Claim Missing Document
Check
Articles

Studi Perbandingan Metode Standardized Precipitation Index (SPI) dan Rainfall Anomaly Index (RAI) untuk Mengestimasi Kekeringan pada DAS Welang Muarifah, Aulia Rahmawati; Harisuseno, Donny; Suhartanto, Ery
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2021.001.02.13

Abstract

There are 20 villages in 5 sub districts in Pasuruan Regency and 19 villages in 9 sub districts in Malang Regency that are classified as drought prone areas. It is necessary to analyze the drought index as an effort to monitor drought as a preparation  for drought adaptation and mitigation in the future. Drought analyzed used meteorological drought index Standardized Precipitation Index (SPI) and Rainfall Anomaly Index (RAI). The results of the drought analysis are SPI produced the minimum value drought index was -4.09 at 3-month period time scale. RAI was produced minimum index value -3.93 at 1-month period time scale. After analyzing the hydrological drought index using the Standardized Streamflow Index (SSI), the results of the correlation are weak. Therefore, a qualitative comparison option was chosen by comparing the discharge pattern and monthly rainfall data where the RAI method was chosen as a more suitable method for use in Welang watershed. Spatial interpolation was performed by Inverse Distance Weighted (IDW) in years with the most extreme dry events, which are in 2007 and 2015. The result showed that there are 42 villages have the potential to be affected by meteorological drought and the dry months are August, September and October.Terdapat 20 desa di 5 kecamatan di Kabupaten Pasuruan serta 19 desa di 9 kecamatan di Kabupaten Malang yang termasuk daerah rawan kekeringan. Maka dari itu perlu dilakukan analisis indeks kekeringan sebagai usaha untuk pemantauan kekeringan pada suatu daerah sebagai langkah untuk adaptasi maupun mitigasi akan bencana kekeringan yang melanda kedepannya di DAS Welang. Analisis kekeringan menggunakan indeks kekeringan meteorologi metode Standardized Precipitation Index (SPI) dan Rainfall Anomaly Index (RAI) yang diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi oleh pihak terkait mengenai skala prioritas dalam penanganan bencana pada wilayah terdampak kekeringan terparah. Hasil analisis kekeringan Metode SPI menghasilkan indeks kekeringan paling minimum pada stasiun hujan Purwodadi sebesar -4,09 pada periode 3 bulanan. Sedangkan metode RAI menghasilkan nilai indeks minimum sebesar -3,93 pada periode 1 bulanan. Setelah dilakukan analisis hubungan kesesuaian dengan indeks kekeringan hidrologi menggunakan metode Standardized Streamflow Index (SSI), didapatkan hasil korelasi yang bersifat lemah. Maka dari itu dipilih opsi perbandingan kualitatif dengan membandingkan pola debit dan data curah hujan bulanan dan metode RAI yang lebih sesuai. Hasil penggambaran peta sebaran kekeringan menggunakan metode IDW pada tahun dengan jumlah kejadian kering terparah yaitu tahun 2007 dan 2015, didapatkan sebanyak 42 desa berpotensi terdampak kekeringan dengan bulan kering yaitu bulan Agustus, September, dan Oktober.
Studi Analisa Kekeringan dengan Metode Standardized Precipitation Index (SPI) dan Palmer Drought Severity Index (PDSI) di DAS Kemuning Kabupaten Sampang Firdaus, Alfian; Harisuseno, Donny; Suhartanto, Ery
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2021.001.02.17

Abstract

Drought is a natural disaster that occurs slowly but harms Sampang Regency people's life sustainability. Consider the negative impact of drought,  analyze the drought index and its distribution are necessary. This study aims to know drought level using Standardized Precipitation Index (SPI) and Palmer Drought Severity Index (PDSI), then to know their correlation with Southern Oscillation Index (SOI) that can represent El Nino Southern Oscillation (ENSO). Drought index with bigger correlation mapped by Inverse Distance Weighting method to know the distribution. SPI method produced the most severe drought in April 2004 on one month deficit period (-3.651). PDSI method developed the most severe drought in September 2001 (-20.628). Based on the PDSI average analysis results for the 1998-2017 period, it is well-known that drought disasters generally start in July and end in October, while the peak of drought occurs in September. The PDSI method has 60% conformity to the SOI value derived from the graphical visualization of the annual average surplus and deficit index, better than the SPI method that only scores 53%. The visualization of the drought distribution map shows that the Districts of Sampang, Torjun, and Camplong need to become prioritized to mitigate future drought disasters because they have a great potential for drought disasters compared to other districts.
Studi Kekeringan Meteorologi dengan Menggunakan Metode Standardized Precipitation Index (SPI) dan China Z Index (CZI) di DAS Lekso Kabupaten Blitar Novita, Firda; Harisuseno, Donny; Suhartanto, Ery
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2021.001.02.26

Abstract

Kabupaten Blitar merupakan salah satu daerah yang rawan terjadi kekeringan, salah satunya yaitu DAS Lekso. Kekeringan yang terjadi di Kabupaten Blitar disebabkan oleh minimnya intensitas curah hujan yang turun, maka dari itu dibutuhkan upaya awal untuk memitigasi kekeringan meteorologi dengan cara memantau dan menganalisis kekeringan yang terjadi pada lokasi studi. Metode yang digunakan dalam menganalisis kekeringan yaitu metode Standardized Precipitation Index (SPI)) dan metode China Z Index (CZI) yang kemudian dibandingkan dengan data Southern Oscillation Index (SOI). Hasil indeks kekeringan kedua metode yang telah dikomparasi dengan data SOI akan digunakan sebagai penggambaran peta sebaran kekeringan menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan interpolasi Kriging. Pada hasil analisa perbandingan indeks kekeringan dengan data SOI bulanan didapatkan hasil persentase pendekatan metode CZI sebesar 57.45% dan metode SPI sebesar 42.55%. Pada perbandingan indeks kekeringan dengan SOI rerata tahunan didapatkan persentase metode CZI sebesar 63% dan metode SPI sebesar 60%. Pada hasil analisa korelasi indeks kekeringan yang dikomparasi dengan data hujan didapatkan nilai korelasi metode CZI memiliki tingkat hubungan korelasi mendekati positif sempurna dan metode SPI memiliki korelasi yang cukup. Sehingga metode CZI dipilih sebagai penggambaran peta sebaran kekeringan menggunakan interpolasi kriging yang kemudian didapatkan desa-desa yang terdampak kekeringan di Kabupaten Blitar khusunya di DAS Lekso.
Analisis Kekeringan Meteorologi dengan Menggunakan Metode Standardized Precipitation (SPI) dan Reconnaissance Drought Index (RDI) di DAS Lekso Kabupaten Blitar Listya, Amifta Farah; Harisuseno, Donny; Suhartanto, Ery
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2021.001.02.28

Abstract

Drought can be defined as a temporary reduction in a water supply that is significantly below normal. The drought that is currently occurring in Indonesia has resulted in a prolonged lack of water supply for subsistence needs, agriculture, and economic activities. Reviewing the impact, analysis is needed for areas that have the potential for drought. There are several methods developed to analyze droughts, such as SPI (Standardized Precipitation Index) and RDI (Reconnaissance Drought Index), to know the level and characteristics of an area of drought. After analyzing the two indexes, a map of the distribution of drought was carried out using a GIS to make it easier to interpret the areas that experience drought potential in the Lekso watershed and to make efforts to mitigate the dangers of drought. The results showed that the peak of the drought with the RDI method of 1-month deficit occurred in May 2005 with the villages of Slumbung, Balerejo, Semen, Tulungrejo, and Soso. Based on the analysis of the suitability between the drought index and the SOI data, it is concluded that the drought index calculation of the RDI method has a higher percentage level of conformity than the SPI drought index method.Kekeringan dapat didefinisikan pengurangan persediaan air yang bersifat sementara secara signifikan di bawah normal. Bencana kekeringan yang terjadi di Indonesia saat ini mengakibatkan daerah kekurangan suplai air untuk kebutuhan hidup, pertanian, dan kegiatan ekonomi  dalam masa yang berkepanjangan. Meninjau dampak yang ditimbulkan, maka diperlukan analisis untuk daerah-daerah yang memiliki potensi terjadinya bencana kekeringan. Terdapat beberapa metode yang dikembangkan untuk menganalisis kekeringan, seperti SPI (Standardized Precipitation Index) dan RDI (Reconnaissance Drought Index), sehingga mengetahui tingkat dan karakteristik kekeringan suatu daerah. Setelah melakukan analisis dengan kedua indeks tersebut dilakukan pengambaran peta sebaran kekeringan menggunakan Sistem Informasi Geografi sehingga mempermudah menginterpretasikan daerah yang mengalami potensi kekeringan pada DAS Lekso , serta dapat melakukan upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya bencana kekeringan. hasil penelitian menunjukkan puncak kekeringan metode SPI periode defisit  1 bulan terjadi Mei tahun 2005 dengan wilayah desa yaitu Desa Slumbung, Balerejo, Semen, Tulungrejo dan Soso. Sedangkan pada metode RDI , puncak kekeringan terjadi pada bulan Mei tahun 2005 dengan wilayah desa yang mengalami kekeringan yaitu Desa Slumbung,  Balerejo, Semen, Tulungrejo dan Soso. Berdasarkan analisis kesesuaian antara indeks kekeringan dengan data Southern Oscillation Indeks, disimpulkan bahwa perhitungan indeks kekeringan metode RDI memiliki prosentase tingkat kesesuaian lebih tinggi dibandingkan dengan metode indeks kekeringan SPI.
Analisis Kekeringan Meteorologi dengan Metode Standardized Precipitation Index (SPI) dan China Z Index (CZI) Di Sub DAS Kadalpang, Kabupaten Pasuruan Dewita, Monika; Harisuseno, Donny; Suhartanto, Ery
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.63 KB) | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2022.002.01.01

Abstract

Sub DAS Kadalpang, Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu daerah rawan bencana kekeringan di Indonesia. Analisis kekeringan serta pemetaan sebarannya diperlukan sebagai upaya meminimalisir dampak kekeringan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hasil kesesuaian metode Standardized Precipitation Index (SPI) dan China Z Index (CZI) dengan Southern Oscillation Index (SOI) sehingga didapatkan metode yang lebih sesuai diterapkan pada Sub DAS Kadalpang. Pemetaan sebaran kekeringan menggunakan metode Inversed Distance Weight (IDW) dengan bantuan Sistem Informasi Geografi bertujuan untuk mengetahui daerah terdampak secara lebih akurat agar penanganan dapat dilakukan dengan optimal. Hasil indeks kekeringan terparah metode SPI sebesar (-3,711) pada periode 1 bulan, pada bulan Mei 2018. Hasil indeks kekeringan terparah metode CZI sebesar (-6,701) pada periode 1 bulan, pada bulan Mei 2018. Analisis korelasi CZI dan SPI dengan SOI menunjukkan hubungan linier yang lemah. Dipilih opsi perbandingan dengan pola curah hujan untuk menunjukkan kesesuaian dengan lokasi studi dan metode CZI lebih sesuai. Penggambaran peta sebaran kekeringan menggunakan metode yang lebih sesuai yaitu CZI. Hasil peta sebaran kekeringan dengan jumlah kejadian kekeringan terparah tahun 2007 dengan bulan kering terparah bulan Mei, dan terdapat 17 desa di Sub DAS Kadalpang berpotensi terdampak kekeringan sehingga perlu diprioritaskan dalam upaya mitigasi bencana kekeringan di masa mendatang.
Analisis Evaporasi Waduk Wonorejo Kabupaten Tulungagung Menggunakan Pendekatan Empiris Maharani, Brigitta Vidia; Wahyuni, Sri; Harisuseno, Donny
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 1 No. 2 (2021): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2021.001.02.47

Abstract

Evaporation is an important thing that affects the capacity of the reservoir. However, the problems that often occur in Indonesia reservoirs lack available evaporation measurement data, less complete evaporation measurement data, sudden damage to the measuring instrument, and human error. Therefore, the purpose of this study was to analyze the evaporation of the Wonorejo Reservoir through an empirical approach using the Penman Method and Priestley-Taylor Method. The climatological data used were air temperature, wind velocity, relative humidity, and the length of the sun’s radiation with monthly periods in 2004-2019. Based on the method suitability test results with the calibration of the model, evaporation used Priestley-Taylor Method has a better result than Penman Method. It could be seen from the value of NSE 0.595; MAE 0.137; R 0.783; R2 0.613; dan KR 5.091%. Then, a verification test was carried out towards Priestley-Taylor Method to get the best results with the value of NSE -2.279; MAE 2.127; R 0.780; R2 0.609; and KR 38.289%. According to the verification test result, it could be concluded that the best data pair is 12 years of calibration – 1 year of verification. Evaporasi merupakan faktor penting yang sangat mempengaruhi besarnya kapasitas tampungan waduk. Akan tetapi, kendala dan persoalan yang kerap terjadi pada waduk di Indonesia yaitu sedikitnya jumlah data pengukuran evaporasi, kurang lengkapnya data pengukuran evaporasi, terjadinya kerusakan secara tiba-tiba pada alat ukur, dan kesalahan yang diakibatkan oleh manusia. Tujuan penelitian ini adalah analisa evaporasi Waduk Wonorejo melalui pendekatan empiris menggunakan Metode Penman dan Priestley-Taylor. Data klimatologi yang digunakan meliputi data suhu udara, kecepatan angin, kelembaban relatif, dan lama penyinaran matahari dengan periode bulanan pada tahun 2004-2019. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa,  berdasarkan hasil uji kesesuaian metode dengan kalibrasi model, evaporasi menggunakan Metode Priestley-Taylor memiliki hasil paling baik dibanding Metode Penman. Hal ini dapat dilihat dari nilai NSE 0,595; MAE 0,137; R 0,783; R2 0,613; dan KR 5,091%. Kemudian dilakukan uji verifikasi terhadap Metode Priestley-Taylor dan didapatkan hasil terbaik dengan nilai NSE -2,279; MAE 2,127; R 0,780; R2 0,609; dan KR 38,289%. Hasil uji verifikasi terbaik merupakan pasangan data 14 tahun kalibrasi dan 1 tahun verifikasi.  
Studi Laju Infiltrasi Menggunakan Model Horton dan Model Philip pada Berbagai Tutupan Lahan Suteja, Yanuarning Tyas Dwi Safitri; Harisuseno, Donny; Wahyuni, Sri
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2022.002.01.07

Abstract

Pesatnya pembangunan dalam menunjang kebutuhan manusia di DAS Lesti semakin mempersempit lahan yang memungkinkan untuk infiltrasi. Studi ini bertujuan untuk membandingkan dua model laju infiltrasi dengan menggunakan model Horton dan Model Philip pada berbagai tutupan lahan sehingga didapatkan metode yang paling sesuai yang dapat diterapkan pada DAS Lesti. Penelitian dilakukan di delapan titik lokasi yang tersebar di DAS Lesti dengan empat tutupan lahan yaitu pemukiman, vegetasi, pertanian, dan lahan terbuka. Pengukuran laju infiltrasi dilakukan dengan menggunakan alat Double Ring Infiltrometer. Penelitian ini menunjukkan bahwa lahan terbuka memiliki laju infiltrasi sangat cepat, sedangkan lahan pertanian memiliki laju infiltrasi lambat. Setelah dilakukan analisis menggunakan model Horton dan model Philip didapatkan laju infiltrasi maksimum pada model Horton sebesar 10,038 mm/menit pada lahan terbuka dan laju infiltrasi minimum sebesar 2,203 mm/menit pada lahan pertanian, sedangkan pada model Philip laju infiltrasi maksimum sebesar 15,125 mm/menit pada lahan terbuka dan laju infiltrasi minimum sebesar 3,063 mm/menit pada lahan pertanian. Berdasarkan nilai MAE, NSE, dan kesalahan relatif, model infiltrasi Horton lebih baik dalam memprediksi laju infiltrasi di DAS Lesti.
Studi Laju Infiltrasi Dengan Menggunakan Model Horton dan Model Kostiakov Pada Beberapa Tata Guna Lahan Setiawan, Indra Wahyu; Harisuseno, Donny; Wahyuni, Sri
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2022.002.01.08

Abstract

Wilayah DAS lesti memiliki permasalahan tata guna lahan yang menyebakan terjadinya perubahan infiltrasi pada berbagai tata guna lahan. Dengan adanya perubahan tersebut maka dapat menyebabkan permasalahan baru. Dalam hal ini maka dilakukan penelitian pada setiap tata guna lahan meliputi lahan vegetasi, lahan pertanian, lahan pemukiman dan lahan terbuka dengan menggunakan alat Double Ring Infilrometer dengan masing-masing titik dilakukan dua kali pengukuran. Hasil pengukuran laju infiltrasi menunjukkan bahwa lahan pemukiman memiliki laju infiltrasi sangat cepat, sedangkan lahan terbuka memiliki laju infiltrasi lambat. Model yang digunakan dalam analisa infiltrasi yaitu Model Horton dan Model Kostiakov. Setelah dilakukan analisis menggunakan model tersebut didapatkan hasil laju infiltrasi tertinggi pada Model Horton sebesar 10,954 mm/menit pada lahan pemukiman dan laju infiltrasi terendah sebesar 0,518 mm/menit pada lahan terbuka, sedangkan pada Model Kostiakov didapatkan laju infiltrasi tertinggi sebesar 9,767 mm/menit pada lahan pemukiman dan laju infiltrasi terendah sebesar 0,563 mm/menit pada lahan terbuka. Berdasarkan hasil uji validasi menggunakan uji kesalahan relatif, korelasi dan determinasi, RMSE, MAE,NSE didapatkan hasil model terpilih yaitu Model Horton.
Studi Pengaruh Sifat Fisik Tanah terhadap Laju Infiltrasi pada Lahan Pertanian Firmanda, Rifco Ray; Harisuseno, Donny; Hendrawan, Andre Primantyo
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2022.002.01.06

Abstract

Perubahan tata guna lahan yang terjadi pada DAS Lesti secara tidak langsung akan mempengaruhi laju infiltrasi. Berkurangnya vegetasi penutup lahan dan adanya proses pengolahan tanah seperti pemadatan akan mengubah karakteristik laju infiltrasi pada suatu lahan. Studi ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh sifat fisik tanah terhadap laju infiltrasi dengan menggunakan model regresi linear berganda. Kajian ini dilakukan pada lahan pertanian yang berada di DAS Lesti. Pada setiap titik dilakukan pengambilan data infiltrasi menggunakan alat Double Ring Infiltrometer dan pengambilan sampel tanah. Dari hasil analisis korelasi dan determinasi didapatkan bahwa variabel ln sand, ln clay dan ln kadar air memiliki nilai koefisien korelasi dan determinasi yang baik. Setelah itu kemudian dilakukan pembuatan beberapa model regresi linear berganda. Dari hasil analisis tersebut, model regresi yang menggunakan variabel ln clay dan ln kadar air mampu memenuhi uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan kekuatan variabel ln clay dan ln kadar air secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel ln laju infiltrasi awal sebesar 88,4%. Dari hasil uji validasi model menunjukkan bahwa nilai pemodelan regresi mendekati dengan hasil pengukuran di lapangan.
Prediksi Laju Infiltrasi Berdasarkan Sifat Porositas Tanah, Distribusi Butiran Pasir, dan Lanau Bachtiar, Yusra Syarifah; Harisuseno, Donny; Fidari, Jadfan Sidqi
Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 2 No. 1 (2022): Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air (JTRESDA)
Publisher : Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jtresda.2022.002.01.13

Abstract

Laju infiltrasi suatu wilayah memiliki karakteristik dinamis menyesuaikan keadaan terbaru wilayah terkait. Dengan tingginya tingkat pengembangan wilayah zaman ini, maka pembaruan akan laju infiltrasi secara berkala harus dilakukan. Karakteristik laju infiltrasi suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh sifat fisik tanah, salah satunya ialah sifat porositas tanah dan distribusi butiran. Studi ini akan merumuskan sebuah model prediksi laju infiltrasi berdasarkan hubungannya dengan sifat porositas tanah, distribusi butiran pasir, dan lanau. Perumusan model prediksi akan memanfaatkan analisis regresi berganda dan analisis asumsi klasik untuk membuktikan bahwa persamaan yang terbentuk layak untuk digunakan atau memenuhi BLUE criteria. Kemudian, dilakukan analisis validasi untuk menggambarkan tingkat error model prediksi yang dimiliki. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa persamaan yang terbentuk memenuhi BLUE criteria mengacu pada hasil analisis asumsi klasik. Di sisi lain, model prediksi juga dinilai memiliki tingkat kesalahan prediksi yang rendah dengan hasil perhitungan nilai NSE=0,0,84, RMSE=1,13, r=0,792 dan R2 masing - masing 63 %, 76 %, 63 % untuk porositas tanah, distribusi butiran pasir, dan lanau.
Co-Authors A Tefa, Marcorio Abdillah, Rusdan Aditama, Dimas Hafiz Aji, Yahya Muchaimin Akbar, Bagus Almira, Aufa Hanan Amadea, Alzena Andre Primantyo Hendrawan Anggara WWS anggun sugiarti, anggun Aprilansi, Ledib Aprilia, Anindi Atthahirah, Mutiara Azhar, Rifqi Fajar Azizah, Salma Bachtiar, Yusra Syarifah Beselly Putra, Sebrian Mirdeklis Cipta, Dara Marreta Deni Indarwati Dewita, Monika Dian Chandrasasi Dian Sisinggih Dwi Priyantoro Dwirani, Yosie Eka Wulandari Srihadi Putri, Eka Wulandari Srihadi Emma Yuliani Endang Purwati RN Erfarras, Nadia Nahda Ery Suhartanto Estefanus Wolok Evi Nur Cahya Fidari, Jadfan Firdaus, Alfian Firdaus, Novinda Faizah Firmanda, Rifco Ray Fitriah, Faizah Friyana, Acha Octa Gilang Y. Juantari Guntoro, Dani Eko Guntoro, Dani Eko Hakim, Anita Maulidiyah Rahma hari siswoyo Harjono, Marie Augustin Alvidian Pangestuti Ais Hartina Sahabuddin Hastina, Hastina Herdita, Chintya Ayu Permata Herdita, Chintya Ayu Permata Ima Sholikhati Jadfan Sidqi Fidari Lalu Sigar Canggih Ranesa, Lalu Sigar Canggih Lily Montarcih Limantara Listya, Amifta Farah M. Amar Sajali M. Nurul Huda Maharani, Brigitta Vidia Maharani, Yasinta Surya Mahyaya M. Rahman Moh. Sholichin Mohammad Bisri Mohammad Rahdiansyah Batubara, Mohammad Rahdiansyah Mohammad Taufiq Muarifah, Aulia Rahmawati Muhammad, Aulia Nastiti, Nadia Sari Nomleni, Aprianto Novita, Firda Nuariman, Panji Anom Nurcahyaningtyas, Devi Nurviana, Syelawati Citra Kartika Nurwijayanti Partarini, Ni Made Candra Patabang, Steven Tandi Pramestiningrum, Novita Pribadi, Laurentius Prasetya Puspasari, Ria Puteriana, Shintya Agustien Putra, Farhan Akbar Darma Putranto, Yoyok Dwi Qur'ani, Nila Putri Gading Rachmadini Chandrarien, Ahayu Rahma, Novi Fadhilah Rahmah Dara Lufira Rakhmawati, Dinia Dwi Rifnawati, Vina Rini Wahyu Sayekti Rini, Syafadilla Enggar Rispiningtati Rispiningtati Riyanto Haribowo Rizal Arifuddin K. Rubiantoro, Prasetyo Runi Asmaranto Sandi, Yohan Alfanii Sapto Dwi Hari Oktavianto Sari, Devi Puspita Sariyanti, Ni Komang Yuli Setiawan, Indra Wahyu Setiyowati, Yunita Ayu Shabrina, Salsabila Sidqi Fidari, Jadfan Sitepu, Haniyah Sonora, Windy Ellprimus Sri Wahyuni Suhardjono Suhardjono Sumiadi , Sumiadi Suteja, Yanuarning Tyas Dwi Safitri Tri Budi Prayogo, Tri Budi Tri Juwono, Pitojo Tri Kurniawati, Tri Ussy Andawayanti Very Dermawan Visi Murpratiwi, Aisyah Welkis, Davianto Frangky Widandi Soetopo Widyaningrum, Anditya Ika WIJAYANTI, SILVIA DEWI Wijayanto, Andy Wiyono Wit Saputra, Anggara Yan P. S. Tampani, Yan P. S. Yanuar Hendra Pramana, Yanuar Hendra Yunus Fallo