Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

UPDATING PETA TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI (STUDI KASUS : KECAMATAN PAKAL, KOTA SURABAYA) Noraini, Alifah; Handayani, Hepi Hapsari
GEOID Vol. 9 No. 1 (2013)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v9i1.1391

Abstract

Lingkungan merupakan suatu hal yang bersifat dinamis dan dapat berubah sewaktu – waktu.Sehingga dibutuhkan metode yang cepat dan akurat dalam meng-update data spasial untuk memonitoring perubahan lingkungan tersebut.Penelitian ini menggunakan teknologi penginderaan jauh. Data penginderaan jauh yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra satelit WorldView 2 tahun 2012 dan Peta Garis Surabaya skala 1:5000 tahun 2002 hasil pemotretan foto udara. Daerah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kecamatan Pakal, Kota Surabaya. Dalam pengolahan citra WorldView 2 didapatkan hasil identifikasi tutupan lahan di wilayah Kecamatan Pakal, Kota Surabaya yang didominasi oleh kelas tutupan lahan tambak, yakni seluas 756,476 Ha (40,62%),dan kelas tutupan lahan terendah adalah kelas tutupan lahan waduk, yakni seluas 3,556 Ha (0,17%).Dilakukan analisa perubahan tutupan lahan dari tahun 2002 hingga 2012.Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan terjadinya perubahan luas yang paling signifikan di wilayah Kecamatan Pakal adalah meningkatnya kelas tutupan lahan permukiman, yakni sebesar 132,019 Ha (27,32%). Serta menurunnya kelas tutupan lahan pertanian, semak belukar, dan tambak, yaitu seluas 145,559 Ha (30,12%) pada kelas tutupan lahan pertanian, 60,628 Ha (12,55%) pada kelas tutupan lahan semak belukar, dan 35,441 Ha (7,33%) pada kelas tutupan lahan tambak. Hasil akhir dari penelitian ini adalah peta tutupan lahan tahun 2012 yang di-update menggunakan citra satelit WorldView 2 di wilayah Kecamatan Pakal, Kota Surabaya.
STUDI INDEKS VEGETASI UNTUK IDENTIFIKASI VEGETASI HUTAN GAMBUT MENGGUNAKAN CITRA AIRBORNE HYPERSPECTRAL HYMAP DI DAERAH HUTAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH Andianto, Rizky; Handayani, Hepi Hapsari
GEOID Vol. 9 No. 2 (2014)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v9i2.1424

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung nilai indeks vegetasi serta mencari indeks vegetasi yang paling baik dalam rangka pembuatan peta kerapatan vegetasi hutan gambut Kabupaten Katingan dan Kabupaten Pulang Pisau,Kalimantan Tengah. Peta tersebut berguna untuk mengidentifikasi vegetasi hutan gambut.Metode indeks vegetasi yang digunakan adalah NDVI, RDVI, dan MSR dengan menggunakan panjang gelombang ( 750,705) dan ( 800,670 ) yang dikorelasikan dengan data prosentase crown cover. Selanjutnya perhitungan algoritma dengan koefisien korelasi terbaik yang akan digunakan untuk menghasilkan peta persebaran crown cover. Lokasi penelitian adalah kawasan hutan gambut Kalimantan Tengah yang terletak di koordinat ( 1º56’29.68”LS, 113º27’27.86”BT ) – ( 1º47’58.88”LS, 113º38’3.29”BT ) pada test site 1 di Kabupaten Katingan dan ( 2º26’3.39”LS, 113º51’13.42”BT ) – ( 2º14’13.55”LS, 114º7’38.41”BT ) pada test site 2 di Kabupaten Pulang Pisau.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa citra Airborne Hyperspectral Hymap mampu digunakan dalam menghasilkan data indeks vegetasi dengan algoritma NDVI, RDVI, dan MSR. Nilai koefisien determinasi tertinggi 0,821 yaitu dengan indeks vegetasi NDVI pada panjang gelombang ( 750,705 ) kerapatan crown cover yang dihasilkan menjadi 6 kelas yaitu sangat rapat ( 85-100%), rapat ( 70-84% ), sedang ( 50-69% ), rendah ( 30-49% ), jarang ( 10-29% ), sangat jarang ( 1-9% ). Kecuali NDVI pada panjang gelombang ( 800,670 ), crown cover dapat memiliki efek yang besar pada indeks vegetasi yang diikuti dengan besarnya koefisien determinasi yaitu MSR( 750,700 ) = 0.798, RDVI( 750,705)= 0.541, RDVI( 800,670 )= 0.678, NDVI( 800,670 ) = 0.305, NDVI( 750,705 )= 0.821.Hasil klasifikasi dari Peta Kerapatan Vegetasi digunakan untuk analisa kesesuaian terhadap UU RKTN 2011 – 2030, yang hasilnya adalah pada test site 1 terdapat 0.002% dari vegetasi yang termasuk dalam kawasan hutan alam dan lahan gambut, 0.067% termasuk dalam kawasan pengusahaan skala kecil, dan 2.883% termasuk dalam kawasan perusahaan skala besar (HA/HT). Namun pada test site 2 84% vegetasi termasuk pada kawasan konservasi dan sisanya tidak termasuk dalam kawasan arahan kebijakan.
PEMETAAN PARTISIPATIF POTENSI DESA (STUDI KASUS: DESA SELOPATAK, KECAMATAN TRAWAS, KABUPATEN MOJOKERTO Handayani, Hepi Hapsari; Cahyono, Agung Budi
GEOID Vol. 10 No. 1 (2014)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v10i1.1443

Abstract

Indonesia merupakan negeri yang besar baik dari segi luas wilayah, jumlah penduduk, sumberdaya alam dan budaya. Untuk membangun negeri Indonesia yang besar dan strategis tersebut, diperlukan perencanaan yang didukung data dan informasi spasial yang lengkap, up to date, andal serta dapat dipertanggungjawabkan. Undang-Undang Informasi Geospasial (UU IG) bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan akses IG yang dapat dipertanggungjawabkan serta mewujudkan kebergunaan dan keberhasilgunaan IG melalui kerjasama, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi. UU ini mendorong penggunaan IG dalam pemerintahan dan kehidupan bermasyarakat dengan menggunakan referensi tunggal (single reference) yang mencakup Informasi Geospasial Dasar (IGD) dan Informasi Geospasial Tematik (IGT). Pemetaan partsipatif adalah publik bersama-sama atau terlibat dalam proses pengumpulan data dan analisis terkait problem dan isu di sekitar mereka melalui identifikasi dan penggambaran fitur geospasial dengan menggunakan piranti dan teknologi pemetaan. Pemetaan partisipatif semakin memberi ruang yang lebar terhadap komunikasi dua arah antara pemerintah dan masyarakat, dan juga antarpemangku kepentingan pada daerah pengembangan. Pemetaan partisipatif adalah pemetaan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat mengenai tempat / wilayah di mana mereka hidup. Karena masyarakat yang hidup dan bekerja di tempat itulah yang memiliki pengetahuan mendalam mengenai wilayahnya. Jadi, hanya mereka yang bisa membuat peta secara lengkap dan akurat mengenai sejarah, tata guna lahan, pandangan hidup, dan harapan masa depan. Manfaat pemetaan partisipatif bagi masyarakat adalah untuk meningkatkan kesadaran seluruh anggota masyarakat mengenai hak-hak mereka atas tanah dan sumber daya alam.Peta bisa digunakan sebagai media negosiasi dengan pihak lain, karena dengan peta tersebut menjadi jelaslah bagaimana wilayah itu dimanfaatkan oleh masyarakat dan siapa saja yang berhak atas wilayah itu.Proses pemetaan partisipatif menumbuhkan semangat untuk menggali pengetahuan lokal, sejarah asal-usul, sistem kelembagaan setempat, pranata hukum setempat, identifikasi sumber daya alam yang dimiliki, dan sebagainya. Tujuan dalam kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Selotapak, Mojokerto ini adalah sebagai pembuatan peta partisipatif Desa Selotapak, Mojokerto yang dijadikan sebagai dasar penataan ruang berdasarkan potensi yang ada. Masyarakat Desa Selotapak, Mojokerto dapat berperan serta dalam proses perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah desanya berdasarkan potensi yang ada.
STUDI PENGEMBANGAN WEBGIS SARANA DAN PRASARANA PELABUHAN (STUDI KASUS: TANJUNG PERAK SURABAYA) Maryam , Rizkia Amaliyah; Handayani, Hepi Hapsari
GEOID Vol. 10 No. 2 (2015)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v10i2.1449

Abstract

Pelabuhan Tanjung Perak merupakan salah satu pelabuhan pintu gerbang di Indonesia, yang menjadi pusat kolektor dan distributor barang ke Kawasan Timur Indonesia, khususnya untuk Propinsi Jawa Timur. Karena letaknya yang strategis dan didukung oleh daerah hinterland Jawa Timur yang potensial maka Pelabuhan Tanjung Perak juga merupakan pusat pelayaran interinsulair Kawasan Timur Indonesia. Pada penelitian ini akan dilakukan pembuatan sistem informasi geografis berbasis Web mengenai sarana dan prasarana Pelabuhan Tanjung Perak dengan menggunakan Citra Resolusi Tinggi Worldview-2, Peta Kawasan Pelabuhan Tanjung Perak 2012 dan basis data Sarana dan Prasarana Pelabuhan meliputi Terminal Penumpang Darat, Terminal Penumpang Laut, Gudang, Lapangan Penumpukan, Pasar, Perkantoran, Lapangan Parkir. Sedangkan fokus sarana dan prasarana yang digunakan adalah Gudang, Lapangan Penumpukan, dan Terminal Penumpang yang meliputi area Terminal Jamrud, Mirah, Berlian dan Kalimas. Hasil penelitian ini menunjukkan perbandingan perubahan sarana dan prasarana di Kawasan Pelabuhan Tanjung Perak mengalami perubahan yang signifikan pada area gudang, lapangan penumpukan, dan terminal penumpang tahun 2012-2013. Dimana terdapat penambahan luasan gudang sebesar 67,610 %, Kemudian terdapat penambahan pada lapangan penumpukan sebesar 80,075%. Dan pada terminal penumpang terdapat penambahan sebesar 24,637 % dan pengurangan sebesar 35,795 %.
STUDI KLASIFIKASI BERBASIS OBJEK UNTUK KESESUAIAN TUTUPAN LAHAN TAMBAK, KONSERVASI DAN PERMUKIMAN KAWASAN PESISIR (STUDI KASUS: KEC.ASEMROWO, KREMBANGAN, PABEAN CANTIKAN, DAN SEMAMPIR, KOTA SURABAYA) Kusuma, Indra Jaya; Handayani, Hepi Hapsari
GEOID Vol. 10 No. 2 (2015)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v10i2.1455

Abstract

Pemanfaatan lahan di kawasan pesisir menjadi salah satu penyebab utama terjadinya permasalahan pada kawasan pesisir yang mempengaruhi penyimpangan tata guna lahan di suatu kawasan. Untuk mengurangi penyimpangan tata guna lahan dibutuhkan analisis mengenai kesesuaian tutupan lahan dengan menggunakan teknologi penginderaan jauh dan dengan dukungan analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) yang digunakan fungsi overlay dan buffering.Lokasi penelitian ini terdiri dari empat kecamatan yaitu Kecamatan Asemrowo, Kecamatan Krembangan, Kecamatan Pabean Cantikan, dan Kecamatan Semampir dimana wilayah tersebut akan dianalisis kesesuaian tutupan lahan berdasarkan lahan tambak, konservasi, dan permukiman. Pada penelitian ini menentukan tutupan lahan berdasarkan kategori sesuai (S1), Sesuai bersyarat (S2), dan tidak sesuai (N1). Data citra yang digunakan untuk menentukan tutupan lahan pada penelitian ini adalah citra Worldview-2 tahun 2013, dan metode klasifikasi yang digunakan pada proses pengolahan citra ini adalah klasifikasi berbasis objek. Pada analisa kesesuaian tutupan lahan dilakukan proses analisa kesesuaian dengan menggunakan fungsi analisis Sistem Informasi Geografis menggunakan metode overlay dan buffering. Berdasarkan hasil tutupan lahan yang didapatkan dengan menggunakan klasifikasi berbasisis objek didapatkan 7 kelas yaitu Permukiman 617,453 Ha, Industri dan pergudangan 544,962 Ha, RTH 401,066 Ha, Lahan kosong 64,488 Ha, Tambak dan rawa 299,690 Ha, Sungai 97,692 Ha, dan Jalan dan parkiran 121,083 Ha. Hasil uji klasifikasi pada interpretasi digital dengan menggunakan metode berbasis objek dan interpretasi manual secara berturut-turut adalah 91,836%, dan 95,918%
EVALUASI KETINGGIAN BANGUNAN DALAM RANGKA UPAYA MENJAGA ZONA KKOP BANDARA JUANDA (Studi Kasus : Masjid Ar-Ridlo Sedati Sidoarjo) Handayani, Hepi Hapsari; Rahmawan, Ridha
GEOID Vol. 11 No. 1 (2015)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v11i1.1465

Abstract

Seiring dengan perkembangan pertumbuhan pembangunan dari yang awalnya secara horizontal menuju ke pembangunan secara vertikal, mengakibatkan munculnya banyak gedung – gedung baru yang memiliki ketinggian yang beragam. Hal ini bisa menjadi masalah jika keberadaannya berada pada area sekitar Bandara. Karena gedung tersebut dapat menjadi halangan pesawat terbang dalam melakukan pendaratan maupun lepas landas.Oleh karena itu dibutuhkan batas-batas ketinggian yang diperbolehkan dalam melakukan pembangunan secara vertikal. Di Indonesia batas-batas tersebut dikenal dengan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) yang ada pada setiap bandara di indonesia Dalam penelitian ini Masjid Ar-Ridlo dijadikan sebagai studi kasus penelitian. Penelitian ini akan menghasilkan data ketinggian dari masjid tersebut dengan mempertimbangkan factor perbedaan permukaan tanah
3D VISUALIZATION OF CULTURAL HERITAGE USING TERRESTRIAL LASER SCANNER (A Case Study : Monument of Heroes, Surabaya, East Java) Pribadi , Cherie Bhekti; Handayani, Hepi Hapsari; Rachmawan, Firdiansyah Eka
GEOID Vol. 11 No. 2 (2016)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v11i2.1502

Abstract

Research subjects reported was the visualization of three-dimensional (3D) surface models in three-dimensional mapping survey using terrestrial laser scanning (TLS). Tugu Pahlawan (Heroes Monument), located in Surabaya city center near the office of the Governor of East Java was chosen as the research object.Laser technology instruments used for comparison is GeoMax Zoom 300 (Terrestrial Laser Scanner) and Gowin TKS-202 (Electronic Total Station) as well as for geodetic GPS coordinates and altitude reference measurement Heroes Monument are georeferenced. Coordinate measurement results Electronic Total Station and Terrestrial Laser Scanner are then converted into global coordinates (UTM) using georeferencing process from Geodetic GPS measurement results. Coordinates, diameter and height of Tugu Pahlawan calculated for each model. Statistical test is used as data validation terrestrial laser scanner with electronic total station.With 90% confidence interval on statistical tests, 80% of them into confidence intervals. Height of Tugu Pahlawan according to archived data is 41.448 m, in contrast with the results of measurements from Total Station is 41.144 m, while the results of TLS is 41.447 m. Statistical test results concluded that the height of heights TLS is outside the confidence interval. Expected in the future, such as the visualization of 3D surface models can be used for documentation, preservation and reconstruction of cultural heritage.
PENGADAAN DATA GEOSPASIAL DESA MENGGUNAKAN WAHANA DRONE-QUADCOPTER (STUDI KASUS : DESA SUGENG, KEC.TRAWAS, KABUPATEN MOJOKERTO) Cahyono, Agung Budi; Hidayat, Husnul; Handayani, Hepi Hapsari; Budisusanto, Yanto
GEOID Vol. 12 No. 1 (2016)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu kemajuan dibidang ilmu dan teknologi spasial adalah dengan berkembangnya wahana UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau nir awak yang semakin terjangkau baik harga (low cost) dan siap terbang (Ready To Fly / RTF) maupun kemudahan pengoperasiannya terutama untuk pemetaan secara fotogrametris. Fotogrametri sebuah proses untuk memperoleh informasi metris mengenai sebuah obyek melalui pengukuran yang dibuat pada hasil foto udara sebuah obyek. Sedangkan interpretasi foto didefinisikan sebagai ekstraksi dari informasi kualitatif mengenai foto udara dari sebuah obyek oleh analisis visual manusia dan evaluasi fotografi (Edward dan James 2004). Terminologi baru menggunakan pesawat tanpa awak atau yang biasa disebut UAV (Unmanned Aerial Vehicle) merupakan platform yang mendukung untuk pengukuran fotogrametri. UAV standar ini memungkinkan untuk melakukan pelacakan posisi dan orientasi dari sensor yang diimplementasikan dalam sistem lokal atau koordinat global (Eisenbeiss, 2008 dalam Rukmana, 2013).Penelitian ini merupakan kegiatan pemetaan spasial dengan menggunakan alat berupa wahana terbang nir-awak RTF modifikasi yang digunakan untuk memetakan lokasi bencana longsor. Adapun sensor yang digunakan adalah kamera amatir non-metrik. Adapun wahana yang digunakan adalah sejenis Quadcopter dengan ketinggian terbang sekitar 250 meter dan dalam waktu 15 menit pemotretan dilakukan.Dengan metode Fotogrametri maka akan dapat melakukan rapid mapping (pemetaan cepat) yang berupa informasi berupa peta desa dalam rangka menunjang program pemetaan partisipatif nasional (BIG, 2014).Hasil akhir dari kegiatan ini berupa pemetaan desa Sugeng Kec. Mojokerto seluas 270 ha. Peta desa yang dihasilkan dengan format peta ortofoto. Dari 378 foto tersebut telah dipilih dengan pertimbangan tingkat ketajaman, blur dan ketinggian terpilih 232 foto. Dimana satu kelemahan adalah daya baterai litium yang digunakan selama 8 menit/baterai. Untuk kegiatan ini digunakan 4 baterai sehingga total terbang 1 x untuk flight test sedangkan total pemotretan menggunakan 3 baterai atau sepanjang 8 x 3 = 24 menit.
LEAST SQUARE MATCHING 1 TO COMBINE THE TWO IMAGES OF NCU AREA Handayani, Hepi Hapsari
GEOID Vol. 14 No. 2 (2019)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v14i2.1613

Abstract

Least square matching technique is included in area-based digital matching method. Conceptually, least square matching is closely related to the correlation method, with the added advantage of being able to obtain the match location to a fraction of a pixel. Least square matching (LS1)1 has merit to minimize the sum of squares for grayscale differences, so the result will be more accurate. The images covering the National Central University (Taiwan) area are aerial images taken from digital camera with sensor ultracam-D. Interior orientation parameter consist of focal length in 101.400000mm, principal point offset (0.000000e+000, 0.000000e+000)mm, and principal point symmetry (-2.110000e-001, 0.000000e+000)mm. The experimental result shows that the best accuracy of x direction is reached when the rotation angle is 9 degree, then those of y direction is reached when the rotation angle is 3 degree. The accuracy of both directions is getting worse when the scale of image is less than 0.8. The success rate 100% is reached in all of window size except 51 and 101. Then, the best accuracy of x direction is showed in 3x3 window size, those of y direction is employed when the work used the window size 11x11. Based on the experimental result, it can be concluded that using different rotation and scale can get the different result that it will be worse or better. Thus, to get the better result in matching image and better accuracy, the work should use the orthorectified image as base image to do rotation scheme and use small window size to minimize the number iteration, but it will be not significant with RMSe.
WEBSIG UNTUK EFISIENSI INVENTARIS PENDAPATAN DAERAH SEKTOR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (STUDI KASUS DESA BENER, KECAMATAN SARADAN, KABUPATEN MADIUN) Nugroho, Dimas Aprian; Handayani, Hepi Hapsari
GEOID Vol. 15 No. 2 (2020)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v15i2.1646

Abstract

Land and Building Tax (PBB) is one of the important local taxes for the region. PBB contribution to the amount of regional budget is quite high. Therefore, efficiency is needed in the management process. This needs to start from small publications such as the Village. By developing Geographic Information System (GIS) technology, of course it can be used to streamline the management of the PBB by using WebGIS technology. This study uses PBB data from the 2019 Bener Village Tax Assessment Book (DHKP) List, Maps of Madiun District from Office of National Land Agency (BPN), and Maps of Madiun District from the Bener Village Office. DHKP book data is processed into tables based on data on WebGIS. Land plot data in the field map is integrated into WebGIS spatial data. There are 1634 fields plots of land on WebGIS. From those 1634 fields, 1323 already have complete PBB information, 95 do not yet have NOP clarity, and 216 others have not been identified. The result show improvement of efficiency in the search for information on PBB object data. The object position data is obtained more easily, without using a large printed map which takes a lot of space. With this WebGIS, information on tourist attractions can be accessed anywhere and anytime through a computer or smartphone, as long as there is an internet connection so that it can facilitate the PBB management process.