Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Veterinary Biomedical and Clinical Journal

Classical Swine Fever di Papua, Indonesia: Demografi peternakan babi dan tingkat vaksinasi Nugroho, Widi
Veterinary Biomedical and Clinical Journal Vol. 1 No. 2 (2019)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.92 KB) | DOI: 10.21776/ub.VetBioClinJ.2019.001.02.6

Abstract

Classical Swine Fever(CSF) adalah penyakit penting pada industri babi. Pada akhir 2003, wabah CSF membunuh ribuan babi di Timika, Papua. Pengendalian CSF di Timika melalui program vaksinasi menggunakan strain C. Namun, demografi peternakan babi di Timika tidak diketahui sehingga tingkat vaksinasi tidak dapat dievaluasi. Penelitian bertujuan mengetahui demografi peternakan babi dan tingkat vaksinasi CSF di lima distrik diTimika.Studi dilakukan pada 25 dari 44 desa di lima distrik studi. Data demografi peternakan dikoleksi dilevel Rukun Tetangga dan dianalisis ditingkat desa. Data vaksinasi CSF per-desa dikoleksi selama 2018. Data demografi peternakan dan vaksinasi ditampilkan deskriptif, korelasi tingkat vaksinasi dengan jumlah babi, jumlah peternak atau ukuran peternakan ditingkat desa dianalisis pada level 0,05, menggunakan Excel 2010 (Microsoft, USA).      Hasil menunjukkan, di 25 desa studi, populasi babi 16.846 ekor, jumlah peternak 2.560 keluarga, penduduk 133.186 jiwa, jumlah babi rata-rata 6,6 ekor per-peternakan, rasio babi-manusia 0,13 ekor per-orang. Pada empat desa, vaksinasi menjangkau 70% populasi babi. Pada tujuh desa lainnya vaksinasi menjangkau kurang dari 30% populasi babi, namun 14 desa selebihnya tidak tervaksin. Tidak ada korelasi antara tingkat vaksinasi di satu desa dengan jumlah babi, jumlah peternak atau ukuran peternakan (P>0,05). Studi ini dapat menjadi referensi bagi desain pengendalian CSF di Timika dimasa mendatang.
Review: Leptospirosis in Dogs in Indonesia Wiyata, Rifen Prabawan Krida Taruna; Nugroho, Widi
Veterinary Biomedical and Clinical Journal Vol. 3 No. 2 (2021)
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.VetBioClinJ.2021.003.02.2

Abstract

Leptospirosis is an infectious disease caused by motile bacteria of the genus Leptospira. The prevalence of leptospirosis in dogs in Indonesia ranges from 13,8% - 44%, with Leptospira variants including the serovars Ichterohaemorragiae, Celledoni, Canicola, Pyrogenes, Cynopteri, Rachmati, Bataviae, Javanica, Grippotyphosa and Tarrasovi. Leptospira sp. can be transmitted through direct contact with an infected animal, soil or water contaminated with Leptospira sp. Rodents, pigs, horses, farm animals, dogs and various wild animals such as squirrels and deer can serve as carriers of Leptospira sp. Clinical symptoms of leptospirosis in dogs in Indonesia include fever, lethargy, anorexia, vomiting, jaundice, kidney disorders, dyspnea, polyuria, yellow urine, dehydration and death. The gold standard for leptospirosis testing in dogs is the MAT test, but the PCR and ELISA tests have higher sensitivity. Prevention of leptospirosis in dogs can be done by vaccination, routine disinfection of dog house and preventing dogs from direct contact with reservoir animals such as rats