Claim Missing Document
Check
Articles

Literasi Tubuh Virtual dalam Aplikasi Teknologi Augmented Reality PASUA PA Sri Rustiyanti; Wanda Listiani; Fani Dila Sari; Ida Bagus Gede Surya Peradantha
PANGGUNG Vol 30, No 3 (2020): Pewarisan Seni Budaya: Konsepsi dan Ekspresi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v30i3.1271

Abstract

ABSTRACTBody language is a gesture that has meaning to express the expression of a dancer. The dancer’s body literacy is an empirical experience possessed in the ability to read choreography and do it continuously so that choreography becomes a body language literacy that is trained to become corporal acrobatic, corporal impulses, corporal instinc, and virtuosity as aesthetic experiences. This research reads and writes choreography of three dances namely Karwar Dance (Papua), Cikeruhan Dance (Sunda), and Guel Dance (Aceh) from dancer’s body language literacy to transform technology literacy by using augmented reality application media, combining reality and virtual in a form show. This study uses qualitative methods that focus more on the case study by involving problems and the purpose of viewing the performing arts from the visual culture of technology literacy. This paper is the result of a research by a consortium of Kemenristekdikti to redefine the identity of the dancer’s body, including a body shaped, well-controlled and well-established, patterned, there are standard movements and complete, occupying space well by applying and utilizing technology to produce findings from this research, namely AR Pasua PA (Augmented Reality Papua-Sunda-Aceh Performent Art). This finding is a new formula for the performance by utilizing the transfer from body language literacy to technology literacy.Keywords: body language literacy, technology literacy, augmented reality, digital art, AR Pasua PA.ABSTRAKBahasa tubuh adalah gesture yang mempunyai makna untuk mengungkapkan ekspresi dari seorang penari. Literasi tubuh penari merupakan pengalaman empirik yang dimiliki dalam kemampuan membaca koreografi dan melakukannya secara terus menerus sehingga koreografi yang dilakukan menjadi sebuah literasi bahasa tubuh yang terlatih menjadi corporal acrobatic, corporal impulses, corporal instinc, dan virtuisitas sebagai pengalaman estetis. Penelitian ini menganalisa koreografi tiga tarian yaitu Tari Karwar (Papua), Tari Cikeruhan (Sunda), dan Tari Guel (Aceh) dari literasi bahasa tubuh penari untuk ditransformasikan melalui teknologi Augmented Reality dengan menggabungkan realitas dan virtual dalam bentuk pertunjukan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan memfokuskan diri pada seni pertunjukan, budaya visual dan literasi teknologi. Penelitian ini merupakan hasil penelitian konsorsium seni KRUPT ristekBRIN. Penelitian yang meredefinisikan kembali identitas tubuh penari, antara lain tubuh berbentuk, dikuasai dengan baik dan mapan, berpola, sesuai dengan standar gerak yang pakem dan selesai, menempati ruang dengan baik dan mengaplikasi dan memanfaatkan teknologi sehingga capaian literasi tubuh dengan penggunaan teknologi digital 4.0 dalam bentuk aplikasi AR PASUA PA. Hasil penelitian ini merupakan formula baru seni pertunjukan dengan memanfaatkan alih wahana dari literasi tubuh ke dalam teknologi virtual.Kata kunci: literasi bahasa tubuh, literasi teknologi, augmented reality, seni digital, AR Pasua PA.
Makna Seni Ukiran Gorga Pada Rumah Adat Batak Karolina Sianipar; Gugun Gunardi; Widyonugrahanto -; Sri Rustiyanti
PANGGUNG Vol 25, No 3 (2015): Ekspresi, Makna dan Fungsi Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (590.427 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v25i3.20

Abstract

Tulisan ini berjudul “Makna seni ukiran gorga pada rumah adat batak”. Ukiran gorga merupakan salah satu bentuk kesenian ukiran khas kebudayaan adat batak. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui berbagai bentuk dari ukiran gorga pada rumah adat batak. Bentuk ukiran gorga bermacam-macam, sehingga pada setiap bentuk ukiran gorga memiliki makna yang  berbeda-beda. Oleh karena itu, tulisan ini juga bertujuan untuk memahami makna yang ada pada ukiran gorga. Dalam pemaknaan ukiran gorga menggunakan pendekatan semiotika. Semiotika ialah pendekatan ilmu yang mempelajari tentang tanda. Pada ukiran gorga rumah adat batak memiliki makna kehidupan, yang mana hal ini tergambar melalui bentuk-bentuk pada setiap ukiran.Kata kunci : Ukiran, Gorga, Rumah Adat Batak
Estetika Tari Minang dalam Kesenian Randai Analisis Tekstual-Kontekstual Sri Rustiyanti; Fatimah Djajasudarma; Endang Caturwati; Lina Meilinawati
PANGGUNG Vol 23, No 1 (2013): Strategi dan Transformasi Tradisi Kreatif: Pembacaan, Pemaknaan, dan Pembelajar
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (584.598 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v23i1.86

Abstract

ABSTRACT This paper reveals textual and contextual Randai, among other things, an analysis of Gerak Ga­ lombang Randai, an analysis of the character of Anak Randai, and at the end of the study series, to reveal the values contained in Randai as a cultural reality, which in principle is an inseparable part of the existence of Minangkabau community as the cultural support. The variety of motion used in Gerak Galombang Randai is not only a decoration of the motion beauty (tangible), but it also can be translated, as well as a symbol or emblem that has educational meanings (intangible), and can be an example of the daily life of the indigenous Minangkabau society. Keywords: Minang Dance aesthetic, Randai, textual­contextual analysis  ABSTRAK Tulisan ini mengungkap teksual dan kontekstual Randai, di antaranya, analisis terhadap gerak galombang Randai, analisis karakter tokoh anak Randai, dan sebagai akhir dari rang- kaian penelitian ini, mengungkapkan nilai-nilai yang terdapat pada Randai sebagai realitas budaya, yang pada prinsipnya merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari eksistensi masyarakat Minangkabau sebagai penyangga kebudayaan. Ragam gerak yang digunakan dalam gerak galombang Randai itu kiranya tidak hanya sekedar hiasan keindahan gerak be- laka (tangibel), namun ia dapat diterjemahkan, sekaligus merupakan simbol atau lambang yang bermakna  mendidik (intangibel), dan dapat   menjadi teladan dalam kehidupan se- hari-hari dalam masyarakat adat di Minangkabau. Kata Kunci: estetika Tari Minang, Randai, analisis tekstual-kontekstual  
KOMODIFIKASI UPACARA NGARAS DAN NGIBAKAN ADAT SUNDA DI KOTA BANDUNG Muhamad Irfan Maulana Sidik; Sri Rustiyanti; Imam Setyobudi
Jurnal Budaya Etnika Vol 4, No 2 (2020): Tradisi Otentik, Modifikasi Tradisi, Komodifikasi (Agenda Setting Artefak Digita
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v4i2.1568

Abstract

ABSTRAK Upacara tradisi ngaras dan ngibakan merupakan suatu tradisi yang dilakukan sebelum pelaksanaan hari pernikahan. Upacara ini, dilaksanakan oleh masyarakat Sunda termasuk pada masyarakat Sunda di Kota Bandung sebagai suatu cara yang dipercaya agar prosesi pernikahan dapat berjalan lancar. Dalam perkembangan era globalisasi, tradisi tersebut mengalami perubahan diakibatkan masyarakat Kota Bandung yang mudah mendapatkan arus globalisasi sehingga masyarakat lebih menyukai produk jasa yang lebih efisien dan praktis sebagai ciri masyarakat modern. Hal ini berdampak pada munculnya penyedia jasa yang memodifikasi tradisi ngaras dan ngibakan dengan mengikuti permintaan pasar untuk mendapatkan nilai komoditas maksimal. Tulisan ini, merupakan deskripsi analisis dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun teori yang digunakan, yaitu komodifikasi. Penelitian ini, bertujuan untuk menggali sejauh mana proses komodifikasi serta dampak yang ditimbulkan terhadap masyarakat Sunda Kota Bandung itu sendiri.Kata Kunci : Komodifikasi, Upacara Tradisi, Ngaras dan Ngibakan ABSTRACT The ngaras and ngibakan ceremony is a tradition that is carried out before entering the wedding day. This ceremony, carried out by the Sundanese people in the city of Bandung as a trusted way for the wedding procession to run smoothly. In the development of the era of globalization, the tradition has changed due tothe people of the city of Bandung who are easy to get the flow of modernization so that people prefer service products that are more efficient and practical. This has resulted in the emergence of service providers who modify the ngaras and trap traditions that follow market demand to get maximum commodity value. This research, is a description of the analysis using qualitative research methods. The theory used is the Commodification. This study aims to explore the process of commodification and its impact on the Sundanese people of Bandung.Keywords: Commodification, Tradition Ceremony, Ngaras and Ngibakan
SENI DIGITAL WISATA TEKNOLOGI AR PASUA PA BERBASIS KEARIFAN LOKAL Sri Rustiyanti; Wanda Listiani; Fani Dila Sari; Ida Bagus Gede Surya Peradantha
Jurnal Budaya Etnika Vol 3, No 2 (2019): Artefak Budaya Arkais dan Kontemporer : dari Ulos Hingga Seni Digital
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v3i2.1123

Abstract

ABSTRAKIndonesia memiliki beragam potensi alam, seni, budaya, pendidikan, kuliner, sejarah, teknologi, dan religi yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik utama wisata. Tulisan ini merupakan hasil penelitian Konsorsium Kemenristekdikti dengan mengangkat seni tradisi dari Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, ISBI Papua, dan ISBI Aceh. Penelitian ini menerapkan teknologi Augmented Reality (AR) pada kesenian yang ada di Papua, Sunda, dan Aceh (PASUA) sebagai Performent Art (PA), sehingga seni wisata digital ini menjadi sebuah produk karya seni budaya AR Pasua PA, yang secara khusus menggarap perkembangan seni tradisi sebagai kearifan lokaldalam perkembangan seni digital sebagai salah satu bentuk pengemasan seni wisata.Potensi seni digital AR Pasua PA cukup menarik menjadi salah satu asset wisata devisa non migas yang perlu ditingkatkan pengelolaan dan pemberdayaannya. Oleh karena itu, kesiapan pembuatan AR Pasua PA dalam pengembangan wisata seni digital masih perlu ditingkatkan di era industri 4.0 berbasis kearifan lokal. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk memetakan zonasi pengembangan pariwisata yang sesuai dengan karakter masyarakat wilayah Timur dari Papua, selanjutnya Tengah dari Sunda, dan Barat dari Aceh, seperti perjalanan matahari dari terbit di Tanah Papua , selanjutnya bersinar di Tanah Parahyangan , dan akhirnya terbenam di Serambi Aceh. Analisis sistem pengembangan pariwisata berbasis seni digital diterapkan di Perguruan Tinggi Seni di Indonesia, sehingga perlu dilakukan tercipta model AR Pasua PA dalam pengembangan dan pengelolaan wisata berbasis teknologi augmented reality. Hasil penelitian yang diharapkan adalah terciptanya sebuah model pengembangan pariwisata seni digital yang terpadu berbasis kearifan lokal, khususnya Papua, Sunda, dan Aceh, yang dapat diterapkan di seluruh PT Seni di Indonesia, khususnya di wilayah ISBI Bandung, ISBI Papua, dan ISBI Aceh.Kata kunci: wisata seni digital, teknologi augmented reality, kearifan lolal.ABSTRACTSIndonesia has a variety of natural, artistic, cultural, educational, culinary, historical, technological and religious potentials that can be developed as the main tourist attraction.This paper is the result of a research by the Consortium of the Ministry of Research, Technology and Higher Education (Kemenristekdikti) by bringing up traditional arts from the Indonesian Cultural Arts Institute (ISBI) Bandung, ISBI Papua, and ISBI Aceh. This study applies Augmented Reality (AR) technology to arts in Papua, Sunda and Aceh (PASUA) as Performance Art (PA), so that this digital tourism art becomes a product of AR Pasua PA cultural art, which specifically works on the development traditional art as local wisdom in the development of digital art as a form of tourist art packaging.The potential of AR Pasua PA digital art is quite interesting being one of the non-oil and gas foreign exchange tourism assets that needs to be improved in its management and empowerment. Therefore, the readiness to make AR Pasua PA in the development of digital art tourism still needs to be improved in the era
FOLKLOR CANDI CANGKUANG: DESTINASI WISATA BERBASIS BUDAYA, SEJARAH, DAN RELIGI Sri Rustiyanti
Jurnal Budaya Etnika Vol 2, No 2 (2018): Momen Kreatif, Ekspresi, dan Keberagaman Etnik
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v2i2.1154

Abstract

ABSTRACT West Java has a variety of cultural, historical and religious potential that can be developed as the main tourist attraction, especially in Cangkuang Temple, Leles District, Garut Regency. Cangkuang Temple is one form of non-verbal folklore (artifact) inherited from two religions, namely Hinduism and Islam. The relics of Hinduism are the statue of Lord Shiva which is thought to date from the VIII century and the relics of Islam originated in the seventeenth century with the remains of the tomb of the Eyang Embah Dalem Arief Muhammad. The potential of Cangkuang Temple is quite interesting as one of the non-oil and gas foreign exchange tourism assets that needs to be improved in its management and empowerment. Therefore, the readiness of the Kampung Pulo community in developing tourism based on culture, history and religion still needs to be improved. Unpreparedness can be seen from the form of tourism development in each segment that has not been holistic and has not yet synergized with each other, regardless of the socio-cultural diversity of each, as well as the unclear market segments that will be targeted for development. Thus it is necessary to conduct research that aims to map the zoning of tourism development in accordance with the character of the community in the Garut Regency region. Analysis of the system of tourism-based development of culture, history, and religion that is suitable to be applied in the region also needs to be done in order to create an ideal model in tourism development and management in the Garut Regency region. The expected research results are the creation of an integrated tourism development model based on culture, history, and religion that can be applied in West Java, especially the Cangkuang Temple area. Keywords: Tourism Zoning, Cultural Tourism, Historical Tourism, Religious Tourism, Cangkuang Temple.  ABSTRAK Jawa Barat memiliki beragam potensi budaya, sejarah, dan religi yang dapat dikembangkan sebagai daya tarik utama wisata, khususnya di Candi Cangkuang Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Candi Cangkuang adalah salah satu bentuk folklor bukan lisan (artefak) peninggalan dari dua agama, yaitu Hindu dan Islam. Peninggalan agama Hindu adalah patung Dewa Siwa yang diperkirakan berasal dari abad VIII dan peninggalan agama Islam berasal dari abad XVII dengan adanya peninggalan makam dari Eyang Embah Dalem Arief Muhammad. Potensi Candi Cangkuang cukup menarik menjadi salah satu asset wisata devisa non migas yang perlu ditingkatkan pengelolaan dan pemberdayaannya. Oleh karena itu, kesiapan masyarakat Kampung Pulo dalam pengembangan wisata berbasis budaya, sejarah, dan religi masih perlu ditingkatkan. Ketidaksiapan dapat terlihat dari bentuk pengembangan pariwisata masing-masing segmen yang belum holistik dan belum sinergi satu sama lain, tanpa memperhatikan keragaman socio-cultural masing-masing, serta adanya ketidakjelasan segmen pasar yang akan dijadikan sasaran pengembangannya. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memetakan zonasi pengembangan pariwisata yang sesuai dengan karakter masyarakat wilayah Kabupaten Garut. Analisis sistem pengembangan pariwisata berbasis budaya, sejarah, dan religi yang sesuai diterapkan di kawasan tersebut juga perlu dilakukan agar tercipta model yang ideal dalam pengembangan dan pengelolaan wisata di wilayah Kabupaten Garut. Hasil penelitian yang diharapkan adalah terciptanya sebuah model pengembangan pariwisata yang terpadu berbasis budaya, sejarah, dan religi yang dapat diterapkan di Jawa Barat, khususnya wilayah Candi Cangkuang. Kata Kunci: Zonasi Wisata, Wisata Budaya, Wisata Sejarah, Wisata Religi, Candi Cangkuang.
STRUKTUR DAN FUNGSI PEMBERIAN ULOS PADA PERNIKAHAN ETNIK BATAK TOBA DI KOTA BANDUNG Johannes Budiman; Sri Rustiyanti; Djuniwati Djuniwati
Jurnal Budaya Etnika Vol 3, No 2 (2019): Artefak Budaya Arkais dan Kontemporer : dari Ulos Hingga Seni Digital
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v3i2.1119

Abstract

ABSTRAKUpacara pernikahan etnik Batak Toba, merupakan kegiatan upacara adat yang menjalani prosesi sangat panjang. Upacara ini, dilakukan oleh masyarakat etnik Batak Toba baik yang menetap di provinsi Sumatera Utara maupun yang sudah tidak menetap di wilayah tersebut. Salah satu kota tujuan perantauan yang masih menggelar upacara pernikahan Etnik Batak Toba, yaitu Kota Bandung. Masyarakat Entik Batak Toba yang bermukim di Kota Bandung selalu menerapkan adat istiadatnya dalam kelangsungan hidupnya. Dalam pernikahan tersebut, terdapat adanya peranan ulos sebagai suatu simbol yang penuh akan makna. Pemberian ulos sangatlah penting dan merupakan suatu keharusan, ulos tersebut tidak sembarang orang yang memberikannya, melainkan sesuai dengan hubungan kekerabatan dari kedua mempelai dan pihak keluarga mempelai.Tulisan ini, merupakan deskripsi analisis dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun teori yang digunakan, yaitu strukturalisme fungsionalisme Radcliffe Brown. Penelitian ini, bertujuan untuk menggali stuktur sosial yang ada pada pemberian ulos dan fungsi pemberian ulos pada pernikahan masyarakat etnik Batak Toba di Kota Bandung.Kata kunci: Ulos, Pemberian Ulos, Struktur, dan FungsiABSTRACTBatak Toba’s Wedding Ceremony, is a long processed custom ceremony. This is done by the people of Toba either lived in North Sumatera or anywhere else outside. One of the province abroad that still uses this tradition is in Bandung. The people of Batak Toba which stayed in Bandung always apply this tradition in their daily life activities. On the wedding, there are ulos that used as one of the meaningful symbol towards the ceremony. The present of ulos are very crucial and it has to be done by either one with relation to the bride or groom’s family.This research, is an analysis research towards the material by using qualitative method. As for the theory, the writer uses Radcliffe Brown functional structuralism theory. This research is done to get a knowledge about the social structure found in the presenting the ulos and the function of ulos in the Batak Toba Ethnics wedding ceremony in Bandung.Keywords: Ulos, Presenting of Ulos, Structure and function
PEMBERDAYAAN NILAI SENI DI RUMAH KREATIF WAJIWA BANDUNG DANCE THEATER Turyati Turyati; Alfiyanto Alfiyanto; Sri Rustiyanti
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 3, No 2 (2017): Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v1i2.262

Abstract

Ide gagasan Alfyanto untuk mendirikan Rumah Kratif WaJiWa, dengan dibantu oleh para pelatih tenaga profesional dengan metode khusus untuk mencerdaskan tubuh dan rasa/jiwa anak. Penelitian ini akan dilakukan di dalam beberapa tahap (multi-stages) dan akan menggunakan beberapa metode penelitian (laboratorium, demonstrasi, simulasi, dan aplikasi), baik metode kualitatif, yang merupakan studi kasus dan lebih bersifat deskriptif-analitis. Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat Kampung Ciganitri. Kontribusi dari penelitian penciptaan ini adalah pertama, etnokoreografi pertunjukan berbasis etnik ekokultur sebagai platform pengembangan destinasi sentra budaya. Inspired Alfiyanto to establish WaJiWa creative house helped by professional trainers who use special method in order to educate children’s bodies and feelings/souls. This research, that’s also part of empowerment program of Ciganitri society, is conducted in multi-stages and uses several research methods (laboratory, demonstration, simulation, and application) and qualitative method that is a case study and has more analytical descriptive characteristic. The contribution of this creation research is performance ethno-choreography based on eco-cultural ethnics as the development platform of cultural centre destination.
DESAIN MODEL PURWARUPA AUGMENTED REALITY PATUNG KARWAR 4.0 SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SENI TRADISI BIAK PAPUA wanda listiani; Sri Rustiyanti; Fani Dila Sari; IBG Surya Peradantha
Jurnal Budaya Nusantara Vol 3 No 2 (2020): Nusantara & Media
Publisher : Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/b.nusantara.vol3.no2.a2529

Abstract

One of the cultural arts of the Papua Biak tribe that is still maintained in traditional ceremonies is the wor tradition and the making of karwar or korwar statues. Karwar statue as a shadow of the spirit and where Nin lives. The spirit of karwar or arawah gives the strength to look after the family, the garden, bring rain, keep away diseases and so on. The re-introduction of the karwar statue using AR technology is one way for young people to be interested in the existence of Biak tribal arts and culture. This study used a static visualization method that shows phenomena or processes in the form of a representation of the design path of the AR PASUA PA prototype model specifically the spatial and temporary entities of the AR Karwar Biak Papua Statue. The results of this study illustrate the modeling concept and procedure model developed in the design of the AR Karwar 4.0 prototype model by considering the needs of users and the problems of artists, connoisseurs and pedagogic of cultural arts learners, especially the cultural arts of Biak Papua
APLIKASI TEKNOLOGI AUGMENTED REALITY DALAM KONSERVASI SITUS WARISAN BUDAYA DAN MITIGASI BENCANA GUNUNG GALUNGGUNG JAWA BARAT INDONESIA wanda listiani; Sri Rustiyanti; Fani Dila Sari; IBG. Surya Peradantha
Jurnal Budaya Nusantara Vol 4 No 2 (2021): NUSANTARA & RUANG VIRTUAL
Publisher : Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36456/b.nusantara.vol4.no2.a4054

Abstract

The name Galunggung is very well known to the people of Indonesia as the name of the mountain and the name of an Old Sundanese Manuscript. The ancient manuscript of Amanat Galunggung is a manuscript written in the 16th century and contains the teachings of life or local genius of the Sukapura or Tasikmalaya people. Mount Galunggung has experienced several eruptions from 1822 to 1983. The eruption of Mount Galunggung has had a catastrophic impact on the community and provided long term benefits for improving the soil fertility around the Mount Galunggung site such as the Indihiang site. Various disasters that have occurred due to volcanic eruptions in various regions have become a source of learning for the community to mitigate disasters from an early age. This research uses qualitative methods and digital augmented reality techniques. Augmented Reality can be used in visualizing and simulating mountain sites or other cultural heritage sites. The results of this study recommend the application of Augmented Realty technology in the conservation of cultural heritage sites and disaster mitigation as well as the planning program for the nomination of mountain sites in Indonesia for UNESCO’s world cultural heritage by the Indonesian government. Various efforts to develop site conservation with digital 4.0 technology and assistance for local communities involving universities, local governments, museum communities and the cultural arts tourism industry. The use of Augmented Reality can be useful for increasing understanding and learning experiences about cultural sites and heritage in tertiary, primary and secondary education.