Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

PENGARUH ASPEK LAPANGAN PENUMPUKAN TERHADAP DWELLING TIME DI TPK KOJA Uga Prathama; Ruddy Suwandi; Deni Achmad Soeboer
ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut Vol. 1 No. 3 (2017): Albacore
Publisher : Departemen PSP IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (568.709 KB) | DOI: 10.29244/core.1.3.349-359

Abstract

Terminal peti kemas Koja (TPK Koja) merupakan suatu entitas bisnis yang berada di Pelabuhan Tanjung Priok yang berfungsi sebagai simpul logistik perdagangan baik untuk ekspor maupun impor. Kegiatan impor di Pelabuhan Tanjung Priok menjadi permasalahan tersendiri terkait dengan lamanya waktu peti kemas mengendap di lapangan penumpukan lini 1. Kebijakan pemerintah tentang dwelling time kepelabuhanan merupakan solusi dan tantangan bagi TPK Koja, karena seluruh kegiatan yang berhubungan dengan bongkar muat peti kemas berpotensi sebagai penyumbang tingginya dwelling time, faktor utama yang menjadi penentu terkait dengan dwellling time di terminal peti kemas adalah lapangan penumpukan. Dari hasil penelitian yang dilakukan di TPK Koja, pada tahun 2016 kondisi luas lapangan penumpukan yang digunakan sebesar 6,90 ha dengan waktu dwelling time selama 3,8 hari dan kapasitas YOR 58,47%. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, berdasarkan hasil analisis data berupa perhitungan kapasitas lapangan penumpukan. Hasil menunjukkan bahwa tingkat dwelling time di TPK Koja saat ini masih cukup tinggi, untuk menunjang kelancaran arus peti kemas TPK Koja perlu melakukan perbaikan terhadap indikator penentu dwelling time dan mengacu pada waktu dwellling time sesuai dengan kebijakan pemerintah yang berlaku saat ini.Kata kunci: Dwelling Time Kepelabuhanan, Impor, Kebijakan Pemerintah, TPK Koja.
KARAKTERISTIK KIMIA DAN FISIK SISIK IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) NURJANAH NURJANAH; RUDDY SUWANDI; VANADIA YOGASWARI
Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan Vol 4 No 2 (2010): AKUATIK : Jurnal Sumberdaya Perairan
Publisher : Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Agriculture, Fisheries, and Biology, University of Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.051 KB)

Abstract

Scales of fish represent side product which not yet been exploited optimally. Fish scales in industrial scale (side product of fish fillet industry) can be used as collagen source, while in domestic scale generally only thrown. This research aim to know fish scales potency by determining rendemen, chemical composition and physical, and possibility of existence active component in fish scales. If the target point have been known, hence which wish known hereinafter is influence of fish weight toward content of fish scales. Result of research on fish scales of carp with 260-3.315 gram in weight is rendemen mean of carp scales from 3,0-5,7 %. Carp scales is over three big component which is protein 29,8-40,9%, water 30,0-36,8%, and dusty 18,7-26,3% ( content of calcium 5,0-8,6%). Other component are fat 0,1-1,0 % and carbohydrate by differences 2,0-5,7 % ( content of chitin 0,4-3,7 %). Carp scales is alkalis, pH 8,0-8,7. Carp scales thickness is 0,02-0,07 mm and diameter range is 0,9-2,1 cm. Carp scales contain alkaloid, carbohydrate, compound of peptide, and amino acid. Carp weight have an effect on chitin rate. Ever greater of carp weight, progressively have lower chitin rate at its scales
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KOMPONEN BIOAKTIF DARI KEONG PEPAYA (Melo sp.) RUDDY SUWANDI; NURJANAH NURJANAH; FAUZIAH NARYUNING TIAS
Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan Vol 4 No 2 (2010): AKUATIK : Jurnal Sumberdaya Perairan
Publisher : Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Agriculture, Fisheries, and Biology, University of Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.235 KB)

Abstract

Free radicals are highly reactive a molecule because it has one or more unpaired electrons. Reactivity of free radicals can be inhibited by antioxidant systems. Antioxidants are compounds that can inhibit reactive oxygen species/reactive nitrogen species (ROS/RNA) as well as free radicals. The raw materials are expected to have antioxidant activity is snail papaya. Conch papaya is widely used gastropods waters of Cirebon, West Java. The purpose of this study was to determine the characteristics, yield of crude extract, antioxidant activity and bioactive components of the snail papaya with various kinds of solvents. Test of antioxidant activity using DPPH method. The examination of fitokimia and antioxidant activity which performed on kloroform, etil asetat and methanol extracs with concentration activity antioxidant 200, 400, 600 and 800 ppm. Results yield the largest extraction solvent extraction using methanol (polar), while the smallest yield that is using the solvent ethyl acetate (semi-polar). The highest antioxidant activity contained in the innards of methanol crude extract with IC50 value of 1156 ppm, whereas the lowest activity of the innards that come from crude chloroform extract with IC50 value of 2799 ppm. The antioxidant activity of snail meat or offal papaya has a very low activity. Conch papaya has alkaloids, carbohydrates. Bioactive components in the form of steroid found only in extracts of chloroform and ethyl acetate extract. Bioactive components in the form of an amino acid found only in meat and offal of crude extract of methanol
Strategi Pengembangan Bisnis Olahan Ikan Beku di PT XYZ: Frozen Fish Processing Business Development Strategy at PT XYZ Qolby Nuuran Sholeh; Rizal Syarief; Ruddy Suwandi; Taufik Hidayat
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 25 No 2 (2022): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 25(2)
Publisher : Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v25i2.38833

Abstract

Perkembangan makanan beku Indonesia mengalami peningkatan permintaan yang cukup signifikan pada saat situasi pandemic COVID-19. Perkembangan tersebut sejalan dengan kenaikan permintaan makanan olahan ikan beku Indonesia, yang kini mendapatkan nilai lebih dari masyarakat. Pengembangan bisnis olahan ikan memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan, mengingat kemudahan dalam mendapatkan, menyimpan serta menyajikan untuk dihidangkan sebagai tambahan lauk dalam konsumsi keseharian. Tujuan penelitian adalah Menganalisis faktor internal dan eksternal olahan ikan PT XYZ, Merumuskan alternatif strategi pengembangan usaha PT XYZ, menentukan prioritas strategi kebijakan untuk pengembangan usaha PT XYZ. Pengambilan data dilakukan di PT XYZ yang berlokasi di Sidoarjo, Jawa Timur pada Juli hingga September 2021. Metode penelitian secara deskriptif, diolah dan dianalisis menggunakan matriks IFE, EFE, IE, SWOT dan QSPM. Hasil penelitian menunjukkan terdapat bahan baku ikan beku yaitu ikan swangi. Ada 7 alternatif strategi diantaranya yaitu menjual produk kepada distributor tunggal, produksi ikan segar beku, menambah jaringan distributor luar Jawa Timur, meningkatkan branding, mengolah ikan menjadi bubur ikan, dan kampanye ikan sebagai sumber protein. Prioritas yang dihasilkan dari penelitian adalah memproduksi ikan beku kualitas ekspor sebagai produk baru menjadi alternatif yang paling prioritas yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Hingga saat ini komoditas ikan yang digunakan adalah ikan swanggi menjadi bahan baku utama perusahaan yang kemudian diolah menjadi aneka olahan ikan beku. Sehingga harapannya PT XYZ tidak hanya menjual produk di pasar domestik, akan tetapi pasar internasional menjadi sebuah peluang bagi perusahaan
Perubahan Suhu Media Air Berpengaruh terhadap Survival Rate dan Glukosa Darah Ikan Mas (Cyprinus Carpio): The Effects of Water Temperature Change on The Survival Rate and Blood Glucose Levels of Frozen Carp (Cyprinus Carpio) Roni Nugraha; Ruddy Suwandi; Firda Agnes Monica; Rizsa Mustika Pertiwi
Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia Vol 25 No 2 (2022): Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 25(2)
Publisher : Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia (MPHPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17844/jphpi.v25i2.37435

Abstract

Kualitas ikan dapat menurun akibat adanya aktivitas fisik ataupun stress selama proses transportasi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh perubahan suhu media air dalam pembugaran ikan mas terhadap survival rate, kadar glukosa darah, serta jaringan mata dan insang ikan mas (Cyprinus carpio). Penelitian ini menggunakan bahan anestesi ekstrak serai 13% yang memiliki rata-rata waktu pingsan terendah yaitu 2,02 menit dan rata-rata waktu pingsan terlama yaitu 2,62 menit. Waktu sadar ikan mas tercepat terdapat pada perlakuan suhu 28ºC dengan nilai yaitu 6,31 menit, sedangkan pada suhu 8ºC didapatkan hasil yaitu 22,76 menit. Pembugaran pada suhu 28ºC meningkatkan nilai glukosa darah sebesar 79,56 mg/dL, sedangkan pada suhu 8ºC hanya 20,78 mg/dL. Nilai survival rate ikan mas dengan perlakuan suhu pembugaran 8ºC dan 28ºC mencapai 100%. Perubahan suhu lingkungan yang terjadi secara tiba-tiba berpengaruh langsung terhadap tingkat stress ikan dan menyebabkan glukosa darah pada ikan semakin tinggi.
READINESS IMPLEMENTATION OF SMART PORT IN INDONESIA Roni Alfiansyah Ritonga; Nurdin Ahmadi; Tridoyo Kusumastanto; Ruddy Suwandi; Sri Rahardjo Suwito; Sinta Hasriningtyas; Heru Arafat; Agus Soleh
Coastal and Ocean Journal (COJ) Vol 6 No 1 (2022): COJ (Coastal and Ocean Journal)
Publisher : Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/COJ.6.1.8-23

Abstract

The logistics system in Indonesia is faced with the problem of high logistics costs, which is 24% of GDP, with a logistic performance index (LPI) in 2018 of 3.15 from a scale of 1-5 (World Bank, 2021). Therefore, the port sector as one of the logistics node points continues to make improvements, one of which is the application of digitization. The process of implementing digitization has begun at each port and nationally with inaportnet, simlala, simpadu and the national logistics ecosystem (NLE), this research was carried out using the perception survey method for all Indonesian Port Expert training participants. The 32nd batch of 2020, with questions referring to the Digital Readiness Index for Ports (DRIP) assessment criteria developed by Connect2SmallPorts. From the results of this study, it was found that the respondents stated that the readiness of port digitization was at a sufficient level with a score of 3.9 from a scale of 1-6. Of the 4 (four) aspects assessed, namely (1) human resource management, (2) the level of usefulness/functionality of information technology (IT) at the port, (3) the level of use of IT at the port and (4) the level of use of IT information resources/ port digitalization, the human resources (HR) aspect has the lowest score of 3.6 which is at a sufficient level. This shows the need for efforts from us together to encourage an increase both in terms of the number and quality of human resources with IT/digitalization capabilities at ports.
Pengaruh penggorengan belut sawah (Monopterus albus) terhadap komposisi asam amino, asam lemak, kolesterol dan mineral Ika Astiana; Nurjanah .; Ruddy Suwandi; Anggraeni Ashory Suryani; Taufik Hidayat
Depik Vol 4, No 1 (2015): APRIL 2015
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.975 KB) | DOI: 10.13170/depik.1.1.2366

Abstract

Abstract. The nutrition contains on eel flash aremainly amino acids, fatty acids, cholesterol, and mineral. The chemical content of foods are change during frying process. The aim of this research was to studythe rendemen, proximate composition (moisture, ashes, protein, and fat content), and analyzing the influence of deep fryingon amino acids, fatty acids, cholesterol, and mineralof eel. The research  measures were eel morfometric which includes length, diameter, circumference, total weight, yield, proximat,  amino acids, fatty acids, cholesterol, and mineral analysis on fresh eel and  after frying in 180 oC temperature for 5 minutes.Rendemen of fried eel reducedabout 26%. The increasing of  proximate levels were found on ashes by 2.56% and  fat by 14.47% while water, protein, and carbohydrate were decreased about 55.43%, 2.84%, and 14.19% respectively. All of the eel amino acids were decrease after deep frying. The highest non essensial amino acid on fresh and fried eel were glutamic acids by 12,89 g/100g and 9,06 g/100g respectively, and essensial amino acid were lisin by 7,13 g/100g and 4,91 g/100g respectively. Limit amino acid on fresh and fried eel were histidine by 1,54 g/100g and 1,18 g/100g respectively.Deep frying could increase palmitic acid by 17.37%, oleic acid by 24.31%,and EPA by 1.42%. Cholesterol content average of fresh eel was 30.15 mg /100 grams and fried eel was 170.44 mg /100 grams. Calcium, natrium, kalium, magnesium, iron, and zinc are decrease and the copper wereincrease.Keywords : composition; eel; heating; nutrition; processingAbstrak. Kandungan gizi dalam daging belut sawah diantaranya adalah asam amino, asam lemak, kolesterol, dan mineral. Proses penggorengan dapat mempengaruhi kandungan kimia suatu bahan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari rendemen, komposisi proksimat (air, abu, protein, dan lemak) serta menganalisis pengaruh penggorengan terhadap kandungan asam amino, asam lemak, kolesterol, dan mineral belut sawah. Penelitian mencakup pengukuran morfometrik belut sawah segar yang meliputi panjang, diameter, lingkar badan, dan berat total, pengukuran rendemen, analisis proksimat, analisis asam amino, asam lemak, kolesterol, dan analisis mineral pada belut sawah segar dan setelah penggorengan dengan suhu 180 oC selama 5 menit.Rendemen belut goreng mengalami susut sebesar 26%. Perubahan kadar proksimat adalah peningkatan kadar abu sebesar 2,56% dan peningkatan kadar lemak sebesar 14,47%. Penurunan terjadi pada kadar air yaitu sebesar 55,43%, protein sebesar 2,84%, dan karbohidrat sebesar 14,19%. Keseluruhan kandungan asam amino belut mengalami penurunan setelah penggorengan. Asam amino non esensial tertinggi pada belut sawah segar dan goreng adalah asam glutamat yaitu 12,89 g/100g dan 9,06 g/100g, sedangkan asam amino esensial yang tertinggi adalah lisin yaitu 7,13 g/100g dan 4,91 g/100g. Asam amino pembatas pada belut sawah segar dan goreng adalah histidin yaitu 1,54 g/100g dan 1,18 g/100g. Proses penggorengan dapat meningkatkan kandungan asam palmitat sebesar 17,37%, asam oleat sebesar 24,31%, dan EPA sebesar 1,42%. Kandungan kolesterol rata-rata belut segar adalah 30,15 mg/100 gram dan belut goreng adalah 170,44 mg/100 gram.Mineral  kalsium, natrium, kalium, magnesium, besi, dan seng juga mengalami penurunan sedangkan tembaga mengalami kenaikan.Kata kunci :belut sawah; komposisi; gizi; pemanasan; pengolahan            
Pengaruh penggorengan belut sawah (Monopterus albus) terhadap komposisi asam amino, asam lemak, kolesterol dan mineral Ika Astiana; Nurjanah .; Ruddy Suwandi; Anggraeni Ashory Suryani; Taufik Hidayat
Depik Vol 4, No 1 (2015): APRIL 2015
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.1.1.2366

Abstract

Abstract. The nutrition contains on eel flash aremainly amino acids, fatty acids, cholesterol, and mineral. The chemical content of foods are change during frying process. The aim of this research was to studythe rendemen, proximate composition (moisture, ashes, protein, and fat content), and analyzing the influence of deep fryingon amino acids, fatty acids, cholesterol, and mineralof eel. The research  measures were eel morfometric which includes length, diameter, circumference, total weight, yield, proximat,  amino acids, fatty acids, cholesterol, and mineral analysis on fresh eel and  after frying in 180 oC temperature for 5 minutes.Rendemen of fried eel reducedabout 26%. The increasing of  proximate levels were found on ashes by 2.56% and  fat by 14.47% while water, protein, and carbohydrate were decreased about 55.43%, 2.84%, and 14.19% respectively. All of the eel amino acids were decrease after deep frying. The highest non essensial amino acid on fresh and fried eel were glutamic acids by 12,89 g/100g and 9,06 g/100g respectively, and essensial amino acid were lisin by 7,13 g/100g and 4,91 g/100g respectively. Limit amino acid on fresh and fried eel were histidine by 1,54 g/100g and 1,18 g/100g respectively.Deep frying could increase palmitic acid by 17.37%, oleic acid by 24.31%,and EPA by 1.42%. Cholesterol content average of fresh eel was 30.15 mg /100 grams and fried eel was 170.44 mg /100 grams. Calcium, natrium, kalium, magnesium, iron, and zinc are decrease and the copper wereincrease.Keywords : composition; eel; heating; nutrition; processingAbstrak. Kandungan gizi dalam daging belut sawah diantaranya adalah asam amino, asam lemak, kolesterol, dan mineral. Proses penggorengan dapat mempengaruhi kandungan kimia suatu bahan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari rendemen, komposisi proksimat (air, abu, protein, dan lemak) serta menganalisis pengaruh penggorengan terhadap kandungan asam amino, asam lemak, kolesterol, dan mineral belut sawah. Penelitian mencakup pengukuran morfometrik belut sawah segar yang meliputi panjang, diameter, lingkar badan, dan berat total, pengukuran rendemen, analisis proksimat, analisis asam amino, asam lemak, kolesterol, dan analisis mineral pada belut sawah segar dan setelah penggorengan dengan suhu 180 oC selama 5 menit.Rendemen belut goreng mengalami susut sebesar 26%. Perubahan kadar proksimat adalah peningkatan kadar abu sebesar 2,56% dan peningkatan kadar lemak sebesar 14,47%. Penurunan terjadi pada kadar air yaitu sebesar 55,43%, protein sebesar 2,84%, dan karbohidrat sebesar 14,19%. Keseluruhan kandungan asam amino belut mengalami penurunan setelah penggorengan. Asam amino non esensial tertinggi pada belut sawah segar dan goreng adalah asam glutamat yaitu 12,89 g/100g dan 9,06 g/100g, sedangkan asam amino esensial yang tertinggi adalah lisin yaitu 7,13 g/100g dan 4,91 g/100g. Asam amino pembatas pada belut sawah segar dan goreng adalah histidin yaitu 1,54 g/100g dan 1,18 g/100g. Proses penggorengan dapat meningkatkan kandungan asam palmitat sebesar 17,37%, asam oleat sebesar 24,31%, dan EPA sebesar 1,42%. Kandungan kolesterol rata-rata belut segar adalah 30,15 mg/100 gram dan belut goreng adalah 170,44 mg/100 gram.Mineral  kalsium, natrium, kalium, magnesium, besi, dan seng juga mengalami penurunan sedangkan tembaga mengalami kenaikan.Kata kunci :belut sawah; komposisi; gizi; pemanasan; pengolahan            
Pengaruh penggorengan belut sawah (Monopterus albus) terhadap komposisi asam amino, asam lemak, kolesterol dan mineral Ika Astiana; Nurjanah .; Ruddy Suwandi; Anggraeni Ashory Suryani; Taufik Hidayat
Depik Vol 4, No 1 (2015): APRIL 2015
Publisher : Faculty of Marine and Fisheries, Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13170/depik.1.1.2366

Abstract

Abstract. The nutrition contains on eel flash aremainly amino acids, fatty acids, cholesterol, and mineral. The chemical content of foods are change during frying process. The aim of this research was to studythe rendemen, proximate composition (moisture, ashes, protein, and fat content), and analyzing the influence of deep fryingon amino acids, fatty acids, cholesterol, and mineralof eel. The research  measures were eel morfometric which includes length, diameter, circumference, total weight, yield, proximat,  amino acids, fatty acids, cholesterol, and mineral analysis on fresh eel and  after frying in 180 oC temperature for 5 minutes.Rendemen of fried eel reducedabout 26%. The increasing of  proximate levels were found on ashes by 2.56% and  fat by 14.47% while water, protein, and carbohydrate were decreased about 55.43%, 2.84%, and 14.19% respectively. All of the eel amino acids were decrease after deep frying. The highest non essensial amino acid on fresh and fried eel were glutamic acids by 12,89 g/100g and 9,06 g/100g respectively, and essensial amino acid were lisin by 7,13 g/100g and 4,91 g/100g respectively. Limit amino acid on fresh and fried eel were histidine by 1,54 g/100g and 1,18 g/100g respectively.Deep frying could increase palmitic acid by 17.37%, oleic acid by 24.31%,and EPA by 1.42%. Cholesterol content average of fresh eel was 30.15 mg /100 grams and fried eel was 170.44 mg /100 grams. Calcium, natrium, kalium, magnesium, iron, and zinc are decrease and the copper wereincrease.Keywords : composition; eel; heating; nutrition; processingAbstrak. Kandungan gizi dalam daging belut sawah diantaranya adalah asam amino, asam lemak, kolesterol, dan mineral. Proses penggorengan dapat mempengaruhi kandungan kimia suatu bahan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari rendemen, komposisi proksimat (air, abu, protein, dan lemak) serta menganalisis pengaruh penggorengan terhadap kandungan asam amino, asam lemak, kolesterol, dan mineral belut sawah. Penelitian mencakup pengukuran morfometrik belut sawah segar yang meliputi panjang, diameter, lingkar badan, dan berat total, pengukuran rendemen, analisis proksimat, analisis asam amino, asam lemak, kolesterol, dan analisis mineral pada belut sawah segar dan setelah penggorengan dengan suhu 180 oC selama 5 menit.Rendemen belut goreng mengalami susut sebesar 26%. Perubahan kadar proksimat adalah peningkatan kadar abu sebesar 2,56% dan peningkatan kadar lemak sebesar 14,47%. Penurunan terjadi pada kadar air yaitu sebesar 55,43%, protein sebesar 2,84%, dan karbohidrat sebesar 14,19%. Keseluruhan kandungan asam amino belut mengalami penurunan setelah penggorengan. Asam amino non esensial tertinggi pada belut sawah segar dan goreng adalah asam glutamat yaitu 12,89 g/100g dan 9,06 g/100g, sedangkan asam amino esensial yang tertinggi adalah lisin yaitu 7,13 g/100g dan 4,91 g/100g. Asam amino pembatas pada belut sawah segar dan goreng adalah histidin yaitu 1,54 g/100g dan 1,18 g/100g. Proses penggorengan dapat meningkatkan kandungan asam palmitat sebesar 17,37%, asam oleat sebesar 24,31%, dan EPA sebesar 1,42%. Kandungan kolesterol rata-rata belut segar adalah 30,15 mg/100 gram dan belut goreng adalah 170,44 mg/100 gram.Mineral  kalsium, natrium, kalium, magnesium, besi, dan seng juga mengalami penurunan sedangkan tembaga mengalami kenaikan.Kata kunci :belut sawah; komposisi; gizi; pemanasan; pengolahan