan tanah dapat diidentifikasi melalui nilai kohesi dan sudut geser dalam. Ketika pemadatan dilakukan di lapangan kondisi ideal yaitu pada saat kadar air optimum tidak selalu bisa diperoleh, sehingga pemadatan dapat terjadi lebih kering atau lebih basah dari kadar air optimum. Akibatnya nilai parameter kohesi dan sudut geser dalam mengalami pergeseran pada rentang nilai tertentu. Penelitian ini dilakukan dengan simulasi kondisi pemadatan pada kadar air optimum, 98% lebih kering dari kadar air optimum dan 98% lebih basah dari kadar air optimum. Contoh tanah dibuat di laboratorium dan diuji pada alat triaksial. Parameter kekuatan tanah yang diperoleh dari uji triaksial dengan unconsolidated undrained (UU) dengan sampel tanah yang dipadatkan telah dicoba di laboratorium. Standar uji Triaksial menggunakan standar ASTM D2850-87 dan SNI 4813-2015.Komposisi ukuran butir contoh tanah didominasi oleh jenis lanau, lebih dari 60%, pasir sekitar 25% dan selebihnya tanah berbutir halus. Pemadatan dilakukan untuk kondisi kadar air optimum, 98% lebih kering dari kadar air optimum dan 98% lebih basah dari kadar air optimum. Untuk pemadatan dilakukan dengan standar AASHTO, standar T-99 untuk pemadatan standar dan standar T-180 untuk pemadatan modifikasi. Nilai kohesi rata-rata yang diperoleh cenderung hampir sama, tetapi pada pemadatan dengan kondisi kadar air optimum terlihat terjadi peningkatan hampir 900% antara pemadatan standar dan modifikasi. Sedangkan parameter sudut geser dalam cenderung turun ketika dipadatkan pada kondisi lebih basah dari pada kadar air optimum.Kata kunci: kohesi, sudut geser dalam, triaksial, pemadatan standar, pemadatan modifikasi