Claim Missing Document
Check
Articles

ESTETIKA MORFOLOGI MOTIF BATIK KLUWUNG INDRAMAYU Agung Trihandono Putra; Wanda Listiani; Sri Rustiyanti
ATRAT: Jurnal Seni Rupa Vol 8, No 2 (2020): ANALISIS MAKNA KARYA VISUAL DALAM SENI PUBLIK
Publisher : Jurusan Seni Rupa ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/atrat.v8i2.1525

Abstract

Indramayu Batik Design, also called Dermayon Batik in Java coastal area which is influenced much from outside area, because it is another trade center beside Sunda Kelapa. Most of the batik workers are women who work part time while waiting for their husbands go sailing. Design examined in this research is batik kluwungan design, by using Morphology Aesthetics theory from Thomas Munro, which is a not concern on good or bad but more to facilitate to describe form, style and expression of an art work. Aesthetics value in an object is not burdened by it is created by nature or by human; all objects have their own aesthetics value. Everything seen from the object (visual) has art elements (line, form and color), either naturally or made. Aesthetics on batik kluwung is seen on line, filling and style of ferns, etong fish, triangle  (tumpal)and the useof color on the batik.Keyword: Aesthetics, design, batik, Kluwung, Indramayu__________________________________________________________Motif batik Indramayu disebut juga batik Dermayon termasuk daerah perbatikan pesisir pulau Jawa yang mendapat pengaruh sangat besar dari luar karena sebagai pusat perdagangan kedua setelah pelabuhan Sunda Kelapa. Kebanyakan pembatik adalah perempuan sambilan menunggu suaminya pergi melaut. Motif yang diteliti dalam penelitian ini adalah motif batik kluwungan, dengan menggunakan teori Estetika Morfologi dari Thomas Munro, bahwasanya Estetika Morfologi bukan menilai sebuah karya itu baik atau buruk tetapi lebih memudahkan dalam mendeskripsikan bentuk, style dan ekspresi sebuah karya seni. Nilai estetika dalam sebuah benda tidak dibatasi oleh benda yang berasal dari alam ataupun buatan manusia, semua benda memiliki nilai estetisnya sendiri. Segala sesuatu yang tampak dari benda tersebut (visual) memiliki elemen-elemen seni (garis, bentuk, dan warna) di dalamnya, baik itu alami ataupun buatan. Estetika pada motif batik kluwungan terlihat pada garis, isen dan stilasi bentuk tumbuhan paku, bentuk ikan etong, dan bentuk segitiga (tumpal), serta penggunaan warna pada batik tersebut.Kata Kunci: Estetika, motif, batik Kluwung, Indramayu
PENGEMBANGAN KONTEN PASUA TV BERBASIS SENI LOKAL Wanda Listiani; Sri Rustiyanti; Fani Dila Sari; IBG. Surya Peradantha
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 4 (2021): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha dalam Mewujudkan Pemulihan dan Resiliensi Masya
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (591.698 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v4i0.1175

Abstract

PASUA TV merupakan platform televisi online yang kontennya didesain untuk mewujudkan pemulihan dan resiliensi komunitas seni budaya pasca-pandemi. Konten visual dapat mengurangi tingkat depresi, kecemasan dan mendorong interaksi sosial pekerja kreatif pasca-pandemi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode produksi konten visual. Konten visual yang dikembangkan berisi kerja seni budaya dari kegiatan mitra sanggar atau komunitas seni budaya, hasil penelitian seni budaya berbasis teknologi digital dan arsip visual dari kegiatan pengabdian masyarakat serta kuliah kerja nyata daring yang bermitra dengan masyarakat seni budaya di wilayah Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode desain visual dan teknik analisis konten. Hasil penelitian ini menjelaskan bentuk desain PASUA TV berbasis web dan konten visual seni lokal yang berada di wilayah Indonesia. Kata Kunci : Konten Visual, PASUA TV, Resiliensi Komunitas Seni Budaya, Pasca-Pandemi
Situs Megalitik Tutari sebagai Sumber Inspirasi Penciptaan Koreografi Site-Specific “Tutari MegArt Lithic” Sri Rustiyanti
Dance and Theatre Review: Jurnal Tari, Teater, dan Wayang Vol 4, No 1: May 2021
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1348.493 KB) | DOI: 10.24821/dtr.v4i1.5457

Abstract

The Tutari Megalithic Site is a large stone age civilization site located in Doyo Lama Village, Waibu District, Jayapura Regency, Papua. Visually, on this site, there are stones with various motifs of prehistoric paintings on them. However, if it is studied in-depth, primarily through the perspective of choreography, this site has a broad potential to be a source of inspiration for creating works of art. Collaborating with previous research from the Papua Archeology Center, the creation of this Tutari MegArt Lithic artwork is focused on specific parts of the Tutari Megalithic site that can be used as inspiration for creating artworks. The method used in this writing is descriptive analysis. The purpose of this paper is to provide an overview of how choreography can collaborate across disciplines in the creation of works of art staged at the Tutari archaeological site. This paper describes the sources of inspiration for creating site-specific choreographic works of art entitled Tutari MegArt Lithic, including visual inspiration, artistic inspiration and idea inspiration.Keywords: Tutari Megalithic Site; site-specific choreography; source of inspiration; painting motive
Visualisasi Tando Tabalah Penari Tunggal dalam Photomotion Pertunjukan Rampak Kelompok Tari Minang Sri Rustiyanti; Wanda Listiani
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 32 No 2 (2017): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v32i2.112

Abstract

Pertunjukan tari adakalanya dibawakan oleh penari tunggal atau penari kelompok. Tari tunggal dilakukan oleh seorang penari memerankan seorang karakter atau tokoh. Bentuk tariannya berdiri sendiri dan tidak ada kaitannya dengan penampilan tari sebelumnya. Pertunjukan penari tunggal dituntut untuk tampil matang dan terampil, kemampuan virtuositas karena fokus perhatian yang terpusat pada satu orang saja, tentu saja berbeda dengan penari kelompok yang dituntut kerampakkan baik dalam garak (bentuk gerak) maupun garik (rasa gerak). Sifat tari tunggal menjadikan seseorang sebagai subjek sekaligus objek tarian yang dibawakannya. Adapun tari kelompok merupakan bentuk karya tari yang memerlukan kerja sama antarpe- nari, karena diperagakan lebih dari satu penari. Gerak penari satu dan penari lain saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri. Keseragaman untuk mencapai keindahan bentuk tari kelompok bukan hal yang mudah. Adapun hasil penelitian ini, dalam penyajian tari kelompok tando tabalah (identitas pribadi) harus lebur ditinggalkan dan ditanggalkan egoisme masing-masing pribadi penari.
Ekranisasi AR PASUA PA: dari Seni Pertunjukan ke Seni Digital sebagai Upaya Pemajuan Kebudayaan Sri Rustiyanti; Wanda Listiani; Fani Dila Sari; IBG. Surya Peradantha
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 36 No 2 (2021): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v36i2.1064

Abstract

Ekranisasi adalah transformasi dari karya sastra ke bentuk film, yang berarti layar. Dengan meminjam istilah ekranisasi dari bahasa Prancis ini, peneliti akan mengangkat atau memindahkan sebuah karya seni pertunjukan ke dalam seni digital yaitu Augmented Reality. Visualisasi virtual pertunjukan augmented reality merupakan bentuk seni baru, yang memang ini bertujuan untuk membuat penikmatnya merasa seolah berada di tengah suatu ilusi akan realita yang digambarkan melalui sebuah alat interaktif antara virtual dan realita. Ekranisasi sebagai upaya Pemajuan Kebudayaan untuk melestarikan kesenian tradisi dapat mengikuti perkembangan zaman, di mana konsep estetik pun mengikuti perkembangan setiap zaman. Perubahan yang terjadi dapat pengurangan, penambahan, dan variatif yang memungkinkan terjadi dalam proses transformasi dari karya seni pertunjukan ke seni digital. Ekranisasi memungkinkan terjadinya variasi-variasi tertentu, misal dalam ranah ide karya visual, gaya penceritaan, media yang digunakan, persoalan penonton, dan durasi waktu pemutaran. Alasan ekranisasi tersebut antara lain karena Tari Cikeruhan, Tari Guel, dan Tari Wor cukup dikenal oleh masyarakat pendukungnya, sehingga masyarakat pada umumnya sudah tak asing lagi dengan ketiga tarian tersebut. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantilatif, yaitu memadukan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif untuk mendefinisikan pola-pola penggunaan foto green screen profil penari Papua, Sunda, dan Aceh dalam upaya pembuatan secara virtual art dan realtime untuk disinkronisasikan, sedangkan metode kualitatif memberikan deskripsi eksploratif tentang bahasa visual yang digunakan pada foto green screen profil penari Papua, Sunda, dan Aceh. Hasil penelitian ini adalah sebagai salah satu alternatif terobosan untuk melestarikan dan merekonstruksi kembali seni tradisi dengan memanfaatkan teknologi di era indutri 4.0 sebagai upaya untuk Pemajuan Kebudayaan.
Augmented Reality Pasua Pa Sebagai Alternatif Media Pembelajaran Seni Pertunjukan 4.0 Wanda Listiani; Sri Rustiyanti; Fani Dila Sari; IBG. Surya Peradantha
PANGGUNG Vol 29, No 3 (2019): Transformasi Bentuk dan Nilai dalam Seni Budaya Tradisi
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1424.57 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v29i3.1012

Abstract

Abstract            The collaboration between art and technology of augmented reality (AR) has not been get attention in the field of Nusantara Performing Arts. On the other side, performances of traditional dance get hardly found in the era of smartphone technology which gets more sophisticated. Mostly all people either kids or adults own handphone which can be used as the media for learning performing arts. This research aims to develop AR technology as the alternative performing arts learning media 4.0 by digitalizing performing arts from Biak tribe, Papua; Cikeruhan Sunda peforming arts, and Guel Aceh performing arts. These combined performing arts name from Papua, Sunda, and Aceh is shortened into PASUA PA. The research method applied is experiment method and interaction based on pixel-cloud avatar AR virtual dance. The result of the study portrays the phases of creative process of designing PASUA PA AR performing arts and the real time synchronization between music, virtual dancer, and 4.0 performing art learners.   Keywords: Augmented Reality, Papua-Sunda-Aceh, learning media, performing arts 4.0 Abstrak            Kolaborasi antara seni dan teknologi augmented reality (AR) masih belum banyak dilakukan dalam seni pertunjukan nusantara. Di sisi lain, semakin langkanya pertunjukan tari tradisi di setiap daerah di Indonesia di antara perkembangan teknologi smartphone. Padahal hampir setiap orang, mulai anak-anak hingga dewasa memiliki handphone yang dapat digunakan sebagai medium pembelajaran seni pertunjukan. Penelitian ini mengembangkan teknologi AR sebagai media alternatif pembelajaran seni pertunjukan 4.0 dengan mendigitalisasi seni pertunjukan khas Suku Biak Papua, seni pertunjukan Cikeruhan Sunda, dan seni pertunjukan Guel Aceh. Seni Pertunjukan Papua, Sunda dan Aceh disingkat PASUA PA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dan interaksi berdasar pixel-cloud avatar penari virtual AR. Hasil penelitian ini menggambarkan tahapan proses kreatif pembuatan AR seni pertunjukan PASUA PA dan sinkronisasi real-time antara musik, penari virtual, dan pembelajar seni pertunjukan 4.0.  Kata kunci: Augmented Reality, Papua-Sunda-Aceh, Media Pembelajaran, Seni Pertunjukan 4.0 
Ekspresi dan Gestur Penari Tunggal dalam Budaya Media Visual Dua Dimensi Sri Rustiyanti; Andang Iskandar; Wanda Listiani
PANGGUNG Vol 25, No 1 (2015): Kontribusi Seni Bagi Masyarakat
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.812 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v25i1.18

Abstract

Tubuh penari digunakan sebagai media   pengungkap perasaan, pikiran, dan imajinasi; pengungkap bahasa verbal dan nonverbal; media ungkap gerak nonverbal dan kecerdasan otot; berjalan dan ‘berjalan’ sebagai fenomena metaforik-figural; serta sebagai hubungan antara tubuh-gerak-kultur-zaman. Gerak yang dilakukan oleh penari merupakan gerak-gerak ekspre- sif, gerak yang distilasi mengandung ritme, sehingga mampu menggetarkan perasaan penon- ton. Penari menyajikan gerak yang halus dan lembut mengalir, juga gerak yang kasar, keras, kuat bahkan dalam diam diam sekali pun. Ekspresi dan irama mewujudkan ungkapan gerak, sehingga akan tampak keindahannya. Keindahan dapat juga dinikmati melalui teknologi pho- tomotion yang canggih, sehingga gestur dan mimik dari para penari bisa terekam begitu detail dan halus, melalui media visual dua dimensi yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian ini berupa model gerak tubuh penari tunggal dengan teknik photomotion. Kata kunci: penari tunggal, budaya visual, dua dimensi, photomotion
TRANSFORMASI BENTUK DALAM UPACARA RITUAL KEMATIAN MANGONGKAL HOLI PADA MARGA NAINGGOLAN DI SUMATERA UTARA Diana Novita Sari; Endang Caturwati; Sri Rustiyanti; Deni Hermawan
BUANA ILMU Vol 7 No 1 (2022): Buana Ilmu
Publisher : Universitas Buana Perjuangan Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36805/bi.v7i1.3018

Abstract

Mangongkal Holi yaitu ritual upacara adat tradisi Batak Toba yang masih dilestarikan, dengan proses penggalian makam orang yang sudah lama wafat/meninggal untuk diambil tulang-belulangnya dan dipindahkan ke tempat yang baru yaitu sebuah tugu atau batu napir. Tujuan dari upacara kematian tradisi Batak yaitu menjali silaturahmi antar kekerabatan marga. Untuk menguraikan rangkaian pelaksanaan tersebut menggunakan metode penelitiandeskriptif analisis dengan langkah-langkah; studi pustaka, studi observasi, dan studidokumentasi melalui teori analisis struktural Lévi-Strauss. Hasil dari penelitian ini menemukan adanya transformasi bentuk dalam rangkaian pra-acara, pelaksanaan acara, pesta adat, dan pasca-acara. Adapun temuan menggunakan analisis Deep Structure terdapat empat unsur kebudayaan yang masih lekat untuk diterapkandiantaranya: taburan uang di kuburan, rumah sakti sebagai tempat pemberkatan, toleransi mangongkal holi dalam keberagaman agama, dan jeruk purut serta serbuk kunyit sebagai bentuk kesucian. Hal tersebut menjadi adanya transformasi struktur dan makna pada upacara ritual kematian Mangongkal Holi pada marga Nainggolan. Kata Kunci: Mangongkal Holi, Upacara kematian, Batak TobaMangongkal Holi is a traditional ceremonial ritual of the Toba Batak tradition that is still preserved, with the process of excavating the graves of people who have long died to take their bones and move them to a new place, namely a monument or stone napir. The purpose of the death ceremony of the Batak tradition is to establish a relationship between clan kinship. To describe the series ofimplementations using descriptive analysis research methods with steps; literature study, observational study, and documentation study through Lévi-Strauss structural analysis theory.The results of this study found a transformation of form in a series of pre-event, event implementation, traditional party, and post-event. As for the findings using Deep Structure analysis, there are four cultural elements that are still attached to be applied, including: the sprinkling of money in graves, a sacred house as a place of blessing, tolerance for mangongkal holi in religious diversity, and kaffir lime and turmeric powder as a form of holiness. This is a transformation of structure and meaning in the ritual ceremony of the death of Mangongkal Holi in the Nainggolan clan. Keyword: Mangongkal Holi, Upacara kematian, Batak Toba
Kreativitas Musikal Dalam Garap Karya Ludira Seta Gelar Seftiyana; Ismet Ruchimat; Sri Rustiyanti
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 2 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i2.3207

Abstract

-Ludira Seta merupakan karya baru yang diciptakan dengan berlandaskan pada idiom kesenian wayang golek. Karya ini merupakan wujud kolaborasi antara budaya dan teknologi digital komputer yang digarap dengan mengusung tiga jenis kretaivitas sebagaimana dikemukakan Margaret A. Boden, yakni kreativitas kombisional, eksplanatori, dan transformasional. Metode pembentukan komposisi musikal mengacu pada konsep garap Rahayu Supanggah mengenai: (1) Materi garap; (2) Penggarap; (3) Sarana garap; (4) Prabot/Piranti garap; (5) Penentu garap; (6) Pertimbangan garap. Kedua konsep Kreativitas (Boden, 2010 dan Supanggah, 2011). Kompleksitas garap musik secara substansial dihadirkan dari 2 sumber dan latar belakang tradisi yang berbeda, yaitu tradisi musik yang berlatar belakang konvensi karawitan Sunda serta tradisi musik yang berlatar belakang musik klasik barat. Kedua latar belakang musik tersebut sebagian besar diproses melalui sistem Digital Audio Workstation (DAW) serta mengacu pada referensi Electronic Dance Music (EDM) Penyusunan karya ini dilakukan melalui beberapa tahap yakni riset, pemilihan media, hingga penggarapan hingga akhirnya dapat tercipta beragam unsur kebaruan baik itu dalam gending maupun orkestratif dari mulai yang bersifat kombinasi, hasil eksplorasi yang masih jarang dilakukan dalam karya-karya sebelumnya, hingga yang bersifat transformasi yang menghasilkan pola baru.
INOVASI SENI PERTUNJUKAN LOKAL DENGAN TEKNOLOGI DIGITAL AUGMENTED REALITY Wanda Listiani; Sri Rustiyanti; Fani Dila Sari; Ida Bagus Gede Surya Peradhanta
Seminar Ilmiah Nasional Teknologi, Sains, dan Sosial Humaniora (SINTESA) Vol 2 (2019): PROSIDING SINTESA
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (728.04 KB)

Abstract

ABSTRAKPenggunaan teknologi digital Augmented Reality (AR) sebagai media alternatif seni pertunjukan lokal dengan teknologi digital 4.0 yang memiliki dimensi dan materi 3 dimensi (3D), 4 dimensi (4D) dan waktu virtual belum banyak dilakukan. Aplikasi AR sebagai teknologi berbasis mobile dan konten virtual memberikan informasi langsung atau tidak langsung (real world in real time) tentang keanekaragaman seni pertunjukan lokal. AR dapat menjembatani kesenjangan antara yang nyata dan virtual dalam waktu bersamaan. Pengguna dengan fitur mobile dengan fasilitas AR dapat melihat informasi seni pertunjukan lokal ketika mencari informasi melalui kamera smartphone. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan analisis konten dengan platform Assemblr. Hasil penelitian ini menjelaskan trend inovasi seni pertunjukan lokal dengan menggunakan teknologi digital Augmented Reality. Melalui teknologi AR mobile, sistem realitas virtual dapat mempresentasikan konten seni pertunjukan lokal dengan informasi yang relevan. Proses seni pertunjukan lokal dapat terekam sesuai dengan pengalaman dan persepsi secara virtual melalui AR seni pertunjukan 4.0.Kata Kunci: Inovasi seni pertunjukan, Seni Pertunjukan 4.0, Teknologi Augmented Reality.