Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

PERBANDINGAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING DENGAN GUIDED INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA Intania Riska Putrie; Arwin Achmad; Berti Yolida
Jurnal Bioterdidik: Wahana Ekspresi Ilmiah Vol 3, No 7 (2015): Jurnal Bioterdidik
Publisher : Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this research was to know the differences in learning outcomes of students cognitive and affective aspects between Guided Discovery Model with Guided Inquiry Model. The design of this research was the randomized pretest-posttest control group design. The quantitative data were obtained from pretest, posttest, N-gain that were analyzed by t test and U test. The qualitative data were affective aspect which obtained and analyzed descriptively using observation sheet. The result of this research showed that the average N-gain of experiment class II (71.21) with high criteria was better than the experiment class I (43.69) with medium criteria. Then, students result in affective aspect in experiment class II was 71.69 with good criteria, while the experiment class I was 68.75 with enough criteria. Thus, Guided Inquiry model is better than Guided Discovery Learning in improving student learning outcomes.Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan hasil belajar aspek kognitif dan afektif siswa dalam menggunakan model Guided Discovery dengan Guided Inquiry. Desain penelitian ini menggunakan the randomized pretest-posttest control group design. Data kuantitatif, diperoleh dari pretest, posttest, N-gain yang dianalisis menggunakan Uji-t dan Uji U. Data kualitatif berupa hasil belajar aspek afektif yang diperoleh dari lembar observasi dan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata N-gain kelas eksperimen II (71,21) dengan kriteria tinggi lebih baik dibandingkan kelas eksperimen I (43,69) dengan kriteria sedang. Rata-rata hasil belajar aspek afektif kelas eksperimen II (71,69) berkriteria baik, sedangkan kelas eksperimen I (68,75) berkriteria cukup. Dengan demikian, model pembelajaran Guided Inquiry lebih baik dibandingkan Guided Discovery Learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa.Kata kunci: guided discovery learning, guided inquiry, hasil belajar
UPAYA PENCEGAHAN ANEMIA MELALUI DETEKSI DINI DAN PELATIHAN PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN (HB) Rosdiana Mus; Presly G Siahaya; Dylan Tamalsir; Mutmainnah Abbas; Melda Yunita; Intania Riska Putrie; Titin Agustina
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 7, No 1 (2023): Februari
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v7i1.12019

Abstract

Abstrak: Masalah gizi yang paling umum dan sulit diatasi secara global yaitu anemia. Prevalensi kejadian anemia masih sangat tinggi terutama pada usia 5-14 tahun. Maluku termasuk salah satu provinsi dengan angka kejadian anemia yang masih tinggi. Deteksi anemia dapat dilakukan dengan melakukan skrining pemeriksaan hemoglobin secara berkala. Remaja putri pada umumnya memiliki pola diet tidak sehat dan dapat memicu risiko anemia. Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan kegiatan pencegahan anemia melalui deteksi dini dengan pemeriksaan dan pelatihan penggunaan alat sederhana pemeriksaan hemoglobin pada pihak sekolah. Kegiatan dilaksanakan pada 15 November 2022 di SMAN 3 Salahutu, Maluku tengah dengan jumlah peserta 142. Tahapan kegiatan dimulai dengan pendaftaran subjek, pengukuran tinggi dan berat badan dan pemeriksaan hemoglobin. Selain itu, memberikan pelatihan kepada guru untuk melakukan pemeriksaan Hb secara berkala. Hasil menunjukkan bahwa jumlah responden kelas X sebanyak 33, kelas XI sebanyak 61 dan kelas XII sebanyak 48 responden dengan rentang usia dari 14 hingga 19 tahun. Hasil pemeriksaan Hb menunjukkan nilai minimum pemeriksaan Hb ada 8, 24 g/dL dan maksimum 16,47 g/dL. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa rata-rata responden mempunyai kadar hemoglobin normal.Abstract: The most common and difficult nutritional problem globally is anemia. The prevalence of anemia is still very high, especially at the age of 5-14 years. Maluku is one of the provinces with a high incidence of anemia. Anemia detection can be done by screening hemoglobin examination periodically. Adolescent girs generally have unhealthy diet patterns and can trigger the risk of anemia. In this regard, it is necessary to carry out activities to prevent anemia through early detection through Hemoglobin examination. The activity was held on 15 November 2022 at SMAN 3 Salahutu, Maluku Tengah with 142 participants. The activity phase began with subject registration, measuring height and weight and checking hemoglobin. In addition, providing training to teachers to carry out regular Hb checks. The results showed that the number of respondents in class X was 33, class XI was 61 and class XII was 48 respondents with an age range from 14 to 19 years. The results of the Hb examination showed that the minimum value of the Hb examination was 8.24 g/dL and the maximum was 16.47 g/dL. The results showed that the average respondent had a normal hemoglobin level.  
Analysis of dengue virus vector control causing dengue hemorrhagic fever (DHF) in high and low case Devi Oktafiani; Intania Riska Putrie; Fakhriah M. Samiun
Jurnal EduHealth Vol. 15 No. 01 (2024): Jurnal eduHealt, Edition January - March, 2024
Publisher : Sean Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dengue Hemorrhagic Fever is still a global public health problem, especially in tropical and subtropical regions, including Indonesia as one of the dengue-endemic countries. Central Sulawesi is one of the endemic areas of dengue fever in Indonesia. DHF cases in Central Sulawesi Province are recorded to fluctuate every year and the morbidity rate tends to increase. In the Palu city area, Birobuli Selatan Village is the area with the highest cases, while in the Nunu Village, no dengue cases were detected. This research method is to use a questionnaire to look at the habits of people in areas with low cases and high cases in controlling disease vectors. Data analysis used the chi-square test. The research results showed that in the group of areas with high cases, there were differences in 3M habits (p=0.021), use of mosquito nets (p=0.000), plants around the house (p=0.000), and residential density (p<0.05). Meanwhile, there is no difference in the use of mosquito repellent and abate in the two regions. This research concludes that there are differences in people's habits regarding activities or activities in controlling mosquito vectors that cause dengue fever in areas with high cases and low cases
Pemahaman Penyakit Degeneratif Pada Masyarakat Di Kelurahan Talise: Understanding Degenerative Diseases in the Community in Talise Village Tri Setyawati; Intania Riska Putrie; Ryka Marina Walanda; Devi Oktafian; Listawati; Siti Rabia'ah Zahid; Andi Khofifah Indah Saleh; Muba'its Baldan Esa
Jurnal Kolaboratif Sains Vol. 7 No. 8: Agustus 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Palu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56338/jks.v7i8.5928

Abstract

Latar Belakang: Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang terjadi karena penurunan jumlah dan fungsi sel. Penyakit degeneratif antara lain diabetes, hipertensi, jantung, parkinson, alzhaeimer, osteoporosis, dan osteoartritis. Umumnya terjadi pada orang lanjut usia karena terjadinya penurunan fungsi organ tubuh. Selain itu, penyakit ini rentan pada orang lanjut usia yang memiliki gaya hidup buruk atau terpapar bahan kimia, pernah mengalami cedera, faktor genetik dan gangguan autoimun. Pengetahuan yang baik terhadap berbagai penyakit degeneratif, cara pencegahan dan pengobatannya dapat meningkatkan kualitas hidup di masa tua sehingga lebih produktif dan bahagia. Tujuan: Pengabdian masyarakat ini dilakukan untuk memberikan pemahaman masyarakat tentang penyakit degeneratif dan membiasakan aktifitas pola hidup sehat di masyarakat Kelurahan Talise. Metode: Pemberian penyuluhan, diskusi tanya jawab, pemberian bahan bacaan, dan aktivitas olahraga. Hasil: Antusias masyarakat dalam kegiatan diskusi dan peran serta masyarakat dalam kegiatan menunjukkan kepedulian masyarakat terhadap penyakit degeneratif dan kesehatan dimasa tua. Kesimpulan: Pemberian pengetahuan dan aktifitas nyata seperti olahraga sangat dibutuhkan masyarakat dalam upaya mencegah penyakit degeneratif.
Pemeriksaan urine sederhana pada wanita usia subur di Tahoku, Negeri Hila Mus, Rosdiana; tamalsir, Dylan tamalsir; Abbas, Mutmainnah; Asmin, Elpira; Astuty, Eka; Yunita, Melda; Esmeraldine, Genevieva; Mailoa, joice; Putrie, intania Riska; Agustina, Titin
Jurnal PADE: Pengabdian & Edukasi Vol 6, No 2 (2024): Oktober
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30867/pade.v6i2.2137

Abstract

Routine medical check up as part of preventive and Germas. Early and simple test  using urine samples to prevent Urinary Tract Infections (UTI) in women of reproductive age can be a preventive. Markers of UTI  in urine test by dipstick method are leukocytes and nitrites. This test is a simple that can use at a health service. The aim of this community service activity is to carry out a simple urine test for Women reproductive Age in Tahoku. The method of implementing activities is divided into 3 stages, namely preparation, implementation and evaluation of activities. The location of the activity was in Negeri Hila, one of the areas on Ambon Island. An initial survey at the Hila Care Community Health Center found that community visits very low. This is due to the low level of public interest in carrying out regular test to maintain health status. Urine examinations use the dipstick method. The results of community service activities involving 31 participants, with the majority of participants aged <25 years with positive urine leukocyte examination results of 80.6% and positive urine nitrites of 100%. These results indicate that most of the subjects have signs of UTI symptoms. The results of this service are used as information for local health services to increase public awareness to care about health and to carry out periodic health checks to prevent disease.
Peningkatan Pengetahuan Pengendalian Vektor Penyebab Demam Berdarah Dengue Pada Wilayah Kasus Tinggi di Kota Palu, Sulawesi Tengah Oktafiani, Devi; Putrie, Intania Riska; Walanda, Ryka Marina; Setyawati, Tri; Listawati, Listawati
BERDAYA: Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 7 No 1 (2025)
Publisher : LPMP Imperium

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36407/berdaya.v7i1.1467

Abstract

Controlling the population of mosquitoes that cause Dengue Fever is one of the efforts to reduce the incidence of dengue virus infection. The purpose of this service is to increase the knowledge and understanding of the community in areas with high cases in Palu City. It is hoped that by increasing knowledge, DHF cases in the region will decrease and reduce morbidity rates. The method used is socialization about vector control and understanding the clinical conditions of dengue fever to anticipate high mortality cases caused by dengue virus infection. By increasing knowledge about how to eradicate the vector that causes dengue fever, it is hoped that the community can eradicate the Aedes aegypti mosquito vector massively. The stages in increasing knowledge and implementing dengue vector control are the introduction of 3M plus, signs and symptoms of dengue fever, when to see a doctor or health center and initial treatment if dengue symptoms arise. It is hoped that these habits can be applied starting from the school and family environment. From the design above, it is hoped that the output of this activity is an increase in knowledge about how to control dengue vectors and can reduce morbidity and mortality in areas with high dengue cases.
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PLATELET RICH PLASMA (PRP) PADA PENDERITA DIABETIC FOOT ULCERS Intania Riska Putrie; Devi Oktafiani; Tri Juni Wijatmiko; Rosdiana Mus
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran Vol. 8 No. 1 (2023): Maret
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/mtj.v8i1.838

Abstract

ABSTRAK Penggunaan PRP dalam 10 tahun terakhir menjadi salah satu alternatif mempercepat kesembuhan pada luka. Sifat terapeutik PRP sebagian besar didukung oleh pelepasan faktor pertumbuhan setelah trombosit diaktifkan. Prevalensi terjadinya diabetes melitus khususnya diabetes melitus tipe II mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Penderita diabetes memiliki resiko sekitar 25% mengalami Diabetic Foot Ulcers (DFU). DFU merupakan salah satu cedera pada penderita diabetes kronis yang paling umum dan menjadi penyebab utama terjadinya amputasi non-tramatic. Pasien dengan DFU selalu memiliki proses penyembuhan luka yang buruk dan peningkatan terjadinya kekambuhan pada luka yang terbentuk. Penyebab utama penderita DFU kesulitan mengalami penyembuhan karena adanya infeksi, gangguan perbaikan fungsi jaringan dan hilangnya sekresi growth factor. Saat ini standar perawatan DFU yang utama melibatkan perawatan luka, pemilihan sepatu dan perawatan tambahan lainnya. Terapi sel menjadi salah satu alternatif yang menjanjikan untuk perawatan DFU, seperti stem cell dan Platelet-Rich Plasma (PRP). PRP memiliki banyak kandungan growth factor yang berperan penting dalam perbaikan dan regenerasi jaringan. Penelitian Ullah et al (2022) menunjukkan bahwa injeksi PRP lebih baik dalam penanganan DFU dibandingkan dengan metode konvesional. ABSTRACT The use of PRP in the last 10 years has become an alternative to accelerate wound healing. The therapeutic properties of PRP are largely supported by the release of growth factors after platelets are activated. The prevalence of diabetes mellitus, especially type II diabetes mellitus, has been increased from time to time. Diabetics have about a 25% risk of experiencing Diabetic Foot Ulcers (DFU). DFU is one of the most common injuries in chronic diabetics and is the leading cause of non-traumatic amputations. Patients with DFU invariably have a poor wound healing process and an increased occurrence of recurrence of the wounds that form. The main causes of DFU patients have difficulty healing due to infection, impaired tissue function repair and loss of growth factor secretion. Currently, the main standard of care for DFU involves wound care, shoe selection and other ancillary care. Cell therapy is a promising alternative for DFU treatment, such as stem cells and Platelet-Rich Plasma (PRP). PRP contains many growth factors which play an important role in tissue repair and regeneration. Research by Ullah et al (2022) shows that PRP injection is best in treating DFU compared to conventional methods.
Resistensi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Mekanisme Kerja Antiretroviral Devi Oktafiani; Intania Riska Putrie
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran Vol. 8 No. 2 (2023): Oktober
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/mtj.v8i2.1097

Abstract

   ABSTRAK  Penggunaan obat antiretrovirus pada pasien HIV merupakan langkah utama yang digunakan dalam menekan jumlah virus dalam tubuh. Obat ARV terdiri atas beberapa golongan seperti nucleoside reserve transcriptase inhibitor, nucleotide reserve transcriptase inhibitor, nonnucleoside reserve transcriptase inhibitor dan inhibitor protease. Cara kerja obat ARV ini dapat dibedakan menjadi empat titik kerja yaitu saat virus masuk (entry), awal replikasi (early replication), akhir replikasi (late replication) dan perakitan virus (assembly). Mutasi pada virus terjadi Ketika virus mengalami kesalahan dalam proses perbanyakan diri pada sel inangnya. Beberapa fakktor yang mempengaruhi mutasi ini antara lain yaitu kepatuhan, efek samping obat yang menyebabkan penghentian obat, absorbsi buruk, dosis suboptimal, serta resistensi virus. Mutasi virus ini akan mengakibatkan dampak yang kurang menguntungkan bagi pasien jika terjadi pada titik kerja arv. Secara berkala disarankan pasien untuk melakukan tes resistensi agar terpantau obat yang digunakan efektif untuk pengobatan.  ABSTRACT  The use of antiretroviral drugs in HIV patients is the main step used in suppressing the amount of virus in the body. ARV drugs consist of several groups such as nucleoside reverse transcriptase inhibitors, nucleotide reverse transcriptase inhibitors, nonnucleoside reverse transcriptase inhibitors, and protease inhibitors. The way these ARV drugs work can be divided into four points of action, namely when the virus enters, early replication, late replication, and virus assembly. Mutations in viruses occur when viruses experience errors in the process of self-replication in their host cells. Some of the factors that influence this mutation include adherence, drug side effects that lead to drug discontinuation, poor absorption, suboptimal doses, and viral resistance. Mutation of this virus will have an unfavorable impact on the patient if it occurs at the point of action of ARV. Patients are periodically advised to carry out resistance tests so that the drugs used are monitored to be effective for treatment. 
HUBUNGAN KADAR KREATININ DENGAN HEMOGLOBIN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) DI RSUD UNDATA PROVINSI SULAWESI TENGAH PADA TAHUN 2022 Muhammad Hilmi Falah; Tri Setyawati; Ryka Marina Walanda; Intania Riska Putrie
Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran Vol. 9 No. 1 (2024): Maret
Publisher : Universitas Tadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/mtj.v9i1.1255

Abstract

Latar belakang: Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah keadaan kerusakan pada ginjal secara struktural ataupun fungsional yang telah terjadi selama tiga bulan atau lebih. Gagal ginjal kronik (GGK) ditandai gejala penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) mencapai kurang dari 60 ml/menit /1,73m2. Pada pasien GGK umumnya akan ditandai dengan hemoglobin yang rendah dan kadar kreatinin yang tinggi. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan kadar kreatinin dengan hemoglobin pada pasien gagal ginjal kronik (GGK) di RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah pada Tahun 2022. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif analitik melalui pendekatan cross sectional, data penelitian menggunakan rekam medis yang berisi hasil laboratorium dari kadar kreatinin dan hemoglobin pada pasien GGK. Sampel didapatkan menggunakan teknik Randoming sampling yang diambil secara acak dari total populasi 586 pasien. Sejumlah 100 pasien GGK stadium 5 didapatkan dari total populasi menggunakan rumus slovin yang disertai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil: Berdasarkan uji analisis yang telah dilakukan, uji analisis menggunakan uji Spearman diperoleh p=0,023 dengan nilai (p<0,05).Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kadar kreatinin dengan hemoglobin di RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah pada Tahun 2022.
STUDI SEROLOGI PADA PASIEN SUSPEK DEMAM BERDARAH DI PUSKESMAS BULILI, KOTA PALU Oktafiani, Devi; Putrie, Intania Riska; Walanda, Ryka Marina; Setyawati, Tri
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 1 (2025): MARET 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i1.42041

Abstract

Demam berdarah merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dengan angka kejadian yang berulang terutama di negara-negara berkembang. Keberhasilan dalam pengendalian penyakit ini belum tercapai dan demam berdarah telah berevolusi dari wabah epidemi yang bersiklus menjadi wabah yang tidak bersifat musiman. Kurangnya dasar ilmiah, hingga saat ini kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dapat menjadikan kasus-kasus dengan manifestasi hemoragik dan tingginya angka kematian. Dari segi presentasi klinis, infeksi virus dengue secara klinis mirip dengan banyak demam tropis akut lainnya dan pengujian laboratorium memiliki peran penting dalam diagnosis dini dan manajemen pasien. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran gejala klinis suspek demam berdarah dengue dengan penegakan uji laboratorium menggunakan deteksi IgG, IgM dan NS1 berdasarkan jenis kelamin, yang nantinya dapat dipakai sebagai acuan untuk penatalaksanaan yang tepat untuk menghindari kasus DBD dengan manifestasi berat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional studi. Sampel yang digunakan adalah plasma darah dari 43 pasien dengan gejala klinis demam berdarah yang berobat jalan di Puskesmas Bulili pada bulan Februari-Juni 2024. Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Data dianalisis menggunakan uji chi-square. Empat puluh tiga sampel plasma dilakukan tes adanya IgG, IgM dan NS1. Hasil tes tersebut didapat 7% positif IgG, 2,3% positif IgM dan 23,25% positif NS1. Gejala klinis yang timbul pada uji laboratorium IgG, IgM dan NS1 tidak spesifik. Uji NS1 harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis DBD. Tidak ada hubungan antara deteksi IgG, IgM dan NS1 dengan jenis kelamin dan gejala klinis yang timbul.