Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

PENGARUH LATIHAN LATERAL PREHENSION GRIP TERHADAP PENINGKATAN LUAS GERAK SENDI (LGS) JARI TANGAN PADA PASIEN STROKE DI RSUD Dr. H SOEWONDO KENDAL victoria, arlies zenitha; kristiyawati, sri puguh; arif, syamsul
Karya Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan Tahun 2014
Publisher : STIKES Telogorejo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit stroke dapat mengakibatkan terjadinya kontraktur yang dapat menurunkan luas gerak sendi pasien. Intervensi yang diharapkan dapat mempertahankan mobilitas sendi maksimum adalah latihan Lateral Prehension Grip, yaitu latihan gerak yang dapat memelihara sendi agar tidak terjadi kontraktur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan Lateral Prehension Grip terhadap peningkatan luas gerak sendi (LGS) jari tangan pada pasien stroke di RSUD Dr. H Soewondo Kendal. Desain penelitian ini menggunakan quasi eksperimen dengan pendekatan time series. Intervensi dilakukan 2 kali sehari selama 5 hari. Pengukuran dilakukan sebelum intervensi (pre test), hari ke-3 (post test 1), dan hari ke- 5 (post test 2). Sampel yang digunakan adalah 28 responden. Hasil Uji Friedman diperoleh p= 0,00, sehingga dapat disimpulkan Latihan Lateral Prehension Grip berpengaruh dalam meningkatkan luas gerak sendi (LGS) jari tangan pada pasien stroke di RSUD Dr. H Soewondo Kendal. Rekomendasi dari penelitian ini, agar perawat dapat memilih latihan Lateral Prehension Grip sebagai intervensi dalam mengelola pasien stroke yang mengalami kontraktur.Kata kunci: Stroke, Lateral Prehension Grip¸luas gerak sendi
CONFUSION ASSESMENT METHODE FOR ICU (CAM – ICU) DAN INTENSIVE CARE DELIRIUM SCREENING CHECKLIST (ICDSC) DALAM PENILAIAN DELIRIUM PADA PASIEN KRITIS : SYSTEMATIC REVIEW Victoria, Arlies Zenitha; Jona, Resa Nirmala
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 11, No 2 (2019): Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kemungkinan kejadian delirium tidak terdiagnosa dari aspek klinis pasien dengan ventilasi mekanis yang mengalami keterbatasan komunikasi verbal. Petugas ICU harus menilai delirium secara berkala. Oleh sebab itu, instrumen penilaian delirium pada pasien ICU dikembangkan Instrumen yang paling dikenal dan digunakan untuk menilai delirium pada pasien ICU adalah The Confusion Assesment Methode for the Intensive Care Unit (CAM-ICU) dan The Intensive Care Delirium Screening Chekclist (ICDSC). Penelitian ini bertujuan untuk melakukan systematic review tentang CAM – ICU dan ICDSC dalam pengkajian delirium pada pasien kritis. Penelitian ini menggunakan metode systematic review. Penelusuran artikel dilakukan dengan menggunakan database ScienceDirect, DOAJ, Spinger Link, dan Pubmed. Terdapat 8 artikel yang memenuhi kriteria. 2 artikel mengevaluasi CAM – ICU, 2 artikel mengevaluasi ICDSC, dan 4 artikel mengevaluasi CAM – ICU dan ICDSC. Masing – masing artikel menunjukkan hasil yang baik pada instrumen yang digunakan untuk menilai delirium pada penelitianya. CAM – ICU dan ICDSC sama – sama menunjukkan nilai sensitivitas, sensitifitas, dan reabilitas yang baik. Kedua instrumen tersebut sama – sama dapat digunakan untuk mengkaji delirium pada pasien kritis. Perawat dapat menggunakan CAM – ICU atau ICDSC untuk mengkaji delirium pada pasien kritis.
Terapi Spiritual Untuk Meningkatkan Quality Of Life Pasien Yang Menjalani Hemodialisis : A Literature Review Riris Risca Megawati; Arlies Zenitha Victoria; Dwi Fitriyanti
MOLUCCAS HEALTH JOURNAL Vol 3, No 3 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbitan Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54639/mhj.v3i3.660

Abstract

Patients chronic kidney failure (CKD) with hemodialysis can affect the quality of life (quality of life). This is due to an imbalance between physical, psychological, social, and spiritual. Hemodialysis patients experience psychiatric disorders and coping problems, which can pose a serious threat to their physical and mental health. Apart from physical and psychosocial aspects, spiritual aspects also need to be maintained. Through spiritual means, CKD patients can express their feelings, desired hopes and trust in God. Spiritual therapy was one of the actions to improve the quality of life of hemodialysis patients. Spiritual therapy can increase hope and meaning in life, self-confidence, quality of life, and reduce patient anxiety. This literature review aimed was to an understanding of spiritual healing in improving the quality of life of patients undergoing hemodialysis. The method were used an electronic database of journals published through Proquest, EBSCO, PubMed, and Google Schoolar. The keywords were used Spiritual, Quality of Life, and Hemodialysis. The results of a review of 7 journals that have been selected state that spiritual therapy can improve the quality of life of patients undergoing hemodialysis. The most widely used spiritual therapies were SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique), Qur'anic Therapy (Islamic Bibliotherapy), Murottal, spiritual guidance, sleep hygiene and deep breathing with spiritual care, and the holy qur'an. Patients undergoing hemodialysis are proven to be effective in improving the quality of life through spiritual therapy. Spiritual therapy is very important to improve the patient's quality of life, because it can overcome anxiety and make the mood more peaceful and calm.Keywords: hemodialysis; quality of life; therapy spiritual
Gambaran Kejadian dan Penanganan In-Hospital Cardiac Arrest (IHCA) Yuliana Ika Safitri; Arlies Zenitha Victoria; Kristianto Dwi Nugroho
Indonesian Journal of Health Research Vol. 5 No. 2 (2022): Agustus
Publisher : Universitas Triatma Mulya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.766 KB) | DOI: 10.51713/idjhr.v5i2.51

Abstract

Pendahuluan: In-hospital cardiac arrest (IHCA) merupakan suatu kondisi kegawatdaruratan henti jantung di dalam rumah sakit yang dapat mengancam jiwa apabila tidak mendapatkan penanganan segera. Cardiac arrest mengakibatkan kurangnya distribusi oksigen ke suluruh tubuh, terutama di otak dan jantung. Penanganan yang cepat dan tepat dapat diwujudkan jika tenaga kesehatan mampu melakukan chain of survival IHCA dengan memadukan basic life support (BLS) dan advanced cardiac life support (ACLS) untuk mencapai return of spontaneous circulation (ROSC). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kejadian dan penanganan IHCA. Metode: Peneliti menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan metode retrospective study data sekunder (rekam medis). Teknik sampling yang digunakan adalah non-randomized purposive sampling pada 29 kejadian cardiac arrest yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada dalam kategori lanjut usia (≥60 tahun) sebanyak 55,2%, jenis kelamin laki-laki sebanyak 69%, dan 72,4% menunjukkan irama EKG awal asistol. Penyebab paling sering cardiac arrest adalah penyakit non jantung (79,3%) dan mayoritas terjadi di ICU-ICCU (55,2%). Semua responden mendapatkan CPR dan epinefrin (100%). Defibrilasi diberikan sebanyak 24,1 %, amiodaron diberikan sebanyak 10,3%, serta intubasi endotrakeal dilakukan pada 37,9% responden. Responden yang mencapai ROSC sebanyak 24,1%, tetapi lima diantaranya mengalami cardiac arrest berulang dan dinyatakan meninggal <24 jam. Diskusi: Tenaga kesehatan diharapkan mampu mengenali faktor risiko dan melakukan tatalaksana pasien IHCA sehingga angka keberhasilan pasca resusitasi meningkat.
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PENANGANAN PERAWAT SEBAGAI FIRST RESPONDER PADA KEJADIAN IN HOSPITAL CARDIAC ARREST (IHCA) Arlies Zenitha Victoria; Felicia Riska Ryandini; Fransiska Apriliyana Wati
NURSING UPDATE : Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan P-ISSN : 2085-5931 e-ISSN : 2623-2871 Vol 13 No 4 (2022): DESEMBER
Publisher : NHM PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36089/nu.v13i4.895

Abstract

Backgorund : In Hospital Cardiac Arrest (IHCA) is a cardiac arrest event that occurs in a hospital. Handling is fast in less than 5 minutes after the event of cardiac arrest and knowledge of nurses as first responders and the correct way of handling can help patients obtain a Return of Spontaneous Circulation (ROSC). Objective :This study aims to describe the knowledge overview and the nurses handling as first responders in the incidence of in-hospital cardiac arrest (IHCA). Methods : The research used retrospective descriptive methode. Data retrieval by analized the code blue team documents in January 2022 with the criteria of nurses being the first responders of patients experienced by cardiac arrest, questionnaire sheet used and interviews with nurses first responders on the incidence of cardiac arrest in January 2022 (84 respondents) Results : The result was the majority of respondents aged 26-35 years as many as 39 respondents (46.4%), mostly female 78 respondents (92.9%), with Diploma education 51 respondents (60.7%) and Professional nurses 33 respondents (39.3%) and 43 respondents (51.2%) had good knowledge, 38 respondents (45.2%) had sufficient knowledge and the handling of cardiac arrest was good as many as 66 respondents (78.5%). A total of 54 respondents (64.3%) have joined BLS & BTCLS training and 30 respondents (35.7%) have joined BLS, BTCLS & ACLS training. Conclusion : The conclusion of this study was the nurses have good knowledge and methods of handling IHCA patients.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP MAKP Ratnasari; Arlies Zenitha Victoria; Reny Yulita Sari
Journal of Nursing Care and Biomolecular Vol 8 No 1 (2023): Journal oif Nursing Care and Biomolecular
Publisher : STIKes Maharani Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Professional Nursing Care Method (MAKP) is a nursing system consisting of structures, processes and professional values ​​that govern the provision of nursing care including an environment that can support the provision of nursing care. The application of MAKP using the nursing care method has not run optimally so far. The purpose of this study was to determine the factors that influence the knowledge and attitudes of nurses towards MAKP. This study used descriptive research using a cross sectional design. The population in the research conducted were all inpatient nurses at Tugurejo General Hospital with a total of 203 nurses. Sampling in this using purposive sampling technique with a sample size of 50 samples. Inclusion criteria for nurses in the Dahlia and Orchid rooms. Data collection tool for knowledge and attitudes of nurses about MAKP. Bivariate analysis using the chi square test. Multivariate analysis using multiple logistic regression tests. The results of the chi square test showed that the p value < 0.25 for the knowledge variables were Age (p value = 0.041) and Years of Service (p value = 0.2381) meaning that there was a relationship between age and length of work on nurses' knowledge. While the attitude variables are gender (p value = 0.043) and training (p value = 0.000) meaning that there is an influence of gender and training on nurses' attitudes. The final multivariate modeling results of the factor that most influences knowledge is Age (p value = 0.061) with OR Exp (B) 9.545. While attitude is training (p value = 0.999) with OR Exp (B) 0.000. The factor that most influences the knowledge of nurses is age. While the factor that influences attitude is training. Keyword: MAKP, Nurse, Knowledge, and Attitude
Hubungan Pengetahuan Perawat Triase dan Lama Pemeriksaan Laboratorium terhadap Length Of Stay (LOS) Saat Pandemi Covid-19 di IGD: The Correlation between Triage Nurses Cognition and Laboratory Check-Up Period Toward Length of Patient Stay During Covid-19 Pandemic at Emergency Room Indriana Prasetyowati; Ratnasari; Arlies Zenitha Victoria
Jurnal Keperawatan Sumba (JKS) Vol. 1 No. 2 (2023): Jurnal Keperawatan Sumba (JKS)
Publisher : Program Studi Keperawatan Waikabubak, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31965/jks.v1i2.1022

Abstract

IGD merupakan unit yang memberikan penanganan awal bagi pasien di masa pandemi covid-19. Di IGD terdapat proses skrining awal berupa pemeriksaan laboratorium yang terdiri dari swab antigen dan laboratorium darah. Pengetahuan perawat triase pentingdalam membuat keputusan kegawatan. Lama proses pemeriksaan laboratorium dan proses triase dapat menyebabkan LOS pasien di IGD bertambah. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan perawat triase dan lama pemeriksaan laboratorium terhadap LOS pasien saat pandemi Covid-19 Di IGD. Penelitian ini bermetode cross sectional study. 30 orang perawat IGD merupakan responden penelitian (total sampling). Analisis dengan uji pearson product moment didapatkan p- value 0,038 artinya terdapat hubungan pengetahuan perawat triase terhadap LOS. Sedangkan lama pemeriksaan laboratorium terhadap LOS didapatkan p-value 0,001 artinya terdapat hubungan lama pemeriksaan laboratorium terhadap LOS. Dapat disimpulkan bahwa meningkatnya tingkat pengetahuan perawat triase maka LOS pasien di IGD semakin rendah. Sedangkan, pemeriksaan laboratorium yang semakin cepat maka LOS pasien di IGD semakin rendah. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti tentang faktor lain yang berpengaruh dengan LOS pasien di UGD, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan di IGD
Gambaran Penerimaan Diri pada Pasien Fraktur : An Overview of Self Acceptance on Fracture Patients Helenia Azaria Ribka; Arlies Zenitha Victoria; Novi Heri Yono
Jurnal Keperawatan Sumba (JKS) Vol. 2 No. 1 (2023): Jurnal Keperawatan Sumba (JKS)
Publisher : Program Studi Keperawatan Waikabubak, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31965/jks.v2i1.1293

Abstract

Fraktur adalah terputusnya jaringan tulang karena trauma akibat tahanan yang lebih besar menyebabkan terjadinya nyeri, krepitasi dan deformitas atau perubahan struktur tulang yang berakibat pada masalah psikologis salah satunya penerimaan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang penerimaan diri pada pasien fraktur berdasarkan karakteristik usia,jenis kelamin, pendidikan, jenis fraktur dan lokasi fraktur. Metode penelitian ini menggunaka teknik analisis studi deskriptif. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 32 responden dengan teknik pengambilan sampel purposie sampling. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner Skala Penerimaan Diri Berger (Berger’s Self Acceptance Scale). Analisis yang digunakan yaitu analisis univariate dengan tabel distribusi. Hasil penelitian ini didapatkan usia paling banyak remaja akhir 17 responden (53,1%) dengan penerimaan baik pada usia dewasa akhir (15,3%), jenis kelamin laki-laki paling banyak 19 responden (59,4%) dengan penerimaan diri baik pada laki-laki (37,5%), pendidikan tamat sma/smk paling banyak 14 responden (43,8%) dengan penerimaan diri baik pada pendidikan tinggi S1 (100%), jenis fraktur paling banyak fraktur terbuka 19 responden (59,4%) dengan penerimaan diri baik pada fraktur tertutup (37,5%) dan lokasi fraktur paling banyak ekstremitas atas 20 responden (68,8) dengan penerimaan diri baik pada lokasi fraktur ekstremitas atas (37,5%). Mayoritas perimaan diri pada pasien fraktur dalam kategori baik karena dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendidikan, jenis dan lokasi fraktur. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat meneliti tentang interensi yang sesuai dengan gambaran penerimaan diri pada pasien fraktur.
Pengaruh Pemberian Buah Pisang Ambon Terhadap Konsistensi Feses Pada Anak Diare Usia Balita Anita Kristianingsih; Sri Hartini Mardi Asih; Arlies Zenitha Victoria
An-Najat Vol. 1 No. 4 (2023): NOVEMBER : An-Najat: Jurnal Ilmu Farmasi dan Kesehatan
Publisher : STIKes Ibnu Sina Ajibarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59841/an-najat.v1i4.459

Abstract

Diarrhea is a condition of watery defecation for more than three days with or without blood and/or slime in the feces. Prolonged diarrhea for days makes children suffer from liquid and dehydration. Severe diarrhea may lead to mortality. One of the non-pharmacological efforts is to provide Ambon bananas., Cavendish bananas. This research determined the influence of Cavendish banana administration on the fecal consistency of toddlers suffering from diarrhea. This quasi-experimental research used a one-group pretest-posttest control design. The inclusion criteria were toddlers aged between 1 and 5 years old, mothers of toddlers with voluntariness to be the respondents, toddlers with diarrhea care, toddlers with a willingness to consume bananas, toddlers without banana allergies, and impatient toddlers without comorbid. The exclusion criteria were children with diarrhea before 3 days of intervention and children who did not consume all given bananas. The samples were 30 respondents taken purposive sampling. The applied instrument was the Bristol Stool Chart. The researcher administers the Cavendish banana with a dose of 100 grams, twice a day for three days. The Wilcoxon test found the influence of the Ambon banana, and Cavendish banana, on the fecal consistency of toddlers suffering from diarrhea with a p-value of 0.000, lower than 0.05. The conclusion: the administration of Ambon banana, Cavendish banana, influenced the fecal consistency of toddlers suffering from diarrhea. Recommendation: the researcher recommends the administration of consuming Ambon banana as the nursing care intervention for toddlers suffering from diarrhea.
Hubungan Lama Penggunaan dan Frekuensi Oral Hygiene Pasien Dengan Ventilator Mekanik Terhadap VentilatorAssociated Pneumonia (VAP) di Ruang ICU Rinjani Nur Affanin; Arlies Zenitha Victoria; Asti Nuraeni
PENA NURSING Vol 1, No 01 (2022): Pena Nursing
Publisher : LPPM UNIKAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/pn.v1i01.2075

Abstract

Ventilator Associated Pneumonia (VAP) adalah jenis penyakit pneumonia yang terjadi setelah 48 jam pasien mendapat bantuan ventilasi mekanik, baik melalui pipa endoktrakeal maupun pipa trakeostomi. VAP dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko, diantaranya lama penggunaan. Strategi dan pengelolaan yang tepat sangat dibutuhkan untuk mengurangi kejadian VAP dengan melakukan oral hygiene. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan lama penggunaan dan frekuensi oral hygiene pasien dengan ventilator mekanik terhadap VAP di Ruang ICU. Rancangan penelitian ini deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 22 responden dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Berdasarkan uji Spearman Rank didapatkan hasil p value 0,131 (< 0,05), nilai r 0,332 yang berarti tidak ada hubungan antara lama penggunaan ventilator mekanik dan kejadian VAP dengan kekuatan hubungan yang lemah, serta didapatkan p value 0,000 (< 0,05) dan nilai r 0,869 yang berarti ada hubungan antara frekuensi oral hygiene dan kejadian VAP dengan kekuatan hubungan yang sangat kuat. Oleh karena itu, petugas kesehatan dapat menerapkan oral hygiene sebagai acuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang terpasang ventilator sebagai upaya pencegahan VAP. Kata kunci : Lama penggunaan ventilator mekanik, frekuensi oral hygiene, Ventilator Associated Pneumonia