Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

USIA MENARCHE PEREMPUAN INDONESIA SEMAKIN MUDA: HASIL ANALISIS RISKESDAS 2010 sudikno sudikno; Sandjaja Sandjaja
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol 10 No 2 (2019): JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI VOLUME 10 NO. 2 TAHUN 2019
Publisher : Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (490.931 KB) | DOI: 10.22435/kespro.v10i2.2568

Abstract

Abstract Background: A downward trend in age at menarche (AAM) has been leveling-off in industrialized countries. However, downward trends were still observed in developing countries. Objective: The aim was to verify secular trend of AAM among Indonesian women and its associated factors. Methods: Data used were from Baseline Health Research (Riskesdas) 2010, a cross-sectional nationwide survey. Samples included were 79,026 women aged 10-59 years. History of menarche, socio-demographic variables, weight, height were taken. Descriptive and bivariate analysis were applied to measure proportion, central tendency measures. Results: Among adolescent 10-19years, overall proportion of menarche was 78.6%, ranging from 42.8%, 96.2%, 99.6% at age 12, 15, 18 years respectively. The overall mean AAM was 12.96 years. AAM was significantly younger in urban than rural areas. BMI was significantly lower among adolescense not experienced menarche yet than experienced menarche. AAM was younger in urban areas, higher socio-economic status, and varied among seven regions. Conclusions: Nutritional status was a significant factor associated with AAM. A downward trend in AAM was observed in Indonesian women. Key words: menarche, secular trend, body mass index, Indonesian woman Abstrak Latar belakang: Tren penurunan usia pada menarche telah meningkat di negara-negara industri. Namun, tren penurunan masih diamati di negara-negara berkembang. Tujuan: untuk memverifikasi tren sekuler usia menarche di kalangan perempuan Indonesia dan faktor-faktor terkaitnya. Metode: Data yang digunakan berasal dari Riskesdas 2010, survei nasional dengan desain cross-sectional. Sampel yang dianalisis adalah 79.026 perempuan berumur 10-59 tahun. Variabel yang dikumpulkan meliputi: riwayat menarche, sosio-demografis, berat badan, tinggi badan. Analisis deskriptif dan bivariat digunakan untuk mengukur proporsi, ukuran kecenderungan sentral. Hasil: Di antara remaja 10-19 tahun, proporsi keseluruhan menarche adalah 78,6 persen, mulai dari 42,8 persen, 96,2 persen, 99,6 persen pada masing-masing umur 12, 15, dan 18 tahun. Rata-rata keseluruhan usia menarche adalah 12,96 tahun. Usia menarche secara signifikan lebih muda di daerah perkotaan daripada pedesaan. IMT secara signifikan lebih rendah di antara remaja yang belum mengalami menarche dibandingkan dengan remaja yang sudah mengalami menarche. Usia menarche lebih muda di daerah perkotaan, status sosial ekonomi yang lebih tinggi, dan bervariasi di antara tujuh daerah. Kesimpulan: Status gizi adalah faktor signifikan yang terkait dengan usia menarche. Terjadi Tren penurunan usia menarche pada perempuan di Indonesia. Kata kunci: menarche, tren sekuler, indeks massa tubuh, perempuan Indonesia
PREVALENSI GIZI LEBIH DAN OBESITAS PENDUDUK DEWASA DI INDONESIA Sandjaja Sandjaja; Sudikno Sudikno
GIZI INDONESIA Vol 28, No 2 (2005): September 2005
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v28i2.21

Abstract

There is a trend that the prevalence of overweight and obesity is increasing in Indonesia in the last decade. Overweight and obesity has been shown to increase risk of several degenerative diseases. Using data from household health survey (SKRT), data analysis of 20.137 adults was done, comprised of 9.390 men and 10.747 women from urban and rural areas. Overweight and obesity was defined for body mass index (BMI) 25.0 – 27.0, while obesity was defined for BMI 27.0. The study found that the prevalence of overweight was 7.2% among men and 10.4% among women. The prevalence of overweight was higher in urban areas (10.8%) than in rural areas (7.5%). The prevalence of obesity among women was more than twice (13.3%) than among men (5.3%), higher in urban areas (12.8%) than rural areas (7.1%). The peak of overweight and obesity was found at the age range of 45 – 49 years old. In conclusion, the prevalence of overweight and obesity was higher in both aspects, among women than men and in urban areas than in rural areas. The higher prevalence was found at the age of 45-49 years old. 
SKOR POLA PANGAN HARAPAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 0,5 – 12 TAHUN DI INDONESIA Yekti Widodo; Sandjaja Sandjaja; Fitrah Ernawati
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 40 No. 2 (2017)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v40i2.7939.63-75

Abstract

ABSTRACTThe prevalence of undernutrition in Indonesia is still high compared to its neighbouring countries. The causes are quantity and quality of dietary intakes that can be assesed by dietary recall and desirable dietary pattern (DDP) respectively. The objective was to measure DDP and its association with nutritional status of 0,5-12-year-old Indonesian children. Data was obtained from SEANUTS Indonesia's research covering 3.600 children in 48 districts. Trained nutritionists collected food intakes and dietary pattern by 1x24 hour dietary recall. Nutrient intakes and DDP were calculated by food composition tables and 9 food groups respectively. DDP score were categorized into lowest (score <55), low (55-70), medium (71-84), and high (>85). Weight, length/height were measured by digital weight scale and length measuring board/microtoise. World Health Organization (WHO) child standard was used to calculate W/A, H/A, W/H Z-scores. Analysis was done to measure DDP and its association with nutritional status. The result showed that DDP child 0,5-1,9 years was 48,7 point, DDP child 2,0-5,9 years was 54,7 point, DD child 6,0-12,9 years was 48,8 point. The overall DDP was 49,9 point, far below the maximum value 100 point. DDP was higher among older age, urban areas, higher father education, and higher socioeconomic status. The risk of stunted was higher in low DDP (OR = 1,24; 95% CI 1,15-1,732) and underweight (OR = 1,27; 95% CI 1,16-1,38) but no risk for wasted. The conclusion DDP of Indonesian children was still low and it was associated significantly with stunting and underweight. ABSTRAK Prevalensi kekurangan gizi di Indonesia masih tinggi dibandingkan negara tetangga, penyebab adalah kuantitas dan kualitas asupan makanan, yang dapat dinilai dari konsumsinya dalam bentuk kualitas dan keragamannya. Penelitian bertujuan mengukur skor pola pangan harapan (PPH) dan hubungannya dengan status gizi anak usia 0,5-1,6 tahun, 2,0-5,9 tahun, dan 6,0-12,9 tahun di Indonesia. Data diperoleh dari penelitian SEANUTS Indonesia yang mencakup 3.600 anak di 48 kabupaten. Data asupan makanan dikumpulkan dengan cara recall 1x24 jam oleh ahli gizi yang terlatih. Asupan zat gizi dihitung menurut tabel komposisi bahan makanan dan skor PPH berdasarkan sembilan kelompok bahan makanan. Skor PPH dikategorikan sangat rendah (< 55), rendah (55-70), cukup (71-84), dan tinggi (>85). Berat badan diukur dengan timbangan digital dan panjang atau tinggi badan diukur dengan papan panjang badan atau microtoise. Status gizi anak dinilai berdasarkan Z-score indeks BB/U, TB/U BB/TB standar WHO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor PPH konsumsi anak umur 0,5-1,9 tahun adalah 48,7, umur 2,0-5,9 tahun 54,7, dan umur 6,0-12,9 tahun 48,8. Secara keseluruhan skor PPH anak umur 0,5-12,9 tahun hanya 49,9 masih jauh di bawah skor ideal (100). Skor PPH cenderung lebih tinggi pada anak yang tinggal di perkotaan, tingkat pendidikan ibu lebih tinggi, dan status sosial ekonomi lebih tinggi. Anak dengan skor PPH rendah mempunyai risiko mengalami stunting dengan OR = 1,24; 95% CI 1,15-1,32 dan mengalami underweight dengan OR = 1,27; 95% CI 1,16-1,38, tetapi tidak menunjukkan berisiko wasting. Dimpulankan bahwa skor PPH anak Indonesia masih rendah dan berhubungan nyata dengan risiko stunting dan underweight.
POLA PERTUMBUHAN BAYI DI DAERAH ENDEMIK MALARIA: KASUS DI DESA ROBEK, FLORES Sandjaja Sandjaja; M. Saidin
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 10 (1987)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1992.

Abstract

Telah diteliti pola pertumbuhan bayi di daerah endemik malaria yaitu di Desa Robek, Kecamatan Rao, Kabupaten Flores, Nusa Tenggara Timur. Penelitian dilakukan dengan menimbang berat badan bayi sekali sebulan sejak dilahirkan sampai berumur 12 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun rata-rata berat badan lahir bayi-bayi di daerah itu lebih rendah dari pada baku Harvard; sampai umur 4 bulan ternyata laju pertumbuhan berat badan mereka sama seperti bayi sehat di daerah lain di Indonesia. Tetapi sesudah umur ini, laju pertambahan berat badan mereka cenderung mengarah ke pola pertumbuhan tidak sebagaimana layaknya untuk bayi-bayi sehat menurut baku Harvard. Pertambahan berat badan bayi yang mengidap penyakit malaria lebih rendah daripada yang tidak mengidap penyakit tersebut.
SISTEM DISTRIBUSI TABLET BESI DALAM PENANGGULANGAN MASALAH ANEMI GIZI PADA WANITA HAMIL Sandjaja Sandjaja; Djoko Kartono; Endi Ridwan; M. Saidin; Suryana Purawisastra; Sihadi Sihadi
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 9 (1986)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1972.

Abstract

Dalam upaya mendapatkan cara pendistibusian tablet besi untuk wanita hamil, dilakukan penelitian ujicoba dengan menggunakan empat cara distribusi. Masing-masing cara terdiri atas tiga kegiatan yang sama tetapi berbeda frekuensinya, yaitu pembagian tablet besi, penuluhan anemi gizi dan kunjungan rumah (supervisi). Pada cara (A), pembagian tablet dan penyuluhan anemi gizi dilakukan sekali seminggu dan kunjungan rumah sekali dua hari. Pada cara (B), (C) dan (D), frekuensi kegiatan, secara berturut mansing-masing sekali seminggu, sekali dua minggu dan sekali empat minggu (sebulan). Keefektifan cara distribusi ditentukan berdasarkan perbandingan masukan (frekuensi kegiatan) dan keluaran (jumlah tablet yang diminum, kenaikan kadar hemoglobin dan peningkatan pengetahuan gizi). Kegiatan distribusi dengan frekuensi sekali dua minggu (C) merupakan alternatif pilihan yang terefektif diantara keempat cara distribusi yang diujicobakan.
STATUS GIZI ANAK BALITA DI DAERAH MALARIA Sihadi Sihadi; Sandjaja Sandjaja
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 14 (1991)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2201.

Abstract

STATUS GIZI ANAK BALITA DI DAERAH MALARIA
POLA ASUH BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR ANAK SD PASCA PEMULIHAN GIZI BURUK Arnelia Arnelia; Lies Karyadi; Sri Muljati; Astuti Lamid; Sandjaja Sandjaja; Dyah Santi Puspitasari
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 19 (1996)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.2297.

Abstract

Kurang gizi pada usia dini dapat mengganggu pertumbuhan fisik, perkembangan mental dan kecerdasan anak. Untuk mempelajari dampak gizi buruk masa lalu terhadap keragaman fisik dan kecerdasan anak telah dilakukan penelitian pada 31 anak usia 7-10 tahun sebagai sampel dan 31 anak sebagai pembanding. Sampel adalah anak yang pada usia 8 bulan – 2 tahun 9 bulan diketahui menderita gizi buruk dan telah mengikuti pemulihan gizi buruk di Klinik Gizi Puslitbang Gizi Bogor selama 6 bulan. Pembanding adalah anak yang berpasangan dalam umur dan jenis kelamin dengan sampel serta tinggal dalam lingkungan yang sama dan termasuk kategori baik hingga pengukuran antropometri (indeks BB/U) dan pemeriksaan kesehatan pada tahun 1991. Hasil penelitian menunjukkan kualitas pola asuh belajar pada kelompok pembanding rata-rata lebih baik daripada kelompok sampel yaitu 115.14±13.19 pada kelompok pembanding dan 106.83±12.06 pada kelompok sampel yang berbeda nyata secara statistik dengan nilai t=2.54 dan p<0.05 (nilai p=0.014). Prestasi belajar anak kelompok pembanding lebih tinggi daripada kelompok sampel baik untuk mata pelajaran matematika maupun hafalan. Sebanyak 10 anak kelompok pembanding dan 18 anak kelompok sampel memperoleh nilai matematika lebih rendah dari nilai rata-rata kelas, 8 anak kelompok pembanding dan 19 anak kelompok sampel memperoleh nilai pelajaran hafalan lebih rendah dari nilai rata-rata kelas.
KMS REMAJA, RELEVANSINYA DENGAN PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG DALAM UPAYA MENINGKATKAN GIZI DAN KESEHATAN Y. K. Husaini; Sandjaja Sandjaja; M. A. Husaini
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 17 (1994)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1945.

Abstract

KMS REMAJA, RELEVANSINYA DENGAN PEMANTAUAN TUMBUH KEMBANG DALAM UPAYA MENINGKATKAN GIZI DAN KESEHATAN
UJI COBA PEMULIHAN GIZI BURUK CARA KLINIK GIZI PUSLITBANG GIZI DI POSYANDU Djoko Kartono; Sandjaja Sandjaja; Susi Suwarti Suwardi; Amelia Amelia; Suhartato Suhartato
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) JILID 24 (2001)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v0i0.1500.

Abstract

Trial The Management of Severe Malnourished Children of Nutrition Clinic Method, The Nutrition Research and Development Centre at Village Level.Background: Managerrent of severe malnutrition recommended by WHO should be in hospital. For family with severe malnourished child, generally poor, hospitalization means spend a lot of money. The alternative method is the out patient management developed by Nutrition Clinic of the Nutrition Research ard Development Centre.Objectives: To study the effectiveneess of management for severe malnourished of Nutrition Clinic method in village level (posyandu) by village cadre.Methods: The study was carried out at 4 sub-districts in Bogor and Sukabumi, West Java. Sixty under-five children for group 1 and 60 for group 2 were selected. Three to five posyandu's cadres were selected in each village. Visit schedule to posyandu for group 1 was similar to that Nutrition Clinic while group 2 was every 1 week. Nutrition package for group 1 and 2 was same. Data collection included body measurements, morbiddity and food consumption. Observation to the cadres performance include ownership and he use of guidance book.Results: Seven percent of children aged 6-11 months, 20% aged 12-17 months, 60% aged 18-35 months and 13% aged > 36 months. Around 30% of children had been grven fruit and porridge on the age 1-4 months old. Nutritional status improved variously depended on the nutritional indices. Energy consumption was low but protein consumption had reached the recommended allowance. Compliance to come to posyandu and nutrition package was high.Conclusions: Around 10% of cchildren had changed from under-weight to well-nourished, but most of severe malnourished children remained severe in 3 months. Stunted was over 75% and remained stunted in 3 months. Wasted was 50% and began to decline in 3 months. The average of weight increment in 3 months was 0,6 kg. Cadre could give simple education to mothers using the available guidance book.Recommendations: To use wasted as an indicator in the evaluation of management of severe malnutrition. Active role of health Centre is needed to have maximum effect of the implementation of Nutrition Clinic method at village level.Key words: management, severe malnutrition, nutrition clinic, out-patient, village cadre.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MENTAL DAN PSIKOMOTOR PADA ANAK BATITA GIZI KURANG Sri Muljati; Heryudarini Heryudarini; Sandjaja Sandjaja; Anies Irawati; Sudjasmin Sudjasmin
Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research) Vol. 25 No. 2 (2002)
Publisher : Persagi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/pgm.v25i2.1423.

Abstract

DETERMINANT FACTORS OF MENTAL AND PSYCHOMOTOR DEVELOPMENT ON MALNOURISHED CHILDREN.Background: The study was carried out in Dramaga-Bogor 1998. Dramaga sub-district was agricultural area that had high proportion of malnourished children under 5 years in Bogor. Inadequate nutrient intake on children motivation, playing as well as children's interaction with mothers and environment.Objectives: The study was conducted to examine the determinant factors of Mental Development Index (MDI) and Psychomotor Development Index (PDI) on malnourished children.Methods: The study was cross sectional, subjects were under three years children that had weight for age < 70% median NCHS. Bailey Mental and Motor development were examined by psychologist in Nutrition Research and Development Centre were asked about social economic and caring practices at home with Mothers or caretakers.Results: The results show that age and stimulation that mothers given effect Mental Development Index (MDI) and Psychomotor Development Index (PDI) on malnourished children. The equation for PDI was Y = 43.849 + 9.322 children's age -7.942 mother's age + 0.009 mother's age * the amount of stimulation often given. The equation for MDI was Y = 91.344 + 25.972 children's age -11.217 mother's age + 0.198 mother's age * the amount of stimulation often given. For MDI was 25.7% and for PDI was 9.3% by children's age after controlling mother's age and stimulation that often given. In order to catch the optimal growth and development, the main focus to improve went should only focusing on body growth but also mental and motor development as well.Keywords: malnourished children, growth and development